Anda di halaman 1dari 7

Modul

SISITEM PERKEMIHAN

OLEH

SARINA AYU ANDIRA


System Perkemihan
SISTEM PERKEMIHAN
SistemRIPSI
Modul ini berisi materi pemenuhan kebutuhan pasien dewasa yang mengalami
gangguan sistem perkemihan. Modul ini menguraikan beberapa penyakit dan respons
pasien akibat gangguan sistem perkemihan serta asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar seperti kebutuhan dasar manusia, ilmu biomedik,
farmakologi, ilmu gizi, ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah dengan memperhatikan
aspek profesionalitas, etis dan legal. Modul ini fokus pada kasus infeksi saluran kemih,
kasus gagal ginjal dan pemasangan kateter urine.

Kompetensi/Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, apabila lulusan diberikan kasus pasien yang mengalami
gangguan sistem perkemihan, lulusan mampu:

a. Menganalisis hasil pengkajian keperawatan secara holistik pada kasus


b. Menegakkan diagnosis keperawatan dengan tepat berdasarkan hasil pengkajian pada
kasus
c. Memutuskan rencana asuhan keperawatan dengan tepat berdasarkan diagnosis
keperawatan yang ditegakkan pada kasus
d. Menyusun evaluasi keperawatan yang tepat terhadap efektifitas intervensi
keperawatan pada kasus
e. Melakukan prosedur pemasangan kateter urine
URAIAN MATERI
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Infeksi Saluran Kemih
1. Pengertian
a. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah invasi mikroorganisme (biasanya
bakteri) pada saluran kemih, mulai dari uretra hingga ginjal
2. Pengkajian Keperawatan
a. Data subjektif: genetalia terasa terbakar saat BAK, sering buang air kecil
meskipun urine yang keluar sedikit, nyeri suprapubik atau perut bagian
bawah
b. Data objektif: demam, urine berdarah atau berwarna gelap, pemeriksaan
urinalisis (bekteriuria, hematuria, peningkatan leukosit atau leukositosis)
3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi ureter, kandung kemih,
dan/atau uretra
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri
- Monitor skor nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis (seperti teknik relaksasi)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Berikan kompres hangat pada area suprapubik atau punggung bawah
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk menurunkan rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Kolaborasi pemberian antibiotik
b. Manajemen Eliminasi Urine
- Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume, aroma, warna)
- Ambil sampel urine
- Lakukan penggantian kateter urine secara teratur
- Ajarkan mengukur intake dan output cairan
- Anjurkan minum yang cukup
- Kolaborasi pemasangan kateter urine
5. Evaluasi Keperawatan
a. Tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah menurun
b. Eliminasi urine membaik, dengan kriteria hasil: karakteristik urine
membaik (warna jernih, jumlah cukup, aroma normal, warna jernih)

B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Penyakit Ginjal Kronis


1. Pengertian
Penyakit ginjal kronis merupakan kelainan struktur atau fungsional pada ginjal
yang berlangsung minimal 3 bulan, dapat berupa:
a. Kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium
(albuminuria, sedimen urine), pemeriksaan histologi atau radiologi
b. Kelainan fungsional yang dapat diteksi melalui laju filtrasi ginjal (LFG) <60
2
mL/menit/1,73 m . Pasien didiagnosis gagal ginjal jika LFG <15
2
mL/menit/1,73 m
2. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif:
- Mual, muntah,
kelelahan b. Data Objektif:
- TD meningkat, edema perifer, efusi pleura, hipertensi, peningkatan JVP dan
asites, berat badan meningkat dalam waktu singkat
- Kulit tampak pucat, kering, pruritus pigmentasi kulit, ekimosis
- Pemeriksaan laboratorium: ureum dan kreatinin meningkat, hemoglobin
menurun, hematokrit menurun, hiperkalemia, hipokalsemia,
hiperfosfatemia, hipermagnesemia.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
b. Risiko penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan preload dan
perubahan afterload
4. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Hipervolemia
- Periksa tanda dan gejala hipervolemia (ortopnea, dispnea, edema, JVP
meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
- Monitor intake dan output cairan
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat intake dan output cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Kolaborasi pemberian diuretik
- Kolaborasi pemberian hemodialisis, jika perlu
b. Perawatan Jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor EKG 12 sadapan
- Berikan posisi semi-Fowler atau Fowler
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan oksigen untuk mempertahankan oksigen >94%
- Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia

5. Evaluasi Keperawatan
a. Status cairan membaik, dengan kriteria hasil: ortopnea menurun, dispnea
menurun, edema menurun, JVP membaik, refleks hepatojugular negatif, suara
napas menurun
b. Curah jantung meningkat, dengan kriteria hasil: TD dalam rentang normal,
frekuensi jantung 60-100 kali/menit, nadi teraba kuat, pengisian kapiler <2
detik, lelah menurun, pucat menurun.

C. Prosedur Pemasangan Kateter Urine


1. Langkah-langkah Pemasangan Kateter Urine
a. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
b. Jaga privasi dengan memasang sampiran
c. Atur posisi telentang dengan kaki abduksi
d. Letakkan pengalas di bawah bokong
e. Tutup area pinggang dengan selimut
f. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
g. Pasang sarung tangan bersih
h. Bersihkan area perineum dengan kapas/kasa dan cairan antiseptik
i. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
j. Buka set kateter steril dan alat-alat steril lainnya dan tempatkan di alas steril
dengan tetap mempertahankan teknik aseptik
k. Pasang sarung tangan steril
l. Sambungkan kateter dengan urine bag
m. Pegang penis tegak lurus dengan tangan nondominan dan masukkan 10 mL
jeli ke dalam meatus uretra dengan tangan dominan (pada laki-laki), atau
lumasi ujung kateter 2,5-5 cm dengan jeli (pada perempuan)
n. Masukkan kateter ke dalam meatus uretra secara perlahan dengan tangan
dominan sampai pangkal kateter (pada laki-laki) atau sampai 5-7,5 cm (pada
perempuan) sambil menganjurkan tarik napas dalam
o. Lakukan fiksasi internal dengan memasukkan aquades/NaCl untuk
mengembangkan balon kateter
p. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter
terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih
q. Lepaskan sarung tangan steril
r. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area abdomen bawah dengan
penis mengarah ke dada (pada laki-laki) atau plester pada area paha dalam
(pada perempuan)
s. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
t. Lepaskan sarung tangan bersih
u. Rapihkan pasien dan alat yang digunakan
v. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
w. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines
th
for Individualizing Client Care Across the Life Span (9 ed.). Philadelphia: F.A. Davis
Company.
th
Hanto, C., Liwang, F, Hanifati, S., & Pradipa, E. A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (4
ed.). Jakarta: Media Auscelapius.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L. & Harding, M. M. (2014).
th
Medical-surgical nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (9 ed.).
St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
th
Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8 ed.). St Louis: Elsevier
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
st
(1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
st
Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
st
Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai