Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“THYPOID ABDOMINALIS ”

Kelompok 4
1. Pipit Ardiansyah (10403042)
2. Dede Fikri F.(10403014)
3. Rhisma Imeldha(10403048)
4. Syifa Lestari(10403058)
5. Raesisi(10403044)
6. Moch Magma H. S(10403036)

Dosen Pengampu : Rosiah, S.Kep.Ners., M.Kep.

JURUSAN AGROINDUSTRI
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Demam typhoid umumnya terjadi pada kelompok umur 5 – 30 tahun. Laki-laki sama dengan
wanita, jarang terjadi pada umur di bawah 2 tahun atau
diatas 60 tahun (Mutaqin & sari, 2011).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama typhus abdominalis adalah rasa tidak enak badan,nyeri yang tidak jelas, sakit
kepala, dan bisa juga mimisan, konstipasi, lemas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Terjadi kenaikan suhu badan mencapai lebih dari 40 °C.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada akhir minggu pertama terjadi gejala-gejala hematopoetik sebagai pembesaran limpa,
pada minggu kedua suhu badan akan mengalami remisi harian dan retensi urin cukup sering
terjadi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga pernah menderita typhus abdominalis.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola manejemen kesehatan
b) Tindakan pertama kali dilakukan yaitu mengukur suhu tubuh, kompres, mengkonsumsi banyak
cairan.
c) Pola nutrisi kesehatan
d) Memperbanyak volume pemasukan cairan, memberikan makanan yang halus seperti bubur halus.
Pemberian vitamin dan mineral juga mendukung untuk memperbaiki keadaan umum pada pasien.
e) Pola istirahat tidur
f) Pasien harus tirah baring mulai hari pertama sampai minimal hari ketujuh. Mobilisasi dilakukan
secara bertahap karena keadaan pasien berubah-ubah(mual, muntah, konstipasi, diare, nyeri kepala,
lemah) dan untuk menghindari dekubitus . Pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena ada rasa
tidak enak pada perut, pusing, mual.
g) Pola aktivitas Pasien tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti biasa karena tirah baring (bedrest)
selama fase pertama. Mobilisasi dilakukan secara bertahap karena keadaan pasien lemah.
h) Pola eliminasi
a. Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam penyakit yaitu konstipasi dan diare.
b. Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.
c. Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimbang.
i) Pola hubungan dan peran
a. Pasien tidak bisa bersosialisasi dengan keadaan sekitar sehubungan dengan penyakitnya.
Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien.
7.Pemeriksaan Fisik
a.   Keadaan umum
Klien merasa lemah, panas, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal, leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia. Di
daerah abdomen ditemukan nyeri tekan. Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan
Kesadaran klien penuh.( khaidir. 2010)
B.Diagnosa Keperawatan
1) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit suhu tubuh di atas nilai normal dan kulit terasa
hangat
2) Defisit Nutrisi berhungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan gejala nafsu
makan menurun dan diare
3) Risiko Hipovolemia berhungan dengan kehilangan cairan secara aktif dan diare
4) Keletihan berhungan dengan kondisi fsiologis malnutrisi ditandai dengan gejala mengeluh Lelah
dan tampak lesu

C.Intervensi Dan Implementasi


a. Manajemen Hipertemia
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator) nsbsd
- Monitor suhu tubuh
- Pantau kadar elektralit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
-Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau pakaian pakaian Basahi dan kipasi permukaan tubuh
-Berikan cairan oral Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih) -Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
-Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
-Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
b.manajemen nutrisi
Tindakan
Observasi

-Identifikasi status nutrisi


-Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
-Identifikasi makanan disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
-Monitor asupan makanan
-Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
-Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
-Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
-Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
-Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
-Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antlemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
c.manajemen cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan
mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
-Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit, Na, K, CI, berat jenis BUN)
-Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
-Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
-Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
-Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
d.manajemen energi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
-Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
-Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
-Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
-Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivtas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli.gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

D.Evaluasi
1)Hipertemia
Kriteria hasil : Perfusi perifer
-Denyut nadi perifer : Cukup
2)Defisit Nutrisi
Kriteria hasil : Nafsu makan
-Kemampuan menikmati makanan : Cukup
3)Risiko Hipovolemia
Kriteria hasil : Status Cairan
-Konsentrasi urine : Menurun
4)Keletihan
Kriteria hasil : Mobilitas Fisik
-Kelemahan Fisik : Cukup
Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
https://www.academia.edu/31571457/asuhan_keperawatan_typus_abdominalis_docx

Anda mungkin juga menyukai