Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN

Oleh:
Elyani Sembiring, M.Kep

INKES SUMUT
2023
KONSEP DASAR

ANATOMI dan FISIOLOGI

1. Saluran GI bagian atas


Saluran GI atas meliputi mulut, esofagus,
dan lambung. Pencernaan secara mekanik
dan kimiawi di mulut dan lambung
CHYME
2. Saluran GI bagian bawah
Saluran GI bawah meliputi usus halus dan usus

besar. Fungsi : absorpsi air, nutrien dan


elektrolit. Usus mensekresi : mukus, potasium
bikarbonat, dan enzim.

Gerakan kolon terbagi menjadi 3 bagian :


- Haustral Shuffing (mencampur)
- Kontraksi Haustral (mendorong)
- Gerakan Peristaltik (gerakan maju ke anus)
Suplai Darah

Banyak arteri: dari aorta thorakalis dan


aorta abdominalis. Bagian penting dari
arteri gastrikus dan mesentrikus. Dari
organ-organ sistem cerna dialirkan oleh
vena-vena yang bergabung dalam
abdomen yang membentuk vena besar:
vena porta. Darah yang kaya nutrisi
dialirkan ke hepar. Aliran darah keseluruh
saluran cerna kira-kira 20% dari total
curah jantung.
Fungsi utama pencernaan
 Memecah partikel makanan ke dalam bentuk
molekul untuk dicerna
 Mengabsorpsi hasil pencernaan dalam bentuk
molekul kecil kedalam aliran darah
 Mengeliminasi makanan yang tidak dicerna
dan terabsorpsi dan produk sisa lain dari tubuh
Cont …

Saat makanan didorong melalui saluran


cerna/GI, makanan mengalami kontak
dengan berbagai sekresi yang membantu
dalam pencernaan, penyerapan, atau
eliminasi dari saluran gastrointestinal.
Persarafan Saluran Cerna
 Dipersarafi oleh sistem saraf otonom baik simpatis
dan parasimpatis.
 Secara umum saraf simpatis bersifat/berefek
inhibisi terhadap saluran cerna.
 Saraf parasimpatis berefek meningkatkan
peristaltik dan aktivitas sekretoris.
 Sfingter releks dibawah pengaruh stimulasi
parasimpatis. Bagian satu-satunya dari saluran
dibawah kontrol volunter adalah esofagus atas dan
sfingter anal eksternus.
 PROSES DEFEKASI
1. Refleks defekasi intrinsik
Feses rektum distensi rektum
rangsangan pada fleksus mesenterikus
gerakan peristaltik. Feses di anus
Spingter interna relaksasi.
2. Refleks defekasi saraf simpatis
Feses rektum saraf rektum
ke spinal cord kolon desenden,
sigmoid,rektum intensif peristaltik
Spingter internal relaksasi.
 Dorongan feses juga dipengaruhi oleh :
1. Kontraksi otot abdomen
2. Tekanan diafragma
3. Kontraksi otot elevator

 Defekasi dipermudah oleh :


1. Fleksi otot femur
2. Posisi jongkok
 Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan
normalnya 7 – 10 liter/ 24 jam
Jenis gas yang terbanyak adalah CO2,
metana, H2S, O2, dan Nitrogen.

 Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi


padat. Warna feses coklat (sterkobilin,
urobilin, dan aktivitas bakteri). Bau khas
(mikroorganisme), konsistensi lembek dan
berbentuk.
 PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Nyeri i. Gas usus
b. Indigesti j. Dispepsia
c. Anoreksia k. Karakteristik feses
d. Mual
e. Muntah
f. Perdarahan
g. Diare
h. Konstipasi
 Didapatkan pula keluhan utama
seperti :
mulut kering, mulut luka,
kesulitan mengunyah/menelan, intoleran
pada makanan, kram abdomen, pruritus
anal/rasa terbakar, perdarahan rektal,
manifestasi yang berhubungan dengan
hepatik bilier, sistem pankreas. Diet,
nutrisi dan defekasi.
2. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit mayor, hospitalisasi, obat –
obatan (laksatif), enema, alergi makanan
3. Riwayat kesehatan keluarga
kanker, ulkus/kolitis, ulkus duodenum
(golongan darah O), ikterik, alkoholisme,
hepatitis.
4. Riwayat Psikososial
Pekerjaan, nutrisi, dan kebiasaan
 Status Perkembangan
Bayi, wanita hamil, dan lansia

 Pola Pemeliharaan Kesehatan


Kebiasaan merokok, minum alkohol,
penggunaan kafein, perawatan gigi dan
gusi, aktivitas/ olah raga, dan sumber
stres
 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : mulut, abdomen, anus, dan
rektum
2. Auskultasi : abdomen
3. Palpasi : abdomen, hepar, lien, anus,
dan rektum
4. Perkusi : abdomen, hepar dan lien
 Evaluasi diagnostik :
1. Peran perawat mencegah ansietas
ketidaknyamanan pasien
2. USG abdomen
Persiapan : puasa
3. Barium Swallow & Barium Enema
Persiapan : Diet rendah sisa, laksatif,
puasa, tidak merokok sebelum tes,
obat-obatan ditunda, pemberian enema.
Perawatan pasca prosedur
- pantau eliminasi fekal
- k/p enema/laksatif
- Intake cairan banyak
- observasi : nyeri, perdarahan, tidak
b a b, dan perut kembung

4. EGD (Esofagogastroduodenoskopi)
Persiapan : puasa
Perawatan pasca prosedur :
- puasa sampai refleks gag kembali
(1 – 2 jam/2 – 4 jam)
- observasi tanda-tanda perforasi :
nyeri, perdarahan, kesulitan menelan,
dan peningkatan suhu
- Beri lozenges/kumur saline & analgetik
- tirah baring sampai sadar betul
- monitor bradikardi, aritmia
- jangan mengemudi kira-kira 12 jam
pasca tindakan
5.Anuskopi,Proktoskopi,Sigmoidoskpi
Persiapan : diet cair, laksatif, enema
sebelum tes
Perawatan pasca prosedur : monitor
perdarahan fekal dan tanda perforasi
usus seperti demam, distensi abdomen,
dan nyeri
6. Kolonoskopi
Persiapan : diet cair (1-3 hr seb tes),
laksatif (2 malam seb tes), enema seb
tes, analgetik narkotik, diazepam
Perawatan pasca prosedur : pantau
fungsi jantung dan pernafasan, tirah
baring sampai sadar betul, pantau tanda
dan gejala perforasi.
7. Analisa cairan lambung, tes stimulasi
asam lambung, pemantauan pH, MRI,
enteroskopi usus halus, tomografi
komputer, tes feses, laparoskopi, dll
 MASALAH/D. KEPERAWATAN
1. Perubahan Nutrisi kurang dari
kebutuhan atau lebih dari kebutuhan
2. Nyeri
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Kerusakan integritas kulit
5. Konstipasi
6. Diare
7. Gangguan citra tubuh
8. Takut / cemas
9. Kurang pengetahuan
10. Risiko koping individu tidak efektif
11. Risiko infeksi
12. Risiko gangguan menelan
13. Risiko defisit volume cairan
14. Dll
 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Lakukan prosedur
- Pemasangan NGT
- Pemberian enema/huknah
- Pemberian makan melalui selang
- Pembilasan lambung
2. Ajarkan pasien :
- Minum 2 – 3 liter perhari
- Jangan mengabaikan keinginan BAB
- Hindari kopi, teh, jus anggur
- Makan tinggi serat
- BAB teratur
- Anjurkan pasien berjalan 15 - 20`/hr
- Monitor pola eliminasi feses dan
feses
- Beri laksatif, suppositoria, & enema
(k/p)
- Membantu meningkatkan BAB teratur :
* menjaga privacy pasien
* waktu teratur
* Nutrisi dan cairan
* Exercise
* Posisi BAB
* Bowel training dini
* Fasilitas, bau. Dll
- Perawatan ileostomi / colostomi
- Dll
 EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mendapatkan nutrisi optimal
2. Melaporkan nyeri berkurang/hilang
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
4. Mendemonstrasikan pemahaman
tentang tindakan yang tepat untuk
mencegah konstipasi
5. Melaporkan pola BAB normal
6. Mempertahankan integritas kulit, dll
 KETRAMPILAN KRITIS
1. Memasang selang NGT
Tujuan :
- dekompresi lambung, mengeluarkan
gas dan cairan dari TGI
- Memasukkan obat-obatan dan
makanan langsung ke GI
- Mengatasi obstruksi mekanik dan
perdarahan GI atas
Persiapan :
Ukuran selang NGT : 14 – 18 French
Posisi pasien :
Fowler tinggi atau duduk tegak
Menentukan panjang selang :
- Metode tradisional
- Metode Hanson
Memastikan letak selang :
- Stetoskop
- Aspirasi cairan lambung
 Hal yang penting diperhatikan :
1. Pelumas
2. Cegah udara masuk
3. Fleksikan kepala pasien ke arah dada
setelah selang melalui nasofaring
4. Hentikan pemasangan bila : ada
tahanan, tersedak,pasien gag, sianosis
5. Kaji ulang letak selang setelah
perubahan posisi, batuk berat,muntah
6. Perawatan mulut, beri krim/gliserin pada
bibir
7. Fiksasi selang dengan plester
8. K/p pemeriksaan sinar X
9. Gigi palsu tidak permanen dilepas
10. Dokumentasi
2. Kumbah lambung / lavage lambung
Tujuan :
membersihkan lambung untuk mengeluar
kan bahan racun yang tertelan /
mengurangi absorpsi
Persiapan :
- Ukuran selang : dewasa 36 – 40 FR dan
anak-anak : 16 – 24 FR
- Jenis dan jumlah cairan :
Jenis : NaCl/air hangat dan jumlah
Jumlah cairan : dewasa 150-300 ml/2 L
anak-anak : 50 – 100 ml
Posisi pasien
Posisi dekubitus lateral kiri, bagian
kepala direndahkan dari kaki.
Prosedur pemasangan :
- Melalui orofaring / nasogastrik
- Sama dengan pemasangan NGT
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Indikasi : status depresi mental, tidak ada refleks
muntah, dan pemberian SOI gagal
2. Kontra indikasi : Ingestasi kaustik/bahan korosif (air
accu, dll), dan kejang
3. Komplikasi : perforasi esofagus, aspirasi pulmonal,
ketidakseimbangan elektrolit, hipertermi pada anak-anak
4. Kumbah lambung sampai bersih, pada akhir kumbah
lambung masukkan norit 30 gram
5. Kumbah lambung tidak efektif dilakukan setelah 4 jam
bahan tertelan
6. Selang ukuran besar dapat menyebabkan trauma
mukosa atau epistaksis
7. Monitor KU pasien sebelum, selama dan
sesudah prosedur

8. Dokumentasi
3. ENEMA / HUKNAH / LAVAMENT
Tujuan :
- Mengurangi konstipasi, membuang gas
(flatus) dan melunakkan feses
- Membersihkan kolon bawah dan
rektum untuk persiapan prosedur
diagnostik dan pembedahan
- Memasukkan obat
Persiapan :
- Ukuran selang / tube
* Dewasa : 22 – 32 FR
* Anak – anak : 14 – 18 FR
* Bayi : 12 FR

- Cairan
* Jenis : air sabun, air ledeng, NaCl,
adiktif lain
- Volume :
* Dewasa : 750 – 1000 ml
* Remaja : 500 – 700 ml
* Anak sekolah : 300 - 500 ml
- Suhu : 40,5 - 430 C atau
105 – 1090 F
Posisi pasien :
- Dewasa : SIMS kiri
- Anak-anak : Dorsal recumbent
- Panjang insersi
* Dewasa : 7,4 – 10 cm (3-4 inci)
* Anak – anak : 5 – 7,5 cm (2 – 3 inci)
* Bayi : 2.25 – 3,25 cm
(1 – 1,5 inci)

- Tinggi irigator
* Dewasa : 30 - 45 cm (12 – 18 inci)
* Bayi : 7,5 cm (3 inci)
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Bila pasien kram / cairan keluar di
sekitar selang, rendahkan irigator atau
klem selang.
2. Tidak menggunakan enema terus
menerus.
3. Suhu cairan jangan terlalu panas atau
jangan dingin
4. Pada lansia awasi status cairan dan
elektrolit
4. MEMBERI MAKAN MELALUI SELANG
NASO GASTRIC TUBE (NGT)
Tujuan :
Mempertahankan nutrisi
Persiapan :
- Formula makanan
- Fooding Buret
- Sarung tangan
- Air putih hangat
- Pengalas
Posisi pasien
Fowler tinggi atau tinggi kepala TT 300
Tinggi F. Buret :
45 CM di atas kepala TT

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Suhu formula sesuai suhu ruangan

2. Jumlah cairan 200 – 350 CC (10 – 15`)

3. Bilas selang dengan air hangat

4. Cegah masuknya udara


5. Aspirasi tiap kali sebelum makan, bila
volume 150 ml atau lebih tunda
pemberian makan
6. Setelah pemberian makan, posisi pasien
tetap fowler atau kepala TT ditinggikan
300 selama 30`
7. Kaji penempatan selang, posisi pasien
dan kecepatan aliran
8. Intoleransi terhadap formula
perasaan penuh, kembung, urtikaria,
mual, muntah,diare, dan konstipasi
9. Respons klinis Hb, Ht, protein
serum, BUN
10.KU penampilan kulit (turgor
kekeringan, warna), membran mukosa,
haluaran urin, status hidrasi, BB,
tanda – tanda dehidrasi
11.Timbang BB 3 kali seminggu
12.K/p konsult ahli diet
13. Makanan kontinyu :
- Tingkatkan konsentrasi kemudian
volume. Kontrol tiap 4 jam
- Kecepatan infus awal 50 ml/jam
toleran, tambahkan 25 ml/jam tiap
hari sampai volume tertentu dicapai

125 ml / jam.
?
QUESTIONS

Anda mungkin juga menyukai