Anda di halaman 1dari 15

ASKEP CKD

Pengertian CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
penurunan fungsi ginjal progresif yang ireversibel ketika
ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan
metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan
terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012)
Patofisiologi CKD
• Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) 
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik
• Stadum 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (glumerulonfiltration
rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen
mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal, azetemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
• Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia )
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glumerulo filtration
rate 10% dari normal, kreatinin klirend 5-10ml permenit atau kurang. Pada
tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat
mencolok dan timbul oliguri.
Pemeriksaan Penunjang CKD
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease
(CKD) menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume
normal, volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin
kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit,
leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium,
klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6.EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat
melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik
oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju
filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT
(Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
ASKEP CKD
Pengkajian

1.Identitas klien
2.Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai
dari urine output sedikit sampai tidak ada BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit
3. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onset penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, dan pemenuhan
nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatan
4. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic
Hiperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system perkemihan yang berulang. Penyakit
diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
5. Riwayat kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa
diterapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi
sistem perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya
tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyababkan
klien mengalami kecemasan, gangguan konsep
diri(gambaran dan temapt tinggal) dan gangguan peran pada
keluarga.
Pemeriksaan Fisik
• Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
klien dari compos mentis sampai coma.
• Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
• Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
• Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
• Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
• Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan
pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
• Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
• Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
•  Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
• Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan
depresi pusat pernapasan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan status nutrisi
Intervensi
No Dx No Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
1. Pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
napas keperawatan selama 1X24
tidak jam diharapkan pola napas Observasi :
efektif membaik dengan kriteria •Monitor pola napass (frekuensi, kedalaman, usaha napas)Monitor bunyi napas tambahan (mis.
hasil : Gurgling, mengi, ‘wheezing, ronkhi kering)
1.Dispnea menurun (5) •Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2.Penggunaan otot bantu
napas menurun (5) Terapeutik :
3.Pemanjangan fase
ekspirasi menurun (5) •Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
4.Frekuensi napas membaik trauma servikal)
(5)
•Posisikan semi-Fowler atau Fowler
5.Kedalaman napas
membaik (5) •Berikan minum hangat

•Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

•Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

•Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

•Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

•Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :
•Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

•Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
•Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, jika perlu
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Nutrisi keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan deficit nutrisi membaik Observasi :
dengan kriteria hasil :
Identifikasi status nutrisi
1.Porsi makanan yang dihabiskan
meningkat (5) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2.Berat badan membaik (5)
3.Indeks Massa Tubuh membaik (5) Identifikasi makanan yang disukai

Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

Monitor asupan makanan

Monitor berat badan

Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :

Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Berikan suplemen makanan, jika perlu

Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :

Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

 
3. Integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan deficit nutrisi Observasi :
membaik dengan kriteria hasil :
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
1.fungsi sensori nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
2. status nutrisi
Terapeutik :
3. status sirkulasi
4. termoregulasi Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

Gunakan produk berbahan petrolium atauminyak pada kulit kering

Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive

Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi :

Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)

Anjurkan minum air yang cukup

Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah

Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

Anda mungkin juga menyukai