Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN CCSA1

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:

Indri Yulistiani (18301052)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
KONSEP
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadan
umunya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2012).
Hiperemesis garvidarum tidak hanya mengancam kehidupan wanita hamil,
namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus,
berat bayi lahir rendah, serta malformasi pada bayi baru lahir (Verbeg,
Gallot, & Grud zinskas, 2005)
B. Etiologi
Etiologi hiperemesis garvidarum belum diketahui secara pasti, tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia, namun diduga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor predisposisi misalnya primigravida, faktor organik dan
psikologis (Maulana, 2008; Rahmawati, 2011).
C. Manifestasi klinis
Hiperemesis ditandai dengan mual dan muntah berlebihan pada awal
kehamilan, dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk berat bayi
lahir rendah, kelahiran prematur, kecil untuk usia kehamilan, dan kematian
perinatal (Vikanes et al, 2013)
D. Patofisiologi
Mual dan muntah timbul karena terjadi perubahan berbagai hormon dalam
tubuh pada awal kehamila. Presentase hormon HCG akan meningkat sesuai
dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang
mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos lambung.
Sehingga semakin hormon HCG, semakin cepat pula ia dalam meransang
muntah (Ningsih,2012).
Dampak yang terjadi pada hiperemesis garvidarum yaitu menimbulkan
konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus dan
menyebabkan gangguan fungsi umum liver. Mual dan muntah yang
berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital dan
menimbulkan kematian (Manuaba, 2010)
E. WOC

HCG dan Estrogen ↑

Meransang hipotalamus

Aktivasi dan stimulasi CTZ

Asam lambung ↑

HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

Defisiensi nutrisi Dehidrasi

Cadangan lemak & KH


Oksidasi lemak tak habis Kehilangan cairan
sempurna berlebih

Glukosa darah & otak ↓


Ketosis hipovolemia

Pusing, sakit kepala


Asidosis metabolik

Nyeri Akut
Pola Nafas Tidak Efektif
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
garvidarum menurut (Nuarif & Kusuma, 2016)
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis: kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT, dan kadar LDH.
G. Penatalaksanaan
Penetalaksanaan yang dapat diberikan pada penyakit hiperemesis
garvidarum menurut (Khayati, 2013):
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual kadang-kadang muntah gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu mkan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari
6. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan fakto penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
H. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
penurunan energi, kecemasan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma).
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kekuranganintakecairan
I. Intervensi keperawatan
1. Dx1: Pola napas tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
napas membaik
Kriteria hasil :
1) Ventilasi semenit meningkat
2) Kapasitas vital meningkat
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi meningkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu napas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip menurun
11) Pernapasan cuping hidung menurun
12) Frekuensi napas membaik
13) Kedalaman napas membaik
14) Ekskursi dada membaik
Intervensi :
Manajemen jalan napas
1) Observasi
a Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usahanapas)
b Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tiltdan chin-
lift(jaw-thrustjika curiga trauma servikal)
b Posisikan semi-Fowler atau Fowler
c Berikan minum hangat
d Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
f Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
h Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b Anjurkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
2. Dx2: Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Menarik diri menurun
7) Berfokus pada diri sendiri menurun
8) Diaforesis menurun
9) Perasaan depresi (tertekan) menurun
10) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
11) Anoreksia menurun
12) Perineum terasa tertekan menurun
13) Uterus teraba membulat menurun
14) Ketegangan otot menurun
15) Pupil dilatasi menurun
16) Muntah menurun
17) Mual menurun
18) Frekuensi nadi membaik
19) Pola napas membaik
20) Tekanan darah
Intervensi:
Manajemen nyeri
1. Observasi
a Identifikasi lokasi, Karekteristik durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b Identifikasi skala nyeri
c Identifikasi respons nyeri non verbal
d Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
2. Terapeutik
a Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c Fasilitasi istirahat dan tidur
d Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b Jelaskan strategi meredakan nyeri
c Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Hipovolemia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
cairan membaik
Kriteria hasil :
1) Kekuatan nadi meningkat
2) Turgor kulit meningkat
3) Output urine meningkat
4) Pengisian vena meningkat
5) Ortopnea menurun
6) Dispnea menurun
7) Paradoxymal Nocturnal Dyspnea(PND) menurun
8) Edema anasarka menurun
9) Edema perifer menurun
10) Berat badan meningkat
11) Distensi vena jugularis menurun
12) Suara napas tambahan menurun
13) Kongesti paru menurun
14) Perasaan lemah menurun
15) Keluhan haus menurun
16) Konsentrasi urine menurun
17) Frekuensi nadi membaik
18) Tekanan darah membaik
Intervensi :
Manajemen hipovolemia
1. Observasi
a Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
b Monitor intakedan output cairanTerapeutik
c Hitung kebutuhan cairan
d Berikan posisi modified Trendelenburg
e Berikan asupan cairan oral
2. Edukasi
a Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
3. Kolaborasi
a Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
b Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)10)Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
Plasmanate)11)Kolaborasi pemberian produk darah.
MCP
Dx1: Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat
Data Subjektif:
1. Dispnea
Data Objektif:
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang

Dx2: Nyeri Akut 3. Pola napas abnormal


Dx3: Hipovolemia
Definisi: Pengalaman sensorik atau
Definisi: Penurunan volume
emosional yang berkaitan dengan
cairan intravaskuler, interstisiel,
kerusakan jaringan actual atau
dan/atau intraseluler.
fungsional, dengan onset mendadak
Key Asessment Data Subjektif:
atau lambat dan berintensitas ringan 1. Mual dan muntah
2. Hormon HCG↑ 1. Merasa lemah
hingga berat yang berlangsung
2. Mengeluh haus
kurang dari 3 bulan.
3. Suhu tubuh meningkat
Data Subjektif:
4. Konsentrasi urin meningkat
1. Mengeluh nyeri
5. Berat badan turun tiba-tiba
Data Objektif:
Data Objektif:
1. Tampak meringis
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Bersikap protektif (mis.waspada,
2. Nadi teraba lemah
posisi menghindari nyeri)
3. Tekanan darah menurun
3. Gelisah
4. Tekanan nadi menyempit
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Turgor kulit menurun
5. sulit tidur
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid
1 (3rd ed.).
Verberg, M. F. G., Gillott, D. J., Al-Fardan, N., & Grudzinskas, J. G. (2005).
Hyperemesis gravidarum,a literature review. Human Reproduction Update.
https://doi.org/10.1093/humupd/dmi021
Maulana, M. (2008). Cara Cerdas Menghadapi Kehamilan dan Mengasuh Bayi.
Yogyakarta: Katahati.
Vikanes, A.V., Stoer, N.C., Magnus, P., Grjibovski,A.M. (2013). Hyperemesis
Gravidarum and Pregnancy Outcomes in the Norwegian Mother and Child
Cohort –a Cohort Study. BioMed Central Pragnancy and Childbirth, 13: 169.
Wikipedia. (2020). Morning sickness. Retrieved from
https://en.wikipedia.org/wiki/Morning_sickness
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
Medication Jogja.
Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu, Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP..
11–68.
Manuaba 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai