Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi Ners departemen
Keperawatan Maternitas
Di ruang Peristi RSI Malang UNISMA

OLEH:
Hendra Sulistiawan
NIM: 2210.1490.1386

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “S” DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RUANG DAHLIA RSI MALANG UNISMA

DISUSUN OLEH
HENDRA SULISTIAWAN
2210.1490.1386

Disetujui Oleh:

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

Anggernani Trias W, S.Kep., M.Kep Shynta Eka R, S.Kep., Ns


4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi meningkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu napas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menuru
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip menurun
11) Pernapasan cuping hidung menurun
12) Frekuensi napas membaik
13) Kedalaman napas membaik
14) Ekskursi dada membaik
 Intervensi :
Manajemen jalan napas (I.01011)
 Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna,aroma) Terapeutik
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
5. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu

 Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Anjurkan teknik batuk efektif
3. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
b. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
(L.08066)
 Kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
7. Berfokus pada diri sendiri menurun
8. Diaforesis menurun
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun
10. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
11. Anoreksia menurun
12. Perineum terasa tertekan menurun
13. Uterus teraba membulat menurun
14. Ketegangan otot menurun
15. Muntah menurun
16. Mual menurun
17. Frekuensi nadi membaik
18. Pola napas membaik
19. Tekanan darah membaik
20. Pola tidur membaik
 Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)
 Observasi
1. Identifika silokasi,karekteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri


7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgesik
 Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidurPertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
 Edukasi
4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepa
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Hipovolimea
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan membaik
(L.03028)
 Kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Output urine meningkat
4. Pengisian vena meningkat
5. Ortopnea menuru
6. Dispnea menurun Paradoxymal Nocturnal Dyspnea (PND) menurun
7. Edema anasarka menurun
8. Distensi vena jugularis menurun
9. Suara napas tambahan menurun
10. Kongesti paru menurun
11. Perasaan lemah menurun
12. Tekanan nadi membaik
13. Membran mukosa membaik
14. Jugular Venous Pressure (JVP) membaik
15. Central Venous Pressure membaik
16. Refluks hepatojugular membaik
17. Berat badan membaik
 Intervensi :
Manajemen hipovolemia
(I.03116)
 Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
2. Hitung kebutuhan cairan Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
 Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
4. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
5. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)Kolaborasi
pemberian produk darah
d. Defisit
Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi
membaik (L.03030)
 Kriteria hasil :
1. Kekuatan otot pengunyah meningkat
2. Kekuatan otot menelan meningkat
3. Serum albumin meningkat
4. Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat
5. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
6 Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
7 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
8 Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkatSikap
terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat
Perasaan cepat kenyang menurun
9 Nyeri abdomen menurun
10 Sariawan menurun
11 Rambut rontok menurun
12 Diare menurun
13 Berat badan membaik
14 Nafsu makan membaik
15 Bising usus membaik\Membran mukosa membaik Intervensi :
 Manajemen nutrisi (I.03119)
 Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogasti

6) Monitor asupan makanan


7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Terapeutik
9) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
11) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14) Berikan suplemen makanan, jika perlu
15) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
 Edukasi
16) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17) Anjurkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi
18) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari

proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam
rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak
atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali,
2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang ia
alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif.
Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat
meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi penyebab
terjadinya mual muntah yang berlebih dan memberikan rasa nyaman dan aman
pada ibu.
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai (Ali,
2014).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan klien atas tindakan
yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau belum. Hal ini terkait dengan kemampuan ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum dalam kemandiriannya dan mencegah timbulnya
kembali masalah yang pernah dialami. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat mengevaluasi kemandiriannya dalam mengatasi masalah yang
dialami, meliputi seluruh aspek baik bio-psiko- sosial dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai