Anda di halaman 1dari 21

DOKUMENTASI

DIAGNOSA KEP-INTERVENSI-SASARAN
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
1 Nyeri akut b.d  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Tingkat nyeri menurun.
1. Prosedur operasi kualitas, intensitas nyeri
2. Inflamasi  Identifikasi skala nyeri
3. Ischemi  Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
4. Trauma nyeri
d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,  Jelaskan strategi meredakan nyeri
bersikap protektif, gelisah, frekuensi  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
nadi meningkat, sulit tidur.
2 Hipertermia b.d  Monitor suhu tubuh Termoregulasi membaik
1. Infeksi (proses penyakit)  Berikan cairan oral
2. Dehidrasi  Sediakan lingkungan yang dingin/atur suhu ruangan
3. Peningkatan laju metabolisme  Anjurkan tirah baring
4. Penggunaan Inkubator  Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
d.d suhu tubuh 38°C/Abnormal,
Menggigil
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
3 Intoleransi aktivitas b.d  Monitor kelelahan fisik dan emosional Toleransi aktivitas meningkat
1. Ketidakseimbangan antara  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
suplai dan kebutuhan oksigen aktif
2. Tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Kelemahan  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
4. Imobilitas meningkatkan asupan makanan
d.d mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat dari kondisi
istirahat.
4 Gangguan mobilitas fisik b.d  Monitor kondisi umum selama melakukan Mobilitas fisik meningkat.
1. Penurunan kekuatan otot ambulasi
2. Penurunan massa otot  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
3. Keterlambatan perkembangan  Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
4. Kekakuan sendi  Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
5. Kontraktur dilakukan
6. Malnutrisi
7. Gangguan musculoskeletal
8. Gangguan neuromuscular
d.d mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas, kekuatan otot menurun,
rentang gerak menurun.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
5 Diare b.d  Monitor warna, volume, frekuensi, dan Eliminasi fekal membaik
1. Iritasi gastrointestinal konsistensi feses
2. Iritasi gastrointestinal  Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam
3. Proses infeksi gula, oralit, Pedialyte, renalyte)
4. Malabsorpsi  Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
5. Perubahan air dan makanan pedas, dan mengandung laktosa
d.d defekasi 4 kali dalam 24 jam,  Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
feses lembek/cair.
6 Hipovolemia b.d  Periksa tanda dan gejala hipovolemia Status cairan membaik
1. peningkatan permeabilitas  Berikan asupan cairan oral
kapiler  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Kegagalan mekanisme  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis:
regulasi NaCL, RL)
3. Peningkatan permeabilitas
kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
d.d frekuensi nadi 110 kali/menit,
nadi teraba lemah, tekanan darah
80/50 mmHg, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume
urin menurun.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
7 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Manajemen Hiperglikemi Kestabilan kadar
1. Disfungsi pankreas  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: glukosa darah
2. Resistensi insulin polyuria, polydipsia, polifagia, kelemahan, malaise, meningkat
3. Gangguan toleransi glukosa darah pandangan kabur, sakit kepala)
4. Gangguan glukosa darah puasa  Monitor intake dan output cairan
d.d mengantuk, pusing, kadar glukosa darah  Berikan asupan cairan oral
rendah  Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Manajemen Hipoglikemi
 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
 Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai
diet
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
 Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
8 Pola napas tidak efektif b.d  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha Pola napas
1. Deformitas dinding dada napas) membaik
2. Depresi pusat pernapasan  Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
bernapas, kelemahan otot pernapasan)  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
4. Deformitas dinding dada mukolitik, jika perlu
5. Deformitas tulang dada
6. Gangguan neuromuskular
7. Gangguan neurologis (mis.
elektroensefalogram [EEG] positif, cidera
kepala, gangguan kejang)
8. Imaturitas neurologis
d.d sesak napas, penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang,
takipnea.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
9 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha Bersihan Jalan
1. Spasme jalan nafas napas) Napas Meningkat
2. Hipersekresi jalan napas.  Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling,
3. Disfungsi neuromuskuler mengi, wheezing, ronchi kering)
4. Benda asing dalam jalan napas  Posisikan semi-fowler atau fowler
5. Adanya jalan napas buatan  Berikan minum hangat
6. Sekresi yang tertahan  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Proses infeksi  Ajarkan Teknik batuk efektif
8. Respon alergi  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
9. Efek agen farmakologis (mis. Anestesi) mukolitik, jika perlu.
d.d batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
dyspnea.
10 Penurunan curah jantung b.d  Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah curah jantung
1. Perubahan irama jantung jantung (meliputi: dispnea, kelelahan, edema, meningkat
2. Perubahan irama jantung ortopnea, PND, peningkatan CVP).
3. Perubahan preload  Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
4. Perubahan afterload kaki ke bawah atau posisi nyaman
5. Perubahan kontraktilitas  Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
d.d dada berdebar, takikardia, dan aritmia  Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
11 Gangguan pertukaran gas b.d  Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, Pertukaran gas
1. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, meningkat.
2. Perubahan membran alveolus-kapiler. ataksik)
d.d napas sesak, PCO2 menurun, PO2  Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
menurun, pH arteri meningkat, takikardia, pasien
wheezing.  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
12 Perfusi perifer tidak efektif b.d  Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, Perfusi perifer
1. Penurunan aliran arteri pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial meningkat
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin index)
3. Peningkatan tekanan darah  Hindari pengukuran tekanan darah pada
4. Kekurangan volume cairan ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena  Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
d.d pengisian kapiler 5 detik, akral dingin, kulit dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat
pucat, turgor kulit menurun istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
 Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
13 Defisit nutrisi b.d  Monitor asupan makanan Status nutrisi
1. Ketidakmampuan menelan makanan  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang membaik
2. Ketidakmampuan mencerna makanan sesuai
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien  Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
5. Faktor ekonomi (mis: finansial tidak jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
mencukupi) perlu
6. Faktor psikologis (mis: stres,
keengganan untuk makan)
d.d berat badan menurun 10% dari berat badan
ideal
14 Gangguan tumbuh kembang b.d  Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak status
1. Pengabaian  Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
2. Efek ketidakmampuan fisik perkembangan optimal membaik
3. Keterbatasan lingkungan  Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
4. Inkonsistensi respon  Rujuk untuk konseling, jika perlu
d.d tidak mampu melakukan keterampilan
motorik sesuai usia, pertumbuhan fisik
terganggu.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
15 Risiko syok d.d  Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis: tingkat syok
1. Hipoksemia frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, menurun
2. Hipoksia tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
3. Hipotensi turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
4. Kekurangan volume cairan volume urin menurun, hematokrit meningkat)
5. Sepsis  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Sindrom respons inflamasi sistemik  Dokumentasikan hasil pemantauan
(systemic inflammatory response
syndrome/SIRS)
16 Risiko ikterik neonatus dibuktikan  Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir (mis: Integritas kulit dan
dengan/d.d kecukupan bulan, air ketuban jernih atau jaringan
1. Prematuritas bercampur meconium, menangis spontan, tonus meningkat.
2. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra otot)
uterin  Anjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
3. Usia kurang dari 7 hari
4. Keterlambatan pengeluaran feses
(mekonium)
17 Ikterik neonatus b.d  Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi integritas kulit dan
1. Penurunan berat badan abnormal  Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak jaringan
2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik bayi meningkat
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra  Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
uterin  Kolaborasi pemberian darah vena bilirubin direk
4. Usia kurang dari 7 hari dan indirek
5. Keterlambatan pengeluaran feses
(mekonium)
d.d bilirubin total 2,5 mg/dL, membran mukosa
kuning, kulit kuning, sklera kuning.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
18 Risiko perdarahan d.d  Monitor tanda dan gejala perdarahan tingkat perdarahan
1. Kurang terpapar informasi tentang  Batasi tindakan invasive, jika perlu menurun.
pencegahan perdarahan  Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Gangguan koagulasi (misalnya  Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
trombositopenia)
3. Tindakan pembedahan
4. Proses keganasan
5. Trauma
19 Risiko infeksi d.d  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik tingkat infeksi
1. ketuban pecah sebelum waktunya  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan menurun
2. Penyakit kronis (mis: diabetes melitus) pasien dan lingkungan pasien
3. Efek prosedur invasif  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Malnutrisi  Kolaborasi pemberian imunisasi/AB, jika perlu
5. Peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
20 Risiko jatuh d.d  Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift tingkat jatuh
1. usia > 65 tahun atau sesuai dengan kebijakan institusi menurun
2. Riwayat jatuh  Pasang handrail tempat tidur
3. Anggota gerak bawah prosthesis  Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
(buatan)  Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
4. Penggunaan alat bantu berjalan bantuan untuk berpindah
5. Penurunan tingkat kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif
7. Kekuatan otot menurun
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
21 Ansietas b.d  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan Tingkat ansietas
1. kurang terpapar informasi nonverbal) menurun.
2. Ancaman terhadap kematian  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Kekhawatiran mengalami kegagalan kepercayaan
4. Kurang terpapar informasi  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
d.d merasa bingung, sulit berkonsentrasi, memungkinkan
tampak gelisah, tampak tegang.  Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Latih Teknik relaksasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
22 Defisit pengetahuan tentang gaya hidup  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Tingkat
sehat b.d informasi pengetahuan
1. Kurang terpapar informasi  Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan meningkat
2. Keterbatasan kognitif  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
3. Gangguan fungsi kognitif Kesehatan
4. Kekeliruan mengikuti anjuran
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber
informasi
d.d menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
23 Risiko hipotermia d.d  Monitor suhu tubuh termoregulasi
1. Bayi baru lahir  Sediakan lingkungan yang hangat (mis: atur suhu membaik
2. Prematuritas ruangan, inkubator)
3. Penuaan  Anjurkan makan/minum hangat
4. berat badan lahir rendah

24 Konstipasi b.d  Monitor buang air besar (mis: warna, frekuensi, konstipasi
1. Penurunan motilitas gastrointestinal konsistensi, volume) membaik
2. Ketidakcukupan diet  Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau
3. Ketidakcukupan asupan serat impaksi
4. Ketidakcukupan asupan cairan  Jelaskan jenis makanan yang membantu
5. Aganglionik (mis: penyakit hircsprung) meningkatkan keteraturan peristaltik usus
6.Kelemahan otot abdomen  Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
d.d defekasi kurang dari 2 kali seminggu, mengandung tinggi serat
pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras,  Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika
peristaltik usus menurun perlu
25 Gangguan rasa nyaman b.d  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Rasa nyaman
1.Gejala penyakit kualitas, intensitas nyeri membaik
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan  Atur posisi tidur yang disukai
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis:  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
dukungan finansial, sosial, dan pengetahuan)  Kolaborasi pemberian analgetik
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (mis: medikasi, radiasi,
kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
d.d mengeluh tidak nyaman, gelisah.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
26 Risiko ketidakseimbangan cairan d.d  Monitor status hidrasi cairan membaik
1. Prosedur pembedahan mayor  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
2. Trauma/perdarahan  Monitor intake dan output cairan
3. Luka bakar  Kolaborasi pemberian diuretik,
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pancreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal
27 Nausea b.d  Identifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan tingkat nausea
1. Gangguan biokimiawi (mis: uremia, dan prosedur) menurun
ketoasidosis diabetic)  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
2. Distensi lambung  Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk
3. Iritasi lambung mengatasi mual (mis: hipnosis, relaksasi, terapi
4. Gangguan pankreas musik, akupresur)
5. Peningkatan tekanan intraabdominal (mis:  Kolaborasi pemberian obat antiemetik
keganasan intraabdomen)
6. Peningkatan tekanan intrakranial
7. Peningkatan tekanan intraorbital (mis:
glaukoma)
8. Kehamilan
9. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
10. Faktor psikologis (mis: kecemasan,
ketakutan, stres)
11. Efek agen farmakologis
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
28 RetensiUrin b.d  Periksa kondisi pasien (mis: kesadaran, tanda- eliminasi urin
1. Peningkatan tekanan uretra tanda vital, daerah perineal, distensi kandung membaik
2. Kerusakan arkus refleks kemih, inkontinensia urin, refleks berkemih)
3. Blok sfingter  Pastikan urin bag ditempatkan lebih rendah dari
4. Disfungsi neurologis (mis: trauma, penyakit kandung kemih
saraf)  Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter
5. Efek agen farmakologis (mis: atropine, urin
belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate)  kolaborasi ke dPJP tentang kondisi medis pasien
pasca pemasangan kateter
d.d sensasi penuh pada kandung kemih, disuria,
distensi kandung kemih.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
29 Gangguan ventilasi spontan (D.0004 Dukungan Ventilasi (I.01002) Ventilasi
) spontan
adalah penurunan cadangan energi Observasi meningkat
yang mengakibatkan pasien tidak  Identifikasi efek perubahan posisi ( L.01007)
mampu bernapas secara adekuat. terhadap status pernapasan
b.d  Monitor status respirasi dan oksigenasi
1. Gangguan metabolisme (misal: frekuensi dan kedalaman napas,
2. Kelelahan otot pernapasan penggunaan otot bantu napas, bunyi
napas tambahan, saturasi oksigen)
d.d Terapeutik
DS:  Pertahankan kepatenan jalan napas
Mengeluh sesak (dispnea)  Berikan posisi semi-fowler dan fowler
DO:  Fasilitasi mengubah posisi senyaman
Penggunaan otot bantu napas mungkin
meningkat  Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Volume tidak menurun (misal: nasal kanul, masker wajah,
PCO2 meningkat masker rebreathing atau non-
PO2 menurun rebreathing) Gunakan bag-valve mask,
SaO2 menurun jika perlu
Edukasi
 Ajarkan melakukan Teknik relaksasi
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
29 Gangguan ventilasi spontan (D.0004 Pemantauan Respirasi (I.01014) Ventilasi
) spontan
adalah penurunan cadangan energi Observasi meningkat
yang mengakibatkan pasien tidak  Monitor frekuensi, irama, kedalaman ( L.01007)
mampu bernapas secara adekuat. dan upaya napas
b.d  Monitor pola napas (seperti bradypnea,
1. Gangguan metabolisme takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
2. Kelelahan otot pernapasan Cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
d.d  Monitor adanya produksi sputum
DS:  Monitor adanya sumbatan jalan napas
Mengeluh sesak (dispnea)  Auskultasi bunyi napas
DO:  Monitor saturasi oksigen
Penggunaan otot bantu napas  Monitor nilai analisa gas darah
meningkat  Monitor hasil x-ray thoraks
Volume tidak menurun Terapeutik
PCO2 meningkat  Atur interval pemantauan respirasi
PO2 menurun sesuai kondisi pasien
SaO2 menurun Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
30 Risiko Aspirasi [SDKI D.0006] Manajemen Jalan Napas (I.01011) (L.01006)
Dengan faktor risiko: Tingkat
1. Penurunan tingkat kesadaran Observasi aspirasi
2. Penurunan refleks muntah  Monitor pola napas (frekuensi, menurun
dan/atau batuk kedalaman, usaha napas)
3. Gangguan menelan  Monitor bunyi napas tambahan
4. Disfagia (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
5. Kerusakan mobilitas fisik ronchi kering)
6. Peningkatan residu lambung  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
7. Peningkatan tekanan intragastrik Terapeutik
8. Penurunan motilitas  Pertahankan kepatenan jalan napas
gastrointestinal dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
9. Sfingter esofagus bawah jika curiga trauma fraktur servikal)
inkompeten  Posisikan semi-fowler atau fowler
10. Perlambatan pengosongan  Berikan minum hangat
lambung  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
11. Terpasang selang nasogastrik  Lakukan penghisapan lender kurang
12. Terpasang trakeostomi atau ETT dari 15 detik
13. Trauma/pembedahan leher, mulut,  Lakukan hiperoksigenasi sebelum
dan/atau wajah penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
30 Risiko Aspirasi [SDKI D.0006] Pencegahan Aspirasi (I.01018) (L.01006)
Dengan faktor risiko: Tingkat
1. Penurunan tingkat kesadaran Observasi aspirasi
2. Penurunan refleks muntah  Monitor tingkat kesadaran, batuk, menurun
dan/atau batuk muntah, dan kemampuan menelan
3. Gangguan menelan  Monitor bunyi napas, terutama setelah
4. Disfagia makan/minum
5. Kerusakan mobilitas fisik  Periksa residu gaster sebelum memberi
6. Peningkatan residu lambung asupan oral
7. Peningkatan tekanan intragastrik  Periksa kepatenan selang nasogastric
8. Penurunan motilitas sebelum memberi asupan oral
gastrointestinal Terapeutik
9. Sfingter esofagus bawah  Posisikan semi fowler (30 – 45 derajat)
inkompeten 30 menit sebelum memberi asupan oral
10. Perlambatan pengosongan  Pertahankan posisi semi fowler (30 – 45
lambung derajat) pada pasien tidak sadar
11. Terpasang selang nasogastrik  Pertahankan kepatenan jalan napas
12. Terpasang trakeostomi atau ETT (mis. Teknik head-tilt chin-lift, jaw thrust,
13. Trauma/pembedahan leher, mulut, in line)
dan/atau wajah  Pertahankan pengembangan balon
endotracheal tube (ETT)
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
31 Risiko Defisit Nutrisi [SDKI D.0032] Manajemen Gangguan Makan (I.03111) (L.03030)
Dengan faktor risiko: Status nutrisi
1. Ketidakmampuan menelan Observasi membaik
makanan  Monitor asupan dan keluarnya makanan
2. Ketidakmampuan mencerna dan cairan serta kebutuhan kalori
makanan Terapeutik
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi  Timbang berat badan secara rutin
nutrien  Damping ke kamar mandi untuk
4. Peningkatan kebutuhan pengamatan perilaku memuntahkan
metabolisme Kembali makanan
5. Faktor ekonomi (mis: finansial  Rencanakan program pengobatan untuk
tidak mencukupi) perawatan di rumah (mis: medis,
6. Faktor psikologis (mis: stres, konseling)
keengganan untuk makan) Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis:
pengeluaran yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
31 Risiko Defisit Nutrisi [SDKI D.0032] Manajemen Nutrisi (I.03119) (L.03030)
Dengan faktor risiko: Observasi Status nutrisi
1. Ketidakmampuan menelan  Identifikasi alergi dan intoleransi membaik
makanan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna  Identifikasi makanan yang disukai
makanan  Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nasogastrik
nutrien  Monitor asupan makanan
4. Peningkatan kebutuhan  Monitor berat badan
metabolisme  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
5. Faktor ekonomi (mis: finansial Terapeutik
tidak mencukupi)  Lakukan oral hygiene sebelum makan,
6. Faktor psikologis (mis: stres, jika perlu
keengganan untuk makan)  Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastik jika asupan oral
dapat ditoleransi
NO DIAGNOSA KEP PES/PS INTERVESI SASARAN
31 Risiko Ketidakseimbangan Pemantauan Elektrolit (I.03122) (L. 03021)
Elektrolit [SDKI D.0037] Observasi Keseimbanga
Dengan faktor risiko:  Monitor kadar elektrolit serum n elektrolit
1. Ketidakseimbangan cairan (mis:  Monitor mual, muntah, diare meningkat
dehidrasi dan intoksikasi air)  Monitor kehilangan cairan, jika perlu
2. Kelebihan volume cairan  Monitor tanda dan gejala hipokalemia
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis: kelemahan otot, interval QT
(mis: diabetes) memanjang, gelombang T datar atau
4. Efek samping prosedur (mis: terbalik, depresi segmen ST, gelombang
pembedahan) U, kelelahan, parestesia, penurunan
5. Diare refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas
6. Muntah usus menurun, pusing, depresi
7. Disfungsi ginjal pernapasan)
8. Disfungsi regulasi endokrin  Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
(mis: peka rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia mengarah ke
bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul, blok jantung
mengarah asistol)

Anda mungkin juga menyukai