Anda di halaman 1dari 23

PERTUSIS

By: Ariska Windy H. 131611133131


Pengertian

• Penyakit pertusis atau dikenal dengan batuk rejan atau batuk 100 hari,
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
kokobasilus Gram negatif Bordetella pertussis. Pertusis dapat diderita oleh orang
dari semua kelompok usia, tetapi mungkin serius sekali pada bayi.
Etiologi
Etiologi pertusis adalah bakteri Bordetella pertussis yang
merupakan bakteri coccobasil gram negatif, tidak motil,
tidak berspora, berkapsul. Pertama kali diisolasi pada abad
ke-16. Pada pewarnaan toluidine blue akan tampak granula
metakromatik bipolar.
Patogen penyebab Pertusis, Bordetella pertussis, adalah
bakteri dengan host khusus manusia tanpa adanya reservoir
binatang maupun lingkungan yang lain. Sudah ada 8 spesies
Bordetella yang teridentifikasi, yaitu B. parapertussishu, B.
parapertussisov, B. bronchiseptica, B. avium, B. hinzii, B.
holmesii, B. trematum, dan B. petrii. Tiga dari spesies yang
telah disebutkan (B. parapertussis, B. bronchiseptica, dan B.
holmesii) dapat menyebabkan penyakit saluran napas pada
manusia
Berbentuk batang
(coccobacilus)

Ciri Bakteri Pertusis

Tidak dapat
bergerak

Bersifat gram
negative

Tidak berspora,
mempunyai kapsul,
dll.
Patofisiologi
• B.pertussis menular via droplet di udara yang tersebar melalui batuk. Gerbang masuk
dari organisme adalah infeksi saluran pernapasan mukosa saluran atas. Setelah
terhirup, B. pertussis kemudian menempel pada sel epitel (sel mukosa superfisial) dan
nasofaring dengan mengeluarkan beberapa macam protein adesin seperti filamentous
hemagglutinin (FHA). Di tempat ini bakteri tersebut kemudian akan bermultiplikasi dan
memproduksi berbagai toksin untuk merusak sel-sel lokal.
• Toksin Pertusis merupakan toksin tipe AB. Toksin ini merupakan proses utama
patogenesis Pertusis. Toksin B berikatan dengan sel epitel nasofaring kemudian
menginjeksikan toksin A ke dalam sel-sel tersebut.Toksin merupakan sebuah ADP-Ribosyl
Transferase yang menginaktivasikan protein G1, dan sebagai akibatnya meningkatkan
kadar adenylate cyclase dan peningkatan cAMP.
• Dari proses tersebut, nampak manifestasi peningkatan produksi mukus, kerusakan silia,
serta infiltrasi sel polimorfonuklear. Kerusakan silia menyebabkan stasis mukus dalam
saluran pernapasan, sementara mukus merangsang respon batuk. Keduanya
menyebabkan iritasi konstan dari ujung saraf mukosa saluran pernapasan, terbentuknya
fokus dominan eksitasi pada pusat batuk, dan menjadi batuk yang berkepanjangan pada
pasien. Secara keseluruhan, proses perusakan lokal ditambah dengan hilangnya fungsi
protektif sel pernapasan, menghasilkan mikroaspirasi dan gejala batuk.
Manifestasi klinis
Lamanya 1-2 minggu

Gejala mulai: kemerahan pd


konjungtiva

Batuk , panas ringan STADIUM PRODOMAL

Penyakit sulit dibedakan dengan


common cold

Batuk timbul mula-mula pada malam


hari , siang hari dan menjadi hebat :
secret banyak , kental dan lengket
STADIUM PAROKSIMAL
STADIUM KONVARESENS
Komplikasi

Pernafasan
Pencernaan
Saraf
Pemeriksaan penunjang
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit
meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis,
dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang
dikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat
ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan
imunofluoresen.
Penatalaksanaan
Pencegahan

Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella


pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif.
Vaksin ini diberikan bersama vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang
dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan. Kontra indikasi
pemberian vaksin pertusis :
1.Panas lebih dari 33ºC
2.Riwayat kejang
3.Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik
lainnya
WOC
ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS
PEMGKAJIAN
Makanan/cairan
1.Gejala: nafsu makan hilang,
Data pasien mual/muntah, penurunan BB.
2. Tanda: turgor kulit buruk,
penurunan massa otot.

Aktivitas/istirahat
1. Gejala: batuk panjang, kelelahan, Nyeri/kenyamanan
demam ringan. 1.Gejala : nyeri dada meningkat
karena batuk berulang.
2.Tanda: sesak, kelelahan otot dan
nyeri.

Integritas ego
1.Tanda: gelisah Pernafasan
2. Gejala : batuk, tarikan nafas
panjang.
PENGUMPULAN DATA

Data Subyektif Data Obyektif

• Pasien mengeluh batuk • Suhu badan meningkat


• Pasien mengeluh nyeri • Penurunan berat
pada dadanya badan
• Pasien mengeluh sesak • Turgor kulit buruk
• Mual-muntah
• Nafsu makan hilang
• Pasien tampak gelisah.
Diagnosa
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dispnea
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan banyaknya
mucus
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC NIC
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF B/D DYSPNEA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF B/D DYSPNEA
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan 1. Kaji frekuensi ,kedalaman pernafasan ,ekspansi dada. Catat
paru jelas atau bersih . upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu atau
a. Frekuensi pernafasan normal pelebaran masal .
b. Bunyi paru jelas atau bersih 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius
c. Keadaan paru dalam rentan normal . , seperti krekels , mengi , dan gesekan peluaral .
d. Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi . 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien
e. Pengembangan dada normal anatara inspirasi dan ekspirasi . turun tempat tidur an ambulasi sesegera mungkin .
4. Tinggika kepala dan bantu mengubah posisi . Bangunkan pasien
turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
5. Observsi pola batuk dan karakter secet.
6. Dorong atau bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk .
Pengisapan peroral atau naso trakeal bila diindikasikan
7. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila
diindikasikan .
NOC NIC

BERSIHAN JALAN NAPAS TIAK EFEKTIF b/d banyaknya Mucus BERSIHAN JALAN NAPAS TIAK EFEKTIF b/d banyaknya Mucus
Tujuan : status ventilasi saluran pernafasan baik , dengan cara 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
mampu membersihkan secret yang menghambat dan dada .
menjaga kebersihan jalan nafas . 2. Auskulasi are paru , catat area penurunan atau taka da
a) Rata rata pernafasan normal. aliran udara dan bunyi nafas atventisius misalnya krekes
b) Sputum keluar dari jalan nafas atau mengi .
c) Pernafasan menjadi mudah. 3. Bantu pasien latihan napas sering . Tunjukkan atau bantu
d) Bunyi nafas normal pasien melakukan batuk,misalnya menekan dada dan
e) Sesak nafas tidak terjadi lagi . batuk efektif .
4. Pengisapan dahak sesuai indikasi
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali
kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi .
NOC NIC

Perubahan Nutrisi Kurang Dari Dari Kebutuhan Tubuh Perubahan Nutrisi Kurang Dari Dari Kebutuhan Tubuh
a. Berat badan normal 1. Pantau berat badan klien
b. Nutrisi terpenuhi Rasional : timbang berat badan klien sevara berkala
c. Peningkatan nafsu makan 2. Berikan makan yang bernutrisi kolaborasi dengan ahli
gizi.
Rasional :memenuhi kebutuhan nutisi klien
3. Berikan makanan yang menarik perhatian klien
.Rasional:meningkatkan nafsu makan klien
DAFTAR PUSTAKA
• 4 Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz,
Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York :
McGrawHill
• Cornia P, et al. Pertussis infection in adolescents and adults: Clinical
manifestations and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober
2017]. Dapat diakses melalui [URL]:
https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-adolescents-
and-adults-clinical-manifestations-and-diagnosis
• Rudolph M.Abraham,dkk.2006.buku ajar pediatri rudolph,Edisi 20.volume
1.jkarta : egc
• Nursalam,dkk.2005.asuhan keperawatan bayi dan anak.jakarta : salemba
medika

Anda mungkin juga menyukai