• Penyakit pertusis atau dikenal dengan batuk rejan atau batuk 100 hari,
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
kokobasilus Gram negatif Bordetella pertussis. Pertusis dapat diderita oleh orang
dari semua kelompok usia, tetapi mungkin serius sekali pada bayi.
Etiologi
Etiologi pertusis adalah bakteri Bordetella pertussis yang
merupakan bakteri coccobasil gram negatif, tidak motil,
tidak berspora, berkapsul. Pertama kali diisolasi pada abad
ke-16. Pada pewarnaan toluidine blue akan tampak granula
metakromatik bipolar.
Patogen penyebab Pertusis, Bordetella pertussis, adalah
bakteri dengan host khusus manusia tanpa adanya reservoir
binatang maupun lingkungan yang lain. Sudah ada 8 spesies
Bordetella yang teridentifikasi, yaitu B. parapertussishu, B.
parapertussisov, B. bronchiseptica, B. avium, B. hinzii, B.
holmesii, B. trematum, dan B. petrii. Tiga dari spesies yang
telah disebutkan (B. parapertussis, B. bronchiseptica, dan B.
holmesii) dapat menyebabkan penyakit saluran napas pada
manusia
Berbentuk batang
(coccobacilus)
Tidak dapat
bergerak
Bersifat gram
negative
Tidak berspora,
mempunyai kapsul,
dll.
Patofisiologi
• B.pertussis menular via droplet di udara yang tersebar melalui batuk. Gerbang masuk
dari organisme adalah infeksi saluran pernapasan mukosa saluran atas. Setelah
terhirup, B. pertussis kemudian menempel pada sel epitel (sel mukosa superfisial) dan
nasofaring dengan mengeluarkan beberapa macam protein adesin seperti filamentous
hemagglutinin (FHA). Di tempat ini bakteri tersebut kemudian akan bermultiplikasi dan
memproduksi berbagai toksin untuk merusak sel-sel lokal.
• Toksin Pertusis merupakan toksin tipe AB. Toksin ini merupakan proses utama
patogenesis Pertusis. Toksin B berikatan dengan sel epitel nasofaring kemudian
menginjeksikan toksin A ke dalam sel-sel tersebut.Toksin merupakan sebuah ADP-Ribosyl
Transferase yang menginaktivasikan protein G1, dan sebagai akibatnya meningkatkan
kadar adenylate cyclase dan peningkatan cAMP.
• Dari proses tersebut, nampak manifestasi peningkatan produksi mukus, kerusakan silia,
serta infiltrasi sel polimorfonuklear. Kerusakan silia menyebabkan stasis mukus dalam
saluran pernapasan, sementara mukus merangsang respon batuk. Keduanya
menyebabkan iritasi konstan dari ujung saraf mukosa saluran pernapasan, terbentuknya
fokus dominan eksitasi pada pusat batuk, dan menjadi batuk yang berkepanjangan pada
pasien. Secara keseluruhan, proses perusakan lokal ditambah dengan hilangnya fungsi
protektif sel pernapasan, menghasilkan mikroaspirasi dan gejala batuk.
Manifestasi klinis
Lamanya 1-2 minggu
Pernafasan
Pencernaan
Saraf
Pemeriksaan penunjang
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit
meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis,
dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang
dikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat
ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan
imunofluoresen.
Penatalaksanaan
Pencegahan
Aktivitas/istirahat
1. Gejala: batuk panjang, kelelahan, Nyeri/kenyamanan
demam ringan. 1.Gejala : nyeri dada meningkat
karena batuk berulang.
2.Tanda: sesak, kelelahan otot dan
nyeri.
Integritas ego
1.Tanda: gelisah Pernafasan
2. Gejala : batuk, tarikan nafas
panjang.
PENGUMPULAN DATA
BERSIHAN JALAN NAPAS TIAK EFEKTIF b/d banyaknya Mucus BERSIHAN JALAN NAPAS TIAK EFEKTIF b/d banyaknya Mucus
Tujuan : status ventilasi saluran pernafasan baik , dengan cara 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
mampu membersihkan secret yang menghambat dan dada .
menjaga kebersihan jalan nafas . 2. Auskulasi are paru , catat area penurunan atau taka da
a) Rata rata pernafasan normal. aliran udara dan bunyi nafas atventisius misalnya krekes
b) Sputum keluar dari jalan nafas atau mengi .
c) Pernafasan menjadi mudah. 3. Bantu pasien latihan napas sering . Tunjukkan atau bantu
d) Bunyi nafas normal pasien melakukan batuk,misalnya menekan dada dan
e) Sesak nafas tidak terjadi lagi . batuk efektif .
4. Pengisapan dahak sesuai indikasi
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali
kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi .
NOC NIC
Perubahan Nutrisi Kurang Dari Dari Kebutuhan Tubuh Perubahan Nutrisi Kurang Dari Dari Kebutuhan Tubuh
a. Berat badan normal 1. Pantau berat badan klien
b. Nutrisi terpenuhi Rasional : timbang berat badan klien sevara berkala
c. Peningkatan nafsu makan 2. Berikan makan yang bernutrisi kolaborasi dengan ahli
gizi.
Rasional :memenuhi kebutuhan nutisi klien
3. Berikan makanan yang menarik perhatian klien
.Rasional:meningkatkan nafsu makan klien
DAFTAR PUSTAKA
• 4 Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz,
Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York :
McGrawHill
• Cornia P, et al. Pertussis infection in adolescents and adults: Clinical
manifestations and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober
2017]. Dapat diakses melalui [URL]:
https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-adolescents-
and-adults-clinical-manifestations-and-diagnosis
• Rudolph M.Abraham,dkk.2006.buku ajar pediatri rudolph,Edisi 20.volume
1.jkarta : egc
• Nursalam,dkk.2005.asuhan keperawatan bayi dan anak.jakarta : salemba
medika