Disusun Oleh:
Ariska Windy H.
NIM.132013143047
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Kulit dan mata kuning
Lama Keluhan : 1 minggu yang lalu
Akibat timbulnya keluhan : Demam naik turun selama 5 hari
Faktor yang memperberat : Bayi semakin hari semakin terlihat kuning, kurang aktif, latergi, reflek
rooting dan sucking lemah, malas menyusu serta menangis lemah
1. Reflek
Moro ( √ ) Menggenggam ( lemah ) Menghisap ( lemah ) Startle
(lemah)
Tonik leher (-) Neck-righting (-) Reflek Gallant (baik)
2. Tonus Aktifitas
a. Aktif ( -) Tenang (-) Letargi (√ ) Kejang (- )
b. Menangis keras (-) Lemah ( √ ) Melengking (-)
Sulit menangis (-)
3. Kepala/Leher
a. Fontanel Anterior : Lunak (√ ) Tegas ( - )
Datar (√) Menonjol (- ) Cekung ( - )
b. Sutura Sagitalis : Tepat (√ ) Terpisah ( - ) Menjauh ( - )
c. Gambaran Wajah : Simetris (√ ) Asimetris ( - )
d. Molding : Caput sucedanum ( - ) Cephalohematoma ( - )
4. Mata:
a. Simetris (√ ) Tidak simetris ( -)
b. Sekresi : Ada ( - ) Tidak ada ( √ )
c. Purulen : Ada ( - ) Tidak ada ( √ )
d. Jaundice: ada ( √ ) tidak ada ( )
e. Sklera : Putih bersih ( - ) Jundice ( √ ) Kemerahan ( - )
f. Konjunctiva : Merah muda (√ ) Anemis ( - ) Hiperemi ( -)
g: Gerakan bola mata : Normal (√ ) Tidak normal ( - )
5. THT
a. Telinga Normal (√ ) Abnormal ( - )
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Bentuk/posisi : Normal/Simetris
Sekresi/cairan : Ada/tidak ada
b. Hidung
Bentuk : Normal (√ ) tidak normal ( - )
Simetris : iya
Cuping Hidung: tidak ada
Septum: normal
Sekresi:-
6. Abdomen
a. Lunak ( + ) Tegas (- ) Datar (√ ) Kembung (- )
b. Auskultasi Abdomen : tymphani hiperthimpani
c. Bising Usus : Tidak terdengar Ada : 34x/menit
d. Perkusi Abdomen : Sonor. Pekak
e. Tali pusat : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusar
Normal Layu lain-lain: tidak ada benjolan, tidak ada lesi
f. Lingkar perut: 29cm
7. Toraks
a. Simetris (√ ) Asmetris ( - )
b. Retraksi: Ada ( - ) Tidak Ada ( √ )
c. Kalvikula: Normal ( √ ) Abnormal ( - )
8. Paru-paru
a. Suara nafas Dextra & Sinistra : Sama (√ ) Tidak sama ( - )
b. Bunyi nafas di semua lapang paru : Terdengar ( √ )
Tidak terdengar ( - )
Menurun ( - )
c. Suara nafas : Bersih (√ ) Ronchi ( - ) Rales ( - ) Sekresi ( - )
d. Respirasi : Spontan (√ )
Alat Bantu : Tidak menggunakan alat bantu
9. Jantung
a. Bunyi : Normal Sinus Rhythm (NSR) (√) Frekuensi:30x/menit
b. Murmur ( - ) Gallop ( - )
c. Waktu pengisian kapiler : 3 detik
10. Ekstremitas
a. Gerakan Bebas (√ ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
b. Ekstremitas Atas : Normal ( ) Abnormal ( √ ), sebutkan:warna kuning
c. Ekstremitas Bawah : Normal ( ) Abnormal ( √), sebutkan:.warna kuning
d. Panggul : Normal ( √) Abnormal ( ), sebutkan:........
e.
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan -
Brakial kiri -
Femoral kanan -
Femoral Kiri -
11. Umbilikus
Normal (√ ) Abnormal (-)
Inflamasi ( -) Drainase (-)
Jumlah pembuluh darah: 3 (2 pembuluh darah arteri dan 1 pembuluh darah vena)
12. Genital
Perempuan normal ( √) Laki-laki normal ( - ) Abnormal ( - )
15. Kulit
a. Warna: pink ( - ) Pucat ( - ) Jaundice (√ )
Sianosis pada Kuku ( - ) Sirkumoral ( - )
Periorbital ( - ) Seluruh tubuh ( - )
b. Kemerahan (rash) (-)
c. Tanda lahir: tidak ada
16. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( -) Pengaturan Suhu ( - )
Inkubator ( -) Suhu Ruang (√ ) Boks Terbuka ( - )
b. Suhu kulit:38oC
DATA IBU
Nama Ibu : Ny. B Nama Ayah : Tn. L
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Alamat : Surabaya
RIWAYAT KELAHIRAN
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Bayi L
: Tinggal serumah
Budaya
Suku : Jawa
Agama : Idonesia
Bahasa : jawa
Perencanaan makanan bayi :
Problem sosial yang penting :
Kurang sistem pendukung sosial ( -)
Perbedaan bahasa ( -)
Riwayat penyalahgunaan zat adiktif ( -)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lingkungan rumah yang kurang memadai ( -)
Keuangan (- )
Lain-lain ( -)
Hubungan orang tua dan bayi :
IBU TINGKAH LAKU AYAH
√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara -
- Berkunjung √
- Memanggil nama -
√ Kontak mata √
Anak Lain :
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
- - -
RIWAYAT NUTRISI
ASI : Ya Tidak
Colostrums : Ya Tidak, alasan……………
PASI : Ya Tidak
Alasan :
Ibu By. L mengatakan takut jika anaknya kekurangan minum, Ny. B disarankan
oleh mertua untuk memberi ASI agar bayinya cepat sehat dan besar. By. L minum ASI sedikit karena
ferlek menghisap lemah dan reflek menelan belum sempurna
Jenis :
RIWAYAT ELEMINASI
Miksi : sudah Sudah:3 kalix/24 jam
Mekonium : sudah Sudah:1 x/24 jam
Konsistensi : cair
Warna : kuning
DATA TAMBAHAN
Pemeriksaan Penunjang
HbSAG (+), Bilirubin total 14,2 mg/dl, bilirubin direk 8,8 mg/dl, SGOT 1825 U/L, SGPT 702,1
U/L, Hemoglobin: 12,7 d/dl, Hematokrit 38,5 %, Leukosit 22.600/mm 3, dan trombosit
400.000/mm3
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Terapi
Mendapatkan pemberian imunisasi hepatitis B 0,5 ml Hbig dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
5 mcg (0,5ml) vaksin rekombinan. Dextrase 5%, NaCl 0,45% 20 ggt/i makro, methioson 2x1
tablet
(Ariska Windy)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ringkasan Kasus :
1. Identitas Bayi:
Bayi L, perempuan berusia 26 hari di rawat dibawa ke rumah sakit oleh ibunya, dengan keluhan
kulit dan mata kuning sejak 1 minggu yang lalu, disertai demam kurang lebih 5 hari aik turun,
bayi tampak pucat, rewel, menangis lemah dan letergi.
3. Pemeriksaan penunjang:
Hasil lab:
HbsAG (+)
Bilirubin total:14,2 mg/dl
Bilirubin direk: 8,8 mg/dl
SGOT: 1825 U/L
SGPT: 702,1 U/L
Hb: 12,7 d/dl
Hematokrit: 38,5%
Leukosit: 22.600/mm3
Trombosit: 400.000mm3
4. Terapi:
Imunisasi hepatitis 0,5 ml Hbig dalam waktu 12 jam setelah lhir dan 5 mcg (0,5) vaksin
rekombinan. . Dextrase 5%, NaCl 0,45% 20 ggt/i makro, methioson 2x1 tablet
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISA DATA
Kadar bilirubin
meningkat
Ikterus
Ikterus Neonatus
25 februari DS: Ibu bayi L, mengatakan Neonatus hepatitis Hipertermia
2021 demam selama 5 hari (D.0130)
suhunya naik turun Mengalami peradangan
pada hati
DO:
-Bayi tampak pucat, rewel, Inflamasi hepar
menangis dan latergi
-N: 120 x/mnt Respon infeksi pada
-RR: 30 x/mnt tubuh
-S: 38oC
-CRT: 3 detik Peningkatan suhu tubuh
hipertermia
1. Hipertermia b.d. proses infeksi d.d. suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
2. Gangguan integritas kulit b.d. perubahan pigmentasi d.d. kerusakan lapisan kulit (D.0192)
3. Defisit nutrisi b.d. ketidak mampuan mencerna makanan d.d. nafsu menurun, bising usus
hiperaktif (D.0019)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RENCANA INTERVENSI
PEMBAHASAN
Pegkajian dilakukan pada tanggal 25 Februari 2021 jam 10:00 WIB di UGD didaptakan bayi Ny.B
jenis kelamin perempuan berusia 26 hari yang dibawa oleh ibunya dengan keluhan kulitnya kuing sejak
1 minggu yang lalu disertai demam selama 5 hari dengan suhu tubuhnya iak turun. Hasil pengkajian
didapatkan bayi tampak pucat, rewel, menangis lemah, latergi, reflek roting dan sucking lemah, suhu
38oC, frekuensi nafas 30x/mnt, frekuensi nadi 120 x/mnt. Pada saat pemeriksaan antopometri didaptkan
berat badan bayi 2750 gram, dengan panjang badan 46 cm, Lingkar kepala 33 cm, dan lingkar dada 31
cm. Penyebab bayi kuning disertai demam menurut (Bersal, Rahma, & Krisna. 2012) adalah terjadinya
proses infeksi yang disebabka oleh virus hepatitis. Menurut Naabaskhsh (2011) meskipun pemberian
vaksin VHB dan HBIG yang tinggi memiliki efektivitas sebagai post-exposure prophylaxis (PEP) pada
bayi baru lahir, namun pemberian vaksin tersebut memiliki kegagalan 3%-9% terutama pada bayi yang
lahir dari ibu dengan serum maker VHB positif. Hal ini mungkin tergadi karena adanya transmisi VHB
intrauterin (transmisi prenatal). Mekanisme pasti VHB prenatal samapai saat ini belum diketahui secara
pasti, nemun ada beberapa hipotensi yang diduga berperan yaitu, adanya defek pada barier plasenta,
infeksi plasenta dan transmisi VHB transplasenta, melalui ascending dari secrek vagina yang
mengandung virus dan fetus terinfeksi VHB sejak proses konsepsi.Virus hepatitis B dapat menembus
plasenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau paja janin baru lahir. Salah
satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk VHB dalam persistensi VHB adalah mekanisme
persistensi infeksi VHB pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg positif. Diduga
persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap HBeAg yang masuk ke dalam tubuh
janin mendahului invasi VHB, persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah
precore dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HBeAg, tidak adanya HBeAg pada
mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi VHB (Gulcan, Tiker, & Kilicdag. 2007).
Rencana intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan hipertermia adalah dengan
melakukan manajemen hipertermia. Adapun tndakan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi
penyebeb hipertermia, monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yang dingin, melonggarkan pakaian
anak, melakukan tindakan pendingian eksternal yaitu dengan mengompres air hangat, menganjurkan
orang tuan untuk menirah baringkan bayi, dan melakukan kolaborasi pemberian cairan intravena bertupa
Nacl dan Dextrose. Melakukan pendinginan eksternal dengan mengompres air hangat efektif untuk
menurunkan hipertermi. Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kurnia Dewi, 2019). Hasil penelitian Tri Redjeki
(2002), dirumah sakit umum Tidar Magelang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak
menurunkan suhu tunuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi
pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran
akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh,
dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga
akan terjadi perubahan suhu tubuh.
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah lain yang ditemukan adalah ikterus neonatus. Ikterus
neonatus adalah kulit dan membarn mukosa neonatus enguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin
tidak terkonjungasi masuk ke dalam sirkulasi (PPNI, 2017). Peningkatan bilirubin disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis. Ikterus atau "sakit kuning" pada penderita hepatitis B lebih kepada tampilan klinis
pada penderitanya (mata dan kulit penderita tampak kuning). Ikterus terjadi karena tingginya kadar
bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia) akibat kerusakan hati yang disebabkan infeksi virus tersebut.
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan ikterus pada bayi baru lahir akan muncul dalam
24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pada hiperbilirubinemia patologis kadar serum bilirubin total
akan meningkat lebih dari 5 mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar serum bilirubin akan
meningkat 17 (Bersal, Rahma, & Krisna. 2012). Adapun rencana intervensi yang dapat dilakukan pada
ikterus neonatus adalah dengan intervensi utama fototerapi pada bayi. Menurut Bersal, Rahma, & Krisna.
(2012) salah satu penatalaksanaa terapeutik pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia adalah
fototerapi, tindakan fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbiliribuemia pada bayi baru lahir
bersifat patologis. Fototerapi berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan unrine
dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Tata laksana hiperbilirubinemia bertujuan untuk
mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang neurotoksik. Tata laksana
terkini, meliputi pemberian air susu ibu (ASI), fototerapi, dan tranfusi tukar. Penggunaan fototerapi
sebagai salah satu terapi hiperbilirubinemia telah dimulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam
menurunkan insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat hiperbilirubinemia. Keuntungan fototerapi,
antara lain, tidak invasif, efektif, tidak mahal, dan mudah digunakan. Fototerapi mengurangi
hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan isomerisasi structural (Suarta, Ayu, dan Made,
2016).
Bedasarkan pengkajian masalah berikutnya yaitu defisit nutrisi, defisit nutrisi disebabkan karena
bayi dengan latergi, menolak menuyussu, lema dan sucking melemah atau kemungkinan efek dari
tindakan fototerapi. Intervensi utama atau tindakan keperawtan yang dilakukan dengan pemantauan
nutrisi pada bayi. Pemenuhan kebutuhan cairan pada bayi untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat
dan mencegah terjadinya dehidrasi selama fototerapi merupakan tanggung jawab perawat (Hockenberry
& Wilson, 2007; Murray & Rinney, 2007). Menurut Frerichs (1879) dalam Gourley (2000), yang
menjelaskan bahwa perawatan yang buruk dapat berpengaruh buruk pada bayi baru lahir yang me-
ngalami hiperbilirubinemia. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan memiliki tujuan untuk
mempertahankan status hidrasi pada bayi agar tetap dalam keadaan normal yakni dengan meningkatkan
jumlah masukan cairan, yaitu berupa ASI dan atau susu formula selama periode fototerapi. Penelitian
yang dilakukan oleh Gulcan, Tiker, dan Kilicdag (2007) yang mencatat bahwa ada nya kehilangan berat
badan yang lebih besar dari berat badan lahir pada bayi yang disusui oleh ibunya selama fototerapi, hal
ini diduga disebabkan karena rendahnya masukan cairan, rendahnya intake kalori atau peningkatan
sirkulasi enterohepatik dari bilirubin pada bayi yang mendapatkan ASI (Gourley, 2000).
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Bersal, Rahma, & Krisna. 2012. Pemberian Asi Efektif Mempersingkat Durasi Pemberian
Fototerapi. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol., 15., No., 01.
Gourley, G.R. 2000. Breastfeeding, diet, and nenonatal hyperbilirubinemia. Neorevies. Vol., 01.
No., 02. Hal 25-29
Gulcan, H., Tiker, F., & Kilicdag, H. 2007. Effect of feeding type on the efficacy of phototerapy.
Indian Pediatric Journal. No., 44. Hal 32-36.
Hockenberry, M.N., & Wilson, A. 2007. Essentials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
Elsevier
Kurnia Dewi. 2019. Efektivitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu tubuh Pada An. D
dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan. Vol., 05, No.,
02.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tri Redjeki, H. 2002. Perbandingan Pengaruh Kompres Air Hangat dan Kompres Dingin untuk
menurunkan Suhu Anak Demam dengan Infeksi di RSU Tidar Magelang. Skripsi FK.
UGM
Suarta, Ayu, dan Made. 2016. Efektivitas Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah. Jurnal Sari Pediatri. Vol., 18. No., 02.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 Definisi Pemberian terapi sinar pada bayi baru lahir dengan pajanan
sinar berintensitas tinggi dan berspektrum terlihat untuk
mengurangi kadar billirubin indireks (Suarta, Ayu, dan Made.
2016)
2 Tujuan Mengurangi kadar billirubin
3 Indikasi Anak dengan kadar billirubin indireks melebihi batas normal
4 Persiapan 1. Pastikan identitas pasien
2. Kaji kondisi anak (adanya hambatan' riwayat perdarahan'
fraktur)
3. Jaga privasi pasien
4. Jelaskan maksud dan tujuan pada keluarga
5. Libatkan orang tua
Persiapan alat :
1. Penutup mata
2. Penutup plastik
3. Lampu fluorense
4. box bayi
5. Alas box bayi
5 Prosedur kerja 1. Berikan salam' perkenalkan nama dan tanggung jawab
perawat
2. Jelaskan prosedur' tujuan dan lamanya tindakan pada
keluarga
3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
4. Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika keluarga merasa
tidak nyaman dengan prosedur yang dilakukan
5. Jaga privasi pasien
6. Cucii tangan dengan air mengalir dan keringkan tangan
dengan handuk
7 Siapkan box dengan penutup plastik dibawahnya untuk
menghindari cedera apabila lampu pecah
8. Hangatkan ruangan box dengan menyalakan lampu sehingga
suhu dibawah sinar lampu hingga suhu 25-30oC
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA