Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

PADA By. L DENGAN NEONATAL HEPATITIS

DI RUANG NEONATUS + BONA 2 DR. SOETOMO


SURABAYA
Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
Ariska Windy H.
NIM.132013143047

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
FORMAT PENGKAJIAN NENONATUS

Identitas Bayi: Identitas Orang Tua:


Nama Bayi : Bayi. L Nama Ayah: Tn. S
Jenis Kelamin : Perempuan Nama Ibu : Ny. B
Tanggal lahir : 24 januari 2021 Pekerjaan Ayah/Ibu: PNS
Anak ke :1 Pendidikan Ayah/Ibu: Ibu rumah tangga
Umur : 26 hari Agama : Islam
BB/PB : 2750 gram/46cm Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia
Apgar Score : 7-9 Alamat: Surabaya

RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Kulit dan mata kuning
Lama Keluhan : 1 minggu yang lalu
Akibat timbulnya keluhan : Demam naik turun selama 5 hari
Faktor yang memperberat : Bayi semakin hari semakin terlihat kuning, kurang aktif, latergi, reflek
rooting dan sucking lemah, malas menyusu serta menangis lemah

2. Riwayat Kesehatan lalu :


Ibu B mengatakan kulit dan mata anaknya kuning sejak 1 minggu yang lalu, demam kurang lebih 5 hari,
bayi tampak pucat, rewe, latergi, reflek rooting dan sucking lemah. Hasil TTV, N: 120x/mnt, RR:
30x/mnt,S: 38oC. Pemeriksaan antopometri didapatkan BBL 2750 gram, PB 46 cm, Lingkar kepala 33
cm, lingkar dada 31 cm.

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


Instruksi : Beri tanda cek (√) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-data dibawah ini. Gambarkan
semua temua abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila perlu.

1. Reflek
Moro ( √ ) Menggenggam ( lemah ) Menghisap ( lemah ) Startle
(lemah)
Tonik leher (-) Neck-righting (-) Reflek Gallant (baik)

2. Tonus Aktifitas
a. Aktif ( -) Tenang (-) Letargi (√ ) Kejang (- )
b. Menangis keras (-) Lemah ( √ ) Melengking (-)
Sulit menangis (-)

3. Kepala/Leher
a. Fontanel Anterior : Lunak (√ ) Tegas ( - )
Datar (√) Menonjol (- ) Cekung ( - )
b. Sutura Sagitalis : Tepat (√ ) Terpisah ( - ) Menjauh ( - )
c. Gambaran Wajah : Simetris (√ ) Asimetris ( - )
d. Molding : Caput sucedanum ( - ) Cephalohematoma ( - )

4. Mata:
a. Simetris (√ ) Tidak simetris ( -)
b. Sekresi : Ada ( - ) Tidak ada ( √ )
c. Purulen : Ada ( - ) Tidak ada ( √ )
d. Jaundice: ada ( √ ) tidak ada ( )
e. Sklera : Putih bersih ( - ) Jundice ( √ ) Kemerahan ( - )
f. Konjunctiva : Merah muda (√ ) Anemis ( - ) Hiperemi ( -)
g: Gerakan bola mata : Normal (√ ) Tidak normal ( - )

5. THT
a. Telinga Normal (√ ) Abnormal ( - )
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Bentuk/posisi : Normal/Simetris
Sekresi/cairan : Ada/tidak ada

b. Hidung
Bentuk : Normal (√ ) tidak normal ( - )
Simetris : iya
Cuping Hidung: tidak ada
Septum: normal
Sekresi:-

6. Abdomen
a. Lunak ( + ) Tegas (- ) Datar (√ ) Kembung (- )
b. Auskultasi Abdomen : tymphani hiperthimpani
c. Bising Usus : Tidak terdengar Ada : 34x/menit
d. Perkusi Abdomen : Sonor. Pekak
e. Tali pusat : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusar
Normal Layu lain-lain: tidak ada benjolan, tidak ada lesi
f. Lingkar perut: 29cm

7. Toraks
a. Simetris (√ ) Asmetris ( - )
b. Retraksi: Ada ( - ) Tidak Ada ( √ )
c. Kalvikula: Normal ( √ ) Abnormal ( - )

8. Paru-paru
a. Suara nafas Dextra & Sinistra : Sama (√ ) Tidak sama ( - )
b. Bunyi nafas di semua lapang paru : Terdengar ( √ )
Tidak terdengar ( - )
Menurun ( - )
c. Suara nafas : Bersih (√ ) Ronchi ( - ) Rales ( - ) Sekresi ( - )
d. Respirasi : Spontan (√ )
Alat Bantu : Tidak menggunakan alat bantu

9. Jantung
a. Bunyi : Normal Sinus Rhythm (NSR) (√) Frekuensi:30x/menit
b. Murmur ( - ) Gallop ( - )
c. Waktu pengisian kapiler : 3 detik
10. Ekstremitas
a. Gerakan Bebas (√ ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
b. Ekstremitas Atas : Normal ( ) Abnormal ( √ ), sebutkan:warna kuning
c. Ekstremitas Bawah : Normal ( ) Abnormal ( √), sebutkan:.warna kuning
d. Panggul : Normal ( √) Abnormal ( ), sebutkan:........
e.
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan -
Brakial kiri -
Femoral kanan -
Femoral Kiri -

11. Umbilikus
Normal (√ ) Abnormal (-)
Inflamasi ( -) Drainase (-)
Jumlah pembuluh darah: 3 (2 pembuluh darah arteri dan 1 pembuluh darah vena)

12. Genital
Perempuan normal ( √) Laki-laki normal ( - ) Abnormal ( - )

13. Anus : Paten (√) Imperforata (-)

14. Spina : Normal (√) Abnormal ( - )


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15. Kulit
a. Warna: pink ( - ) Pucat ( - ) Jaundice (√ )
Sianosis pada Kuku ( - ) Sirkumoral ( - )
Periorbital ( - ) Seluruh tubuh ( - )
b. Kemerahan (rash) (-)
c. Tanda lahir: tidak ada

16. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( -) Pengaturan Suhu ( - )
Inkubator ( -) Suhu Ruang (√ ) Boks Terbuka ( - )
b. Suhu kulit:38oC

DATA IBU
Nama Ibu : Ny. B Nama Ayah : Tn. L
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Alamat : Surabaya

RIWAYAT PRANATAL (ANC)


 Jumlah Kunjungan : 2 kali
 Bidan/Dokter : dr. A
 Pend-Kes yang didapat : Nutrisi, gerak janin dan tanda persalinan
 HPHT : 20 maret 2020
 Kenaikan BB selama Hamil : 8 kg
 Komplikasi kehamilan : Ibu mengidap hepatitis dengan hasil HbSAG (+)
 Komplikasi obat : tidak ada
 Obat-obatan yang didapat : Kalk (kalsium), promafit (multivitamin), hufabion (zat
besi+asam folat), SF/ferous sulfat (zat besi)
 Pengobatan yang didapat : tidak ada
 Riwayat hospitalisasi : tidak ada
 Golongan darah Ibu hamil :O
 Kehamilan direncanakan/tidak : tidak

RIWAYAT PERSALINAN (INTRA NATAL)

 Awal persalinan : Melalui SC


 Lama persalinan : 2 jam
 Komplikasi persalinan : tidak aa
 Terapi yang diberikan - jenis dan jumlah :
- lama pemberian :

 Lama antara ruptur vagina saat partus : persalinan SC


 Jumlah cairan ketuban : tidak terkaji
 Anestesi yang diberikan : Anestesi spinal
 Ada/tidak mekonium : tidak ada

CATATAN MONITORING FETUS

 Indikasi dilakukan monitoring :-


 Monitoring internal/eksternal :-
 Pola FHR (Fetal Hearth Rate) : normal (130 x/mnt)
 Analisa Gas Darah : Ph: 7,0, PaO2: 60%, PcO2: 50%

RIWAYAT KELAHIRAN

 Lama kala II : kelahiran SC


 Cara melahirkan : Pervaginam ( - )
Bantuan forceps/vacum extrasi ( - )
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Caesar (√ )
 Tempat melahirkan : Rumah bersalin/RS ( √) Rumah ( - ) Tempat lain ( - )
 Anestesi yang didapat : Anestesi spinal
 Obat-obatan : tidak terkaji
 Pola FHR (Fetal Hearth Rate) Kala II :
 Presentasi : distosi Bahu ( - ) compoun ( - )

RIWAYAT POST NATAL


 Usaha nafas dengan bantuan ( - ) Tanpa bantuan ( √ )
 Apgar score menit pertama (7 ) menit kelima ( 9 )
 Kebutuhan resusitasi : pemberian oksigen dan penghangat bayi
 Adanya trauma lahir (-)
 Adanya narkosis (- )
 Keluarnya urin ( -) BAB ( - )
 Respon fisiologis atau perilaku yang bermakana: reflek lemah, reflek rooting dan sucking lemah..
:
 Prosedur yang dilakukan
Aspirasi gaster (- )
Suksion trakea ( -)
Lain-lain (-)
RIWAYAT SOSIAL
 Strukstur Keluarga (Genogram)

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Bayi L

: Tinggal serumah

 Budaya
Suku : Jawa
Agama : Idonesia
Bahasa : jawa
 Perencanaan makanan bayi :
 Problem sosial yang penting :
Kurang sistem pendukung sosial ( -)
Perbedaan bahasa ( -)
Riwayat penyalahgunaan zat adiktif ( -)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lingkungan rumah yang kurang memadai ( -)
Keuangan (- )
Lain-lain ( -)
 Hubungan orang tua dan bayi :
IBU TINGKAH LAKU AYAH
√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara -
- Berkunjung √
- Memanggil nama -
√ Kontak mata √

Penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya : ibu sanga menerima bayinya


Penerimaan suami dan keluarga terhadap kehadiran bayi : baik diteria suami maupun denga
istri semua
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
Keluarga yang masih tinggal serumah : Mertua kakak kandung
Orang tua sendiri lain-lain:….
 Orang terdekat yang dapat dihubungi :
 Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya ( √ ) Tidak ( )
Respon :

 Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya (√ ) Tidak ( )


Respon :

 Anak Lain :
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
- - -

RIWAYAT NUTRISI
ASI : Ya Tidak
Colostrums : Ya Tidak, alasan……………
PASI : Ya Tidak
Alasan :
Ibu By. L mengatakan takut jika anaknya kekurangan minum, Ny. B disarankan
oleh mertua untuk memberi ASI agar bayinya cepat sehat dan besar. By. L minum ASI sedikit karena
ferlek menghisap lemah dan reflek menelan belum sempurna
Jenis :

RIWAYAT ELEMINASI
Miksi : sudah Sudah:3 kalix/24 jam
Mekonium : sudah Sudah:1 x/24 jam
Konsistensi : cair
Warna : kuning

DATA TAMBAHAN
 Pemeriksaan Penunjang

HbSAG (+), Bilirubin total 14,2 mg/dl, bilirubin direk 8,8 mg/dl, SGOT 1825 U/L, SGPT 702,1
U/L, Hemoglobin: 12,7 d/dl, Hematokrit 38,5 %, Leukosit 22.600/mm 3, dan trombosit
400.000/mm3
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

 Terapi
Mendapatkan pemberian imunisasi hepatitis B 0,5 ml Hbig dalam waktu 12 jam setelah lahir dan
5 mcg (0,5ml) vaksin rekombinan. Dextrase 5%, NaCl 0,45% 20 ggt/i makro, methioson 2x1
tablet

Surabaya, 25 februari 2021


Ners

(Ariska Windy)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ringkasan Kasus :
1. Identitas Bayi:
Bayi L, perempuan berusia 26 hari di rawat dibawa ke rumah sakit oleh ibunya, dengan keluhan
kulit dan mata kuning sejak 1 minggu yang lalu, disertai demam kurang lebih 5 hari aik turun,
bayi tampak pucat, rewel, menangis lemah dan letergi.

2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik:


Hasil pemeriksaan fisik reflek rooting dan sucking lemah, N: 120 x/mnt, RR: 30 x/mnt, S:
380C. Pemeriksaan antopometri didapatkan BBL: 2750 gram, PB: 46 cm, LL: 33 cm, LD: 31
cm. Bayinya semakin hari semakin terlihat kuning, kurang aktif, malas menyusu serta
menangis lemas.

3. Pemeriksaan penunjang:
Hasil lab:
HbsAG (+)
Bilirubin total:14,2 mg/dl
Bilirubin direk: 8,8 mg/dl
SGOT: 1825 U/L
SGPT: 702,1 U/L
Hb: 12,7 d/dl
Hematokrit: 38,5%
Leukosit: 22.600/mm3
Trombosit: 400.000mm3

4. Terapi:
Imunisasi hepatitis 0,5 ml Hbig dalam waktu 12 jam setelah lhir dan 5 mcg (0,5) vaksin
rekombinan. . Dextrase 5%, NaCl 0,45% 20 ggt/i makro, methioson 2x1 tablet
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISA DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


25 februari Ds: ibu bayi L, mengatakan Ibu dgn HbsAG (+) Ikterus neonatus
2021 semakin hari tubuh anaknya (D.0024)
semakin kuning Terjadi infeksi perinatal

DO: Infeksi melalui maternal


-Kulit tampak kuning fekal mikrotransfusion
-Mata kuning
-HbsAG (+) Nenonatus hapetitis
-Bilirubin total 14,2 mg/dl
-Bilirubin direk 8,8 mg/dl Terjadi peradangan pada
-SGOT 1825 U/L hati
-SGPT 702,1 U/L
-Hb: 12,7 d/dl Inflamasi hepar
- Hematokrit 38,5 %
-Leukosit 22.600/mm3 Kerusakan sel perenium
-Trombosit 400.000/mm3 hepar

Penurunan fungsi hepar

Kadar bilirubin
meningkat

Ikterus

Ikterus Neonatus
25 februari DS: Ibu bayi L, mengatakan Neonatus hepatitis Hipertermia
2021 demam selama 5 hari (D.0130)
suhunya naik turun Mengalami peradangan
pada hati
DO:
-Bayi tampak pucat, rewel, Inflamasi hepar
menangis dan latergi
-N: 120 x/mnt Respon infeksi pada
-RR: 30 x/mnt tubuh
-S: 38oC
-CRT: 3 detik Peningkatan suhu tubuh

hipertermia

25 februari DS: Ibu bayi L, mengatakan Neonatus hepatitis Defisit Nutrisi


2021 anak malas menyusu serta (D.0019)
menangis lemas Mengalami peradangan
DO: pada hati
- Bayi tampak pucat, lemah,
rewel, dan latergi Inflamasi hepar
- Bayi kurang aktif
- Reflek rooting dan sucking Pembentukan dan
lemah sekresi empedu
Antropometri: terganggu
-BBL 2750 gram
-PB 46 cm Gangguan metabolisme
-LK 33 cm
-LD 31 cm vomitus,lemah dan
Biomedik latergi
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
-Hb: 12,7 d/dl
-Hematokrit: 38,5% reflek rooting dan
-Leukosit 22.600/mm3 sucking lemah
-
Trombosit 400.000/mm3
Defisit nutrisi

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Hipertermia b.d. proses infeksi d.d. suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
2. Gangguan integritas kulit b.d. perubahan pigmentasi d.d. kerusakan lapisan kulit (D.0192)
3. Defisit nutrisi b.d. ketidak mampuan mencerna makanan d.d. nafsu menurun, bising usus
hiperaktif (D.0019)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSIS KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
25 februari 2021 10:00 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam Manajemen hipertermia (I.15506)
diharapkan masalah hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Observasi:
Termoregaulasi neonatus (L.14135) 1. Identifikasi penyebab hipertermia
- Suhu tubuh menurun (36,5-37,5oC) 2. Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit menurun Terapeutik:
3. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Lakukan pendinginan eksternal (Kompres air hangat
pada leher, dada,abdomen, aksila)
Edukasi:
5. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit itravena
25 februari 2021 11:00 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 ja Fototerapi Neonatus (I.03091)
diharapkan ikterus neonatus dapat teratasi dengan kriteria hasil: Observasi:
Integritas kulit dan jaringan (L.14125) 1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
- Kerusakan jaringan menurun 2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi
- Kerusakan lapisan kulit menurun dan berat badan
- Pigmentasi abnormal menurun 3. Monitor suhu dan tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
4. Monitor efek samping fototerapi
Terapeutik:
5. Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau kontak bayi
6. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
7. Berikan penutup mata (eye procter/bliband) pada bayi
8. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi
9. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
erkelanjutan
10. Ganti segera alas dan pokok bayi jika BAB/BAK
11. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan
cahaya sebanyak mungkin
Kolaborasi:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12. Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin direk dan
inderek.
25 februari 2021 12:00 Seteah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Pemantauan nutrisi (I.03123)
masalah defsit nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Observasi:
Status nutrisi (L.03030) 1. Identifikasi kemampuan menelan
- Berat badan membaik 2. Identifikasi kelainan eliminasi
- Nafsu makan membaik 3. Monitor asupan oral
- Bising usus membaik 4. Monitor warna konjungtiva
5. Mohitor hasil lab
Terapeutik:
6. Timbang BB
7. Ukur antopometri komposisi tubuh
8. Hitung perubahan BB
9. Atur interval hasil pemantauan
10. Dokumentasikan hasil pemantauan
11. Berikan susu formula atau ASI bila memungkinkan
Edukasi:
12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan informasikan
asil pemantauan
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT MODEL PIE (PROBLEM INTERVENSI EVALUASI)

MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


Hipertermi 13:00 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi 15:00 S : Ibu bayi L mengatakan tubuh bayi suhu
13:05 Respon: tubuh bayi demam akibat infeksi hepatitis panasnya menurun
B
2. Memonitor suhu tubuh setia 2 jam sekali selama O:
13:08 8 jam - Suhu tubuh menurun 37,5 0C
13:10 Respon: suhu 38oC - Tubuh bayi tidak panas
3. Menyediakan suhu yang dingin - Pucat menurun
Respon: Bayi tampak tenang tidak rewel - TTV:
13:20 4.Melakukan pendinginan eksternal dengan N: 95x/mnt
menggunakan kompres air hangat pada bagian S: 37,50C
13:25 aksila, leher, dada dan abdomen RR: 30 x/mnt
Respon: suhu tubuh bayi hangat N: 100x/mnt
5. Menganjurkan orang tua untuk melalukan tirah
baring pada bayi
6. Kolaborasi pemberiam cairan dan elektrolit IV : A : Masalah Keperawatan teratasi
Dextrase 5%, NaCl 0,45% 20 ggt/i makro
Respon: bayi tampak tenang dipasang infus
P: Intervensi dihentikan
Ikterus neonatus 14:00 1. Memonitor ikterik pada sklera dan kulit bayi 16:00 S: Ibu pasien mengatakan warna kuit
Respon: Kulit dan sklera menguning kuningnya memudar
2.Mengidentifikasi kebutuhan cairan dengan usia
gestasi dan berat badan O:
3. Memonitor suhu dan tanda-tanda vital setiap 4 - Kulit kuning menurun
jam sekali - Mata kuning memudar
Respon: S: 38oC, N:100x/mnt, RR: 30x/mnt - Bilirubin total 12 mg/dl
4. Monitor efek samping fototerapi - Bilirubin direk 7 mg/dl
Respon: bayi tampak rewel - SGOT: 384 U/L
5. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator atau - SGPT: 493 U/L
kotak bayi - Hb: 13,5 d/dl
6. Melepas pakaian bayi kecuali popoknya - Leukosit: 18.900/mm3
Respon: bayi menangis saat dilepas pakainya - Trombosit: 210.000/mm3
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7. Memakaikan penutup mata (eye procter/bliband)
pada bayi A: Masaah teratasi sebagian
Respo: bayi tenang
8. Mengukur jarak antara lampu dan permukaan P: Intervensi dilanjutkan (2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
kulit bayi kurang lebih 30 cm 9, 10, 11, 12)
9.Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi -
secara berkelanjutan
Respon: tubuh bayi terpapar sinar
10. Mengganti segera alas dan pokok bayi jika
BAK/BAB
Respon: bayi tampak rewel
11. Menggunkan linen bewarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin
12. Berkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
direk dan inderek
Respo: bayi menangis pada saat pengambilan darah
Defisit Nutrisi 15:00 1. Mengidentifikasi kemampuan menelan 17:00 S: ibu bayi L mengatakan bayi masih
Respon: Kemapuan menelan bayi L menurun tampak lemah, reflek rooting meningkat
dengan daya hisapnya melemah
2. Memonitor asupan oral O:
Respon: bayi L beum bisa menyusu oleh karena itu - Nafsu makan enurun
diberikan cairan parenteral dextrose da NaCl - Latergi
3. Meonito hasil lab - Pemberian cairan susu formula
Respon: menggunakan pipet dengan dosis
- Hb: 13,5 d/dl 60 ml/kgBB
- Leukosit: 18.900/mm3 - Reflek sucking melemah
- Trombosit: 210.000/mm3 - TTD
4. Menimbang BB bayi N: 100 x/mnt
Respon: S: 37,8oC
BB: 2750 gram RR: 30x/mnt
5. Mengukur antopometri bayi
Respon: P: Masalah belum teratasi (lanjutkan
PB 46 cm, Lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 intervensi 1,2,3,4,6,7,8 dan 9)
cm.
6. Menghitung perubahan BB bayi
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Respon: bayi saat pengkajian 2750 gram
7. Memberikan susu formula atau ASI
Respon: Susu formula diberikan pada bayi
menggunakan pipet
8. Mengatur hasil pemantauan
9. Mendokumentasikan hasil pemantauan
10. Menjelaskan ke orang tua tentang tujuan
pemantauan beserta hasilnya.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMBAHASAN

Pegkajian dilakukan pada tanggal 25 Februari 2021 jam 10:00 WIB di UGD didaptakan bayi Ny.B
jenis kelamin perempuan berusia 26 hari yang dibawa oleh ibunya dengan keluhan kulitnya kuing sejak
1 minggu yang lalu disertai demam selama 5 hari dengan suhu tubuhnya iak turun. Hasil pengkajian
didapatkan bayi tampak pucat, rewel, menangis lemah, latergi, reflek roting dan sucking lemah, suhu
38oC, frekuensi nafas 30x/mnt, frekuensi nadi 120 x/mnt. Pada saat pemeriksaan antopometri didaptkan
berat badan bayi 2750 gram, dengan panjang badan 46 cm, Lingkar kepala 33 cm, dan lingkar dada 31
cm. Penyebab bayi kuning disertai demam menurut (Bersal, Rahma, & Krisna. 2012) adalah terjadinya
proses infeksi yang disebabka oleh virus hepatitis. Menurut Naabaskhsh (2011) meskipun pemberian
vaksin VHB dan HBIG yang tinggi memiliki efektivitas sebagai post-exposure prophylaxis (PEP) pada
bayi baru lahir, namun pemberian vaksin tersebut memiliki kegagalan 3%-9% terutama pada bayi yang
lahir dari ibu dengan serum maker VHB positif. Hal ini mungkin tergadi karena adanya transmisi VHB
intrauterin (transmisi prenatal). Mekanisme pasti VHB prenatal samapai saat ini belum diketahui secara
pasti, nemun ada beberapa hipotensi yang diduga berperan yaitu, adanya defek pada barier plasenta,
infeksi plasenta dan transmisi VHB transplasenta, melalui ascending dari secrek vagina yang
mengandung virus dan fetus terinfeksi VHB sejak proses konsepsi.Virus hepatitis B dapat menembus
plasenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau paja janin baru lahir. Salah
satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk VHB dalam persistensi VHB adalah mekanisme
persistensi infeksi VHB pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg positif. Diduga
persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap HBeAg yang masuk ke dalam tubuh
janin mendahului invasi VHB, persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah
precore dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HBeAg, tidak adanya HBeAg pada
mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi VHB (Gulcan, Tiker, & Kilicdag. 2007).
Rencana intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan hipertermia adalah dengan
melakukan manajemen hipertermia. Adapun tndakan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi
penyebeb hipertermia, monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yang dingin, melonggarkan pakaian
anak, melakukan tindakan pendingian eksternal yaitu dengan mengompres air hangat, menganjurkan
orang tuan untuk menirah baringkan bayi, dan melakukan kolaborasi pemberian cairan intravena bertupa
Nacl dan Dextrose. Melakukan pendinginan eksternal dengan mengompres air hangat efektif untuk
menurunkan hipertermi. Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kurnia Dewi, 2019). Hasil penelitian Tri Redjeki
(2002), dirumah sakit umum Tidar Magelang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak
menurunkan suhu tunuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi
pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran
akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh,
dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga
akan terjadi perubahan suhu tubuh.
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah lain yang ditemukan adalah ikterus neonatus. Ikterus
neonatus adalah kulit dan membarn mukosa neonatus enguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin
tidak terkonjungasi masuk ke dalam sirkulasi (PPNI, 2017). Peningkatan bilirubin disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis. Ikterus atau "sakit kuning" pada penderita hepatitis B lebih kepada tampilan klinis
pada penderitanya (mata dan kulit penderita tampak kuning). Ikterus terjadi karena tingginya kadar
bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia) akibat kerusakan hati yang disebabkan infeksi virus tersebut.
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan ikterus pada bayi baru lahir akan muncul dalam
24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pada hiperbilirubinemia patologis kadar serum bilirubin total
akan meningkat lebih dari 5 mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar serum bilirubin akan
meningkat 17 (Bersal, Rahma, & Krisna. 2012). Adapun rencana intervensi yang dapat dilakukan pada
ikterus neonatus adalah dengan intervensi utama fototerapi pada bayi. Menurut Bersal, Rahma, & Krisna.
(2012) salah satu penatalaksanaa terapeutik pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia adalah
fototerapi, tindakan fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbiliribuemia pada bayi baru lahir
bersifat patologis. Fototerapi berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan unrine
dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Tata laksana hiperbilirubinemia bertujuan untuk
mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang neurotoksik. Tata laksana
terkini, meliputi pemberian air susu ibu (ASI), fototerapi, dan tranfusi tukar. Penggunaan fototerapi
sebagai salah satu terapi hiperbilirubinemia telah dimulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam
menurunkan insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat hiperbilirubinemia. Keuntungan fototerapi,
antara lain, tidak invasif, efektif, tidak mahal, dan mudah digunakan. Fototerapi mengurangi
hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan isomerisasi structural (Suarta, Ayu, dan Made,
2016).
Bedasarkan pengkajian masalah berikutnya yaitu defisit nutrisi, defisit nutrisi disebabkan karena
bayi dengan latergi, menolak menuyussu, lema dan sucking melemah atau kemungkinan efek dari
tindakan fototerapi. Intervensi utama atau tindakan keperawtan yang dilakukan dengan pemantauan
nutrisi pada bayi. Pemenuhan kebutuhan cairan pada bayi untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat
dan mencegah terjadinya dehidrasi selama fototerapi merupakan tanggung jawab perawat (Hockenberry
& Wilson, 2007; Murray & Rinney, 2007). Menurut Frerichs (1879) dalam Gourley (2000), yang
menjelaskan bahwa perawatan yang buruk dapat berpengaruh buruk pada bayi baru lahir yang me-
ngalami hiperbilirubinemia. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan memiliki tujuan untuk
mempertahankan status hidrasi pada bayi agar tetap dalam keadaan normal yakni dengan meningkatkan
jumlah masukan cairan, yaitu berupa ASI dan atau susu formula selama periode fototerapi. Penelitian
yang dilakukan oleh Gulcan, Tiker, dan Kilicdag (2007) yang mencatat bahwa ada nya kehilangan berat
badan yang lebih besar dari berat badan lahir pada bayi yang disusui oleh ibunya selama fototerapi, hal
ini diduga disebabkan karena rendahnya masukan cairan, rendahnya intake kalori atau peningkatan
sirkulasi enterohepatik dari bilirubin pada bayi yang mendapatkan ASI (Gourley, 2000).
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA
Bersal, Rahma, & Krisna. 2012. Pemberian Asi Efektif Mempersingkat Durasi Pemberian
Fototerapi. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol., 15., No., 01.
Gourley, G.R. 2000. Breastfeeding, diet, and nenonatal hyperbilirubinemia. Neorevies. Vol., 01.
No., 02. Hal 25-29
Gulcan, H., Tiker, F., & Kilicdag, H. 2007. Effect of feeding type on the efficacy of phototerapy.
Indian Pediatric Journal. No., 44. Hal 32-36.
Hockenberry, M.N., & Wilson, A. 2007. Essentials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
Elsevier
Kurnia Dewi. 2019. Efektivitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu tubuh Pada An. D
dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan. Vol., 05, No.,
02.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tri Redjeki, H. 2002. Perbandingan Pengaruh Kompres Air Hangat dan Kompres Dingin untuk
menurunkan Suhu Anak Demam dengan Infeksi di RSU Tidar Magelang. Skripsi FK.
UGM
Suarta, Ayu, dan Made. 2016. Efektivitas Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah. Jurnal Sari Pediatri. Vol., 18. No., 02.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Standart Operational Procedur (SOP)


FOTOTERAPI PADA BAYI

Standar Operasional Prosedur Foto Terapi pada bayi

1 Definisi Pemberian terapi sinar pada bayi baru lahir dengan pajanan
sinar berintensitas tinggi dan berspektrum terlihat untuk
mengurangi kadar billirubin indireks (Suarta, Ayu, dan Made.
2016)
2 Tujuan Mengurangi kadar billirubin
3 Indikasi Anak dengan kadar billirubin indireks melebihi batas normal
4 Persiapan 1. Pastikan identitas pasien
2. Kaji kondisi anak (adanya hambatan' riwayat perdarahan'
fraktur)
3. Jaga privasi pasien
4. Jelaskan maksud dan tujuan pada keluarga
5. Libatkan orang tua
Persiapan alat :
1. Penutup mata
2. Penutup plastik
3. Lampu fluorense
4. box bayi
5. Alas box bayi
5 Prosedur kerja 1. Berikan salam' perkenalkan nama dan tanggung jawab
perawat
2. Jelaskan prosedur' tujuan dan lamanya tindakan pada
keluarga
3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
4. Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika keluarga merasa
tidak nyaman dengan prosedur yang dilakukan
5. Jaga privasi pasien
6. Cucii tangan dengan air mengalir dan keringkan tangan
dengan handuk
7 Siapkan box dengan penutup plastik dibawahnya untuk
menghindari cedera apabila lampu pecah
8. Hangatkan ruangan box dengan menyalakan lampu sehingga
suhu dibawah sinar lampu hingga suhu 25-30oC
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Nyalakan lampu dan pastikan semua lampu fluorense


menyala
10. Ganti tabung lampu yang sudah terbakar pemakaian 2000
jam atau 3 bulan walaupun lampu masih bekerja
11. Pasang sprei putih dan alas kasur pada pelbet' tempat tidur
bayi atau inkubator dan letakkan tirai putih disekitarnya untuk
memantulkan kembali sinar ke bayi sebanyak mungkin
12. Letakkan bayi dibawah sinar fototerapi
13. Cahaya diberikan pada jarak 30-50 cm di atas bayi.
14. Jika berat bayi diatas 2 kg' letakkan bayi telanjang
15. Tutupi mata bayi dengan penutup mata
16. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
17. Pastikan bayi juga diberi makan atau minum
18. Ukur suhu bayi bila lebih dari 37,5OC hentikan sementara
19. Cek kadar billirubin setelah 12 jam
20. Hentikan bila selama 3 hari billirubin tidak terukur
21. Rapikan alat
22. Cuci tangan
6 Evaluasi 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinformement positit
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
7 Dokumentasi 1. Catat tindakan yang sudah dilakukan tanggal dan jam
pelaksanaan pada catatan keperawatan
2. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
3. Dokumentasi hasil tidakan.

Anda mungkin juga menyukai