Oleh:
Disusun oleh:
SURABAYA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium
uteri eksternum (Kemenkes, ND).
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2011). Data ini didapatkan dari
registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal
dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker
serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar
200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita
usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.
Kanker serviks merupakan kanker peringkat kedua setelah kanker payudara
yang berkisar 10% dari seluruh kanker pada wanita. Kanker serviks merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker di usia reproduktif pada wanita di negara
negara berkembang. Angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks tidak
pernah menurun di negara-negara berkembang karena skrining yang buruk.
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke- 7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari
Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan
setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan
sangat mempengaruhi hidup dari penderita dan keluarganya serta juga akan sangat
mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu
peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang deteksi
dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.
IV. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah pasien dan atau
keluarganya di ruang Kemoterapi Instalasi Onkologi Terpadu Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
V. Materi
(terlampir)
VI. Metode
Metode dalam penyuluhan ini adalah :
Membagikan video edukasi dan diskusi pada grup Whatsapp/instagram
VII. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah:
Video edukasi
Job Description Pengorganisasian
1. Moderator
a. Bertanggung jawab atas kelancaran acara
b. Membuka dan menutup acara
c. Mengatur waktu penyajian sesuai dengan rencana kegiatan
d. Mengatur jalannya diskusi
2. Penyuluh
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
a. Menjawab pertanyaan jika ada peserta yang bertanya kepadanya.
b. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
c. Menjelaskan tentang istilah atau hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
d. Memotivasi peserta untuk aktif dalam prosesdiskusi
4. Observer dan Notulen
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
Evaluasi
1. Kriteria Struktural.
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan satu hari sebelum acara dilaksanakan
b. Pengumpulan SAP dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Peserta hadir pada waktu yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja
sama dengan Tim Perawat Ruang Kemoterapi.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria Proses.
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA (Plan of Action)
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil:
a. Ada umpan balik positif dari peserta, seperti dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh pemateri (penyaji)
b. Peserta ikut aktif dalam proses diskusi
c. Peserta mampu menjawab dengan benar sebanyak 75% dari pertanyaan
penyaji
(Lampiran)
MATERI PENYULUHAN
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
I. Pengertian Kanker Serviks
merupakan keganasan (kanker) yang berawal dari mulut rahim (serviks), yaitu
bagian bawah Rahim (uterus) yang bermuara pada bagian atas vagina (Soetomo,
2014).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
Diananda, 2007). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur,
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker leher rahim dapat juga
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18 (Komisi Penanggulangan
Kanker Indonesia, ND). Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara
lain:
1) Usia
Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi
(1994) pada usia 45-54 tahun. Pada penelitian lain secara retrospektif di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk periode Januari 2000 sampai
dengan Juli 2001 dengan interval umur mulai 21 sampai 85 tahun (N=307)
(Rini, 2009).
terjadinya karsinoma serviks dengan usia saat seorang wanita mulai aktif
cenderung muncul bila saat mulai aktif berhubungan seksual pada saat usia
kurang dari 17 tahum dan usia antara 15-20 tahun merupakan periode yang
rentan.
usia 15-19 tahun dibandingkan yang menikah di usia 20-24 tahun, pada
karsinoma serviks menikah pada usia 15-19 tahun, hasil serupa juga
Kehamilan yang optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga, Kehamilan
bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko terkena kanker
bersalin 6 kali atau lebih mempunyai risiko menderita kanker serviks 1,9
kali lebih besar daripada golongan wanita yang bersalin anatara 1-5 kali,
meskipun hal ini merupakan faktor risiko namun hal tersebut harus
dan persalinan yang melebihi 3 orang dan jarak kehamilan terlalu dekat
tiga.
4) Tingkat Pendidikan Rendah
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang dan
hormon yang terlibat yaitu hormon estrogen sintetik dalam bentuk etinil
virus HPV (Urban et al., 2012). Pada faktor penggunaan alat kontrasepsi
pil kontrasepsi < 4 tahun. Uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
kanker serviks, penis, dan vulva. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10
kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel serviks. Sel epitel serviks
akan mentoleransi dan mengenali protein tersebut tetapi jika wanita itu
perbaikan dari sel serviks sehingga akan menghasilkan luka. Adanya luka
menjadi 10 kali lipat lebih besar pada wanita yang mempunyai partner sex
8) Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurukan daya tahan serviks di
9) Defisiensi vitamin
10) Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, iritasi menahun
terbesar 4,0
cm atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar
bawah
ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai
dinding panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau
menjadi kanker invasif, gejalan yang paling umum adalah perdarahan (contact
dapat terjadi di luar masa haid dan pasca menopause. Jika tumornya besar, dapat
terjadi infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang mengalir keluar dari vagina.
Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang atau perut
bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai
obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi
kesadaran (otak), sesak atau batuk darah (paru), tulang (nyeri atau patah), hati
V. Deteksi Dini
a. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah
sebelumnya.
setahun sekali
pemeriksaan negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan jika positif maka
Pap smear merupakan porsedur klinik untuk memeriksa sel yang berasal
dari serviks. Tujuan utama dari pemeriksaan ini untuk menilai adanya
perubahan sel yang abnormal yang mungkin berasal dari kanker serviks
a. Evaluasi sitohormonal
b. Mendiagnosis peradangan
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi terarah dan patologi. Pap smear
sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih ada
tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa
memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita
yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.
Selain tes pap, metode yang seringkali digunakan adalah tes IVA
serviks sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada negara
Tes IVA adalah tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka
(asam asetat 2%) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat
melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode
20 tahun lebih awal. Wanita yang memiliki faktor risiko juga merupakan
diberi asma asetat/ asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan
oleh Hinselman (1952) dengan cara memulas serviks dengan kapas yang
telah dicelupkan ke dalam asam asteat 3-5%. Pemberian asam asetat itu
kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika
akan berwarna putih, disebut juga epitel putih. JIka makin putih dan
ukuran tumor, usia, dan status kesehatan secara umum., serta apakah
bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total.
DAFTAR PUSTAKA