Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

HIPERTIROID

Pengertian Hipertiroid atau hipersekresi hormone tiroid merupakan sebuah kelainan atau
gangguan pada kelenjar tiroid. Pada umumnya jenis kelamin perempuan lebih
berpotensi untuk mengalami Hipertiroidisme dari pada pria. Gangguan Hipertiroid
muncul karena kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid lebih dari yang di
butuhkan tubuh, terkadang hal tersebut di katakan sebagai tirotoksikosis.
Tirotiksikosis adalah istilah lain dari sebuah keadaan dimana dalam darah hormon
tiroid di hasilkan terlalu banyak (Haryono & Susanti, 2019).
Assessment 1. Bersihan jalan nafas: Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
keperawatan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas, Status
GCS.
2. Nyeri akut: biasanya pasien mengalami nyeri tekat pada daerah yang sakit dan
paling sering terjadi akibat cedera jaringan karna trauma pembedahan atau
implamasi( peradangan ).
3. Hipertermia: Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Perubahan kardivaskuker : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolic
menurun, takikardia walaupun waktu istirahat, distritmia, dan murmur.
5. Defisit Nutrisi: Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makanan
bertambah, serta kolestrol dan trigliserida serum menurun.
6. Defisit pengetahuan : Perhatian pendek, emosi stabil, tremor, dan hiperkinesis.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur
asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan, kurangnya
paparan informasi.
7. Risiko infeksi: karena radang, inflamasi, atau radiasi. Akan tetapi bisa juga
dikarenakan pasien mengonsumsi hormone tiroid berlebihan
8. Pengkajian lain : bio, psiko, sosial, spiritual, budaya
Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.005)
keperwatan
2. Nyeri akut ( D.0077 )
3. Hipertermia (D.0130)
4. Defisit nutrisi (D.0019)
5. Defisit pengetahuan (D.0111)
6. Risiko infeksi (D.0142)
Kriteria 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.005)
evaluasi
Ekpetasi: Pola Nafas membaik
kriteria hasil :
¨ whezzing menurun
¨ dipsnea menurun
¨ sianosis menurun
¨ frekuensi nafas menurun
2. Nyeri akut ( D.0077 )
Ekpetasi: Nyeri menurun
Kriteria hasil :
¨ Tingkat nyeri menurun
¨ Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
¨ Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
¨ Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

3. Hipertermia (D.0130)
Ekpetasi: Termoregulasi membaik
kriteria hasil :
¨ Menggigil menurun.
¨ Kulit merah menurun.
¨ Pucat menurun.
¨ Suhu tubuh membaik.
¨ Suhu kulit membaik.
¨ Tekanan darah membaik.

4. Defisit nutrisi (D.0019)


Ekpetasi: Nutrisi meningkat
kriteria hasil :
¨ Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
¨ Kekuatan otot mengunyah meningkat
¨ Kekuatan otot menelan meningkat
¨ Berat badan membaik
¨ Frekuensi makan membaik
¨ Nafsu makan membaik
¨ Membran mukosa membaik

5. Defisit Pengetahuan (D.0111)


Ekpetasi: Tingkat pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil :
¨ Pasien melakukan sesuai anjuran
¨ Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
¨ Pasien mengajukan pertanyaan

6. Risiko infeksi (D.0142)


Ekpetasi: Infeksi menurun
Kriteria hasil :
¨ Tingkat nyeri menurun
¨ Integritas kulit dan jaringan membaik
¨ Kontrol resiko meningkat
¨ Pengcegahan Infeksi

Intervensi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.005)


Keperawatan
Pemantauan Respirasi Observasi ( I.01006 )
¨ Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
¨ Monitor polanapas
¨ Monitor kemampuan batuk efektif
¨ Monitor adanya produksi sputum
¨ Monitor adanya sumbatan jalannapas
¨ Monitor saturasi oksigen
¨ Monitor nilai AGD
¨ Monitor hasil X-Ray toraks
Terapeutik
¨ Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
¨ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
¨ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
¨ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
Penghisapan Jalan Napas Observasi
¨ Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
¨ Monitor status oksigenasi, status neurologis, dan status hemodinamik
sebelum, selama dan setelah tindakan
¨ Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret

Terapeutik
¨ Gunakan tindakan aseptik
¨ Gunakan prosedural steril dan disposibel
¨ Gunakan teknik penghisapan tertutup,sesuai indikasi
¨ Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) paling sedikit 30 detik
sebelum dan setelah tindakan
¨ Lakukan penghisapan lebih dari 15detik
¨ Hentikan penghisapan dan berikan terapi oksigen jika mengalami kondisi-
kondisi seperti bradikardi, penurunan saturasi
Edukasi
¨ Anjurkan melakukan teknik napas dalam, sebelum melakukan
penghisapan
¨ Anjurkan bernapas dalam dan pelan selama insersi kateter suction

2. Nyeri akut ( D.0077 )


Manajemen Nyeri (L. 08066)
Observasi
¨ lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
¨ Identifikasi skala nyeri
¨ Identifikasi respon nyeri non verbal
¨ Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
¨ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
¨ Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
¨ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
¨ Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
¨ Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
¨ Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
¨ Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
¨ Fasilitasi istirahat dan tidur
¨ Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
¨ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
¨ Jelaskan strategi meredakan nyeri
¨ Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
¨ Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
¨ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
¨ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgetik
Observasi
¨ Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
¨ Identifikasi riwayat alergi obat
¨ Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
¨ Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
¨ Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
¨ Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
¨ Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum

¨ Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien

¨ Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak


diinginkan
Edukasi
¨ Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
¨ Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

3. Hipertermia (D.0130)
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
¨ Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas
penggunaan incubator)
¨ Monitor suhu tubuh

¨ Monitor kadar elektrolit

¨ Monitor haluaran urine


Terapeutik
¨ Sediakan lingkungan yang dingin
¨ Longgarkan atau lepaskan pakaian
¨ Basahi dan kipasi permukaan tubuh
¨ Berikan cairan oral
¨ Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
¨ Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
¨ Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
¨ Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
¨ Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
¨ Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Regulasi Temperatur (I.14578)
Observasi
¨ Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5 C)
¨ Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
¨ Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
¨ Monitor warna dan suhu kulit
¨ Monitor dan catat  tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
Terapeutik
¨ Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
¨ Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
¨ Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses evaporasi
¨ Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
¨ Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau jellpad dan
intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
¨ Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
¨ Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke
¨ Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
Kolaborasi
¨ Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
¨ Identifikasi status nutrisi
¨ Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
¨ Identifikasi makanan yang disukai
¨ Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
¨ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
¨ Monitor asupan makanan
¨ Monitor berat badan
¨ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
¨ Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
¨ Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
¨ Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
¨ Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
¨ Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
¨ Berikan suplemen makanan, jika perlu
¨ Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
¨ Anjurkan posisi duduk, jika mampu
¨ Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
¨ Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
¨ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlU
Promosi Berat Badan
Observasi
¨ Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
¨ Monitor adanya mual dan muntah
¨ Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
¨ Monitor berat badan
¨ Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik
¨ Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
¨ Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan dengan tekstur
halus, makanan yang diblander, makanan cair yang diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui indikasi)
¨ Hidangkan makan secara menarik
¨ Berikan suplemen, jika perlu
¨ Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
¨ Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
¨ Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

5. Defisit pengetahuan (D.0111)


Edukasi Kesehatan
Observasi
¨ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
¨ Identifikasi faktor-faktor yang dapan meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
¨ Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
¨ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
¨ Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
¨ Jelaskan faktor risiko yang dapan mempengaruhi kesehatan
¨ Ajarkan perilaku hidup dan sehat
¨ Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

6. Risiko infeksi (D.0142)


Pencegahan Infeksi (L.14137)
Observasi
¨ Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
Terapetik
¨ Berikan perawatan kulit pada area edema
¨ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
¨ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
¨ Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
¨ Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan Luka
Observasi :
¨ Monitor karakteristik luka (drainase, warna ukuran, bau)
¨ Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
¨ Lepaskan balutan dan plester seccara perlahan
¨ Bersihkan dengan Nacl
¨ Bersihkan jaringan nikrotik
¨ Berikan salaf yang sesuai kekulit
¨ Pertahan teknik steril saat
¨ melakukan perawtan luka
Edukasi:
¨ Jelaskan tanda, gejala infeksi
Kolaborasi:
¨ Kolaborasi prosedur debridement
Informasi dan 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses penyakit atau
Edukasi
prognosis, perawatan diri dan kebutuhan pengobatan.
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi sesuai diet
Evaluasi 1. Bersihan jalan nafas membaik
2. Nyeri akut menurun
3. Hipertermia menurun
4. Defisit nutrisi membaik
5. Defisit pengetahuan membaik
6. Risiko infeksi menurun
Penelaah Kritis Komite Keperawatan
Unit Pengolah Unit Keperawatan
Kepustakaan 1. Haryono, R., & Susanti, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
2. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan pengurus
pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan pengurus
pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan pengurus pusat,
persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai