Anda di halaman 1dari 7

10. Tn.

L usia 35 th, datang ke RS diantar polisi kasus KLL, saat datang pasien tidak
sadar,tampak perdarahan dari mulut & hidung, tampak luka memar pada dahi & pelipis,
nafas terdengar gargling, mata terpejam tak ada respon saat dirangsang nyeri, fleksi
abnormal & terdengar melenguh. Hasil observasi: TD: 117/75, HR: 101x/mnt, RR:27 x/mnt,
Hasil AGD= PH: 7,54, PO2: 90 mm Hg, PCO2: 25 mm Hg, O2 Saturasi: 96%, HCO3: 23.3
mcq/L.

TUGAS PRIBADI
1. Buatlah analisis kasus ini dengan berpedoman pada form laporan askep gadar
(lihat dipedoman),
2. Buatlah LP konsep dasar & askep gawat darurat nya
3. Laporan diketik

FORMAT LAPORAN ANALISIS KASUS ASKEP GAWATDARURAT

Nama Mahasiswa : ANA HARYANTI (3720200001)


Nama Pasien : Tn. L
Diagnosa medis : Faktur Basis Cranii

Tanggal pe ngkajian : 21 JUli 20 21

Initial Assesment
1. a. Pengkajian primer : (pengkajian Airway, Breathing, Circulation, dan
Dissability)
Airway : suara nafas gargling, sumbatan obtruksi
Breathing : RR 27x/m, ada gangguan breathing
Circulation : Hr 101x/m, TD 117/75 mmHg, PH: 7,54, pada sirkulasi tidak ada syok
Dissability : Positif, Tingkat kesadaran 123 (Eye 1, Verbal 2, Motorik 3)

b. Pengkajian sekunder: (meliputi pengkajian riwayat keperawatan dan
head to toe)
pasien mengalami
1. Perdarahan dari lubang hidung / telinga
2. Racoon Eyes (memar didaerah mata)
3. tampak luka memar pada dahi & pelipis
4. nafas terdengar gargling
5. mata terpejam tak ada respon saat dirangsang nyeri
6. fleksi abnormal & terdengar melenguh

c. Pemeriksaan penunjang: (meliputi pemeriksaan laboratorium, rotgen, CT scan)

- pemerikasaan laboratorium
Hasil AGD= PH: 7,54, PO2: 90 mm Hg, PCO2: 25 mm Hg, O2 Saturasi: 96%,
HCO3: 23.3 mcq/L.
- CT scan membantu dalam diagnosis skull faktur, slice tipos bone windo hingg
ukuran 1-1,5 mm. sangat membantu dalam menvisualisasikan fraktur condylar
occipital.

2. Diagnose keperawatan: (Se suai SD KI)


- Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan cedera kepala (D.0017)

- Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan tampak

meringis (D.0077)

- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas

dibuktikan dengan bunyi napas gargling (D.0001)

3. Rencana keperawatan (Sesuaikan SIKI)

MANAJEMEN PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL (I. 06198)


Observasi

 Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema


serebral)
 Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
 Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
2. Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Hindari maneuver Valsava
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh normal
3. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

MANAJEMEN NYERI (I. 08238)

1. Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)

1. Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

4.Tindakan keperawatan yang dilakukan: (dilakukan untuk mengatasi

kondisi yang didapat dari pengkajian primer)

- pastikan 3 A : aman diri, aman pasien, aman lingkungan


Airway
- Periksa Airway :  Look, Listen, Feel * bila Gurgling lakukan suction / di miringkan (Log Roll
- bila Curiga FR. Tulang BASIS CRANII, cek Perdarahan dari lubang hidung / telinga, Racoon
Eyes, Beatle Sign, Brill Hematom
- Khusus untuk Pasien non trauma yang tidak sadar, Buka Airway dengan tehnik Head Tilt &
ChinLift
Breathing
- berikan oksigen Canul  2- 6 LPM
Circulasion
- perbaiki volume untuk cegah syok lebih lanjut, pertimbangkan pemberian transfusi
darah
Disability
- Melakukan GCS ( eye, verbal, motoric)
- Memperbaiki volume untuk cegah syok lebih lanjut
- Melakukan pemeriksaan kekuatan otot motoric dengan kedua tangan pasien di
pegang kuat oleh petugas kemudian di lepas berbarengan kemudian di nilai
kekuatan ototnya, begitupula untuk bagian kaki.
5. Evaluasi hasil tindakan: (didapat setelah tindakan untuk mengatasi
masalah primer dilakukan)
S : pasien mengatakan masih merasa pusing
O : terdapat edema pada wajah
-Kesadaran composmentis
-Tidak terjadi peningkatan tekanan intracranial (TIK)
- Tanda-tanda vital normal
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di hentikan. Pasien di pindahkan ke ruang perawatan

https://fdokumen.com/reader/full/lp-fraktur-basis-cranii

iagnosa Keperawatan
1.  Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan penurunan
aliran darah ke serebral (hemoragi, hematoma); edema cerebral,
2. 
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergesaran fragmen tulang
4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurosensori
5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.

Resiko kekurangan volume cairan
iagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan penurunan
aliran darah ke serebral (hemoragi, hematoma); edema cerebral,
2.
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergesaran fragmen tulang
4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurosensori
5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.

Resiko kekurangan volume cairan
iagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan penurunan
aliran darah ke serebral (hemoragi, hematoma); edema cerebral,
2.
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergesaran fragmen tulang
4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurosensori
5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.

Resiko kekurangan volume cairan
iagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan penurunan
aliran darah ke serebral (hemoragi, hematoma); edema cerebral,
2.
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergesaran fragmen tulang
4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurosensori
5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.

Resiko kekurangan volume cairan
iagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan penurunan
aliran darah ke serebral (hemoragi, hematoma); edema cerebral,
2.
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan pergesaran fragmen tulang
4.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurosensori
5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.

Resiko kekurangan volume cairan

Anda mungkin juga menyukai