DIIAGNOSA KEPERAWATAN DS : - Istri Tn. B mengatakan bahwa suaminya mempunyai riwayat hipertensi sudah lama dan sampai sekarang
DO : - Pasien tidak sadar saat dibawa ke RS dan mengalami penurunan kesadaran saat dikaji, GCS 2-2-4, stupor - Pasien terlihat gelisah - Adanya nyeri tekan di kepala saat di palpasi - Terdapat pembesaran pada daerah frontal sinistra - Tanda tanda vital : TD : 160/120 mmHg Nadi : 88x/ menit RR : 28x/menit Suhu : 37,6C - Pada saat pemeriksaan ekstremitas terdapat luka pada jari kaki karena terjatuh sebelum MRS - Pada pemeriksaan fungsi neurologis terdapat nyeri kepala, kaku kuduk, mual, muntah - Pemeriksaan darah lengkap : LED : 12 (N : L= 0-10 mm/jam, P=0-2 mm/jam)
Hipertensi Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko hipertensi DS : -
DO : - Pasien terlihat gelisah - Pasien terlihat lemah - TTV : TD : 160/120 mmHg Nadi : 88x/menit RR : 28x/manit Suhu : 37,6C - Terdapat sekret pada mulut, Disfungsi neurologis Ketidakefektifan pola nafas Ketidakefektifan pola nafas dengan faktor resiko Disfungsi neurologis hipersalivasi - Suara paru terdengar ngorok/ronchi - Terdapat ascites saat palpasi abdomen DS : -
DO : - Aktivitas pasien dibantu total - Pasien bedrest - Pasien terlihat lemah - TTV : TD : 160/120 mmHg Nadi : 88x/manit RR : 28x/manit Suhu : 37,6C - Kekuatan otot
DO : - Pasien terlihat gelisah - Terdapat secret pada mulut, hipersalivasi - Suara paru terdengar ngorok/ronchi
Disfungsi neurologis, Sekresi dalam bronkhi Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Disfungsi neurologis, Sekresi dalam bronkhi DS : - Ny. S mengatakan masuk ke rumah dan mendapati Tn. B sudah terjatuh di lantai dapur - Istri Tn. B mengatakan bahwa suaminya mempunyai riwayat hipertensi sudah lama dan sampai sekarang - Istri Tn. B juga mengatakan kalau suaminya sering mengeluh sakit kepala jika tensinya meningkat
DO : - Pasien terlihat gelisah - Adanya nyeri tekan di kepala Agens cedera fisik Nyeri akut Nyeri akut saat di palpasi - Terdapat pembesaran pada daerah frontal sinistra - Tanda-tanda vital : TD : 160/120 mmHg Nadi : 88x/menit RR : 28x /menit Suhu : 37,6C
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko hipertensi 2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Disfungsi neurologis, Sekresi dalam bronkhi 3 Ketidakefektifan pola nafas dengan faktor resiko Disfungsi neurologis 4 Hambatan mobilitas fisik b/d Gangguan neuromuskular 5 Nyeri akut b/d agens cedera fisik no Diagnosa keperawatan NOC NIC 1 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko hipertensi Neurological status Definisi : Kemampuan perifer dan sistem saraf pusat untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus eksternal dan internal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral dapat di diatasi dengan indicator : 1. Penurunan tingkat Kesadaran (5) 2. Tekanan intracranial (5) 3. Tekanan darah sistolik (5) 4. Tekanan darah diastolic (5) 5. Gelisah (5) 6. Perubahan nadi (5) 7. Perubahan pada frekuensi pernafasan (5) 8. Kaku kuduk (5) 9. Mual (5) 10. Muntah (5)
Monitoring neurologis : 1. kaji tingkat kesadaran pasien 2. kaji GCS pasien (PCO2, PO2, PH< SaO2, dan kadar Hb untuk menentukan pengiriman oksigen ke jaringan 3. Monitor tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu) 4. Pantau TIK dan respon neurologis pasien Vomiting management : 1. Kaji muntah (warna, konsistensi, darah, waktu muntah) 2. Ukur volume muntah
Aktivitas kolaborasi : 1. Tinggikan kepala tempat tidur 0-45 derajat lebih tinggi dari jantung
2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Disfungsi neurologis, Sekresi dalam bronkhi Status pernafasan : kepatenan jalan nafas Definisi : membuka membersihkan jalan trakeobronkhial untuk pertukaran gas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat di diatasi dengan indicator : Monitoring pernafasan : 1. Kaji frekuensi, ritme, kedalaman dan usaha bernafas. 2. Bersihkan jalan nafas dari secret dengan suction 3. Kaji tanda tanda vital (tekanan darah, frekuensi pernafasa, nadi, dan suhu) pasien
1. Frekuensi nafas (5) 2. Irama nafas (5) 3. Kemampuan untuk membersihkan secret (5) 4. Kedalaman inspirasi (5) 5. Gelisah (5) 6. Akumulasi sputum (5) 7. Suara tambahan Ronchi (5) 8. Hipersalivasi (5)
4. 3 Ketidakefektifan pola nafas dengan faktor resiko Disfungsi neurologis Status respirasi : tanda tanda vital, Definisi : Suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan individu.
Status respirasi : ventilasi Definisi : Pergerakan udara ke dalam dank e luar dari paru-paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, ketidakefektifan pola nafas dapat di diatasi dengan indicator :
1. Frekuensi nadi (5) 2. Frekuensi pernafasan (5) 3. Tekanan darah sistolik (5) 4. Tekanan darah diastolic (5) 5. Ritme pernafasan (5) 6. Suara tambahan ronchi (5) 7. Penggunaan otot bantu (5) 8. Akumulasi sputum (5) 9. Retraksi dada (5)
4 Nyeri akut b/d agens cedera fisik kontrol nyeri Definisi :tindakan individu untuk mengontrol nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, nyeri akut dapat di atasi dengan indicator :
1. Gelisah (5) 2. Nyeri tekan (5) Management nyeri 1. Beri Therapy relaksasi untuk meredakan nyeri 2. Kaji penyebab sakit kepala Management nyeri Definisi : Mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien
Intervensi : 3. Mengeluh sakit kepala (5) 4. Peningkatan tekanan intracranial (5) 5. Pembesaran frontal sinistra (5) 6. Mengenali faktor penyebab(5) 7. Mengenali onset (lamanya sakit) (5) 8. Menggunakan metode pencegahan (5) 9. Menggunakan metode nonanalgesik untuk mengurangi nyeri (5) 10. Menggunakan anlgesik sesuai dengan kebutuhan (5) 11. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia (5) 12. Mengenali gejala-gejala nyeri (5) 13. Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya (5) 14. Melaporkan nyeri sudah terkontrol (5)
1. Lakukanpengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 5. Konrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. 6. Kurangi faktor presipitasi 7. 8. Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal) 9. Berikan anlgesik untuk mengurangi nyeri 10. Evaluasi keefektifan control nyeri 11. Tingkatkan istirahat Aktivitas kolaborasi 1. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. Analgesic administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat dan frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari Saturday tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan bertanya nyeri 5. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal 6. Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengoabtan nyeri secara teratur 7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali 8. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat 9. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping)
5 Hambatan mobilitas fisik b/d Gangguan neuromuskular Pergerakan sendi : aktif Definisi : Rentang pergerakan sendi dengan gerakan atas inisiatif sendiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, immobilitas fisik dapat di diatasi dengan indicator : 1. Kekuatan otot (5) 2. aktivitas (5) 3. Lemah (5) 4. Tanda-tanda vital menyimpang dari kerentangan normal (5) 5. Balance (5) 6. gerakan otot (5) 7. gerakan sendi (5) 8. Kemampuan berpindah (5) 9. Berjalan (5) Terapi Aktivitas: Ambulasi 1. monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. konsultasikan dengan fisioterapis tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. bantu klien untuk menggunakan kursi roda saat berjalan dan cegah terhadap cedera 4. ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi 5. latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan 6. dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kabutuhan ADL 7. ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Exercise Therapy: Joint Movement
1. tentukan batasan gerakan 2. kolaborasi dengan fisioterapis dalam mengembangkan dan menentukan program latihan 3. tentukan level gerakan pasien 4. jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan rencana latihan 5. monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan atau aktivitas 6. lindungi pasien dari trauma selama latihan 7. bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan pasif atau aktif 8. dorong ROM aktif 9. instruksikan pada pasien atau keluarga tentang ROM pasif dan aktif 10. bantu pasien untuk mengembangkan rencana latihan ROM aktif 11. dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh sebelum latihan