Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RSJ SAMBANG LIHUM


RUANG NAPZA

Disusun Oleh:
Zulfi Anan Winaldi
NIM: PO.62.20.1.16.169

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2018
A. Pengertian
Harga diri rendah menurut definisi para ahli yaitu: Perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat,1998 dalam Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. 2015).
Harga diri rendah merupakan rasa negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putuasa (Depkes, 2016).
Harga diri rendah cenderung untuk milih dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2014).

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pegaruhi beberapa
factor predisposisi seperti biologis,psikologis, social dan cultural.
2. Faktor biologis
Faktor prsdisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu
keadaan atau factor resiko yang dapat mempengaruhi peran serta manusia dalam
menghadapi stressor. Adapun yang termasuk dalam factor biologis ini adalah:
a) Neuroanatomi
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien
depresi dan skizoprenia sehingga pasien mengalami masalah harga diri
rendah kronis adalah:Lobus prontal terlibat dalam dua fungsi serebral
utama yaitu control motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara,
fungsi pikir dan control berbagai ekspresi emosi (Towsend,2016).
Biasanya kerusakan pada lobus frontal ini akan dapat
menyebabkan gangguan berfikr dan gangguan dalam berbicara serta
tidak mampu mengontrol emosi sehingga kognitif pasien negatif tentang
diri,orang lain lingkungan serta prilaku yang maladaptif sebagai akibat
kognitif negative. Kondisi seperti ini menunjukan gejala harga diri
rendah pada pasien.
Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat
dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan dengan
pendengaran, keseimvangan dan juga sebagaian dari emosi dan
memori(Boyd & Nihart, 2015; Towsend,2015) fungsi utama lobus
temporalis adalah bahasa, ingatan dan emosi (Kapian ,et al, 2014).
Lobus temporalis anterior mempunyai hubungan dengan sistim
limbik dalam perananya dalam proses emosi. Gangguan dalam
penerimaan dan penyampaian informasi secara verbal yang juga
dipengaruhi oleh daya ingat pasien akan mempengaruhi emosi pasien
yang akan menimbulkan harga diri rendah.
b) System limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat katup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi. Kerusakan
system limbik menimbulkan beberapa gejala klinik seperti hambatan
emosi, perubahan kepribadian. Perubahan hipotesa dalam system limbik
menunjukan perubahan yang signifikan pada kelainan mental,
skizoprenia, depresi dan kecemasan. Hambatan emosi yang kadang
berubah seperti sedih ,dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus akan membuat pasien mengalami hargadiri rendah.
c) Hipothalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer
serebrum.fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap
emosi dan juga mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang
aktivitas dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita
temui pada pasien dengan harga diri rendah, dimana pasien butuh lebih
banyak motivasi dan dukungan terutama dari keluarga dan juga oleh
perawat dalam melaksanankan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama.
d) Neurotransmiter
Selain gangguan pada struktur otak,apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan
ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
Neurotransmitter adalah kimia otak yang ditransmisikan oleh suatu
neuron ke neuron lain (stuart &laraia,2016). Neurotransmitter yang
sangat berhubungan dengan depresi adalah
noreprineprin,dopamine,serotonin,acetilkolin seperti:
a) Noreprineprin ( Boyd & Nihart,1998; suliswati,2002) berfungsi untuk
kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi ;proses pembelajaran dan
memori. Jika terjadi penurunan kadar noreprineprin akan dapat
mengakibatkan kelemahan dan peningkatan harga diri rendah sehingga
perilaku yang ditampilkan pasien cenderung negative.
e) Serotonin ( Boyd & Nihart,1998) berperan sebagai pengontrol nafsu
makan ,tidur ,alam perasaaan ,halusinasi,persepsi nyeri,muntah.
Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),efektif
(alam perasaan ) dan psikomotor (perilaku) (Hawari,2001) jika
mengalami penurunan akan mengakibatkan kecenderungan harga diri
rendah kronis semakin besar karena pasien lebih dikuasai oleh kognitif-
kognitif negative dan rasa tidak berdaya.
f) Acetycholine (Ach) ( Boyd & Nihart,1998) berperan penting untuk
belajar dan memori. Jika terjadi peningkatan kadar acetycholine akan
menurunkan atensi mood , sehingga pada pasien dengan harga diri
rendah dapat kita lihat adanya gejala kurangnya perhatian dan malas
dalam beraktifitas.
g) Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan kordinasi, emosi,
kemampuan pemecahan masalah secara volunteer ( Boyd &
Nihart,1998;suliswati,2002). Transmisi dopamine berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Disamping itu pada pasien
skizoprenia menurut hawari (2001) dopamine dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), efektif (alam perasaan )dan psikomotor
(perilaku ). Kondisi ini pada pasien harga diri rendah memperlihatkan
adanya kognitif-kognitif negatif, pasien selalu dalam keadaan sedih
berkepanjangan serta menunjukan perilaku yang menyimpang serta
menarik diri dan berkemungkinan untuk melakuakan bunuh diri.
3. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran.termasuk dalam harga diri
rendah situasional. Harga diri rendah situasional merupakan pengembangan
persepsi negatif tentang dirinya sendiri pada suatu kejadian (NANDA,2011).
Jika lingkungan tidak meberikan dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.Harga diri rendah kronis terjadi diawali dari
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul kognitif
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Haraga diri rendah juga merupakan komponen episode mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & laraia,2005). Harga diri
rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka berkepanjangan.
Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila memgaganggu prilaku sehari-hari, menjadi
pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Meliputi penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis,orang tua yang tidak percaya pada anaknya,tekana teman sebaya,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistik.
4. Faktor social dan kultural
Secara social status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya
harga diri rendah. Dimana dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang
di tiga tempat,yaitu Rumah (keluarga),di sekolah (lembaga pendidikan ) dan
dilingkungan masyarakat socialnya (Hawari,2011). Kondisi social dimasing-
masing tempat tempat tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Lingkungan keluarga, sekolah ataupun pergaulan sosialnya kondusif
(membuat pengaruh yang baik) maka perkembangan jiwa/ kepribadian anak
akan kearah yang baik dan sehat akan semakin besar. Sebaliknya bila
lingkungan tersebut tidak kondusif maka akan beresiko terganggunya
perkembnagan jiwa /kepribadian anak. Contoh masalah social yang dapat
menimbulkan harga diri rendah, antara lain kemiskinan,tempat tinggal daerah
kumuh dan rawan kriminalitas dimana rasa tidak aman dan tidak terlindung
membuat jiwa seseorang tercekam sehingga mengganggu ketenangan dan
ketentraman hidup yang lama kelamaan daya tahan seseorang menurun hingga
mengalami gangguan. Tuntutan peran sesuai kebudayaan juga sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara laian :wanita sudah harus
menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur ke arah gaya hidup
individualisme.
5. Faktor presipitasi
Seluruh factor predisposisi yang dialami pasien akan menimbulkan
harga diri rendah setelah adanya factor presipitasi yang berasal dari dalam diri
sendiri ataupun dari luar,antara lain ketegangan peran,konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembang transisi ,situasi transisi peran
dan transisi peran sehat sakit.
Factor prepitasi merupakan stimulus yang dapat berupa perubahan,
ancaman dan kebutuhan individu, memerlukan energy yang berlebihan yang
mengeluarkan suatu bentuk keteganagan dan stress.

C. Patofisiologi
Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi
perasaan untuk kemampuan (Harga diri tinggi) atau ketidak mampuan (Harga diri
rendah).Harga diri tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan diri,meskipun
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagi seseorang yang
penting dan berharga. Hal ini meliputi penerimaan secara komplek terhadap hidup
seseorang.
Harga diri (Stuart & laraia,2005; stuart, 2009 ) berasal dari dua sumber utama
yaitu diri sendiri dan orang lain. Factor yang mempengaruhi harga diri yang berasal
dari diri sendiri seperti kegagalan yang berulang kali,kurang mempunyai tanggung
jawab personal,ketergantungan pada orang lain,dan ideal diri yang tidak
realistis.sedangkan yang berasal dari orang lain adalah penolakan orang tua,harapan
orang tua yang tidak realistik. Harga diri ini didapat ketika seseorang merasa dicintai,
dihormati dan ketika seseorang dihargai dan dipuji. Individu akan merasa harga dirinya
tinggi bila sering mengalami keberhasilan,disamping itu harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima lingkungan. Perkembangan harga diri
seseorang sejalan dengan perkembangan konsep diri,dimana konsep diri seseorang
menurut Stuart,(2009) tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,dengan orang terdekat,dan dengan
realitas dunia.Hal ini berarti haeg diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk
meningkatkan harga diri seseorang, maka mulai dari masa kanak-kanak anak diberi
kesempatan untuk sukses;menananmkan cita-cita ;mendorong aspirasi;dan membantu
untuk membentuk pertahanan diri terhadap persepsi diri.
Harga diri sangat mengancam pada masa adolescence/remaja, ketika konsep diri
sedang diubah dan banyak keputusan diri dibuat.sedangkan pada usia dewasa harga diri
menjadi stabil memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih
mampu menerima keberadaan dirinya dan kurang idialis dari remaja. Hal ini dapat
diakaitkan dengan kematuran seseorang,dimana semakin dewasa seseorang maka
semakin baik cara berfikirnya.Dengan banyaknya perubahan yang terjadi baik fisik
maupun psikososial serta banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sehingga remaja harus mampu menyesuaiakan diri dengan perubahn tersebut.kondisi
lain yang dapat mengancam harga diri remaja adalah tuntutan yang harus dipilihnya,
posisi peran, kemampuan meraih sukses serta kemampuan berpartisipasi atau
penerimaan dilingkungan masyarakat. Apabila remaja tidak dapat melakukan
penyesuai dengan kondisi tersebut, maka akan menyebabkan harga diri rendah. Harga
diri rendah dapat terjadi secara situasional (Trauma) atau kronis (penilain yang negative
terhdap diri yang berlangsung lama).

D. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep
diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga
diri rendah, yaitu:
1. Psikofarmakologi
2. Psikotherapi. Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah
baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi
aktivitas kelompok (TAK).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy). ECT adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran
listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
4. Therapy Modalitas. Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.
5. Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori,
therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi. Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
6. Terapi somatik. Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Faktor Predisposisi
1. Factor predisposisi citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
c. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi

2. Factor predisposisi harga diri


a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu
diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
3. Faktor predisposisi peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situai dan sehat-sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Factor predisposisi identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua dan anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur social

Faktor Presipitasii
1. Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak
atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa
tindakan kejahatan.
2. Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang
beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan
sehat sakit.

B. Diagnosa
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
2. Resiko Isolasi social: Menarik diri

C. Intervensi
Diagnosa 1: Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Tujuan Umum: Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan khusus 1 : Klien dapat mengindentifikasi perubahan cairan tubuh
Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien
dapat mengindentifikasi perubahan cairan tubuh
Rencana tindakan:
a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh
b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
Tujuan khusus 2: Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positifyang
dimiliki
Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien
dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rencana tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,
intelektual, dan keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
Tujuan khusus 3: Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau
fungsi tubuh.
Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi theraupetikdiharapkan klien
dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
Rencana tindakan:
a) Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara
bertahap.
b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.

Tujuan khusus 4: Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah
yang dihadapi.

Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat


menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Rencana tindakan:

a) Diskusikan cara – cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh.
b) Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih.

Tujuan khusus 5: Klien dapat melakukan tindakan penngembalian integritas tubuh.

Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat


melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.

Rencana tindakan:

a) Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh


b) Rehabilitasi bertahap bagi klien

Diagnosa 2: Resiko Isolasi sosial: Menarik diri

Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan Khusus 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik di harapkan klien


menunjukkan wajah bersahabat, rasa sayang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama dan asal, menjawab salam, duduk berdampingan dengan
perawat.

Rencana tindakan

a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.


b) Salam terapeutik
c) Perkenalkan diri perawat
d) Jelaskan tujuan interaksi antara perawat dan pasien
e) Ciptakan lingkunagn yang tenang
f) Selalu kontak mata selama interaksi
g) Buat kontarak yang jelas pada tiap pertemuan seperti topic yang dibicarakan,
waktu, dan tempat.
h) Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian
i) Diskusikan bersama, klien tentang keluarga.
j) Diskusikan alasan klien masuk rumah sakit
k) Identifikasi hubungan klien dalam berkeluarga.

Tujuan Khusus 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimilki.

Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat


mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki seperti menyanyi dan
menari.

Rencana tindakan:

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


b) Setiap pertemuan klien hindarkan memberi penilaian negative utamakan
memberi pujian realitis.

Tujuan Khusus 3: Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.

Kriteria Hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat


menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit seperti menyapu, mengepel,
dan mencuci piring.

Rencana Tindakan:

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan


b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah pulang
sesuai dengan kondisi klien.

Tujuan Khusus 4: Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimilki.
Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat
membuat jadwal kegiatan sehari – hari.

Rencana tindakan:

a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai
kemampuan kegiatan mandiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksana kegiatan yang boleh klien lakukan.

Tujuan khusus 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.

Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan kilen dapat


melakukan kegiatan sehari – hari.

Rencana tindakan

a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan dirumah

Tujuan khusus 6: Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

Kriteria hasil: Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan keluarga dapat


merawat klien dirumah.

Rencana tindakan

a) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga
diri rendah.
b) Bantu klien memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

D. Implementasi
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
a. Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh
b. Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
c. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual, dan
keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
d. Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien
e. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara
bertahap.
f. Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
g. Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
h. Diskusikan cara – cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh.
i. Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
j. Bantu klien melakukan cara yang dipilih.
k. Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh
l. Rehabilitasi bertahap bagi klien
2. Resiko Isolasi sosial: Menarik diri
a. Mengkaji tingkat mobilisasi
a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
b) Salam terapeutik
c) Perkenalkan diri perawat
d) Jelaskan tujuan interaksi antara perawat dan pasien
e) Ciptakan lingkunagn yang tenang
f) Selalu kontak mata selama interaksi
g) Buat kontarak yang jelas pada tiap pertemuan seperti topic yang dibicarakan,
waktu, dan tempat.
h) Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian
i) Diskusikan bersama, klien tentang keluarga.
j) Diskusikan alasan klien masuk rumah sakit
k) Identifikasi hubungan klien dalam berkeluarga.
l) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
m) Setiap pertemuan klien hindarkan memberi penilaian negative utamakan
memberi pujian realitis.
n) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan
o) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah pulang
sesuai dengan kondisi klien.
p) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai
kemampuan kegiatan mandiri.
q) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
r) Beri contoh cara pelaksana kegiatan yang boleh klien lakukan.
s) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
t) Beri pujian atas keberhasilan klien.
u) Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan dirumah
v) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga
diri rendah.
w) Bantu klien memberi dukungan selama klien dirawat.
x) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

E. Evaluasi
Adapun hal – hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.
4. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
7. Klien dapat mengindentifikasi perubahan citra tubuh.
8. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
9. Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
10. Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depkes.(2015).Kebijakan dan Strategi Pembangunan KesehatanJiwa.


Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

Hawari,D.(2014).Standar Asuhan Keperawatan : Spesialis Keperawatan Jiwa.


Jakarta :Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Keliat, B.A., & Akemat.(2016).Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta:EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai