Anda di halaman 1dari 30

Agus Triyanto

ASKAN DENGAN PENYERTA


PERDARAHAN MASIF
Definisi

Perdarahan masif merupakan keadaan hilangnya


volume darah total dalam periode 24 jam
(Mollison et al, 1997), dimana volume darah orang
dewasa normal sekitar 70ml/kg dari berat badan
tubuh ideal 80-90ml/kg pada anak-anak.
 Definisi alternatif ( situasi akut / CITO ): Hilangnya
volume darah sebesar 50% dalam waktu 3 jam atau
rata-rata laju hilangnya darah sebesar lebih / sama
dengan 150 ml/menit ( Fakhry & Sheldon,1994 ).
Kasus Yang Sering Terjadi :
Bedah
 Acut abdomen : ileus, rupture hepar dan lien, apendiksitis, hernia
inkarserata.
 Patah tulang terbuka
 Ruptur tendon
 Trauma thorak
Bedah Saraf
 Perdarahan intracranial
 Fraktur basis cranium
Kebidanan
 Perdarahan antepartum: plasenta previa, solutio placenta
 Ruptur uteri imminent
 KET
Mata
 Trauma bulbi
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perdarahan
Masif
a. Terdapatnya darah dalam jumlah besar
pada rongga perut dan pleura.
b.Perdarahan pada tulang paha (femur
shaft) dapat mencapai 2 liter.
c. Perdarahan patah tulang panggul
( pelvis ) dapat melebihi 2 liter.
Prinsip Pengeloaan Dasar Pada
Perdarah Masif
1. Menghentikan perdarahan
2. Mengganti kehilangan Volume

Tujuan

Oksigenasi Jaringan Kembali Normal


Prinsip Penanganan Perdarahan Masif
( Syock Hemoragik ) :
Stabilisasi
Elemen penting dalam stabilisasi pasien adalah :
 Menjamin bebasnya jalan nafas, pemulihan
system respirasi dan sirkulasi.
 Menghentikan / mencegah kejang.
 Menghentikan sumber perdarahan atau infeksi
 Mempertahankan suhu tubuh
 Memperbaiki kadar gula darah
 Mengatasi rasa nyeri atau gelisah
 Memperbaiki perfusi jaringan
Pertimbangan Umum:
Perbedaan tindakan anestesi pembedahan elektif /
terencana dengan anestesi pembedahan darurat
adalah:
 Bahaya aspirasi dari lambung
 Gangguan- gangguan pernafasan,
 hemodinamik dan kesadaran yg tidak selalu
dapat diperbaiki sampai optimal.
 Terbatasnya waktu persiapan untuk mencari
baseline data dan perbaikan fungsi tubuh.
Penatalaksanaan Preanestesi
A. Evaluasi fungsi vital
 B1 : Breath = Pernafasan
 B2 : Bleed = Haemodinamik
 B3 : Brain = Otak & kesadaran
 B4 : Bladder = kandung kemih
 B5 : Bowel = Usus
 B6 : Bone = Sist Musculo skeletal
 Support nafas dan sirkulasi menjadi tumpuan
keselamatan penderita,stabilisasi fungsi pernafasan
meliputi; terapi oksigen, nafas buatan, punksi
pneumotoraks, intubasi endotrakeal.
 Life support diberikan tanpa menggantungkan diri pada
pemeriksaan rumit yang membuang waktu ( time saving
is life saving ).
B. STABILISASI HEMODINAMIK
Gangguan hemodinamik berupa perdarahan atau fluid loss : peritonitis,
ileus, diare, kombusio.
1. Secara umum kehilangan darah 10%
■ Dari Estimated Blood Volume (EBV dewasa 70 cc/kg BB, anak-
anak < 2 th 80 cc/kg BB). 1, 2
■ Kehilangan > 10% memerlukan penggantian berupa Ringer
Laktat. Batas penggantian darah dengan Ringer Laktat adalah
sampai kehilangan 20%
■ EBV atau Hematokrit 28% atau Hemoglobin ± 8 gr%. Jumlah cairan
masuk harus 2-4 x jumlah perdarahan :
a. Tindakan sementara, sebelum darah datang.
b. Mengurangi jumlah transfusi darah sejauh transport oksigen
masih memadai.
c. Menunda pemberian transfusi darah sampai saat yang lebih
baik (misalnya : pemberian transfusi perlahan-lahan /
postoperatif setelah penderita sadar, agar observasi lebih baik
kalau-kalau terjadi reaksi transfusi).
d. Cairan Ringer Laktat mengembalikan sequestrasi/third space
loss yang terjadi pada waktu perdarahan/shock.
C. Pencegahan Aspirasi
 Puasa 6 jam
 Pengosongan lambung dengan NGT no 18 / 20 atau lebih
besar, di hisap berkala, terakhir isap sebelum preoksigenasi
pre preoperasi lalu dicabut.
 Pemberian Premedikasi anti emetic 30 mnt seblm induksi
anestesi.

D. Pemeriksaan Laboratorium
 HB, lekosit, Toraks foto, ECG, dll sesuai penunjang.
Askan Pada Pasien Perdarahan
Masif
Masalah Kesehatan Anestesi
1. Nyeri Akut
2. Cemas
3. PK syock hipovolemik
Intervensi / Implementasi
Masalah PK Syock Hipovolemik
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
3. Hentikan perdarahan pada kontinuitas jaringan
4. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena
Intervensi / Implementasi
Masalah PK Syock Hipovolemik Masalah Nyeri

1. Observasi tanda-tanda vital 1. Kaji scala nyeri


2. Observasi pema 2. Monitoring vital sign
sukan dan pengeluaran 3. Obeservasi kesadaran &
GCS
cairan
4. Anjurkan pasien teknik
3. Hentikan perdarahan pada
relaksasi nafas dalam saat
kontnuitas jaringan nyeri timbul
4. Kolaborasi pemberian terapi 5. Gunakan teknik distraksi
cairan intravena 6. Kolaborasi terapi pain control
5. Dokumentasikan Tindakan 7. Dokumentasikan tindakan
yang dilakukan. yang dilakukan.
Evaluasi

Masalah Nyeri
1. Skala nyeri berkurang ( 3- 5 )
2. Dokumentasikan pemberian analgesic
3. Pasien siap untuk menjalani operasi

Masalah PK Syock Hipovolemik


1. Hemodinamik teratasi Sebagian (TD,HR,RR,S)
2. Cairan masuk ( Kristaloid,koloid ) =….cc
3. Pasien terpasang IV Line 2 jalur
4. Dokumentasikan tindakan
ASKAN INTRA
ANESTESI
Asuhan Kepenataan Intra Anestesi dengan
General Anestesi ( GA )

A. Pengkajian
Pengkajian Anestesi memenuhi tiga kriteria yang disebut

dengan trias anestesi, meliputi analgesi (hilang nyeri),


hipnotik (hilang kesadaran), dan relaksasi (muscle -
relaxant).
– Keadaan umum
– Tanda vital
– Status fisik pasien dengan kriteria ASA
– Gambaran hemodinamik
– Teknik anestesi
– Jenis obat anestesi
– Stadium anestesi
Masalah Kesehatan Anestesi

Risiko cedera trauma pembedahan


Risiko cedera posisi pembedahan
PK Disfungsi Respirasi
PK Disfungsi Kardiovaskuler
PK Disfungsi Sirkulasi
PK Disfungsi termoregulasi

PK Disfungsi gastrointestinal
PK Disfungsi hepar
PK Disfungsi ginjal/perkemihan
PK Ketidakseimbangan elektrolit
PK Disfungsi metabolic
Rencana Intervensi / Implementasi

1. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai


dengan perencanaan teknik anestesi
2. Membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan
program kolaboratif spesialis anestesi - Pre
oksigenasi - Induksi - Intubasi - Rumatan anestesi
3. Membantu pemasangan alat monitoring non
invasif & invasif
4. Mengatasi penyulit yang timbul
5. Pemeliharaan jalan nafas
6. Melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik.
Evaluasi tindakan asuhan
kepenataan anestesi intra anestesi,
Evaluasi mengevaluasi secara mandiri
maupun kolaboratif Evaluasi
terhadap tanda-tanda hemodinamik
,stabil atau tidak.

Pendokumentasian semua
tindakan yang dilakukan agar
Pendokumentasian seluruh tindakan tercatat baik
dan benar.
ASKAN
PASCA ANESTESI
Perawatan pasca operasi disesuaikan dengan
beratnya operasi,untuk pasien post operasi berat
dengan resiko berat harus dirawat diruang ICU
terlebih dahulu.
Pengkajian Fisik
 Monitor B6
 Breath (nafas) : evaluasi pola nafas, tanda-tanda obstruksi, pernafasan cuping
hidung, frekuensi nafas, pergerakan rongga dada apakah simetris atau tidak,
obstruksi, udara nafas yang keluar dari hidung, sianosis pada ekstremitas,
auskultasi : adanya wheezing atau ronki, saat pasien sadar : tanyakan adakah
keluhan pernafasan, jika tidak ada keluhan : cukup diberikan O2, jika terdapat
tanda-tanda obstruksi : diberikan terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid,
tindakan triple manuver airway).
 Blood (darah) : sistem kardiovaskuler Pada sistem kardiovaskuler dinilai tekanan
darah, nadi, perfusi perifer, status hidrasi (hipotermi ± syok) dan kadar Hb.
 Brain (otak) : sistem SSP Penilaian kesadaran pasien dengan aldrete score pada
orang dewasa dan steward score pada anak
 Bladder (kandung kemih) : sistem urogenitalis Pada sistem urogenitalis diperiksa
kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urine, untuk menilai: apakah pasien masih
dehidrasi, apakah ada kerusakan ginjal saat operasi, gagal ginjal akut (GGA).
 Bowel (usus) : adanya dilatasi lambung, tanda-tanda cairan bebas, distensi
abdomen, perdarahan lambung pascaoperasi, obstruksi atau hipoperistaltik,
gangguan organ lain. Pada pasien operasi mayor sering mengalami kembung
yang mengganggu pernafasan, karena pasien bernafas dengan diafragma.
 Bone (tulang) : sistem musculo skeletal Pada sistem musculoskletal dinilai adanya
tanda-tanda sianosis, warna kuku, perdarahan post-operasi, gangguan
neurologis : gerakan ekstremitas.
Masalah Kesehatan Anestesi

 Risiko cedera ( gangguan fungsi respirasi,


sirkulasi, cairan dan elektrolit, neurologi,
gastrointestinal, ginjal/perkemihan,
muskuloskletal, uterus)
 Risiko alergi
 Risiko jatuh
 Nyeri Pasca Operasi
Rencana Intervensi/Implementasi
 Mempertahankan jalan nafas Mengatur posisi, suctioning dan pemasangan
mayo/gudel
 Mempertahankan ventilasi/oksigenasi  ventilator mekanik atau nasal kanul, tensi,
nadi, dan respirasi diukur secara rutin setiap 5 menit selama 15 menit atau sampai
stabil dan setelah itu setiap 15 menit, Pasang oksimetri nadi sampai sadar penuh
 Mempertahankan sirkulasi darah Pemantauan akan balance cairan, pemantauan
tekanan darah dan denyut nadi, pemberian cairan plasma ekspander, tensi, nadi, dan
respirasi diukur secara rutin setiap 5 menit selama 15 menit atau sampai stabil dan
setelah itu setiap 15 menit
 Pantau Jumlah perdarahan Amati kondisi luka dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal, Amati jumlah perdarahan yang terjadi akan
menentukan transfusi yang diberikan.
 Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum dari
pasien harus diobsevasi untuk mengetahui keadaan pasien 6
 Mempertahankan kestabilan termoregulasi Pantau suhu, suhu lingkungan yang
stabil, tubuh dikompres es atau alkohol, dan berikan selimut ekstra
 Mempertahankan toleransi nyeri Kolaborasi dengan medis terkait dengan agen
pemblok nyerinya
 Mencegah resiko jatuh Pasien post anastesi mengalami disorientasi dan beresiko
besar untuk jatuh, maka tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang
side rail.
Evaluasi
 Patensi jalan nafas tidak efektif
 Ventilasi spontan
 Tidak terjadi aspirasi
 Sirkulasi spontan
 Termoregulasi efektif
 Hidrasi cairan terpenuhi
 Tidak terjadi perdarahan
 Nyeri ditoleransi
 Tidak terjadi alergi
 Tidak terjadinya bahaya jatuh

Anda mungkin juga menyukai