e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat Kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien : lemah
3) Tanda-Tanda Vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg atau
kurang), suhu tinggi (diatas 37,5℃)
4) Kepala dan Rambut
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis.
6) Hidung
Hidung kadang mengalami pendarahan (epistaksis) pada grade II, III
dan IV.
7) Telinga
Terjadi pendarahan telinga pada (grade II, III, IV).
8) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Biasanya pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi pendarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
mengalami hyperemia pharing.
9) Leher dan Tenggorokan
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
10) Dada atau Thorak
Inspeksi: Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama.
Auskultasi: Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
Perkusi: Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru.
11) Abdomen
Inspeksi: Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Palpasi: Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi: Adanya penurunan bising usus.
Perkusi: Terdengan redup.
12) Ekstremitas
Akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak.
13) Genitalia
Pada genetalia, biasanya tidak terjadi masalah.
14) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kulit menurun dan muncul keringat dingin dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya, diberikan tekanan antara
sistolik dan diastilic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah
dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulknya petekie
dibagian volar lengan bawah. (Soedarmo, 2008)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja, 2017)
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD), yaitu :
i. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
ii. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue.
iii. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah.
iv. Nyeri akut b.d agen cidera biologis.
v. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
vi. Resiko syok (hypovolemik) b.d pendarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler dan ekstravaskuler.
vii. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
viii. Resiko pendarahan b.d penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositipeni). (Nurarif & Kusuma, 2015)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untukk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. (Tim Pokja, 2018)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Pemantauan Respirasi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi faktor
pencetus dan pereda nyeri.
- Monitor kualitas nyeri
(mis. terasa tajam, tumpul,
diremas-remas, ditimpa
beban berat).
- Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri.
- Monitor intensitas nyeri
dengan menggunakan
skala.
- Monitor durasi dan
frekuensi nyeri.
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien.
- Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
Regulasi Temperatur
Tindakan
Observasi
- Monitor suhu bayi
sampai stabil
(36,5℃-37,5℃).
- Monitor suhu tubuh anak
tiap dua jam, jika perlu.
- Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan
nadi.
- Monitor warna dan suhu
kulit.
- Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermia atau
hipertermia.
Terapeutik
- Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jika perlu.
- Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat.
- Bedong bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas.
- Masukan bayi BBLR ke
dalam plastik segera
setelah lahir (mis. bahan
polyethytene,
polyurethane).
- Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan
panas pada bayi baru lahir.
- Tempatkan bayi baru
lahir dibawah radiant
warmer.
- Pertahankan kelembaban
inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi.
- Atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan.
- Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan yang
akan kontak dengan bayi
(mis. selimut, kain
bedongan).
- Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin.
- Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu.
- Gunakan kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh.
- Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Manajemen Sensasi
Perifer
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab
perubahan sensasi.
- Identifikasi penggunaan
alat pengikat, prostesis,
sepatu dan pemakaian.
- Periksa perbedaan sensasi
tajam atau tumpul.
- Periksa perbedaan sensasi
panas atau dingin.
- Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda.
- Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu.
- Monitor perubahan kulit.
- Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena.
Terapeutik
- Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin).
Edukasi
- Anjurkan penggunaan
termometer untuk menguji
suhu air.
- Anjurkan pengguunaan
sarung tangan termal saat
memasak.
- Anjurkan memakai
sepatu lembut dan bertumit
rendah.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu.
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu.
Pemberian Analgesik
Tindakan
Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intesitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi
obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis karakteristik
analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
- Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan
penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid unruk
mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target
efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
Pemantaun Cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi.
- Monitor frekuensi nafas.
- Monitor tekanan darah.
- Monitor berat badan.
- Monitor waktu pengisian
kapiler.
- Monitor elastisitas dan
turgor kulit.
- Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine.
- Monitor kadar albumin
dan protein total.
- Monitor hasil
pemeriksaan serum (mis.
osmolaritas serum ,
hematokrit, natrium,
kalium, BUN).
- Monitor intake dan
output cairan.
- Identifikasi tanda tanda
hipovolemia
(mis.frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat).
- Identifikasi tanda tanda
hipervolemia
(mis.dispnea, edema
perifer, edema anasarka,
IVP meningkat, CVP
meningkat, reflex
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat).
- Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma/pendarahan, luka
bakar,aferesis, obstruksi
intestinal, perdangan
pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
intestinal).
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien.
- Dokumentasi hasil
pemantauan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu .