Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN KASUS GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN TB PARU

OLEH :

ALFIN (210101221)
ELSY DELLY FEBRIANY (200101176)
AFDALYA IBNA SEPRITA (200101170)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH
PEKANBARU
2023
1

A. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis TB Paru


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Data biografi yang meliputi nama, jenis kelamin, tempat dan
tang gal lahir,golongan darah, status perkawinan, agama, tinggi
badan, berat badan, alamat tinggal, serta diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru
meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan,
yaitu:
1) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering
dikeluhkan, apakah batuk bersifat produktif/nonproduktif,
sputum bercampur darah.
2) Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak,
berupa garis atau bercak-bercak darah.
3) Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura,
pneumotoraks, anemia, dll.
4) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
5) Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore
hari atau pada malam hari mirip dengan influenza
6) Keluhan Sistematis Lain
Keluhan yang timbul antara lain: keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan dan malaise.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
2

b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum berlebih
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru,
keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat
TB paru seperti diabetes melitus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat
menanykan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam
rumah.
d. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien mengetahui penyakit yang di deritanya? Serta
bagaimana klien mengelola kesehatannya (seperti frekuensi
kunjungan ke penyedia layanan kesehatan dan kepatuhan terapi di
rumah).
e. Pola nutrisi/metabolik
Pada pola nutrisi, pasien TB paru akan mengalami mual, muntah,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
f. Pola aktifitas dan latihan
Pasien dapat mengalami kelemahan umum, napas pendek karena
aktifitas, takikardi, takipnea atau dispnea saat beraktifitas, kelemahan
otot dan nyeri
g. Pola tidur dan istirahat
Pasien dapat mengalami susah tidur karena batuk. Pasien yang
mengalami TB paru harus banyak tirah baring dan membatasi
aktivitas.
3

h. Pola persepsual
Menjelaskan tentang persepsi sensori. Pola ini meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman
peraba dan kompensasinya terhadap tubuh.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada penderita TB Paru akan mengalami perubahan pola
reproduksi dan seksual karena kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola peran hubungan
Pasien dengan TB Paru akan mengalami perasaan isolasi karena
menderita penyakit menular.
k. Pola manajemen koping-stress
dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita penyakit TB Paru
l. Sistem nilai dan keyakinan
Keyakinan pasien terhadap Tuhan dan mendekatkan diri
Kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress yang
konstruktif. Karena mengalami sesak nafas dan nyeri dada biasanya
penderita TB Paru sering terganggu ibadahnya.
m. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi
napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Kepala
Inspeksi : kepala bersih, rambut hitam/ putih bersih, rambut
panjang/ pendek, kepala simetris, tidak ada lesi, tidak
edema.
Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada kepala.
4

3) Wajah
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak edema, tampak pucat, simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
4) Mata
Inspeksi : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva
sianosis (karena hipoksia)
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
5) Hidung
Inspeksi : adanya pernapasan cuping hidung (dyspnea)
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
6) Mulut dan bibir
Inspeksi : membran mukosa sianosis (karena penurunan oksigen),
bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan
dengan penyakit paru kronik), tidak ada stomatitis.
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
7) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu
pendengaran
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
8) Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri tekan
9) Thoraks
1.Paru-Paru
Inspeksi
a. abnormalitas dinding dada yang biasa terjadi,
menggambarkan hiperinflasi pulmonal terlihat pada TB
paru, termasuk tulang iga relative horizontal, dada
“bentuk barrel”, hemidiafragma mendatar.
5

b. Hemidiafragma mendatar, yang dapat berkaitan dengan


tarikan ke dalam paradoksikal selabung iga bawah pada
saat inspirasi.
c. Frekuensi pernapasan istirahat, yang sering meningkat
sampai lebih 20 kali per menit, dan pernapasan
mungkin dangkal.
d. Pernapasan pursed-lip, yang dapat berfungsi untuk
memperlambat aliran ekspirasi dan memungkinkan
pengosongan paru lebih efisien.
e. Aktivitas otot istirahat, yang dapat menjadi indiksi
gawat napas. Ketika berbaring terlentang pasien TB
paru sering menggunakan otot skalenus dan otot
sternokleidomastoideus.
Palpasi
a. Taktil fremitus melemah
b. Ekspansi dada meningkat
c. Pelebaran sela iga
Perkusi
a. Hipersonor
b. Pergerakan diafragma yang mendatar dan menurun
Auskultasi
a. Ronchi
Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar
baik inspirasi maupun ekspirasi akibat terkumpulnya
secret dalam trachea atau bronchus sering ditemui pada
pasien odema paru, bronchitis.
b. Wheezing
Bunyi musical terdengar “ngii…” yang bisa
ditemukan pada fase inspirasi maupun ekspirasi akibat
udara terjebak pada celah yang sempit seperti edema
pada bronchus.
6

2.Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial linea
midclavikularis sinistra
Perkusi : terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler

3.Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit merata.
Auskultasi : Terdengar bising usus 12x/menit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi : tympani

4.Genetalia
Inspeksi : Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada
jaringan parut.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
abnormal.

5.Kulit
Inspeksi : Sianosis perifer karena menurunnya aliran darah
perifer, penurunan turgor kulit karena dehidrasi

6.Ekstremitas
Atas : Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema
Bawah : Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema
7

n. Pemeriksaan penunjang
1) Kultur sputum : menunjukkan hasil positif Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
2) Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) :
positif untuk bakteri tahan asam (BTA).
3) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif
(area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah
injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan
adanya antibody tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang
aktif.
4) Foto rongen dada (chest x-ray) : dapat memperlihatkan infiltrasi
kecil pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit
kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi.
Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsy kulit) : menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
6) Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB,
adanya sel sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit : mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi, misalnya hyponatremia mengakibatkan retensi
air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
8) ABGs : mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat dan
sisa kerusakan paru.
9) Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
10) Pemeriksaan darah : leukositosis, laju endap darah (LED)
meningkat.
11) Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC
menurun, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis infiltrasi paru da penyakit pleura.
8

2. Analisa Data
a. Data Subyektif
Pengumpulan data yang diperoleh dari deskripsi verbal pasien
mengenai masalah kesehatannya seperti riwayat keperawatan,
persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga
kesehatan lainnya.
b. Data objektif
Pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca indra. Mencatat hasil observasi secara khusus
tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar.

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien TB Paru (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI 2017) :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0149)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
(D.0077)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0019)
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi :
Mycrobacterium Tuberculosis)
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
9

4. Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D.0149) Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan batuk efektif (I.01006)
Observasi
nafas tidak efektif selama 3 x 24 jam, diharapkan
a) Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan dengan bersihan jalan napas meningkat
b) Monitor adanya retensi spuntum
sekresi yang tertahan dengan kriteria hasil (L.01001) :
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
dibuktikan dengan a. Batuk efektif meningkat
d) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
b. Produksi spuntum menurun
karakteristik)
Gejala dan tanda c. Mengi menurun
Terapeutik
mayor : d. Wheezing menurun
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
Subjektif : e. Dispnea menurun
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
(tidak tersedia) f. Ortopnea menurun
c) Buang sekret pada tempat spuntum
Objektif : g. Sulit bicara menurun
Edukasi
1) Batuk tidak efektif h. Sianosis menurun
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Tidak mampu batuk i. Gelisah menurun
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
3) Sputum berlebih j. Frekuensi napas membaik
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
4) Mengi, Wheezing k. Pola napas membaik
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
dan/ atau ronchi
(dibulatkan) selama 8 detik
kering
10

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam melalui


Gejala dan tanda minor : hidung hingga 3 kali.
Subjektif : d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
1) Dispnea tarik napas dalam yang ke-3.
2) Sulit bicara Kolaborasi
3) Ortopnea a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekpetoran,
Objektif : jika perlu
1) Gelisah Manajemen jalan nafas (I.01011)
2) Sianosis Observasi
3) Bunyi napas a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
menurun napas)
1) Frekuensi napas b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
berubah mengi, wheezing, ronkhi kering)
2) Pola napas berubah c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a) Berikan minum hangat
b) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
c) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
11

kontra indikasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi Pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
(D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat Observasi
agen pencedera nyeri menurun dengan kriteria hasil a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (inflamasi) (L.08066) : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dibuktikan dengan a. Keluhan nyeri menurun b) Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun c) Identifikasi respon nyeri non verbal
Gejala dan tanda c. Sikap protektif menurun d) Identifikasi faktor yang memperberat dan
mayor : d. Gelisah menurun memperingan nyeri
Subjektif : e. Kesulitan tidur menurun e) identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
1) Mengeluh nyeri f. Frekuensi nadi membaik f) Monitor keberhasilan terapi komplementer
Objektif : g. Pola napas membaik g) Monitor efek samping penggunaan analgetik
1) Tampak meringis h. Tekanan darah membaik Terapeutik
2) Bersikap protektif i. Pola tidur membaik a) Berikan terapi nonfarmakologis untuk
(mis. Waspada, mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik, terapi
posisi menghindari pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
nyeri) kompres hangat atau dingin)
12

3) Gelisah b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


4) Frekuensi nadi (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
meningkat c) Fasilitas istirahat dan tidur
5) Sulit tidur d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Gejala tanda minor : Edukasi
Subjektif : a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(tidak tersedia) b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
Objektif : c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1) Tekanan darah d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
meningkat e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
2) Pola napas berubah mengurangi rasa nyeri
3) Nafsu makan Kolaborasi
berubah a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Proses berpikir
terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri
sendiri
7) Diaforesis
13

(D.0019) Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan status Observasi
ketidakmampuan nutrisi membaik dengan kriteria a) Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan hasil (L.03030) : b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dibuktikan dengan a. Porsi makanan yang dihabiskan c) Identifikasi makanan yang disukai
meningkat d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Gejala dan tanda b. Kekuatan otot mengunyah e) Monitor asupan makanan
mayor : membaik f) Monitor berat badan
Subjektif : c. Kekuatan otot menelan membaik g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(tidak tersedia) d. Serum albumin membaik Terapeutik
Objektif : e. Verbalisasi keinginan untuk a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
1) Berat badan meningkatkan nutrisi b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
menurun minimal f. Perasaan cepat kenyang menurun Piramida makanan)
10% dibawah g. Nyeri abdomen menurun c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
rentang ideal h. Diare menurun d) Berikan makanan tinggin serat untuk mencegah
i. Berat badan Indeks Massa Tubuh konstipasi
Gejala dan tanda minor : (IMT) membaik e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Subjektif : j. Frekuensi makan membaik f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
1) Cepat kenyang k. Nafsu makan Edukasi
setelah makan l. Bising usus a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
14

2) Kram atau nyeri m. Membran mukosa membaik b) Ajarkan diet yang diprogramkan
abdomen Kolaborasi
3) Nafsu makan a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
menurun (mis. Pereda nyeri), jika perlu
Objektif : b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
1) Bising usus jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
hiperaktif jika perlu
2) Otot pengunyah
lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa
pucat
5) Serum albumin
turun
6) Diare
(D.0130) Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam, diharapkan Observasi
proses penyakit (infeksi: termoregulasi membaik dengan a) Identifikasi penyebab hipertemia (mis. Dehidrasi,
Mycrobacterium kriteria hasil (L.14134) : terpapar lingkungan panas)
Tuberculosis) dibuktikan a. Akrosianosis menurun b) Monitor suhu tubuh
15

dengan b. Pucat menurun c) Monitor kadar elektrolit


c. Takikardi menurun d) Monitor komplikasi akibat hipertemia
Gejala dan tanda d. Takipnea menurun Terapeutik
mayor : e. Hipoksia menurun a) Sediakan lingkungan yang dingin
Subjektif : f. Suhu tubuh membaik b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
(tidak tersedia) g. Tekanan darah membaik c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Objektif : h. Pengisian kapiler membaik d) Berikan cairan oral
1) Suhu tubuh diatas ( > 2 detik) e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
nilai normal mengalami hiperhidrosis (keringat berlebihan)
f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
Gejala dan tanda minor : hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
Subjektif : dada, abdomen, aksila)
(tidak tersedia) g) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Objektif : h) Berikan oksigen, jika perlu
1) Takikardi Edukasi
2) Takipnea a) Ajarkan tirah baring
3) Kulit terasa hangat Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektorlit
intravena, jika perlu
16

(D.0111) Defisit Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan (I.12383)


pengetahuan selama 2 x 24 jam, diharapkan Observasi
berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan membaik a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kurang terpapar dengan kriteria hasil (L.12111) : informasi
informasi dibuktikan a. Perilaku sesuai anjuran b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
dengan meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
b. Verbalisasi minat dalam belajar hidup bersih dan sehat
Gejala dan tanda meningkat Terapeutik
mayor : c. Kemampuan menjelaskan a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Subjektif : pengetahuan tentang suatu topik b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
1) Menanyakan masalah meningkat kesepakatan
yang dihadapi d. Perilaku sesuai dengan c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Objektif : pengetahuan meningkat Edukasi
1) Menunjukkan e. Pertanyaan tentang masalah yang a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
perilaku tidak sesuai dihadapi menurun kesehatan
anjuran f. Persepsi yang keliru terhadap b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2) Menunjukkan masalah menurun c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
presepsi yang keliru g. Menjalani pemeriksaan yang meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap masalah tidak tepat menurun
h. Perilaku membaik
17

Gejala dan tanda minor :


Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
2) Menunjukkan
perilaku berlebihan
(mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
18

5. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal.Pada tahap ini perawat menggunakan segala
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus pada pasien TB
Paru pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen. Pada fungsinya independen
adalah mencakup dari setiap kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu
sendri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan
bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain dalam keperawatan maupun
pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain (Jiptowiyono &
Kristianasari, 2020).

6. Evaluasi keperawatan
Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan suatu
hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang
tepat sejauh mana tujuan tercapai. Tujuan evaluasi antara lain:
1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien
2) Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang diberikan
3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan
5) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan :
a) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat
dari pasien setelah tindakan diperbaiki
19

b) Objektif adalah informasi yang didapat melalui hasil


pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah dilakukan tindakan
c) Analisa data adalah membandingkan antara informasi subjektif
dan objektiv dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi dan tidak tertasi.
d) Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.

7. Keefektifan Intervensi Keperawatan (Latihan Batuk Efektif)


Hasil beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi keefektifan
tindakan keperawatan yang diangkat oleh peneliti yakni Batuk Efektif
adalah sebagai berikut :
a. Jurnal 1
1) Jurnal : CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME
4 NOMOR 2, APRIL 2020, HAL 220-227
2) Judul : Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Pasien TB Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten
Lebong
3) Nama penulis : Devi Listiana, Buyung Keraman, Andri Yanto
4) Kata kunci : Teknik Batuk Efektif, Pengeluaran Sputum,
Tuberkulosis
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh batuk efektif
terhadap pengeluaran sputum pada pasien TBC di wilayah kerja
Puskesmas Tes Kabupaten Lebong. Pengumpulan datanya melalui
data primer (wawancara) dan data sekunder (buku rekam medis).
Pada orang usia 18-68 tahun, jenis kelamin 7 perempuan 13 laki-laki,
dan 8 orang tidak memilki riwayat merokok 6 orang pernah merokok
serta 6 orang merokok sampai sekarang. Penelitian ini menggunakan
desain Pra-Eksperimental menggunakan The One Group
Pretest-Posttest Design. Melakukan observasi secara langsung
terhadap perilaku pasien, selama pengambilan data. Observasi
20

dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (post test) aktivitas pasien.


Lembar observasi berisi tentang reaksi pasien sebelum dan setelah
dilakukan teknik batuk efektif. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Tes Kecamatan Lebong Selatan
Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada
bulan Juli 2019 - Agustus 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang menderita penyakit TBC di Puskesmas
Perawatan Tes Kabupaten Lebong. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling, berjumlah 20 orang. Analisis
Data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Univariat dan
Analisis Bivariat. Teknik analisis yang digunakan yaitu uji Wilcoxon
Signed Rank Test.
Hasil penelitian didapatkan: (1) 11 orang (55%) jumlah (ml)
pengeluaran sputum sebelum teknik batuk efektif baik, dan 9 orang
(45%) jumlah (ml) pengeluaran sputum tidak baik;(2) 20 orang
(100%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sesudah teknik batuk
efektif baik dengan hasil sputum >3 ml; (3) Ada pengaruh batuk
efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien TBC paru.Hasil Uji
Wilcoxon Signed Ranks Test didapat nilai Z = -3,669 dengan
p-value=0,000<0,05,berarti ada pengaruh batuk efektif terhadap
pengeluaran sputum pada pasien TBC di wilayah kerja Puskesmas
Tes Kabupaten Lebong. Diharapkan seluruh pasien yang menderita
penyakit TBC paru dapat melakukan teknik batuk efektif yang baik
untuk pengeluaran sputum.

Anda mungkin juga menyukai