OLEH :
ALFIN (210101221)
ELSY DELLY FEBRIANY (200101176)
AFDALYA IBNA SEPRITA (200101170)
b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum berlebih
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru,
keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat
TB paru seperti diabetes melitus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat
menanykan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam
rumah.
d. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien mengetahui penyakit yang di deritanya? Serta
bagaimana klien mengelola kesehatannya (seperti frekuensi
kunjungan ke penyedia layanan kesehatan dan kepatuhan terapi di
rumah).
e. Pola nutrisi/metabolik
Pada pola nutrisi, pasien TB paru akan mengalami mual, muntah,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
f. Pola aktifitas dan latihan
Pasien dapat mengalami kelemahan umum, napas pendek karena
aktifitas, takikardi, takipnea atau dispnea saat beraktifitas, kelemahan
otot dan nyeri
g. Pola tidur dan istirahat
Pasien dapat mengalami susah tidur karena batuk. Pasien yang
mengalami TB paru harus banyak tirah baring dan membatasi
aktivitas.
3
h. Pola persepsual
Menjelaskan tentang persepsi sensori. Pola ini meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, pengecap, penciuman
peraba dan kompensasinya terhadap tubuh.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada penderita TB Paru akan mengalami perubahan pola
reproduksi dan seksual karena kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola peran hubungan
Pasien dengan TB Paru akan mengalami perasaan isolasi karena
menderita penyakit menular.
k. Pola manajemen koping-stress
dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita penyakit TB Paru
l. Sistem nilai dan keyakinan
Keyakinan pasien terhadap Tuhan dan mendekatkan diri
Kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress yang
konstruktif. Karena mengalami sesak nafas dan nyeri dada biasanya
penderita TB Paru sering terganggu ibadahnya.
m. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi
napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Kepala
Inspeksi : kepala bersih, rambut hitam/ putih bersih, rambut
panjang/ pendek, kepala simetris, tidak ada lesi, tidak
edema.
Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada kepala.
4
3) Wajah
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak edema, tampak pucat, simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
4) Mata
Inspeksi : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva
sianosis (karena hipoksia)
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
5) Hidung
Inspeksi : adanya pernapasan cuping hidung (dyspnea)
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
6) Mulut dan bibir
Inspeksi : membran mukosa sianosis (karena penurunan oksigen),
bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan
dengan penyakit paru kronik), tidak ada stomatitis.
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
7) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu
pendengaran
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
8) Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri tekan
9) Thoraks
1.Paru-Paru
Inspeksi
a. abnormalitas dinding dada yang biasa terjadi,
menggambarkan hiperinflasi pulmonal terlihat pada TB
paru, termasuk tulang iga relative horizontal, dada
“bentuk barrel”, hemidiafragma mendatar.
5
2.Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial linea
midclavikularis sinistra
Perkusi : terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler
3.Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit merata.
Auskultasi : Terdengar bising usus 12x/menit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi : tympani
4.Genetalia
Inspeksi : Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada
jaringan parut.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
abnormal.
5.Kulit
Inspeksi : Sianosis perifer karena menurunnya aliran darah
perifer, penurunan turgor kulit karena dehidrasi
6.Ekstremitas
Atas : Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema
Bawah : Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema
7
n. Pemeriksaan penunjang
1) Kultur sputum : menunjukkan hasil positif Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
2) Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) :
positif untuk bakteri tahan asam (BTA).
3) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif
(area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah
injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan
adanya antibody tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang
aktif.
4) Foto rongen dada (chest x-ray) : dapat memperlihatkan infiltrasi
kecil pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit
kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi.
Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsy kulit) : menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
6) Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB,
adanya sel sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit : mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi, misalnya hyponatremia mengakibatkan retensi
air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
8) ABGs : mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat dan
sisa kerusakan paru.
9) Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
10) Pemeriksaan darah : leukositosis, laju endap darah (LED)
meningkat.
11) Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC
menurun, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis infiltrasi paru da penyakit pleura.
8
2. Analisa Data
a. Data Subyektif
Pengumpulan data yang diperoleh dari deskripsi verbal pasien
mengenai masalah kesehatannya seperti riwayat keperawatan,
persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga
kesehatan lainnya.
b. Data objektif
Pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca indra. Mencatat hasil observasi secara khusus
tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien TB Paru (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI 2017) :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0149)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
(D.0077)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0019)
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi :
Mycrobacterium Tuberculosis)
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
9
4. Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D.0149) Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan batuk efektif (I.01006)
Observasi
nafas tidak efektif selama 3 x 24 jam, diharapkan
a) Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan dengan bersihan jalan napas meningkat
b) Monitor adanya retensi spuntum
sekresi yang tertahan dengan kriteria hasil (L.01001) :
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
dibuktikan dengan a. Batuk efektif meningkat
d) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
b. Produksi spuntum menurun
karakteristik)
Gejala dan tanda c. Mengi menurun
Terapeutik
mayor : d. Wheezing menurun
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
Subjektif : e. Dispnea menurun
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
(tidak tersedia) f. Ortopnea menurun
c) Buang sekret pada tempat spuntum
Objektif : g. Sulit bicara menurun
Edukasi
1) Batuk tidak efektif h. Sianosis menurun
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Tidak mampu batuk i. Gelisah menurun
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
3) Sputum berlebih j. Frekuensi napas membaik
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
4) Mengi, Wheezing k. Pola napas membaik
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
dan/ atau ronchi
(dibulatkan) selama 8 detik
kering
10
kontra indikasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi Pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
(D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat Observasi
agen pencedera nyeri menurun dengan kriteria hasil a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (inflamasi) (L.08066) : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dibuktikan dengan a. Keluhan nyeri menurun b) Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun c) Identifikasi respon nyeri non verbal
Gejala dan tanda c. Sikap protektif menurun d) Identifikasi faktor yang memperberat dan
mayor : d. Gelisah menurun memperingan nyeri
Subjektif : e. Kesulitan tidur menurun e) identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
1) Mengeluh nyeri f. Frekuensi nadi membaik f) Monitor keberhasilan terapi komplementer
Objektif : g. Pola napas membaik g) Monitor efek samping penggunaan analgetik
1) Tampak meringis h. Tekanan darah membaik Terapeutik
2) Bersikap protektif i. Pola tidur membaik a) Berikan terapi nonfarmakologis untuk
(mis. Waspada, mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik, terapi
posisi menghindari pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
nyeri) kompres hangat atau dingin)
12
(D.0019) Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan status Observasi
ketidakmampuan nutrisi membaik dengan kriteria a) Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan hasil (L.03030) : b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dibuktikan dengan a. Porsi makanan yang dihabiskan c) Identifikasi makanan yang disukai
meningkat d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Gejala dan tanda b. Kekuatan otot mengunyah e) Monitor asupan makanan
mayor : membaik f) Monitor berat badan
Subjektif : c. Kekuatan otot menelan membaik g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(tidak tersedia) d. Serum albumin membaik Terapeutik
Objektif : e. Verbalisasi keinginan untuk a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
1) Berat badan meningkatkan nutrisi b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
menurun minimal f. Perasaan cepat kenyang menurun Piramida makanan)
10% dibawah g. Nyeri abdomen menurun c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
rentang ideal h. Diare menurun d) Berikan makanan tinggin serat untuk mencegah
i. Berat badan Indeks Massa Tubuh konstipasi
Gejala dan tanda minor : (IMT) membaik e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Subjektif : j. Frekuensi makan membaik f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
1) Cepat kenyang k. Nafsu makan Edukasi
setelah makan l. Bising usus a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
14
2) Kram atau nyeri m. Membran mukosa membaik b) Ajarkan diet yang diprogramkan
abdomen Kolaborasi
3) Nafsu makan a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
menurun (mis. Pereda nyeri), jika perlu
Objektif : b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
1) Bising usus jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
hiperaktif jika perlu
2) Otot pengunyah
lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa
pucat
5) Serum albumin
turun
6) Diare
(D.0130) Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam, diharapkan Observasi
proses penyakit (infeksi: termoregulasi membaik dengan a) Identifikasi penyebab hipertemia (mis. Dehidrasi,
Mycrobacterium kriteria hasil (L.14134) : terpapar lingkungan panas)
Tuberculosis) dibuktikan a. Akrosianosis menurun b) Monitor suhu tubuh
15
5. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal.Pada tahap ini perawat menggunakan segala
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus pada pasien TB
Paru pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen. Pada fungsinya independen
adalah mencakup dari setiap kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu
sendri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan
bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain dalam keperawatan maupun
pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain (Jiptowiyono &
Kristianasari, 2020).
6. Evaluasi keperawatan
Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan suatu
hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang
tepat sejauh mana tujuan tercapai. Tujuan evaluasi antara lain:
1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien
2) Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang diberikan
3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan
5) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan :
a) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat
dari pasien setelah tindakan diperbaiki
19