Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Pneumonia

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Nawaita Alfatu Rahma Syah (20181660010)
2. Sahila Putri Aini (20181660018)
3. Moh. Nurus Samsi Ma’arif (20181660026)
4. Ardiana Firdaus Habiba (20181660042)
5. Sinta Purwanasari (20181660059)
PENGERTIAN
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu dan
radiasi. Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen,
lobus, atau menyebar.
B. ETIOLOGI
Menurut Mayer (2012) etiologi pneumonia antara lain Bakteri,
merupakan mikroorganisme bersel tunggal sederhana dan
memiliki dinding sel yang melindunginya terhadap banyak
mekanisme tubuh manusia. Virus, merupakan organisme
subseluler yang tersusun hanya dari nukleus RNA atau nukleus
DNA yang terbungkus oleh protein.
C. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada, yaitu :
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
• Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak
sadar.
• Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
• Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :
• a. Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
• b. Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit sangat
berat.
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru-paru dari infeksi.partikel infeksius
di filtrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran nafas. Bila partikel tersebut dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alfeoler dan juga mekanisme imun sitemik, dan humoral.bayi
pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara
pasif yang melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Pada anak perubahan mekanisme protetif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, kelainan neurologis. Pada anak
dengan kelainan faktor predisposisi tersebut partikel infeksius dapat mencapai paru-paru
melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering
terjadi akibat virus pada saluran nafas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar
kesaluran nafas bagian bawah dan menyebabkan Pneumonia Virus
E. Manifestasi klinis
- Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38-400 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi)
- Batuk, mula mula kering (non produktif) sampai produktif
- Nafas : sesak, pernapasan cepat dangkal
- Penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang
kadang terdapat nasal discharge (ingus)
- Suara napas : lemah, mendengkur, ronkhi, wheezing
- Frekuensi napas : Umur 1 – 5 tahun 40x/menit
Umur 2 bulan – 1 tahun 50x/menit
Umur < 2 bulan 60x/menit
- Nadi cepat dan bersambung
- Nyeri dada yang di tusuk tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk
- Kadang kadang terasa nyeri kepala dan abdomen
- Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis
- Malaise, gelisah, cepat lelah
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
a.Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung,
distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
napas. b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat
pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia. 7
c. Perkusi Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut
bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar
suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
2.) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
• Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
• Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
• LED meningkat
b. X-foto dada
Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau
yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan
cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1. Untuk kasus pneumonia community base :
a. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Untuk pneumoni hospital base :
a. Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10 – 15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
H. Prognosis
Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri
dapat diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia karena virus
mungkin berakhir lama,pneumonia karena mycoplasma memerlukan
empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama sekali. Hasil akhir
dari episode pneumonia tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan
dia di diagnosa pertama kalinya.
Ketikefektifan Ketidakefektifan pola
bersihan jalan nafas nafas
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Identitas pasien
Penyakit yang pernah di alami oleh pasien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi
sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku
bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti:
asma, alergi terhadap makanan, debu, TB, dan
tanggal pengkajian. riwayat merokok.
2. Fokus Pengkajian
d. Riwayat kesehatan keluarga
a. Keluhan utama
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertlongan
keluarga yang lain
kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak,
demam, sakit kepala, nyeri, dan melarasa lelah. seperti: TB, asma, ISPA, dan lain lain.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri,
sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan
sulit di keluarkan, badan lemah, ujung jari terasa
dingin.
3. Pemeriksaan Fisik c. B3 (Brain)
a. B1 (Breathing) Klien dengan pneumonia yang berat sering
 Inspeksi :Terjadi peningkatan frekuensi terjadi penurunan kesadaran, di dapatkan
napas dan dangkal, serta adanya retraksi sianosis perifer apabila gangguan perfusi
sternum dan intercostals space. jaringan berat. Pada pengkajian objektif,
Penapasan cuping hidung, terdapat batu wajah klien tampak meringis, menangis,
produktif dan produksi secret meningkat. merintih, meregang, dan menggeliat.
 Palpasi : gerakan dinding thoraks normal d. B4 (Bladder)
dan getaran suara normal.
Perawat perlu memonitor adanya oligouria
 Perkusi : bila tanpa komplikasi, biasanya karena akan dapat membuat syok
didapatkan bunyi sonor.

e. B5 (Bowel)
Auskultasi: terdapat bunyi tambahan
ronkhi basah pada sisi yang sakit. Klien biasanya mengalami mual, muntah,
b. B2 (Blood) penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
 Inspeksi : didapatkan kelemahan fisik.
f. B6 (Bone)
 Palpasi : denyut nadi perifer melemah.

Klien mengalami kelemahan fisik
Perkusi : batas jantung tidak mengalami
pergeseran.
 Auskultasi: tekanan darah biasanya
normal.
4. Pemeriksaan penunjang B. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Hb : menurun / normal berhubungan dengan proses infeksi
- Analisa Gas Darah : asidosis ditandai dedngan sputum berlebih
respiratorik, penurunan kadar 2. Pola napas tidak efektif berhubungan
oksigen dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan dispnea
darah, kadar karbon darah
3. Hipertermi berhubungan dengan
meningkat/ normal proses penyakit ditandai dengan suhu
- Elektrolit : Natrium atau tubuh meningkat
Kalsium menurun atau normal 4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan ditandai dengan
kelelahan
5. Defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan dispnea, merasa lelah,
dan tidak nyaman
6. Risiko hipovolemi ditandai dengan
kekurangan intake cairan
C. Intervensi c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- Anjurkan teknik napas dalam melalui
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
diharapkan bersihan jalan napas meningkat
detik, kemudian keluarkan dari mulut
Intervensi utama : Latihan batuk efektif dengan bibir mecucu (dibulatkan) selama 8
a. Observasi detik

- Identifikasi kemampuan batuk - Anjurkan mengulangi tarik napas dalam


hingga 3 kali
- Monitor adanya retensi sputum
- Anjurkan batuk kuat langsung setelah tarik
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas napas dalam yang ke-3
- Monitor input dan output cairan (mis: jumlah d. Kolaborasi
dan karakteristik)
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
b. Terapeutik ekspektoran
- Atur posisi semi-fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang secret di tempat sputum
2. Pola napas tidak efektif c. Edukasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka diharapkan pola - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
napas membaik
- Ajarkan teknik batuk efektif
Intervensi utama : Manajemen jalan napas
d. Kolaborasi
a. Observasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) jika perlu
- Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, 3. Hipertermi
ronkhi kering)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka diharapkan
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) termogulasi membaik
b. Terapeutik Intervensi utama: Manajemen hiipertermia
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift a. Observasi
(jawthrust jika curiga trauma serviks)
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar
- Posisikan semi-fowler atau fowler lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Berikan minuman hangat - Monitor suhu tubuh
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu - Monitor kadar elektrolit
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik - Monitor haluaran urine
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Keluarkan sumbatan benda padat degan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Kolaborasu pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai