Anda di halaman 1dari 10

C.

Asuhan Keperawatan pada Urtikaria


Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem integumen yaitu Urtikaria menurut (Doenges,
1999) sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien urtikaria menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh
yaitu :
1) Pengumpulan data
Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS,
tanggal pengkajian, diagnostic medic.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien.

Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama, Merupakan gambaran yang dirasakan klien sehingga dating ke RS untuk
menerima pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan.
b) Riwayat kesehatan sekarang Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien (biasanya
wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat , pasien menyatakan
nyeri beberapa lama ,letak nyeri,dll.
c) Riwayat kesehatan masa lalu Merupakan riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit
sebelumnya dan riwayat pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-
obatan,dsb.
Misalnya pada kasus cystitis yang perlu dikaji yaitu : riwayat menderita infeksi saluran kemih
sebelumnya,riwayat pernah menderita batu ginjal ,riwayat penyakit DM, dan jantung.
d) Riwayat kesehata keluarga Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut / kronis serta melampirkan
genogram klien.

Pemeriksaan Fisik, Meliputi:


a) Keadaan Umum
(1) Keadaan fisik : sedang,ringan,berat
(2) Tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi,suhu,pernafasan
(3) Tingkat kesadaran : composmentis,apatis,spoor,somnolent

b) Kulit
(1) Inspeksi : warna kulit dan kebersihan kulit
(2) Palpasi : suhu,tekstur,kelembaban,apakah ada nyeri tekan, apakah ada massa / benjolan atau
apakah ada odema.

c) Kepala
(1) Inspeksi : apakah penyebaran rambut merata ,apakah ada luka di kepala,apakah kebersihan
kulit terjaga.
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa / benjolan

d) Wajah
(1) Inspeksi : apakah ada luka di wajah,apakah wajah tampak pucat atau tidak.
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

e) Mata
(1) Inspeksi : apakah sclera ikterus atau tidak, apakah konjungtiva pucat atau tidak, apakah
palpebra oedema atau tidak.
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan.

f) Hidung
(1) Inspeksi : apakah ada polip,perdarahan,secret,dan luka
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa / benjolan

g) Telinga
(1) Inspeksi : apakah ada peradangan atau serumen
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau apakah ada massa / benjolan.
h) Mulut
(1) Inspeksi : apakah bibir tampak kering atau sariawan
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan
i) Leher
(1) Inspeksi : apakah ada kelenjar thyroid dan kelenjar limfe
(2) Palpasi : apakah terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe

j) Ketiak
(1) Inspeksi : apakah tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening
(2) Palpasi : apakah teraba adanya pembesaran getah bening

k) Dada dan pernapasan


(1) Inspeksi : bentuk dada normal/abnormal,apakah simetris kiri dan kanan
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan
(3) Perkusi : apakah suara paru soror,redup,pekak,atau tympani
(4) Auskultasi : suara nafas apakah vesikuler atau broncovesikuler, apakah ada suara tambahan,
misalnya : roles, ronchi.

l) Jantung
(1) Inspeksi : untuk mengetahui denyut dinding toraks yaitu ictus cordis pada ventrikel kiri ICS 5
linea clavikularis kiri
(2) Palpasi : untuk meraba dengan jari II,III,IV yang dirasakan pukulan/ kekuatan getar dan dapat
dihitung frekuensi jantung (HR) selama satu menit penuh.
(3) Perkusi : untuk mengetahui batas-batas jantung
(4) Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung

m) Abdomen
(1) Inspeksi : apakah ada jaringan parut striase, apakah permukaan abdomen datar, pengembangan
diafragma simetris kiri dan kanan.
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,atau apakah ada massa/benjolan
(3) Perkusi : apakah ada sura tympani atau tidak
(4) Auskultasi : apakah ada suara bising usus atau tidak.apakah peristltik ususnya normal atau
tidak.
n) Genetalia dan anus
(1) Inspeksi : apakah ada benjolan atau tidak
(2) Palapsi : apakah ada nyeri tekan,apakah ada massa/benjolan.

o) Ekstermitas
Ekstermitas atas
(1) Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
(3) Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan tonus kekuatan
otot,dan tes keseimbangan.
(4) Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
(5) Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa , gerak dan
tekanan.

Ekstermitas bawah
(1) Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
(2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan
(3) Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan tonus kekuatan otot,
dan tes keseimbangan.
(4) Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
(5) Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, temperature, rasa , gerak dan
tekanan.

2. Diagnosa Keperawatan dengan Urtikaria


a. Gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan gatal
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
d. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema
Tujuan :Agar dapat mengekspresikan perasaan dan masalah yang menyebabkan penurunan citra
tubuh
Intervensi :
1) Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional :Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi, membuat
perasaan kehilangan pada perubahan actual/yang dirasakan.ini memerlukan dukungan perbaikan
optimal
2) Bersikap realistis dan positif selama pengobatan.Pada penyuluhan kesehatan dan menyusun
tujuan dalam keterbatasan
Rasional :Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan perawat.
3) Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas
Rasional :Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan
4) Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional : meringankan beban psikologis klien.
5) HE kepada keluarga pasien tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien.
Rasional : Keluarga dapat meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respons yang
lebih membantu pasien.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan gatal
Tujuan : Pasien menunjukkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit
Rasional :Untuk mengetahui kebiasaan tidur klien serta gangguan yang dirasakan, dan membantu
dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2) Beri posisi yang nyaman.
Rasional :Posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidur
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman sehinggamempermudah
klien tidur.
4) Anjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.
Rasional : Pencernaan protein menghasilkan triptopan yang mempunyai efek sedative
5) Menghindari minuman yang mengandung kafein,pada malam hari.
Rasional :Memudahkan pasien untuk dapat tidur.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya


Tujuan : Pasien akan menunjukkan kecemasan berkurang / teratasi dengan kriteria:
a) Pasien dapat menerima keadaanya
b) Ekspresi wajah rileks
c) Pasien tampak tenang
Intervensi:
1) Observasi tingkat kecemasan pasien.
Rasional :mengetahui sejauh mana kekhwatiran / kecemasan pasien dan pemahaman pasien
mengenai penyakitnya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Rasional :Mengurangi beban perasaan pasien.
3) Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.
Rasional :Meningkatkan hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien.
4) Beri doronga spiritual.
Rasional : Membantu pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menerima keadaanya
denga ikhlas.
5) HE tentang penyakit yang diderita pasien.
Rasional :Dengan informasi denga baik dapat menurunkan kecemasan pasien.

d. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan.


Tujuan :Tidak terjadi kerusakan jaringan kulit.
Intervensi :
1) Kaji dan catat keadaan dan warna kulit
Rasional : Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan derajat kerusakan kulit.
2) Pijat kulit dengan lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi darah
3) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk.
Rasional : Menghindari kerusakan kulit
4) Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.
Rasional :Dapat mengurangi gatal yang timbul.

4. Dokumentasi
Seluruh tindakan yang dilakukan harus ditulis dalam catatan perawat, seperti: Waktu Pengkajian,
Perencanaan, Tindakan yang dilakukan, respon terhadap tindakan.

5. Evaluasi
a) Tidak terjadinya infeksi
b) Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
c) klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena berkurangnya pruritus dan ditandai
dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
d) Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan
e) Menerima keadaan diri
f) Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan
. Konsep Dasar Urtikaria
1. Pengertian Urtikaria
Urtikaria (kaligata, gidu, nettle-rash, hives), adalah erupsi kulit yang menimbul (wheal)
berbatas tegas, berwarna merah, lebih pucat pada bagian tengah, dan memucat bila ditekan,
disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik atau berulang. (Akib, Munasir
& Kurniati, 2007).
Urtikaria (gelegata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I pada kulit yang
ditandai oleh kemunculan mendadak lesi menonjol yang edematous, berwarna merah muda
dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluahan gatal dan menyababkan gangguan rasa
nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh, termasuk membran
mukosa (khususnya mulut, laring (kadang-kadang dengan komplikasi respiratorius yang serius)
dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama periode waktu tertentu yang
bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum menghilang. Selama berjam-jam
atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang dan kembali lagi secara episodik. Jika
rangkaian kejadian ini berlanjut tanpa batas waktu, keadaan tersebut dinamakan urtikaria kronik.
(Smeltzer & Bare, 2001).
Urtikaria (biduran) merupakan reaksi kulit yang paling sering dijumpai yang dapat
mengakibatkan edema dan eritema. Dalam waktu beberapa jam lesi akan menghilang. Erupsi
kulit sementara ini kelihatannya seperti benjolan tipis eritematosa dan papula dengan vasodilatasi
kulit dan pembuluh darah subkutan yang disertai dengan edema pada sekeliling jaringan. Rasa
gatal esringkali menyertai urtikaria. Kadang timbul angioedema disertai pembengkakan bibir,
lidah, kelopak mata dan laring yang menyertai urtikaria kulit. (Prince & Wilson, 2005).

2. Klasifikasi Urtikaria
Urtikaria dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi atau etiologi dan mekanisme patofisiologi.
(Akib, Munasir & Kurniati, 2007).
a. Durasi:
1. Akut : biasanya berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari (kurang dari 6 minggu), dan
umumnya penyebabnya dapat diketahui.
2. Kronis : berlangsung lebihs dari 6 minggu, dan urtikaria biasanya berulang dan tidak diketahui
pencetusnya, serta dapat berlangsung sampai beberapa tahun. Urtikaria kronik umumnya
ditemukan pada orang dewasa.
b. Berdasarkan etiologi
1. Mekasisme imun: dapat diperantarai melalui reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III.

2. Mekanisme nonimun (anafilaktoid)


a) Angioedema herediter
b) Aspirin
c) Liberator histamin, yaitu zat yang dapat menyebabkan pelepasan histamin seperti opiat, pelemas
otot, obat, vasoaktif, dan makanan (putih telur, tomat, lobster)
3. Fisik:
a) Dermatografia (writing on the skin)
b) Urtikaria dingin
c) Urtikaria kolinergik
d) Urtikaria panas
e) Urtikaria solar
f) Urtikaria dan angioedema tekanan
g) Angioedema getar
h) Urtikaria akuagenik

4. Miscellaneous
1. Urtikaria popular
2. Urtikaria pigmentosa
3. Mastositosis sistemik
4. Infeksi disertai urtikaria
5. Urtiakaria dengan penyakit sistemik yang mendasarinya:
(1) Penyakit vaskuler kolagen
(2) Keganasan
(3) Ketidakseimbangan sistem endokrin
6. Faktor psikogenik
7. Urtikaria dan angioedema idiopatik

3. Etiologi Urtikaria
Menurut Price & Wilson ( 2005 ) etiologi urtikaria adalah sebagai berikut :
a. Makanan ( kacang - kacangan, bahan pengawet makanan, kerang kerangan dll ), Obat ( aspirin,
pencahar ,dan antibiotik ), Gigitan serangga, Lingkungan, Stress.

Menurut Saputra dalam buku nya ilmu penyakit dalam, etiologi Urtikaria dan angioedema
adalah sebagai berikut :
a. Idiopatik.
b. Autoantibodi.
c. Infeksi
d. Gigitan dan sengatan serangga
e. Faktor fisik.
f. Obat obatan
g. Herediter

4. Patofisiologi
Menurut (Akib, Munasir & Kurniati, 2007) perjalanan penyakit urtikaria sebagai berikut ini:

Hal yang mendasari terjadinya urtikaria adalah triple respons dari lewis, yaitu eritema
akibat dilatasi kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi arteriolar yang di perantarai refleks akson
saraf dan timbulnya wheal, akibat ekstravasasi cairan karena meningkatnya permeabilitas
vaskuler.
Secara histologis, urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh darah dermal dibawah
kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel perivaskular, di antaranya yang
paling dominan adalah eosinofil. Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama
histamin, akibat degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan leukotrien juga dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit sehingga kulit
berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan
mengakibatkan pembengkakan kulit lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung
saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh darah jaringan subkutan, biasanya
jaringan subkutan longgar, maka edema yang terjadi tidak terbatas tegas dan tidak gatal karena
jaringan subkutan mengandung sedikit ujung saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang
terkena biasanya muka (periorbita dan perioral).
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui
mekanisme imun atau nonimun.
Histamin adalah mediator terpenting pada reaksi alergi fase cepat yang diperantarai IgE
pada penyakit atopik. Histamin terikat pada reseptor histamin yang beda-beda. Terdapat 4 jenis
reseptor histamin, yaitu reseptor H1, H2, H3 dan H4 ; masing-masing memiliki efek fisiologik
yang berbeda. Reseptor H4 dapat mengatur fungsi sel imun. Aktivasi reseptor H4 penting pada
kemotaksis dan akumulasi sel pada jaringan alergik yang mengalami inflamasi. Reseptor
histamin H4 berperan pada regulasi histamin proinflamasi, dipresentasikan pada leukosit dan
saluran cerna.

Anda mungkin juga menyukai