Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
`
1.1

Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsure yang sangat
penting. Kekurangan gizi terutama pada bayi akan menghambat proses
tumbuh kembang dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal.
Secara umum terdapat dua factor yang berpengaruh terhadap factor
tumbuh kembang anak, yaitu factor genetic dan lingkungan. Factor genetic
dapat disebabkan dari perkembangan bayi saat masih di dalam kandungan,
sedangkan factor lingkungan

merupakan factor yang mempengarui

individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.


Perkembangan dan pertumbuhan bayi sebagian ditentukan oleh jumlah
ASI yang diperoleh termasuk energy dan zat gizi lainnya yang terkandung
di dalam ASI. ASI tanpa bantuan makanan lain dapat mencukupi
kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam proses tumbuh
kembang bayi. Namun dewasa ini banyak ibu yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan mereka dan rutinitas mereka, sehingga tidak sedikit ibu yang
sudah memberikan susu non-ASI (susu formula) pada bayi dengan masa
ASI eksklusif.
Perbedaan jangka waktu pemberian

ASI eksklusif tentunya

memberikan dampak yang berbeda pula pada kondisi bayi, baik kondisi
fisik maupun non-fisiknya. Dengan adanya pernyataan tersebut penulis
tertarik untuk menulis makalah mengenai Trend Pemberian Susu Formula
pada Anak dengan Usia di Bawah 6 Bulan.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apa perbedaan ASI dan susu Formula?
1.2.2 Bagaimana perbandingan kondisi bayi dengan ASI dan bayi dengan
susu Formula?
1.2.3 Apa saja factor yang mungkin yang menyebabkan ibu memberi
susu formula pada bayinya?
1.2.4 Bagaimana peran perawat menghadapi trend tersebut?

1.3

Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengerti tentang perbedaan susu ASI dan susu
Formula.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui kondisi bayi dengan diberikan ASI
dan diberikan susu Formula .
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui

factor

yang

mungkin

yang

menyebabkan ibu memberi susu formula pada bayinya.


1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam menghadapi
trend pemberian susu Formula.

BAB II
ISI

2.1

ASI dan Susu Formula

ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna.
ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pada bulanbulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan. Selain itu ASI juga
memiliki keuntungan dan keunggulan, diantaranya ASI adalah makanan bagi bayi
yang bersih serta mengandung immunoglobulin (Ig) terutama IgA. Kandungan
dalam ASI yang tidak kalah penting ialah laktoferrin yang merupakan ikatan dari
protein dan zat besi. Ikatan ini sangat bermanfaat dalam menghambat
pertumbuhan bakteri bakteri berbahaya dalam usus. ASI juga mengandung enzim
Lysosim yang berfungsi untuk merusak bakteri berbahaya dan akan melindungi
bayi terhadap berbagai jenis virus. Konsentrasi enzim Lysosim ini beribu kali
lebih tinggi dibanding susu formula (susu sapi).

2.2

Bayi dengan ASI Eksklusif dan Bayi dengan Susu Formula


Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif
selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat
besi yang normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995), para peneliti
menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 7 bulan
(dan tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat
besi) menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi
dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI tapi
menerima makanan padat pada usia kurang dari tujuh bulan. Para peneliti
tidak berhasil menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada
bayi yang diberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan dan akhirnya
menyimpulkan bahwa memberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan
mengurangi resiko terjadinya anemia.

Satu studi memperlihatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4


bulan mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit daripada bayi yang
diberi ASI ditambah makanan tambahan lain. Probabilitas terjadinya
penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak secara signifikan
berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu
dan makanan pada tidak diberikan selama periode ini. (Wilson, 1998).
Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan
baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Organisasi
Kesehatan Dunia WHO mengatakan: ASI adalah suatu cara yang tidak
tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan
dan perkembangan seorang bay. Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada
menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi.
Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng
daripada yang tersedia didalam ASI pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa
diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI
hingga usia 12 bulan atau lebih selama bayi anda terus bertambah beratnya dan
tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya
dengan baik.
Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick Children di
Toronto, Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan gangguan pernapasan
mencapai angka 50% lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula,
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan
atau lebih.
Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki resiko lebih
rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan gangguan
pernafasan karena alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan pernafasan karena
alergi pada mereka yang tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam
jangka waktu pendek) adalah 65%, sementara pada mereka yang disusui lebih
lama hanya 42%.

Pada kasus tercemarnya susu formula dengan Enterobacter Sakazakii di Belgia,


ditemukan 12 bayi yang menderita Necrotizing Enetrocolitis (NEC) dan 2 bayi
yang meninggal setelah mengkonsumsi susu formula yang tercemar bakteri
tersebut.
Tingkat tiamin pada susu formula tidak dapat diidentifikasikan. Pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula berbasis kedelai sering ditemukan gejala kekurangan
tiamin, yang harus ditangani oleh terapi tiamin.
Bayi yang diberi formula

akan kenyang dan cenderung malas untuk menyusu

sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara menjadi


bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul
menjadi kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula,
masalah medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan ora usus, terpapar
antigen dan kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi
terhadap susu formula (alergi) dan bayi kurang mendapat perlindungan kekebalan
dari kolostrum yang keluar justru di hari hari pertama
kelahiran

2.3

Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula pada Bayi

2.4

Peran Perawat

Anda mungkin juga menyukai