Anda di halaman 1dari 26

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oleh : Rini Tri Hastuti, S.Kp.Ns.M.Kes.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan sangat
esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya
A. KOMPARTEMEN CAIRAN
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu
:
Cairan Intra Selular (CIS) dan Cairan Ekstra Selular (CES).
Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh rata-ratanya
sekitar 60 % berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah,
bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall,
1997)
1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

Adalah cairan yang terkandung di dalam sel.


Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama
kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya dari
cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total


Adalah cairan diluar sel.
Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru
lahir, kira-kir cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun,
volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :
(a) Cairan interstisial (CIT) :
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan
limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
(b) Cairan intravaskular (CIV) :
Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.
Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari
jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah
merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai
bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan
trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang
berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor
lain.
Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
- pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
- transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
- pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
- transpor hormon ke tempat aksinya
- sirkulasi panas tubuh
3. Cairan Transelular (CTS) :
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh
(CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan
intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati
jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan
keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-

intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L


per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai

berikut :

PROSENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH DIBANDINGKAN BERAT BADAN

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH

Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg


Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan
transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial,
pleura, intraokuler, dll.

NILAI RATA-RATA CAIRAN EKSTRASELULER (CES) DAN CAIRAN


INTRASELULER (CIS) PADA DEWASA NORMAL TERHADAP BB

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism,


4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

B. FUNGSI CAIRAN TUBUH


1. Sarana transportasi untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan zat zat yg tdk dibutuhkan
3. Pembentuk struktur tubuh
4. Metabolisme sel
5. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
6. Membantu memelihara suhu tubuh
7. Membantu pencernaan
8. Mempermudah eliminasi
9. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)

C. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut).
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa
hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita
mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
(a) Elektrolit : Zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

Ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling
berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter)
mEq/L ) atau dengan berat molekul dalam garam
( milimol/liter mol/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara
esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan
komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan
interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu
menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman
perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi
gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada
situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau
keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
(b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100
ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup
kreatinin dan bilirubin.
Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh

Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+,
magnesium Mg2+, protein dan asam organik.
Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.
Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh
disebutkan sebagai berikut :

Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518


KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH

INTAKE DAN OUTPUT


RATA-RATA HARIAN DARI UNSUR TUBUH YANG UTAMA

Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut

Insensible Water Loss (IWL)


Bila ingin mengetahui Insensible Water Loss (IWL) maka kita dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
DEWASA = 15 cc/kg BB/hari
ANAK = (30 usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang 36.8C)
Urine :
1 2 ml/kgbb/jam atau pada orang dewasa kurang lebih 1000 1500 ml
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)
Kehilangan cairan normal:

IWL (paru 400 ml/hari dan kulit 600 ml/hari)


Standar kehilangan IWL
Neonatus
: 30 ml/kgBB/hari
Bayi
: 50-60 ml/kgBB/hari
Anak
: 40 ml/kgBB/hari
Remaja
: 30 ml/kgBB/hari
Dewasa
: 20 ml/kgBB/hari
Feses 100 ml/hari
Produksi urin ( 1 ml/kgBB/jam)
Standar volume urin
Neonatus
: 10-90 ml/kgBB/hari
Bayi
: 80-90 ml/kgBB/hari
Anak
: 50 ml/kgBB/hari
Remaja
: 40 ml/kgBB/hari
Dewasa
: 30 ml/kgBB/hari

JUMLAH KEHILANGAN AIR DAN ELEKTROLIT per 100 kcal BAHAN


METABOLIK DALAM KEADAAN NORMAL MAUPUN SAKIT

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit diantaranya adalah :

1. Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai
usia.

2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh.
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh.
4. Stres
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di

lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke
intraselular.
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan
dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh
sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
1.Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah,
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/
bb/jam.
2.Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasosonstriksi. Proses pelepasan
panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan
melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke

benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara
yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat
diturunkan dengan cara pelepasan air yang jumlahnya kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
3.Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan
bernapas.
4.Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200
ml/ hari.
5.Sistem Endokrin
a)ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b)Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin
renin.
c)Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d)Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e)Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan

dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi


angiotensin II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan
rasa haus.
MEKANISME PERPINDAHAN CAIRAN
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi
mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau
membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran,
maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat
menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila
beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.
Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.
1.Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau
cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat
bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit,
dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan
proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi
cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul
kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi
ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan
lebih cepat.
2.Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat
pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang
garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel
darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan
seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan
larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan
larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur.
larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan
larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan

rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran


semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya
akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan
bertambah volumenya.
3.Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor
aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan
berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan
intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor :
tekanan cairan dan membran semipermeabel.
a)Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik
juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih
pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut:
koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat
becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh,
larutan kristaloid adalah larutan garam.
Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak
terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian
cairan intravena.
Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular
bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke
dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai
konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal
ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan
dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam
plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih
besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran
semipermiabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak
dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan
cairan ekstra dan intrasel.
b)Membran semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah,
Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak
berpindah ke jaringan.
Cara agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter

penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.


Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
1.Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume
cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri
dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan
ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output)
air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka
harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam
tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen
dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan
luar; dan
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam
sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak
pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai
dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem ReninAngiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh
sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.
Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi
urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2.Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi

solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi


air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi
air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak
dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama
yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.
sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata
dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini.

pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan


melalui:
a)Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).
Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,
sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau
vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan
reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus
distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus
distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).
b)Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk
di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga
cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat
haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus,
dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Gangguan Keseimbangan Cairan :
1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada


tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena

kekurangan zat natrium;


kekurangan air;

kekurangan natrium dan air.

Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan,


yaitu
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat
badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10
persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan
tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

KLASIFIKASI DEHIDRASI MENURUT MAURICE KINGS SCORE


Tingk Ringan 5% Sedang 8 % Berat > 10 %
at
1
2
3
Score
Sehat
gelisah/apatis ngigau,koma,sy
KU
ok
Normal
Turun
Turgo
Sangat turun
Normal
Cekung
r
Sangat cekung
20

30
30

40
Mata
40 60
Normal
Kering
Nafas
kering biru
120 - 140
Mulut Kuat <120
140
Nadi
Total

7 - 13

> 13

1. Dehidrasi Ringan
Dehidrasi tingkatan ini dicirikan dengan tanda muka memerah, rasa yang
sangat haus, kulit kering dan pecah-pecah, volume urin berkurang dengan
warna lebih gelap dari biasanya, pusing dan lemah, kram otot terutama pada
kaki dan tangan, kelenjar air mata berkurang kelembabannya, sering
mengantuk, mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.

2. Dehidrasi Sedang
Dehidrasi tingkatan ini di tandai dengan penurunan tekanan darah, dalam
kondisi tertentu gampang sekali pingsan, kontraksi kuat pada otot lengan,
kaki, perut, dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, ubunubun cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
3. Dehidrasi Berat
Dehidrasi pada tingkatan ini sangatlah berbahaya jika tidak segera dilakukan
pertolongan dan penanganan,karna bisa mengakibatkan kematian. Tandatandanya adalah : kesadaran berkurang, tidak buang air kecil, tangan dan
kaki dingin serta lembab, denyut nadi semakin cepat dan lemah sehingga
tidak teraba, tekanan darah turun drastis sehingga tidak dapat diukur, ujung
kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
TERAPI PENGOBATAN/PENANGANAN DEHIDRASI
Terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi seseorang yang terkena
dehidrasi adalah :
Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar
secara berkala sesuai kebutuhan. Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat
diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24jam (30 ml/kg berat
badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit
cairan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Menghitung kebutuhan
cairan sendiri, termasuk jumlah insensible water loss sangat perludilakukan
setiap hari. Perhatian tanda-tanda kelebihan cairan seprti ortopnea, sesak
nafas, perubahan pola tidur, atau kofusion. Cairan yang diberikan secara oral
tergantung jenis dehidrasi.
Dehidrasi hippertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman
dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.
Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang
mengandung sodium seperti jus tomat juga dapat diberikan isotonik yang
ada di pasaran.

Daehidrasi hipotonik : cairan yang dianjurkan sama seperti diatas tetapi


dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral,
selain pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral.
Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan
rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
Definisi cairan ( liter = Cairan Badan Total [CBT] yang diinginkan CBT
saat ini
CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140
CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)
CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis
rehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau
dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari.
Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik
ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan
diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.
2. Hipovoleik dan Hipervolemik
a. Hipovolemia
Merupakan penurunan volume cairan.
Kehilangan air+elektrolit dengan proporsi yang sama. Hal ini berbeda
dengan dehidrasi (kehilangan air dengan peningkatan Na serum).
Contoh: diare, mual, faktor resiko DM insipidus
Penatalaksanaan: berikan larutan isotonic (RL, NaCl 0,9 %) untuk
tatalaksana kehilangan cairan dan bisa digunakan pada hipotensi. Jika
sudah normal dapat diberikan larutan hipotonik (NaCl 0.45%)
*syok hipovolemik terjadi jika volume cairan hilang >25% volume
intravascular
Tahapan syok hipovolemik:
1: volume darah hilang <=15%, dikompensasi dengan konstriksi
pembuluh darah. Tanda dan gejala: BP normal, RR normal, kulit pucat,
ansietas (cemas awal)

2: volume darah hilang 15-30% (750-1500mL). CO tidak dapat


dikompensasi dengan konstriksi pembuluh darah arteri. Tanda dan
gejala: RR meningkat (takikardi), BP normal, Tekanan diastolic
meningkat, berkeringat (stimulasi dari sistem saraf simpatik), ansietas
ringan, kelelahan
3: volume darah hilang 30-45% (1500-2000mL). Tanda dan gejala:
tekanan sistolik turun sampai di bawah 100 mmHg, sudah ada tanda
klasik syok hipovolemik; takikardi>120x/ menit, takipneu>30x/menit,
penurunan status mental (ansietas, agitasi), keringat dingin, kulit
pucat, penurunan sistolik.
4: kehilangan volume darah >40% (>2000Ml). Tanda dan gejala:
takikardi ekstrim, denyut nadi lemah, penurunan sistolik yang
signifikan sampai <=70 mmHg, kesadaran menurun, diaphoresis,
dingin, ekstremitas sangat pucat.
b. Hipervolemia
Kelebihan volume cairan.
Na+ dan air tertahan dengan proporsi yang kurang lebih sama dengan
di dalam CES.
Penyebab: gagal ginjal, gagal jantung, sirosis hepatis
Manifestasi klinis: takikardi; peningkatan BP, vena sentral, BB, jumlah
urin; napas pendek & mengi
Intervensi: mencegah fluid volume electrolyte (FVE) dengan diet
natrium, mendeteksi FVE (memantau asupan, istirahat, dll), berikan
posisi fowler tinggi agar cairan ke jantung dan pre load berkurang.
Edema dapat terjadi akibat perluasan cairan di ruang interstisial
(penumpukan Na+) berikan terapi diuretik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit
Addison
Tanda dan Gejala :

Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin


mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit
kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.

Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal


jantung, penyakit Addison).

Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin


ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi

2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis
osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi,
nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan
hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan
koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi

Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntahmuntah,


sedot
nasogastrik,
diare,
sindrom
malabsorpsi,
penyalahgunaan pencahar)
Diuretik

Asupan K+ yang tidak cukup dari diet

Ekskresi berlebihan melalui ginjal

Maldistribusi K+

Hiperaldosteron

Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin


arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang
menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan
dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan
kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar,
gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :

Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau
kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma
(crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut,
hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber

eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi


darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.

Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis,


digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas
darah.

Insufisiensi adrenal

Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau


pemasangan torniket terlalu lama

Hipoaldosteron

Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung.


EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan
peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K +
> 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo
gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K + = 7 sampai 8 mEq/L).
Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi
ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K + > 10 mEq/L. Temuantemuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.

Oedema

PENGERTIAN
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di
dalam berbagai rongga tubuh.
Keadaan ini sering dijumpai pada praktek klinik sehari-hari yang terjadi sebagai akibat
ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain
gangguan hemodinamik system kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air,
penyakit ginjal serta perpindahannya air dari intravascular ke intestinum.
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
ETIOLOGI
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma.
Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal, dengan demikian
terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang ruang interstisium. Edema yang
disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa
cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal, penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ), makanan yang kurang mengandung protein, atau pengeluaran protein akibat
luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar
dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak.
Sebagai contoh, melalui pelebaran pori pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin
pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid
plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik
koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium
meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan
edema lokal yang berkaitan dengan cedera ( misalnya: lepuh ) dan respon alergi
(misalnya: biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena, akan disertai
peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena.
Peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang
terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi
lokal aliran balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan
kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena

vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena
tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan
kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang
difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah
melalui sistem limfe.
Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas
terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang
terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil
mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe.
Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema
hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena ekstremitas yang
membengkak seperti kaki gajah.
Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran
bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak
antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar
sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang
edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan Tanda
1. Distensi vena jugularis, Peningkatan tekanan vena sentral
2. Peningkatan tekanan darah, Denyut nadi penuh,kuat
3. Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan
4. Edema perifer dan periorbita
5. Asites, Efusi pleura, Edema paru akut ( dispnea,takipnea,ronki basah di seluruh
lapangan paru )
6. Penambahan berat badan secara cepat : penambahan 2% = kelebihan ringan,
penambahan 5% = kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat
7. Hasil laboratorium : penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium serum
normal, natrium urine rendah ( <10 mEq/24 jam )
PENATALAKSANAAN
Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel

(jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk


meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi
farmakologis ,pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti
pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal)
dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu diuretic
harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis.

GAMBARAN KLINIS
Edema menurut Arthur C. Guyton menunjukkan adanya cairan berlebihan pada jaringan
tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartemen cairan
estraselular, tapi juga dapat melibatkan cairan intracelular. (Menurut buku ajar fisiologi
kedokteran).
1) Edema Intraseluler
Terjadinya pembengkakan intraseluler, karena dua kondisi, yaitu :
1. Depresi sistem metabolik jaringan
2. Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat
Bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrisi berkurang. Jika
aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan
normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Bila ini terjadi, ion natrium
yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi di pompa keluar dari sel, dan
kelebihan natrium dalam sel menimbulkan osmosis air dalam sel, sehingga edema
dapat terjadi pada jaringan yang meradang.
2) Edema Ekstraseluler
Edema ini terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ekstraseluler.
Terjadinya pembengkakan ekstraseluler, karena dua kondisi yaitu :
1. Kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi
kapiler.
2. Kegagalan limpatik untuk mengembalikan cairan dari interstisiuim ke dalam darah.
Penyebab klinis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi cairan
kapiler yang berlebihan.
Ketika terjadinya edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga
potensial, cairan edema biasanya juga akan terkumpul di rongga potensial, yang
disebut efusi. Rongga abdominal merupakan tempat paling mudah untuk terjadinya
penggumpalan cairan efusi, dan pada keadaan ini, efusi disebut ASITES. Rongga

potensial lainnya, seperti rongga pleura, rongga perikardial, dan rongga sendi, dapat
sangat membengkok bila ada edema bersifat negatif sama seperti yang dijumpai pada
jaringan subkutan jarang yang juga bersifat negatif (subatmosferik).
Contoh, tekanan hidrostatik cairan interstisial besar 7-8 mmHg dalam rongga pleura, 35 mmHg dalam rongga sendi, dan 5-6 mmHg dalam rongga pericardial.
Selain pada edema perifer, edema dapat terjadi pada organ-organ tertentu, yaitu antara
lain :
1. Edema pada otak
Salah satu komplikasi yang paling serius dari abdormalitas hemodinamika serebral dan
dinamika cairan adalah terbentuknya edema otak. Karena otak berada di dalam ruang
yang padat, maka akumulasi cairan edema akan mengkompresi pembuluh darah,
seringkali secara serius menyebabkan penurunan aliran darah dan kerusakan jaringan
otak.
Edema otak menurut Arthur C. Guyton disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler
yang hebat dan kerusakan dinding kapiler. Salah satu penyebab meningkatnya tekanan
kapiler adalah peningkatan tekanan darah arteri serebral secara tiba-tiba hingga
mencapai nilai yang terlalu tinggi.
2. Edema pada paru
Edema paru menurut Arthur C. Guyton terjadi dengan cara yang sama seperti edema
dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan tekanan cairan interstisial
paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian
mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan
bebas.
Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli, jika
edema ini menjadi cukup berat, dapat menyebabkan kematian karena mati lemas
(Sufokasi).
(Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
3. Edema pada vulva
Edema pada daerah ini berhubungan dengan varises vena vulva dan edema ini apabila
tidak segera diatasi akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Edema ini lebih
sering dijumpai pad pre eklamsi. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka
permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid
sifilitikum (ulkus durum).
(Dikutip dari buku obstetri fisiologi)
C. ETIOLOGI
Penyebab edema pada ibu bersalin yaitu sebagai berikut :

1. Disebabkan oleh gagal jantung


Pada gagal jantung, jantung gagal memompa darah secara normal dari vena ke dalam
arteri. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler, menyebabkan filtrasi kapiler makin
bertambah. Apabila gagal jantung yang tidak diobati, semua faktor bekerja sama
membentuk edema ekstraseluler generalisata yang hebat. Ibu hamil dengan gagal
jantung kanan yang bermakna, normalnya darah dipompa ke paru-paru oleh jantung
kanan tetapi darah tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis ke jantung
kiri karena bagian kiri karena bagian ini sangat lemah sehingga menyebabkan ibu
mengalami edema paru berat. (dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
2. Disebabkan oleh refensi garam dan air oleh ginjal
Tekanan arteri cenderung turun, menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air oleh
ginjal yang meningkatkan tekanan hidrostastik kapiler sehingga edema makin
bertambah. Kebanyakan garam dan air, bocor dari darah masuk ke rongga interstisial,
tapi sebagian masih tetap dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah menyebabkan
peningkatan volume cairan interstisial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi
akibat peningkatan volume darah.
Ibu hamil yang menderita glomerulonefritis, dimana glomerulus ginjal cedera karena
gagal untuk menyaring cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami edema cairan
ekstraseluler yang serius di seluruh tubuh bersamaan dengan edema, ibu tersebut
biasanya menderita hipertensi berat. (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
3. Disebabkan oelh penurunan protein plasma
Penurunan konsentrasi protein plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein
dalam jumlah yang cukup maupun karena kebocoran protein yang menimbulkan
penurunan tekanan osmotik koloid plasma. Apabila ibu hamil mengalami penurunan
konsentrasi protein akan mengakibatkan peningkatan kapiler di seluruh tubuh sehingga
terjadi, edema ekstraseluler dan dapat mengakibatkan malnutrisi protein.
(Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
4. Disebabkan oleh tekanan dari rahim
Tekanan ini yang membesar pada vena-vena panggul, pada wanita hamil, vena pelvis
tertekan oleh berat badan yang semakin membesar, sehingga ekstrinitas bawah
menopang berat badan tersebut. (Dikutip dari Buku Obstetri Fisiologi)
5. Disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler
a. Peningkatan reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun
lainnya.

b. Toksin
c. Infeksi bakteri
d. Difisiensi vitamin, khususnya vitamin C
e. Iskemia yang lama.
D. PENCEGAHAN / PENATALAKSANAAN
Edema pada persalinan menurut Ida Bagus Gede Manuaba dapat dicegah atau diobati,
yaitu sebagai berikut :
1. Istirahat yang cukup
Pada saat istirahat/tidur, kaki ditinggikan
2. Diit
Penggunaan garam dikurangi
3. Dapat diberikan sedativa atau obat-obat antihypertensif (apabila oedema terus
berlanjut).
Faktor lain yang dapat mencegah edema menurut Arthur C. Guyton yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada tekanan negatif
besarnya sekitar 3 mmHg.
2. Faktor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mmHg.
3. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari ruang interstisial adalah 7 mmHg

Anda mungkin juga menyukai