berikut :
Ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling
berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter)
mEq/L ) atau dengan berat molekul dalam garam
( milimol/liter mol/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara
esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan
komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan
interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu
menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman
perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi
gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada
situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau
keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
(b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100
ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup
kreatinin dan bilirubin.
Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh
Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+,
magnesium Mg2+, protein dan asam organik.
Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.
Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh
disebutkan sebagai berikut :
1. Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai
usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh.
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh.
4. Stres
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke
intraselular.
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan
dapat meialui sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh
sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
1.Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah,
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/
bb/jam.
2.Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasosonstriksi. Proses pelepasan
panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan
melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke
benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara
yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat
diturunkan dengan cara pelepasan air yang jumlahnya kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
3.Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan
bernapas.
4.Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200
ml/ hari.
5.Sistem Endokrin
a)ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b)Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin
renin.
c)Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d)Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e)Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan
30
30
40
Mata
40 60
Normal
Kering
Nafas
kering biru
120 - 140
Mulut Kuat <120
140
Nadi
Total
7 - 13
> 13
1. Dehidrasi Ringan
Dehidrasi tingkatan ini dicirikan dengan tanda muka memerah, rasa yang
sangat haus, kulit kering dan pecah-pecah, volume urin berkurang dengan
warna lebih gelap dari biasanya, pusing dan lemah, kram otot terutama pada
kaki dan tangan, kelenjar air mata berkurang kelembabannya, sering
mengantuk, mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
2. Dehidrasi Sedang
Dehidrasi tingkatan ini di tandai dengan penurunan tekanan darah, dalam
kondisi tertentu gampang sekali pingsan, kontraksi kuat pada otot lengan,
kaki, perut, dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, ubunubun cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
3. Dehidrasi Berat
Dehidrasi pada tingkatan ini sangatlah berbahaya jika tidak segera dilakukan
pertolongan dan penanganan,karna bisa mengakibatkan kematian. Tandatandanya adalah : kesadaran berkurang, tidak buang air kecil, tangan dan
kaki dingin serta lembab, denyut nadi semakin cepat dan lemah sehingga
tidak teraba, tekanan darah turun drastis sehingga tidak dapat diukur, ujung
kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
TERAPI PENGOBATAN/PENANGANAN DEHIDRASI
Terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi seseorang yang terkena
dehidrasi adalah :
Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar
secara berkala sesuai kebutuhan. Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat
diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24jam (30 ml/kg berat
badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit
cairan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Menghitung kebutuhan
cairan sendiri, termasuk jumlah insensible water loss sangat perludilakukan
setiap hari. Perhatian tanda-tanda kelebihan cairan seprti ortopnea, sesak
nafas, perubahan pola tidur, atau kofusion. Cairan yang diberikan secara oral
tergantung jenis dehidrasi.
Dehidrasi hippertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman
dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur.
Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang
mengandung sodium seperti jus tomat juga dapat diberikan isotonik yang
ada di pasaran.
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis
osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi,
nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan
hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan
koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau
kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma
(crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut,
hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber
Insufisiensi adrenal
Hipoaldosteron
Oedema
PENGERTIAN
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di
dalam berbagai rongga tubuh.
Keadaan ini sering dijumpai pada praktek klinik sehari-hari yang terjadi sebagai akibat
ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain
gangguan hemodinamik system kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air,
penyakit ginjal serta perpindahannya air dari intravascular ke intestinum.
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
ETIOLOGI
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma.
Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal, dengan demikian
terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang ruang interstisium. Edema yang
disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa
cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal, penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ), makanan yang kurang mengandung protein, atau pengeluaran protein akibat
luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar
dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak.
Sebagai contoh, melalui pelebaran pori pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin
pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid
plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik
koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium
meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan
edema lokal yang berkaitan dengan cedera ( misalnya: lepuh ) dan respon alergi
(misalnya: biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena, akan disertai
peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena.
Peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang
terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi
lokal aliran balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan
kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena
vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena
tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan
kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang
difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah
melalui sistem limfe.
Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas
terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang
terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil
mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe.
Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema
hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena ekstremitas yang
membengkak seperti kaki gajah.
Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran
bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak
antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar
sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang
edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan Tanda
1. Distensi vena jugularis, Peningkatan tekanan vena sentral
2. Peningkatan tekanan darah, Denyut nadi penuh,kuat
3. Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan
4. Edema perifer dan periorbita
5. Asites, Efusi pleura, Edema paru akut ( dispnea,takipnea,ronki basah di seluruh
lapangan paru )
6. Penambahan berat badan secara cepat : penambahan 2% = kelebihan ringan,
penambahan 5% = kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan berat
7. Hasil laboratorium : penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium serum
normal, natrium urine rendah ( <10 mEq/24 jam )
PENATALAKSANAAN
Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel
GAMBARAN KLINIS
Edema menurut Arthur C. Guyton menunjukkan adanya cairan berlebihan pada jaringan
tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartemen cairan
estraselular, tapi juga dapat melibatkan cairan intracelular. (Menurut buku ajar fisiologi
kedokteran).
1) Edema Intraseluler
Terjadinya pembengkakan intraseluler, karena dua kondisi, yaitu :
1. Depresi sistem metabolik jaringan
2. Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat
Bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrisi berkurang. Jika
aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan
normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Bila ini terjadi, ion natrium
yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi di pompa keluar dari sel, dan
kelebihan natrium dalam sel menimbulkan osmosis air dalam sel, sehingga edema
dapat terjadi pada jaringan yang meradang.
2) Edema Ekstraseluler
Edema ini terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ekstraseluler.
Terjadinya pembengkakan ekstraseluler, karena dua kondisi yaitu :
1. Kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi
kapiler.
2. Kegagalan limpatik untuk mengembalikan cairan dari interstisiuim ke dalam darah.
Penyebab klinis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi cairan
kapiler yang berlebihan.
Ketika terjadinya edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga
potensial, cairan edema biasanya juga akan terkumpul di rongga potensial, yang
disebut efusi. Rongga abdominal merupakan tempat paling mudah untuk terjadinya
penggumpalan cairan efusi, dan pada keadaan ini, efusi disebut ASITES. Rongga
potensial lainnya, seperti rongga pleura, rongga perikardial, dan rongga sendi, dapat
sangat membengkok bila ada edema bersifat negatif sama seperti yang dijumpai pada
jaringan subkutan jarang yang juga bersifat negatif (subatmosferik).
Contoh, tekanan hidrostatik cairan interstisial besar 7-8 mmHg dalam rongga pleura, 35 mmHg dalam rongga sendi, dan 5-6 mmHg dalam rongga pericardial.
Selain pada edema perifer, edema dapat terjadi pada organ-organ tertentu, yaitu antara
lain :
1. Edema pada otak
Salah satu komplikasi yang paling serius dari abdormalitas hemodinamika serebral dan
dinamika cairan adalah terbentuknya edema otak. Karena otak berada di dalam ruang
yang padat, maka akumulasi cairan edema akan mengkompresi pembuluh darah,
seringkali secara serius menyebabkan penurunan aliran darah dan kerusakan jaringan
otak.
Edema otak menurut Arthur C. Guyton disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler
yang hebat dan kerusakan dinding kapiler. Salah satu penyebab meningkatnya tekanan
kapiler adalah peningkatan tekanan darah arteri serebral secara tiba-tiba hingga
mencapai nilai yang terlalu tinggi.
2. Edema pada paru
Edema paru menurut Arthur C. Guyton terjadi dengan cara yang sama seperti edema
dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan tekanan cairan interstisial
paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian
mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan
bebas.
Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli, jika
edema ini menjadi cukup berat, dapat menyebabkan kematian karena mati lemas
(Sufokasi).
(Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
3. Edema pada vulva
Edema pada daerah ini berhubungan dengan varises vena vulva dan edema ini apabila
tidak segera diatasi akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Edema ini lebih
sering dijumpai pad pre eklamsi. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka
permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid
sifilitikum (ulkus durum).
(Dikutip dari buku obstetri fisiologi)
C. ETIOLOGI
Penyebab edema pada ibu bersalin yaitu sebagai berikut :
b. Toksin
c. Infeksi bakteri
d. Difisiensi vitamin, khususnya vitamin C
e. Iskemia yang lama.
D. PENCEGAHAN / PENATALAKSANAAN
Edema pada persalinan menurut Ida Bagus Gede Manuaba dapat dicegah atau diobati,
yaitu sebagai berikut :
1. Istirahat yang cukup
Pada saat istirahat/tidur, kaki ditinggikan
2. Diit
Penggunaan garam dikurangi
3. Dapat diberikan sedativa atau obat-obat antihypertensif (apabila oedema terus
berlanjut).
Faktor lain yang dapat mencegah edema menurut Arthur C. Guyton yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada tekanan negatif
besarnya sekitar 3 mmHg.
2. Faktor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mmHg.
3. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari ruang interstisial adalah 7 mmHg