Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA BERMAIN

MELIPAT KERTAS
DI BANGSAL MELATI II RSUD Dr MOEWARDU SURAKARTA

Disusun Oleh:
Kurniawan Adi Nugroho

P27220015 105

Lathifah Suci R

P27220015 106

Mahendra Wicaksana

P27220015 107

Melati Sekar Arum

P27220015 108

Miftah Salma Diva

P27220015 109

D-IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,

karunia,

serta

taufik

dan

hidayah-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan Satuan Acara Bermain (SAB) tentang Melipat Kertas ini


dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu secara langsung maupun tak langsung dalam penyusunan
Satuan Acara Bermain (SAB) ini.
Semoga Satuan Acara Bermain (SAB) ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Bermain
Melipat Kertas. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangankekurangan dalam penulisan Satuan Acara Bermain (SAB) ini, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan Satuan Acara Bermain (SAB) ini.
Surakarta, Desember 2016
Penulis

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................

ii

Satuan Acara Bermain............................................................................

A.Latar Belakang...............................................................................

B.Tujuan.............................................................................................

C.Media...............................................................................................

D.Metode.............................................................................................

E.Kegiatan..........................................................................................

F.Pelaksanaan....................................................................................

G.Evaluasi...........................................................................................

Lampiran..................................................................................................

A.Pengertian Bermain.......................................................................

B.Pengertian School...........................................................................

C.Ciri ciri Pertumbuhan dan Perkembangan anak School...........

D.Dongeng .........................................................................................

12

1.Pengertian Dongeng.................................................................

12

2.Jenis- jenis Dongeng................................................................

12

3.Manfat dan Tujuan Mendongeng...........................................

13

4.Proses Mendongeng.................................................................

14

Daftar Pustaka............................................................................................

19

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

SATUAN ACARA BERMAIN


Topik

: Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Bahasan : Terapi Bermain Anak Preschool


Sasaran

: Klien usia 3 - 6 tahun

Waktu

: 30 menit

Tanggal

: Desember 2016

Tempat: Ruang bermain bangsal Melati II RSUD Dr Moewardi Surakarta


A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan
atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya
(Wong, 2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004) hospitalisasi
merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah
sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang sampai pemulangan
kembali ke rumah.
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress
(Nursalam, 2005). Hospitalisasi juga dapat menimbulkan ketegangan dan
ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku
yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama
dirawat di rumah sakit. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman
dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan
sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).
Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran
perawat, dalam hal ini perawat harus dapat memberikan pelayanan
keperawatan dan mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk
pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperaatan langsung
maupun pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu perawat dapat
memberikan kenyamanan dan dukungan pada anak baik dengan

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

mempertahankan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang


dapat menentukan pola kehidupan anak.Terapi bermain pada anak di
rumah sakit merupakan salah satu cara untuk mengembalikan kehidupan
sosial pada anak. Salah satu terapi bermain yang dapat dilakukan pada
anak di rumah sakit adalah mendongeng. Mendongeng pada anak usia 612 tahun akan merangsang daya imajinasi anak dan merupakan sumber
hiburan bagi anak sehingga diharapkan kecemasan anak dapat berkurang
dan anak mampu berinteraksi dengan perawat tanpa rasa takut. Pasien
anak dengan usia sekolah (6-12 tahun) di ruang Edelweiis hampir sebagian
besar memperlihatkan ekspresi jenuh saat dirawat dirumah sakit. Oleh
karena itu, sangat diperlukan terapi bermain untuk mengurangi kejenuhan
akibat hospitalisasi dan agar anak tidak takut dengan perawat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak
diharapkan dapat merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan
tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman
selama dirawat dirumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit diharapkan
anak mampu:
a. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, saling bercanda
b. Mengenal tokoh dalam cerita dongeng
c. Memahami cerita dongeng yang diberikan
d. Mengenal teman sebaya yang senasib
e. Bersosialisasi dengan perawat agar anak tidak takut lagi dengan perawat
C. Media
1. Kertas Lipat
D. Metode
1. Demonstrasi
KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

2. Re Demonstrasi
E. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab

: Riza Multi Fatmawati

2. Observer

: Arisa Ichsani Dini

3. Pemimpin bermain

: Arlinda Erisa Dewi

4. Fasilitator

: Riski Kurniantono
Cynthia Ranindita Sari

F. Pelaksanaan
No
1

Waktu
10
Menit

Terapis
Persiapan

Subjek Terapis
Ruangan,
alat,
a. Menyiapkan

anak dan keluarga

ruangan

siap

b. Menyiapkan
alat-alat
c. Menyiapkan
anak

dan

keluarga
2

15
Menit

Pembukaan
a. Memb

Menjawab salam,

uka

Memperkenalkan

proses

diri

terapi
bermai

Memperhatikan

n
denga
n
mengu
capkan
salam,
memp

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

erkena
lkan
diri.
b. Menjel
askan
pada
anak
dan
keluar
ga
tentan
g
tujuan
dan
manfa
at
bermai
n,
menjel
askan
jalann
ya
kegiat
an
bermai
n
melipa
t
kertas.
3

15
Menit

Pelaksanaan
a. Mendemonstrasikan

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

Memperhatikan

cara

melipat

kertas

dengan berbagai bentuk


b. Mengajarkan
cara
melipat kertas dengan
4

berbagai bentuk.
Penutup

Menit

Menyimpulkan,

memberi

pujian, mengucapkan salam

Melipat

kertas

dengan bimbingan

Memperhatikan,
mengucapkan
terimakasih,
menjawab salam

G. Evaluasi
1. Setelah dilakukan terapi bermain, anak dapat menunjukkan ekspresi
wajah yang lebih ceria
2. Setelah dilakukan terapi bermain, anak dapat menembak nama,
tokoh dan perilaku
3. Setelah dilakukan terapi bermain, anak dapat lebih mengenal teman
sebaya disekeliling pada saat di rumah sakit
4. Setelah dilakukan terapi bermain, anak tidak takut lagi dengan
perawat

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

Lampiran
A. Definisi Bermain
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar

karena

dengan

bermain,

anak-anak

(berkomunikasi),

belajar

menyesuaikan

diri

akan

berkata-kata

dengan

lingkungan,

melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, 2000)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan.(Supartini, 2004)
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995)
B. Definisi Anak Preschool
Secara umum dapat diartikan sebagai anak berumur dibawah 6
Tahun. Jadi usia anak yang belum mencapai umur 6 tahun atau 6 tahun
kebawah dikategorikan sebagai Anak Usia Dini. Banyak orang
mengatakan bahwa fase ini sebagai Masa "Golden Age" karena masa ini
sangat menentukan bagaimana anak tersebut berkembang nantinya dari
segi Sikap, Mental dan Spiritualnya. Selain itu tentu saja banyak faktor
yang mempengaruhinya itu semua seiring dengan proses menuju tingkat
kedewasaan dan masa Golden Age akan tetap diingat serta membekas di
hati sanubarinya. Disini perlu peran aktif terutama dari keluarga dalam
menjaga dan mengantarkan proses itu secara alami dan baik untuk masa
depannya.
C. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Preschool
1. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek fisik

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

Pada akhir tahun ke 2, pertumbuhan tubuh dan otak lambat,


dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu
makan antara usia 2 dan 5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan
anak kira-kira 2 kg dan tinggi 7 cm. Setiap tahun bagian utama perut
anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih langsing. Puncak energi
fisik dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/24 jam,
biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan
mencapai 20/30 pada usia 3 tahun. 20 gigi primer telah muncul pada
usia 3 tahun (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).
Proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi
jongkok dan perut yang gembung. Postur tubuh anak prasekolah
lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas dan tegap. Hanya ada
sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis
kelamin, kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan
potongan rambut. Sebagaian sistem tubuh telah matur dan stabil
serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang
moderat. Selama periode ini sebagaian anak sudah menjalani toilet
training. Seluruh gigi desidua yang berjumlah 20 harus lengkap pada
usia 3 tahun. Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah
memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dengan baik,
anak harus menggosok giginya dua kali sehari (poter dan perry,2005
hal 663).
2. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek psikososial
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya
kecenderungan initiativeguilty. Pada masa ini anak telah memiliki
beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan
anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau
berbuat (poter dan perry,2005 hal 665).
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelaminlokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap
bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak
usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang
anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif)
tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain
merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu
belajar

terhadap

tantangan

dunia

luar,

serta

mempelajari

kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan.


Indikator positif pada masa ini mempelajari tingkat ketegasan dan
tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan
(perilaku) diri sendiri. Sedangkan indikator negatifnya adalah kurang
percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol yang
berlebihan terhadap aktivitas pribadi. Inisiatif, mencoba hal-hal baru,
perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan
bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin
sama. Pembatasan akan mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang
berlawanan dengan orang tua. Anak perlu belajar untuk memulai
aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain (poter dan perry,2005 hal
665).
3. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek motorik
Aspek motorik anak usia prasekolah lebih berkembang dari
usia sebelumnya. Keterampilan motorik kasar dan halus bertambah
baik. Ketrampilan motorik kasar pada anak usia 3 tahun anak adalah
dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga menggunakan
kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit dan
melompati sesuatu. Pada anak usia 4 tahun anak mampu melompat

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

dengan satu kaki, menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki
bergantian. Pada anak usia 5 tahun anak dapat melompat dengan
kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati tali, dan
berdiri seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup (poter
dan perry,2005 hal 665).
Sedangkan motorik halus pada anak usia 3 tahun anak dapat
membangun menara 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3
balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang. Pada
anak usia 4 tahun anak dapat merekatkan sepatu, meniru gambar
bujur sangkar, menjiplak segilima dan menambahkan 3 bagian ke
dalam gambar garis. Pada anak usia 5 tahun anak dapat mengikat tali
sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar segilima
dan segitiga, menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis
dan menulis beberapa huruf dan angka serta nama depan (poter dan
perry,2005 hal 665)
4. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek bahasa
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5
tahun. Pembendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai
2000 lebih. Perbedaan yang penting antara percakapan, produksi
suara yang dapat dimengerti, dan bahasa, mendasari tindakan
tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi pengungkapan maupun
penilaian. Pada umumnya, masalah percakapan lebih dapat dinilai
untuk terapi dari pada masalah bahasa (Behrmaan dan Kliegman,
2000 hal 60-69)
Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan
kognitif maupun emosi. Anak yang diperlakukan dengan kejam dan
diacuhkan, dapat dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda,
terutama

kemampuan untuk menyampaikan keadaan emosi.

Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut menimbulkan masalah


perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

dalam pengaturan perilaku mula-mula melalui pemahaman anak


terhadap permintaan dan batas-batas orang dewasa dan kemudian
melalui percakapan pribadi dimana anak mengurangi laranganlarangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian
dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan,
seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya; oleh karena itu,
penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat kemarahan
yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain (Behrmaan dan
Kliegman, 2000 hal 60-69).
Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam
mengenalkan

anak-anak

tentang

kata-cetak,

tetapi

juga

perkembangan bahasa lisan. Membaca dengan keras dengan anak


merupakan proses interaktif dimana orang tua memfokuskan
perhatian anak pada gambar tertentu, menayakan tanggapan (dengan
bertanya Apa itu?), dan kemudian memberikan jawaban (Benar,
itu anjing.). tanya jawab yang rutin ini diulang berkali-kali dalam
latihan membaca buku. Seiring pertumbuhan pengalaman anak,
orang tua menambah pertanyaan lebih kompleks, meminta
penggambaran (Apa warna ajing itu?) dan kemudian proyeksi
(apa yang akan dilakukan oleh anjing?). Unsur-unsur pembagian
perhatian, partisipasi aktif, tanya jawab segera, pengulangan dan
penyelesaian kesukaran membuat kerutinan untuk belajar bahasa
(Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69)
5. Tumbuh kembang anak prasekolah dalam aspek kognitif
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium
praoperasional piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib,
egosentris dan pemikiran yang didominasi pleh kesadaran.
Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan
untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungan motivasi kepada
benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistis

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

10

mengenai kekuatan hasrat contoh dari pemikiran ajaib anak adalah


anak percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa
payung, bahwa matahri turun karena lelah. (Behrmaan dan
Kliegman, 2000 hal 60-69)
Piaget menunjukan dominasi persepsi di atas logika dengan
urutan yang terkenal dari uji coba pengawetan dalam salah satu uji
coba, air dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke
piring lebar yang lebih rendah. Dan anak-anak ditanya mana yang
berisi lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar
(biasanya pot yang tinggi), bahkan ketika peneliti menunjukan
bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah pada pot
ataupun

piring.

Salah

pengertian

demikian

menggambarkan

hipotesis perkembangan anak tentang sifat alamiah dunia, juga


kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara
serentak (Behrmaan dan Kliegman, 2000 hal 60-69).
Pengetahuan

anak

prasekolah

tentang

dunia

tetap

berhubungan secara erat pada pengalaman konkret (dirasa dengan


perasaan). Bahkan kehidupaan mereka kaya akan fantasi didasarkan
pada pandangan tentang realistis. Pada anak usia prasekolah ditandai
dengan pemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak menilai
orang, benda dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa
yang tampak terjadi (poter dan perry,2005 hal 664)
D. Melipat Kertas
1. Pengertian Melipat Kertas
Hira Karmachela (2008) berpendapat bahwa kata melipat
kertas berasal dari bahasa Jepang yakni dari kata oru yang berarti
melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada
sedikit perubahan namun tidak mengubah artinya, yakni dari kata
kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi melipat kertas
maksudnya adalah melipat kertas. Sedangkan menurut Dr Sumanto,

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

11

(2006) melipat atau melipat kertas adalah suatu teknik berkarya seni/
kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan
tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda
fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya.
Berkaitan

dengan

kegiatan

melipat

Hira

Karmachela

berpendapat (20081), Seni melipat kertas ini merupakan seni yang


sangat cocok bagi anak karena melipat kertas melatih keterampilan
tangan anak. Juga kerapian dalam berkreasi. Selain itu anak akan
terbiasa untuk menciptakan hal baru atau inovasi. Melipat pada
hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat lem serta
ketelitian ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian
dan kerapian, didalam kegiatan melipat jika disajikan dengan minat
anak yang akan memberikan keasikan dan kegembiraan serta
kepuasan bagi anak Sumantri (2005).
2. Tujuan dan Manfaat
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana
bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat melipat kertas anak belajar membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang
sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari melipat kertas perlu melewati tahapan
dan proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun,
sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat melipat kertas anak juga diajarkan untuk menciptakan
sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu
anak memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan
melipat kertas yang dihasilkan.

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

12

e.

Kebanggaan dan kepuasan sudah pasti dirasakan saat anak dapat


membuat sesuatu sendiri dari kertas. Terlebih lagi anak belajar
menghargai dan mengapresiasi karya lewat melipat kertas.

f. Belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta


perbandingan (proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui
melipat kertas adalah salah satu keuntungan lain dari mempelajari
melipat kertas.

KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN-

13

Anda mungkin juga menyukai