STROKE HEMORAGIK
1
Peningkatan Viskositas Adanya titik lemah dalam
Darah dinding arteri cerebral
Peningkatan tekanan
intravaskuler Ruptur aneurisma
Perdarahan
arakhnoid/ventrikel
Hematoma cerebral
2
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Pola fungsional gordon
a. Persepsi dan menejemen
b. Nutrisi metabolik
c. Eliminasi
d. Aktivitas dan latihan
e. Kognitif dan persepsi
f. Istirahat dan tidur
g. Persepsi dan konsep diri
h. Peran dan hubungan
i. Reproduksi dan seksual
j. Koping dan toleransi stress
k. Nilai dan keyakinan
8. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
b. Keadaan umum
c. TTV
d. Pemeriksaan Head to Toe
9. Pemeriksaan penunjang
10. Program terapi
B. Diagnosa
Menurut Muttaqin (2008) dapat diambil Diagnosa Keperawatan sebagai
berikut
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
perdarahan intra serebri, oklusi otak, vasospasme otak, dan
edemaserebral
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan,
disfungsi neuromuskuler.
3. Ganngguan mobilitas fisik berhubungan dengan,
gangguan neuromuskular
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,gangguan
neuromuskular.
5. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan.
3
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gannguan
neuromuskuler,penurunan sirkulasi serebral
7. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan
penurunan mobilitas,perubahan sirkulasi.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada pasien
dengan masalah stroke menurut Muttaqin (2008) adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
perdarahan intra serebri, oklusi otak, vasospasme otak, dan
edemaserebral
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
2x24 jam diharapkan perfusi jaringan otak tercapai secara
optimal.
Kriteria hasil:
1. Pasien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual,
kejang.
2. GCS 4,5,6
3. Pupil isokor, refleks cahaya (+)
4. Tanda-tanda vital normal (tekanan darah: 100-140/80-90
mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-36,7 0C, RR: 16-20
x/menit
Intervensi:
1. Berikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya.
Rasional:Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
penyembuhan
2. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15 - 30 dengan letak jantung
(beri bantal tipis).
Rasional:Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan
drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
3. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Rasional: Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
4. Monitor tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan
frekuensi pernapasan.
Rasional: Kerusakan pada vaskuler serebri yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti
olehpenurunan tekanan diastolik, sedangkan peningkatan suhu
4
dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
5. Anjurkan pasien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebihan.
Rasional:Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra
kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Rasional:Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat
meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan
dalam kasus stroke hemoragik/perdarahan lainnya.
7. Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
Rasional: meminimalkan bebas vaskular dan tekanan
intrakranial.
8. Monitor AGD bila diperlukan oksigen.
Rasional:Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya
edema.
9. Kolaborasikan dalam pemberian terapi sesuai indikasi:
antifibrolitik (seperti asam aminocaproic/amicar), vasodilator
perifer (siklandelat, papaverin, isoksupresin), steroid
(deksametason), antibiotik, obat osmosis diuretik (furosemid,
manitol), antihipertensi.
Rasional: Dapat membantu dalam mengurangi kerusakan
berlebihan pada jaringan yang berada di otak.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan,
disfungsi neuromuskuler, dan perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
2x24 jam diharapkan meningkatkan dan mempertahankan
jalan napas tetap bersih, serta mencegah aspirasi.
Kriteria hasil:
1. Pasien tidak sesak nafas.
2. Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan.
3. Tidak retraksi otot bantu pernafasan.
4. Pernafasan teratur, respirasi 16-20 x/menit
Intervensi:
1. Rubah posisi tiap 2 jam sekali.
5
Rasional: Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran
pernafasan.
2. Berikan minum hangat bila memungkinkan.
Rasional:Dapat mengencerkan secret dan membantu
mengeluarkan sekret
3. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah klien batuk.
Rasional: Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
4. Lakukan fisioterapi dada sesuai dengan keadaan umum klien.
Rasional: Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan
paru-paru
5. Ajarkan klien tentang metode batuk efektif.
Rasional: batuk yang tidak terkontreol adalah melelahkan dan
tidak efektif
6. Kolaborasi pemberian obat-obat bronkodilator sesuai indikasi
seperti aminophilin, meta-proterenol sulfat (alupen).
Rasional:Mengatur ventilasi dan melepaskan secret karena
relaksasi otot/bronkospasme.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gannguan
neuromuscular.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan pasien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat ikut serta dalam program latihan.
2. Tidak terjadi kontraktur sendi.
3. Meningkatnya kekuatan otot.
4. Pasien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam.
Rasional: Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan
akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
2. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstrimitas yang tidak sakit.
Rasional: Gerakan aktif memberikan masa, tonus dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit.
Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.
4. Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau kulit dan
membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet.
6
Rasional: Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya
sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
5. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai
toleransi.
Rasional: untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan.
6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Rasional:merangsang anggota tubuh yang lemah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,gangguan
neuromuscular.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan peningkatan perilaku dalam
perawatan diri.
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk
kebutuhan merawat diri.
2. Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan.
Intervensi:
1. Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang benar-benar
diperlukan saja.
Rasional: untuk memandirikan paien.
2. Buat lingkungan yang memungkinkan klien untuk melakukan
ADL mandiri.
Rasional:untuk membantu meningkatkan kebutuhan pasien untuk
mandiri.
3. Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan dan
kebutuhan.
Rasional: memenuhi kebutuhan pasien
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui
iv atau makanan melalui selang.
Rasional: Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan
pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
e. Resiko deficit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan
7
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Terdapat kemampuan menelan
2. Sonde dilepas
3. Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi:
1. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan
sesudah makan.
Rasional:Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya
gravitasi.
2. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara
manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika
dibutuhkan.
Rasional: Membantu dalam melatih kembali sensori dan
meningkatkan kontrol muskular.
3. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.
Rasional: Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa
kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan
danmeningkatkan masukan.
4. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
Rasional: pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan
tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
5. Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair,
makan lunak ketika pasien dapat menelan air.
Rasional: Makan lunak/cairan kental mudah untuk
mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya
aspirasi.
6. Anjurkan pasien menggunakan sedotan meminum cairan.
Rasional:Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan
menurunkan resiko terjadinya tersedak.
7. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam program
latihan/kegiatan.
Rasional: Dapat meningkatkan nafsu makan.
f. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
8
Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan proses komunikasi pasien dapat
berfungsi secara optimal.
Kriteria Hasil:
1. Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan pasien
dapatdipenuhi.
2. Pasien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isyarat.
Intervensi:
1. Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup
matamu.
Rasional: Untuk menguji afasia reseptif.
2. Perintah menyebutkan nama suatu benda yang di perlihatkan.
Rasional: Menguji afasia ekspresif misalnya klien dapat
mengenal benda tersebut namun tidak mampu menyebutkan
namanya.
3. Antisipasi setiap kebutuhan pasien saat berkomunikasi.
Rasional: Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada
orang lain.
4. Bicaralah dengan pasien secara pelan dan gunakan pertanyaan
yang jawabannya ya atau tidak.
Rasional:Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat
komunikasi.
5. Suruh klien untuk menulis nama atau kalimat pendek, bila tidak
mampu menulis suruh pasien membaca kalimat pendek.
Rasional: Menguji ketidakmampuan menulis (agrafia) dan
deficit membaca (aleksia) yang juga merupakan bagian dari
afasia reseptif dan ekspresif.
6. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan
psien.
Rasional:Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan
komunikasi yang efektif.
7. Hargai kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
Rasional: Memberi semangat pada pasien agar lebih sering
melakukan komunikasi.
9
8. Kolaborasi ke ahli terapi wicara.
Rasional: Mengkaji kemampuan verbal pasien dan sensorik
motorik dan fungsi kognitif untuk mengidentifikasi dficit dan
kebutuhan terapi.
g. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan
perubahan sirkulasi,penurunan mobilitas
Tujuan: Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu
mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
1. Pasien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka.
2. Pasien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
3. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
Intervensi:
1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin.
Rasional: Meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
2. Rubah posisi tiap 2 jam.
Rasional: Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah
daerahdaerah yang menonjol.
Rasional: Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol.
4. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru
mengalami tekanan pada waktu berubah posisi.
Rasional: Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.
5. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit.
Rasional: Mempertahankan keutuhan kulit.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan dan
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan
(Muttaqin,2008).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemajuan
mengarah pada hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai
umpan balik dan bagian kontrol proses keperawatan, melalui status
10
pernyataan diagnostik pasien secara individual dinilai untuk
diselesaikan, dilanjutkan, atau memerlukan perbaikan (Muttaqin, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
11