c. Perencanaan ( Intervensi )
- Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah – masalah
pasien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses
keperawatan. (Hidayat, 2004)
- Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. (Keliat, 1998)
- Jenis intervensi : intervensi mandiri, intervensi dependen dan intervensi
kolaboratif.
a) Intervensi Mandiri adalah tindakan yang secara hukum boleh dilakukan oleh
perawatan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan mereka.
b) Intervensi Dependen adalah tindakan yang dilakukan di bawah program atau
supervisi dokter atau sesuai dengan aktivitas tertentu.
c) Intervensi Kolaboratif ialah tindakan yang dilakukan perawat berkolaborasi
dengan anggota tim kesehatan lain, seperti ahli terapi fisik, ahli gizi, dokter,
dll. (McCloskey dan Bulechek, 2000)
- Standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan peningkatan
kesehatan klien disusun dalam kriteria hasil. Adapun pedoman penyusunan
kriteria hasil berdasarkan SMART :
S : Spesific (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang
perilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau)
A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)
R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah)
T : Time (tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas)
- Kriteria hasil juga harus mencakup semua respon manusia meliputi Kognitif
(pengetahuan), Afektif (emosi/perasaan), Psikomotor, Perubahan fungsi tubuh
(keadaan umum, fungsi, serta gejala).
Kognitif (K) : kriteria hasi disusun berdasarkan pengulangan informasi yang
telah diajarkan kepada klien.
Afektif (A) : kriteria hasil dapat ditulis dalam bentuk status emosional klien
tujuannya untuk mengetahui respon klien dan keluarga terhadap stresor yang
dihadapi.
Psikomotor (P1) : kriteria hasil dihatapkan dapat mengidentifikasi perilaku
klien sebagai hasil dari rencana intervensi.
Perubahan fungsi tubuh (P2) : kriteria hasil meliputi sejumlah manifestasi
yang dapat diobservasi.
d. Implementasi
- Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya – bahaya fisik dan perlindungan pada
pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak – hak pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan
jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. (Hidayat, 2004)
- Syarat implementasi keperawatan mencakup beberapa aspek, diantaranya :
O : Observational. Pada tahap ini perawat melakukan pengkajian dan
pengumpulan data yang berfungsi untuk penegakkan diagnosa keperawatan.
N : Nursing terapeutic. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi,
mencegah, dan mengatasi masalah klien. Misalnya : pasien dengan paralisis
karena stroke dan tidak sadar. Maka tindakan perawat adalah dengan
mencegah terjadinya gangguan integritas kulit dengan memberikan bantal air
pada bagian tubuh yang tertekan / pada bagian tubuh yang mengalami paralisis
(kelemahan).
E : Education. Tindakan ini bertujuan untuk mengubah perilaku klien melalui
tindakan promosi dan pendidikan kesehatan. Misalnya : pasien memberikan
pendidikan pada pasien DM tentang aktivitas perawatan DM dirumah seperti
pemberian insulin secara mandiri, pengenalan tanda-tanda hipoglikemi, olah
raga teratur untuk penderita DM, dll.
C : Colaboration. Pada tindakan ini perawat mengambil keputusan klinik
tentang keadaan klien dan kemampuan perawat dalam bekerja sama dengan
tenaga medis yang lain. Misalnya : klien dengan pasca trauma di kepala
ditemukan tanda – tanda tekanan intrakranial meningkat, maka perawat harus
mengonsultasikan atau merujuk pasien ke dokter spesialis saraf untuk
mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut.
e. Evaluasi
Suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusi proses
(formatif) dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil (sumatif)
dilakuakan dengan membandingkan respon pasien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan. (Keliat, 1998)
EVALUASI
Nama : Ny. S No CM : 6246672
Usia : 38 tahun Diagnosa Medis : CHF NYHA III
DIAGNOSA
TGL EVALUASI ( SOAP ) PARAF
KEPERAWATAN
17/2/10 Nyeri akut b.d Iskemik S : Ainur
jaringan miocard klien mengatakan nyeri dengan skala 5 pada dada sebelah kiri, nyeri Arista
dirasakan hilang timbul selama 1-5 menit
O:
- klien tampak tegang
- TD 130/80 mmHg, N 76 x/mnt, RR 28 x/mnt, S 37 ºC
- Klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi