Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


2.1.1. Pengkajian
1. Anamnese terdiri dari identitas klien meliputi nama klien, tempat
dan tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, alamat (Khanza,
2017)
2. Keluhan utama: klien datang kerumah sakit dengan keluhan
nyeri epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium
diakibatkan iritasi mukosa lambung yang merangsang
noniseptor nyeri pada lapisan otot lambung pada bagian
pleksus saraf mienterikus (Sukarmin, 2012)
3. Riwayat penyakit sekarang: klien mengeluh nyeri uluhati sampai
datang kerumah sakit (Mardalena, 2018)
4. Riwayat penyakit dahulu: klien gastritis dengan riwayat
kebiasaan mengkonsumsi makanan berbumbuh dan minuman
dengan kandungan kafein, alcohol yang merupakan agen-agen
yang menyebabkan iritasi mukosa lambung, riwayat diet dan
pola makan yang tidak teratur (Mutaqqin dan Sari, 2013)
5. Riwayat penyakit keluarga: klien mengatakan nama penyakit
berat yang pernah diderita oleh keluarga dan dikhususkan
terhadap riwayat kesehatan terutama penyakit genetik dan
penyakit keturunan (Setiadi, 2012)
6. Riwayat alergi: riwayat alergi yang dimiliki klien harus diketahui
perawat. Alergi dapat berupa makanan, obat, bulu hewan,
serbuk sari maupun allergen lain yang dapat menimbulkan
alergi (Debora, 2017)
7. Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi: peningkatan asam lambung pada penderita
gastritis menurunkan nafsu makan, karena produk
sekretorik asam lambung akan lebih banyak mengisi
lumen lambung (Sukarmin, 2012)
b) Pola eliminasi:ola fungsi ekskresi feses, urine dan kulit
seperti pola BAB, BAK, dan gangguan atau kesulitan
ekskresi. Faktor yang mempengaruhi fungsi ekskresi
seperti pemasukan cairan dan aktivitas (Tarwoto dan
Wartonah, 2015)
c) Pola aktivitas: klien juga tampak malas untuk beraktivitas,
banyak tiduran, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti makan, BAB, BAK banyak dibantu oleh keluarga
(Sukarmin, 2012)
d) Pola istirahat: difokuskan pada pola tidur, istirahat,
relaksasi dan bantuan-bantuan untuk merubah pola
tersebut (Setiadi,2012)
e) Pola kebersihan diri: difokuskan pada upaya yang
dilakukan individu dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental guna
memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu
(Ambarwati, 2014).
8. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: kemungkinan lemah akibat penurunan
oksigen, jaringan, cairan tubuh dan nutrisi
b) Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai
apatis kalau disertai penurunan perfusi dan elektrolit (kalium,
natrium dan kalsium).
c) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: terjadi peningkatan tekanan darah.
Normalnya systole 110-120mmHg, diastole 70-80mmHg
- Suhu: dalam batas normal. Normalnya 36,5-37,5 oC
- Nadi: adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh
darah menjadi lemah, volume darah menurun sehingga
jantung melakukan kompensasi menaikkan heart rate
untuk menaikan cardiac output dalam mencukupi
kebutuhan tubuh. Normalnya 60-100x/menit
- Frekuensi pernapasan: pernapasan lebih cepat sekitar
24-30x/menit. Normalnya 18-24x/menit (Debora, 2017)
d) Kondisi fisik:
- Pemeriksaan kulit dan kuku
Inspeksi: persebaran warna kulit, ada atau tidak edema dan
ada atau tidak lesi, bentuk dan warna dasar kuku
Palpasi: kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak,
CRT, suhu akral dingin atau hangat (Mubarak, 2015)
- Pemeriksaan kepala
inspeksi : bentuk kepala, kebersihan pada kulit kepala,
kebotakan dan tanda-tanda kemerahan
Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau
tidaknya nyeri tekan (Ambarwati, 2014)
- Pemeriksaan mata
Inspeksi : kemungkinan kelihatan cekung akibat penurunan
cairan tubuh dan anemis akibat penurunan oksigen
jaringan, anemia perniosa, anemia defisiensi besi
Palpasi : kaji kekenyalan pada bola mata (Sukarmin, 2012)
- Pemeriksaan hidung
Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung, kepatenan jalan
napas, ada atau tidak pernapasan cuping hidung
Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak
pembengkakan, ada atau tidak nyeri tekan (Debora, 2017).
- Pemeriksaan telinga
Inspeksi : kesimetrisan daun telinga, kebersihan, ada atau
tidak lesi
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada daun telinga
saat ditarik dan tragus ditekan (Mubarak, 2015)
- Pemeriksaan mulut
Inspeksi : kemungkinan mukosa mulut kering akibat
penurunan cairan intrasel mukosa, bibir pecah-pecah, bau
mulut tidak sedap, ada atau tidaknya perdarahan pada gusi,
kebersihan lidah (Setiadi, 2012).
- Pemeriksaan leher
Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan, ada atau tidak
jaringan parut
Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, teraba
atau tidak kelenjar tiroid (Estrada, 2014)
- Pemeriksaan thoraks
a. Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru
- Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit,
ada atau tidak lesi
- Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa,
pemeriksaan taktil fremitus
- Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan
- Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara
nafas vesikuler (Debora, 2017)
b. Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak
vena jugularis
- Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh
darah menjadi lemah, volume darah menurun sehingga
jantung melakukan kompensasi menaikkan heart rate untuk
menaikkan cardiac output dalam mencukup kebutuhan
tubuh
- Auskultasi : ada atau tidak bunyi jantung tambahan
(Sukarmin, 2012).
c. Pemeriksaan payudara
- Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit payudara
- Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara,
kebersihan putting susu dan areola (Mubarak,2015)
d. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan
dinding abdomen, tampak kembung atau normal
- Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan
terjadi penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit)
karena lambung teriritasi
- Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen
bagian epigastrium, terdengar bunyi timpani pada area usus
dan pekak pada area hepar dan pancreas
- Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak
adanya nyeri abdomen bagian epigastrium, ada atau tidak
pembesaran pada heap
e. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
- Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada
atau tidak pembengkakan, kelengkapan jumlah jari
- Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan
otot pada pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014)
f. Pemeriksaan genetalia
- Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia, pertumbuhan
rambut pubis, keadaan lubang uretra, cairan yang
dikeluarkan (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

2.1.2. Diagnosa Keperawatan


Ditemukan pada klien gastritis adalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi pada mukosa lambung (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Dengan data yang mendukung
- Gejala dan tanda mayor
1. Subjektif: klien mengeluh nyeri
2. Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (missal waspada,
posisi menghindari nyeri), klien tampak gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
- Gejala dan tanda minor
1. Subjektif: tidak tersedia
2. Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis

2.1.3. Rencana Asuhan Keperawatan


Intervensi keperawatan pada klien gastritis dengan masalah nyeri
akut
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri klien g. Keluhan nyeri Observasi:
berkurang setelah menurun dalam 1. Identifikasi 1. Membantu
dilakukan tindakan rentang skala 1-3 lokasi, perawat untuk
asuhan h. Sikap protektif karateristik, berfokus pada
keperawatan menurun durasi, penyebab
selama 1x24 jam i. Kemampuan frekuensi, nyeri dan
mengenali kualitas dan manajemenny
penyebab nyeri intensitas nyeri a
2. Identifikasi 2. Mengetahui
skala nyeri tidak nyeri
3. Identifikasi klien
respon nyeri 3. Mengetahui
non verbal seberapa kuat
nyeri yang
Teraupetik dirasakan
4. Ajarkan teknik klien
nonfarmakologi
s 4. Mengurangi
kecemasan
5. Ajarkan nyeri
melakukan 5. Memudahkan
inspirasi ekspirasi
dengan maksimal
menghirup pada klien
udara melalui
hidung secara
perlahan 6. Membuat klien
6. Demonstrasika lebih baik dan
n menarik lebih rileks
napas selama dan dapat
4 detik melupakan
menahan nyeri
napas selama
2 detik dan
menghembusk
an selama 8 7. Mengurangi
detik resiko nyeri
Edukasi yang
7. Anjurkan klien dirasakan
untuk
mengambil
posisi nyaman 8. Membantu
(semifowler) klien dan
8. Jelaskan tujuan keluarga
dan manfaat dalam
teknik napas pentingnya
dalam informasi
mengontrol
nyeri dan
menemukan
dukungan
keluarga
Kolaborasi 9. Memblok nyeri
9. Kolaborasi pada susunan
dengan dokter saraf pusat
dalam
pemberian
terapi analgesik

2.1.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Anggarini, 2018).

2.1.5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan (Debora, 2017).
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Keluhan nyeri menurun (rentang skala 1-3)
2. Sikap protektif (melindungi diri) menurun
3. Kemampuan menggali penyebab nyeri meningkat
4. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
5. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat
6. Nafsu makan meningkat
7. Gelisah menurun
8. Kesulitan tidur menurun (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018)

2.2. Konsep Gastritis


2.2.1. Pegertian
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bahan iritan. Gastritis
adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam
lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan
yang mengenai mukosa lambung (Khanza, 2017).

2.2.2. Etiologi
1. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(Indometasin, Ibuprofen dan Asam Salisilat), Sulfonamide,
Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-
deoxyuridine), Salisilat dan Digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka dan gin
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani,
Streptococci, Staphyloccoci, Proteus species, Clostridium
species, E.coli, Tuberculosis dan secondary syphilis
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan
Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan
susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan
berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan
alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa
lambung
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan
respon peradangan mukosa
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan
aliran darah ke lambung
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan
untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respons peradangan pada mukosa lambung.
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya :
1. Gastritis akut merupakan peradangan mukosa lambung yang
menyebabkan perdarahan lambung akibat terpapar pada zat
iritan dan merupakan suatu penyakit yang mudah ditemukan,
biasanya bersifat jinak dan dapat disembuhkan.
2. Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus
atau bakteri helicobacter pylori. Gastritis kronis cenderung
terjadi pada usia muda yang menyebabkan penipisan dan
degenerasi dinding lambung.

2.2.4. Manifestasi Klinis


1. Gastritis akut: nyeri pada uluhati, mual dan muntah, perut
kembung, anoreksia
2. Gastritis kronis: nyeri menetap pada epigastrium, anoreksia,
perasaan penuh didalam perut, mual dan muntah,
hematemesis melena (perdarahan pada saluran cerna).

2.2.5. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi
alkohol, obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi
helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan reaksi
peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung
teraktivasi oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang ditimbulkan karena
kontak HCl dengan mukosa gaster.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh
peningkatan rangsangan persarafan, misalnya dalam kondisi
cemas, stress, marah melalui serabut parasimpatik vagus akan
menjadi peningkatan transmitter asetilkolin, histamine, gastrin
releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan
penawarnya seperti prostaglandin, HCO₃⁺, mukus akan
menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi
inflamasi
2.2.6. Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan
dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan
meningkatkan penyembuhan lapisan perut.
Pengobatan meliputi :
1. Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan
magnesium untuk mengurangi gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis,
dengan gejala mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan
perasaan penuh pada lambung
2. Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan
jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari,
pengobatan keadaan hiperekskresi patologis
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk
pengobatan jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung,
refluks esophagus, gastritis
4. Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung,
gastritis, tukak usus

2.2. Konsep buli-buli panas

2.3.1. Pengertian
Memberikan kompres panas kering dengan menggunakan
buli-buli panas (osca perawat pemasangan buli-buli
panas,2011).

2.3.2. Prinsip Fisologi Kompres Panas


Menurut isticoma ( 2007 ) kompres panas merupakan
Tindakan untuk mengurangi nyeri dengan memberikan
energy panas melalui proses konduksi. Kompres panas
adalah memeberikan rasa panas pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
panas pada daerah tubuh yang memerlukan. Pemberian
kompres dilakukan pada bagian radang persendian,
kejang otot,perut kembung dan pendinginan ( permata sari
& Susilowati,2016)
Menurut smeltzer & Bare ( 2005 ) kerja kompres panas
dengan menggunakan buli-buli panas yang dibungkus kain
yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas
dari buli-buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabakan
pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan
ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan
berkurang atau hilang ( permata sari & Susilowati,2016)
Menurut Runiari & Surniati ( 2012 ) pemberian kompres
panas dapat menimbulkan efek panas serta efek stimulasi
kutaneus berupa sentuhan yang dapat menyebabakan
terlepasnya endorphin, sehingga memblok trasmisi
stimulus nyeri ( Ndede & dkk, 2015 ). Teori gate control
mengatakan bawah stimulasi kutaneus akan merangsang
serabut-serabut saraf perifel untuk mengirimkan implus
melalui dorsal horn pada medulla spinalis, saat inplus yang
dibawah serabut A-beta mendominasi maka mekanisme
gerbang akan menutup sehingga inplus nyeri tidak
dihantarkan ke otak ( presetyo,2010 ) .
2.3.4. Tujuan ( Teaching,2016 )
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Menurunkan suhu tubuh
d. Memberikan kenyamanan dan rasa hangat
e. Mencegah terjadinya kejang demam
f. Merangsang peristaltic usus
g. Merangsang pengeluaran getah radang
2.3.5. Kebijakan ( Teaching,2016 )
a. Pasien dengan perut kembung
b. Pasien yang kedinginan akibat :
- Iklim
- Nerkose
- Hipotermi
c. Pasien dengan radang :
- Radang persendian
d. Kejang otot
e.Abses,Hematom ( Bengkak akibat suntikan )
2.3.6. Peralatan ( Osca perawat pemasangan buli-buli
panas,2011 )
a. WWZ dan sarungnya
b. Perlak dan alasnya
c. Termos berisi air panas
d. Termometer air
e. lap kerja
2.3.7. Prosedur pelakasanaan ( Teaching,2016 )
a. Tahap prainteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam pada pasien dan sapa nam
pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy pasien
2) Bawa alat kedekat pasien
3) Pakai sarung tangan
4) Pasang perlak atau pengalas dibawah area yang
akan diberikan kompres
5) Periksa buli-buli panas apakah bocor atau tidak
dengan cara :
- Membalikan mulut atau tempat memauskan
air kemudian lihat pakah terjadi kebocoran atu
tidak ( kalua bocor air akan keluar dari
penutupnya)
- Meremas dan lihat apakah ada keluarnya
udara Bersama dengan tetesan air atau tidak.
6) Lakukan pemanasan terlebih dahulu buli-buli
panas dengan cara mengisi terlebih dahulu air
panas dan mengencangkan sekrupnya (penutup)
7) Kemudian membalikan posisi buli-buli panas
berulang kali lalu dikosongkan kembali.
8) Siapkan dan ukur air panas yang akan diberikan
dengan thermometer air (+ 50-60
9) Isi buli-buli panas Kembali dengan air panas + ½
bagian, lalu keluarkan udara dengan cara :
- Meletakan buli-buli panas diatas meja atau
tempat yang datar
- Melipat bagian atas buli-buli panas sampai
kelihatan permukaan air di leher atau dimulut
buli-buli panas
- Menutup buli-buli dengan benar dan rapat
10) Periksa sekali lagi apakah ada kebocoran atau
tidak, lalu keringkan dengan lap kerja atau tisu
dan masukan kedalam sarungnya
11)Bawa buli-buli panas kedekat pasien dan letakan
atau pasang pada area yang memerlukan.
12)Setelah selesai diberikan, kaji secara teratur
kondisi pasien untuk kelaianan yang timbul
misalnya
kemerahan,ketidaknyamanan,kebocoran dan
sebagainya.
13)Ganti buli-buli panas setelah 20 menit pemberian
( sesuai kkebutuhan )
14)Rapikan pasien dan lingkungan, bantu atur
Kembali ke posisi yang nyaman.
d. Tahap terminasi
- Melakukan evalusai Tindakan yang dilakukan
- Berpamitan dengan pasien
- Membereskan alat-alat
- Buka sarung tangan,cuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
2.3.8. Hal-hal yang harus diperhatiakn ( Teaching,2016 )
- Water warm zack ( buli-buli panas ) tidak diaanjurkan
untuk diberikan pada pasien yang terajdi perdarahan
- Jika buli-buli panas pada bagian perut, tutup buli-buli
diarahkan keatas atau kesamping
- Jika diapasng pada bagian ekstremitas bawah,penutup
buli-buli panas menghadap kebawa atau kesamping
- Buli-buli dipeiksa Kembali, harus ada cicin kater
( secrup) pada penutupnya
- Yang paling penting pada saat pemberian apabila
terlalu panas dan harus diberikan sebaiknya
menggunakan pengalas atau pembungkus kain yang
telah disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai