Anda di halaman 1dari 38

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pia Novitra Ngabalin

Nim : P07120219036

Program Studi : Keperawatan Tual

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain

yang saya akui sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal ini hasil jiplakan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Langgur, 11 April 2022

Pembuat Pernyataan

Pia Novitra Ngabalin

NIM: PO 7120219036

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. NotesyaA.Amanupunnyo,S.Kep.,M.Kes Ns. Johanis W .Lera,S.Kep


NIP. 1991122200212 2 002 NIP: 19760922 199803 1 003

1
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Pia Novitra Ngabalin NIM P07120219036 Dengan judul

“Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Dengan Tindakan Nebulizer Dalam Mengatasi

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruangan Anak RSU Karel Sadsuitubun Langgur” telah di

periksa dan di setujui untuk diujikan.

Langgur, 11 April 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. NotesyaA.Amanupunnyo,S.Kep.,M.Kes Ns. Johanis W .Lera,S.Kep


NIP. 1991122200212 2 002 NIP: 19760922 199803 1 003
3

HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Karya Tulis Ilmiah oleh Pia Novitra Ngabalin NIM P07120219036, Dengan judul “Asuhan

keperawatan Bronkopneumonia Dengan Tindakan Nebulizer Dalam Mengatasi Bersihan Jalan

Nafas Tidak Efektif Di Ruangan Anak RSU Karel Sadsuitubun Langgur”, telah dipertahankan di

depan dewan penguji pada tanggal 11 Aprli 2022

Dewan Penguji

Penguji Ketua

Ns.Maritje F.Papilaya, S.Kep.,M.Kes


NIP.19710605199503 2 001

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. NotesyaA.Amanupunnyo,S.Kep.,M.Kes Ns. Johanis W .Lera,S.Kep


NIP. 1991122200212 2 002 NIP: 19760922 199803 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ns. Lucky H. Noya, S.Kep.,M.Kep


NIP. 19690618 199603 1 001
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitan proposal Karya Tulis

Ilmiah Dengan Judul ““Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Dengan Tindakan Nebulizer

Dalam Mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruangan Anak RSU Karel Sadsuitubun

Langgur”

Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Ujian Akhir Program (UAP) pada pendidikan Program Studi Keperawatan Tual

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini karena adanya

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara material maupun moril untuk itu

perkenankanlah penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus

kepada yang terhormat:

1. Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

2. Plt.Abdul Aziz,SKM selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara.

3. Ns.Lucky H Noya, S.Kep .,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan Tual.

4. Ns.Maritje F.Papilaya, S.Kep,.M.Kes selaku Penguji Ketua

5. Ns. Notesya A.Amanupunnyo, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing utama sekaligus penguji

Anggota 2

6. Ns. Johanis W Lera,S.Kep selaku pembimbing pendamping dan penguji Anggota 1

7. Ns. Ivonne. A.V.Gasper,S.Kep.,M.Kep,selaku Koordinator Tingkat III.A

8. Lusia Metubun,selaku Kasubag Rekam Medik

9. Ns. Santi Abdu, S.Kep, selaku kepala Ruangan Anak

10. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Program Studi Keperawatan Tual
5

11. Kedua Orang Tua,oma,opa,om,tante,kaka,dan adik-adiku tersayang yang selalu

memberikan kasih saying,motivasi,moril dan doa kepada penulis.

12. Spesial Terima Kasih buat Ibu Notesya A.Amanupunnyo yang selalu memberikan motivasi

kepada penulis.

13. Sahabat – sahabat tersayang , dan Teman-teman Vaskuler Angkatan 19.

Langgur, 11 April 2022

Penulis
6

DAFTAR LAMPIRAN

1.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iv

KATA PENGANTAR............................................................................. v

DAFTAR ISI.......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ ix

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
7

1.1 Latar Belakang...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................. 4

1.3 Tujuan Studi Kasus............................................................... 4

1.4 Manfaat Studi Kasus............................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan............................................... 6

2.2 Konsep Penyakit Hipertensi................................................... 16

2.3 Konsep Jus Tomat................................................................. 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 34

3.1 Rancangan Studi Kasus........................................................ 34

3.2 Subjek Studi Kasus............................................................... 34

3.3 Fokus Studi Kasus................................................................. 35

3.4 Definisi Operasional Studi Kasus........................................... 35

3.5 Instrumen Studi Kasus.......................................................... 36

3.6 Metode Pengumpulan Data................................................... 36

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus............................................. 37

3.8 Analisis Dan Penyajian Materi............................................... 37

3.9 Etika Studi Kasus.................................................................. 38


8

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Format pengkajian

Lampiran 2 : Jadwal Penelitian

Lampiran 3 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 : Informed Concent

Lampiran 5 : SOP terapi jus tomat

Lampiran 6 : Leaflet jus tomat

Lampiran 8 : Daftar Konsul

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


9

Bronchopneumonia merupakan radang paru-paru pada bagian lobularis, adanya bercak-

bercak infiltrate yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur serta benda asing.

Bronchopneumonia ditandai dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat

dan dangkal (adanya ronki basah), muntah, diare, batuk kering dan produkif. Dampak

bronkopneumonia pada anak jika tidak ditangani akan mengakibatkan komplikasi seperti

infeksi darah, abses paru-paru, efusi pleura, gagal napas, otitis media akut, atelektasis,

emfisema, dan meningitis. Bronchopneumonia juga merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas anak (Meck, 2015).

Secara global, bronkopneumonia jadi pembunuh nomor satu anak balita. Data

World Health Organization (WHO) menyatakan proporsi kematian balita karena

bronkopneumonia di dunia sekitar 156 juta pertahun, 61 juta kasus yang terjadi di regio

Asia Tenggara, dan diperkirakan sekitar 3,1 juta pertahun kasus kematian anak di

bawah umur 5 tahun dalam populasi regio negara-negara Asia Tenggara, 19%

diantaranya diakibatkan oleh bronkopneumonia (WHO 2016).

Selain itu berdasarkan data profil dinas kesehatan Maluku Tenggara jumlah anak

dengan bronkopneumonia dalam empat tahun terakhir kasus bronkopneumonia pada

balita terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2019 sebesar 2 kasus,

2020 sebesar 6 kasus, 2021 sebesar 16 kasus, dan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan . Sedangkan data yang diambil dari RSU KS Langgur jumlah anak dengan

bronkopneumonia pasien rawat inap pada tahun 2019 sebanyak 126 kasus, tahun 2020

sebanyak 105 kasus dan tahun 2021 mengalami peningkatan sebanyak 103 kasus .

Dari jumlah keseluruhan maka pasien dengan bronkopneumonia pada tahun 2019-2021

sebanyak 334 anak. Rentang umur bayi 2 bulan sampai anak 17 tahun yang dirawat

dengan kasus bronkopneumonia biasanya mengalami kesulitan bernapas sehingga

dibantu dengan pemasangan nebulizer oleh perawat.


10

Nebulizer merupakan suatu tindakan atau terapi untuk pembersihan atau

pemeliharaan sistem pernafasan dengan tujuan untuk mengencerkan sekret agar

mudah untuk dikeluarkan dan merelaksasi jalan pernafasan. Anak yang menggunakan

nebulizer di Rumah Sakit Karel Sadsuitubun sebanyak 20 orang di antaranya tahun

2019 sebanyak 5 orang 2020 sebanyak 10 orang dan 2021 sebanyak 5 orang.

Dalam pelaksanaan tindakan terapi nebulizer merupakan instruksi dokter dan

didelegasikan kepada perawat sebagaimana sesuai peran dan fungsi perawat yaitu

sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembela pasien, pembawa perubahan,

pemimpin, manager dan peneliti untuk melaksanakan fungsi secara independen,

dependen dan interdependen. (Nursalam, 2013).

Berdasarkan pengalaman peneliti pada pasien bronkopneumonia respon anak

setelah diberikan terapi nebulizer yaitu anak tidak terlihat gelisah, nampak tenang,

tidak sesak dan nampak tidur dengan nyaman dan tidak semua anak dengan

bronkopneumonia diberikan terapi nebulizer .

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang “Asuhan keperawatan pada pasien Bronkopneumonia Dalam

Pelaksanaan Tindakan Nebulizer di Ruangan Anak RSU Karel Sadsuitubun Langgur”.

Studi kasus ini dinilai penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak

yang menderita penyakit bronkopneumonia.

1.2 Rumusan Masalah


11

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal yang menjadi masalah dalam studi kasus

ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia dalam

pelaksanaan tindakan nebulizer di Ruang Anak RSU Karel Sadsuitubun Langgur” ?

1.3 Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien

bronkopneumonia dalam pelaksanaan tindakan nebulizer di Ruang Anak RSU Karel

Sadsuitubun Langgur.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Masyarakat

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi orang tua tentang

pentingnya mengenal penyakit bronkopneumonia dan pelaksanaan tindakan

nebulizer pada anak.

1.4.2 Bagi Institusi

Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi Pendidikan

Program Studi Keperawatan Tual tentang Asuhan Keperawatan pada pasien

Bronkopneumonia dalam pelaksanaan tindakan nebulizer.

1.4.3 Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam melakukan

Asuhan Keperawatan pada pasien Bronkopneumonia dalam pelaksanaan

tindakan nebulizer.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

2.1.1. Pengkajian

Proses kontinu yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan

menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Pengkajian menggunakan banyak

keterampilan keperawatan dan terdiri atas pengumpulan, klasifikasi, dan analisis

data dari berbagai sumber. Untuk memberikan pengkajian yang akurat dan

komperehensif, perawat harus mempertimbangkan informasi mengenai latar

belakang biofisik, psikologi, sosiokultural, dan spiritual pasien (Dona L. Wong,

2012).

2.1.1.1. Biodata

a. Identitas diri klien

Pengkajian berisikan identitas diri klien meliputi nama/nama

panggilan, tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama,

pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose

medic dan rencana terapi.

b. Identitas Orang tua

Pengkajian berisikan identitas orang tua meliputi nama, usia,

pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama dan alamat.

c. Identitas saudara kandung

Pengkajian berisikan identitas saudara kandung meliputi nama,

usia, hubungan dan status kesehatan.

4
5

2.1.1.2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama : Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat

dan dangkal, disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis

sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, tinja

berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

Keluhan pada saat pengkajian : Bronkopneumonia biasanya

didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama

beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-

400C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

b. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun).

Anak yang pernah menderita penyakit infeksi akut yang

menyebabkan system imun menurun kecuali anak yang tidak

beresiko.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menularkan kepada anggota yang lainnya

kecuali anak yang tidak beresiko dan mempunyai pertahanan tubuh

yang kuat yang disuplai dengan pemenuhan kebutuhan anak yang

baik.

e. Riwayat kesehatan lingkungan

Bronkopneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim

semi. Selain itu pemeliharan kesehatan dan kebersihan lingkungan

yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.


6

Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan

dengan anggota keluarga perokok. (Meck,2015).

2.1.1.3 Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap beresiko untuk

mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena

system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi

sekunder.

2.1.1.4 Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik meliputi berat badan, tinggi badan dan waktu

tumbuh gigi anak.

b. Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan,

senyum kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali dan

berpakaian tanpa bantuan.

2.1.1.5 Riwayat Nutrisi

Riwayat nutrisi meliputi pemberian ASI dan pemberian susu formula.

2.1.1.6 Riwayat Psikososial

Meliputi anak tinggal bersama, letak lingkungan, letak rumah, tempat

bermain anak, kamar anak, rumah ada tangga, hubungan antar

anggota keluarga dan pengasuh anak.

2.1.1.7 Riwayat Spiritual

Meliputi support system dalam keluarga dan kegiatan keagamaan


7

2.1.1.8 Reaksi Hospitalisasi

Meliputi pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap dan pemahaman

anak tentang sakit dan rawat inap.

2.1.1.9 Aktivitas sehari-hari

Meliputi nutrisi, nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, olahraga, personal

hygiene, aktifitas/mobilitas fisik, rekreasi (kondisi, sebelum sakit dan

saat sakit).

2.1.1.10 Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum Tingkat kesadaran : composmentis,

apatis, somnolent, spoor, suporocomatus, coma.

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah :

a) Baru lahir (0-1 bulan) : 50/70 mmHg

b) Bayi (1 bulan-1 tahun) : 90/60 mmHg

c) Toodler (1-3 tahun) : 80/100 mmHg

d) Prasekolah (4-5 tahun) : 80/100 mmHg

e) Anak-anak (5-12 tahun) : 80/100 mmHg

2) Nadi :

a) Baru lahir (0-1 bulan) : 120-160 x/m

b) Bayi (1 bulan-1 tahun) : 100-160 x/m

c) Toodler (1-3 tahun) : 90-150 x/m


8

d) Prasekolah (4-5 tahun) : 80-140 x/m

e) Anak-anak (5-12 tahun) : 70-120 x/m

3) Pernapasan :

a) Baru lahir (0-1 bulan) : 40-60 x/m

b) Bayi (1 bulan-1 tahun) : 30-60 x/m

c) Toodler (1-3 tahun) : 24-40 x/m

d) Prasekolah (4-5 tahun) : 22-34 x/m

e) Anak-anak (5-12 tahun) : 18-30 x/m

(Jackson, M & Jackson L, 2011).

4) Suhu :

a) 36,50C – 37,50C.

(Jackson, M & Jackson L, 2011).

c. Kepala : Dikaji mengenai bentuk kepala, warna rambut distribusi

rambut, adanya lesi atau tidak, hygiene, apakah ada hematoma.

d. Mata : Pada klien dengan bronkopneumnia biasanya didapatkan

sclera berwarna merah dikarenakan adanya peningkatan suhu

tubuh, kaji reflek cahaya, konjungtiva anemis atau tidak, pergerakan

bola mata.

e. Telinga : Dikaji mengenai bentuknya simetris atau tidak, kebersihan

dan fungsi pendengaran.

f. Hidung : Dikaji apakah dihidung terdapat polip, nyeri tekan,

pernapasan cuping hidung, fungsi penciuman.

g. Mulut : Kaji warna bibir, mukosa bibrnya lembab atau tidak,

biasanya jika bronkopneumonia akibat meningkatnya suhu tubuh

maka mukosa bibir akan kering dan kaji reflek mengisap, reflek

menelan.
9

h. Dada dan thoraks : Pada pasien anak dengan bronkpneumonia

biasanya mengalami irama napas tidak teratur, pernapasan

dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan.

i. Abdomen : inspeksi (bentuk, lesi), Palpasi (splenomegali,

hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik), Perkusi

(suara abdomen timpani), Auskultasi ( bising usus meningkat

(normal 4-9 x/menit)

j. Genitalia : Kaji kelengkap (laki-laki : penis, skrotum, perempuan :

labia minora, labia mayora, klitoris), fungsi buang air besar dan

fungsi buang air kecil.

k. Ekstremitas : biasanya akan didapatkan data pergerakan sendi

terbatas karena terjadi nyeri sendi, kelelahan, kelemahan dan

malaise, CRT <2 detik dan keluhan.

l. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan penunjang pada klien

dengan bronkopneumonia (pemeriksaan darah menunjukan

leukositosis dengan prodomianan PMN atau dapat ditemukan

leucopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan

anemia sedang atau buruk. Pemeriksaan radiologis memberi

gambaran bervariasi : bercak konsolidasi merata pada

bronkopneumonia, bercak konsolidasi satu lobus pada

bronkopneumonia lobaris dan gambaran bronkopneumonia difusi

atau infiltrate pada bronkopneumonia stafilokok. Pemeriksaan

mikrobiologik, dapat dibiak dari specimen usap tenggorok, sekresi

nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea,

fungsi pleura atau aspirasi paru (Terri Kyle,2015).

2.1.1.11 Terapi saat ini


10

Meliputi analisa data (Nama, No.RM, Umur), (pengkajian, etiologi dan

masalah).

2.1.1. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017), diagnosa

keperawatan pada anak dengan pneumonia sebagai berikut:

2.1.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan

napas (D.00001).

2.2.2.1 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan denga Ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi (D.0003)

2.3.2.1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

2.4.2.1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111)

2.1.2. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah rencana Tindakan keperawatan tertulis

yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,

tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung,

2011).

Menurut Tim Pojka SIKI DPP PPNI (2018), Perencanaan merupakan

tindakan ketiga dari proses keperawatan yang meliputi perkembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.


11

Tabel 2.1

Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Standa Evaluasi Intervensi Keperawatan

Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas


Tidak Efektif berhubungan tindakan keperawatan 3 Observasi
dengan hipersekresi jalan x 24 jam oksigenasi o Monitor pola napas (frekuensi,
napas (D.00001). dan/atau eliminasi kedalaman, usaha napas)
karbondioksida pada o Monitor bunyi napas tambahan
Gejala dan tanda mayor: membran alveolus- (mis. Gurgling, mengi, weezing,
Subjektif:  tidak tersedia. kapiler Normal dengan ronkhi kering)
Objektif: kriteria hasil: o Monitor sputum (jumlah, warna,
o Batuk tidak efektif  Batuk Efektif menurun aroma)
o Tidak mampu batuk  Produksi Sputum Terapeutik
o Sputum berlebih. menurun o Pertahankan kepatenan jalan
o Mengi, wheezing dan/  Mengi menurun napas dengan head-tilt dan chin-
atau ronkhi kering.  Sianosis menurun lift (jaw-thrust jika curiga trauma
o Mekonium di jalan nafas  Gelisah menurun cervical)
pada Neonatus.  Pola Nafas membaik o Posisikan semi-Fowler atau
 Frekuensi napas Fowler
Gejala dan Tanda Minor. membaik o Berikan minum hangat
Subjektif : o Lakukan fisioterapi dada, jika
o Dispnea. perlu
o Sulit bicara. o Lakukan penghisapan lendir
o Ortopnea. kurang dari 15 detik
Objektif : o Lakukan hiperoksigenasi sebelum
o Gelisah. o Penghisapan endotrakeal
o Sianosis. o Keluarkan sumbatan benda padat
o Bunyi napas menurun. dengan forsepMcGill
o Frekuensi napas o Berikan oksigen, jika perlu
berubah. Edukasi
o Pola napas berubah. o Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
o Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
12

yang berhubungan denga tindakan keperawatan 3 Observasi:


Ketidakseimbangan x 24 jam diharapkan o Monitor pola nafas, monitor
ventilasi-perfusi (D.0002) karbondioksida pada saturasi oksigen
membran alveolus- o Monitor frekuensi, irama,
Gejalan dan Tanda Mayor kapiler dalam batas kedalaman dan upaya napas
– Subjektif :  normal dengan kriteria o Monitor adanya sumbatan jalan
o Dispnea. hasil: nafas
Gejalan dan Tanda Mayor  Tingkat Kesadaran Terapeutik
– Objektif : meningkat o Atur Interval pemantauan
o PCO2 meningkat /  Dispneu menurun respirasi sesuai kondisi pasien
menurun.  Bunyi napas Edukasi
o PO2 menurun. tambahan menurun o Jelaskan tujuan dan prosedur
o Takikardia.  Gelisah menurun pemantauan
o pH arteri  Diaforesis menurun o Informasikan hasil pemantauan,
meningkat/menurun.  PCO2 membaik jika perlu
o Bunyi napas tambahan.  PO2 membaik Terapi Oksigen
 Sianosis membaik Observasi:
 
Gejala dan tanda minor – o Monitor kecepatan aliran oksigen
Subjektif : o Monitor posisi alat terapi oksigen
o Pusing. o Monitor tanda-tanda hipoventilasi
o Penglihatan kabur. o Monitor integritas mukosa hidung
  akibat pemasangan oksigen
Gejala dan tanda minor – Terapeutik:
Objektif : o Bersihkan sekret pada mulut,
o Sianosis. hidung dan trakea, jika perlu
o Diaforesis. o Pertahankan kepatenan jalan
o Gelisah. napas
o Napas cuping hidung. o Berikan oksigen jika perlu
o Pola napas abnormal Edukasi
(cepat / lambat, o Ajarkan keluarga cara
regular/iregular, menggunakan O2 di rumah
dalam/dangkal). Kolaborasi
o Warna kulit abnormal o Kolaborasi penentuan dosis
(mis. pucat, kebiruan). oksigen
o Kesadaran menurun.
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi
Ketidakseimbangan tindakan keperawatan 3 Observasi:
antara suplai dan x 24 jam diharapkan o Identifikasi gangguan fungsi
kebutuhan oksigen toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
(D.0056) meningkat dengan kelelahan
kriteria hasil: o Monitor pola dan jam tidur
Gejala dan Tanda Mayor  Kemudahan dalam o Monitor kelelahan fisik dan
Subjektif melakukan aktivitas emosional
o Mengeluh lelah sehari-hari meningkat Edukasi
Objektif  Kekuatan tubuh o Anjurkan tirah baring
o frekuensi jantung bagian atas dan o Anjurkan melakukan aktivitas
meningkat >20% dari bawah meningkat secara bertahap
kondisi sehat  Keluhan lelah Terapeutik:
  menurun o Sediakan lingkungan nyaman dan
13

Gejala dan Tanda Minor  Dispnea saat aktivitas rendah stimulus


Subjektif menurun o Lakukan latihan rentang gerak
o Dispnea saat/setelah pasif dan/atau aktif
aktivitas o Berikan aktivitas distraksi yang
o Merasa tidak nyaman menenangkan
setelah beraktivitas o Fasilitasi duduk di sisi tempat
o Merasa lemah tidur, jika tidak dapat berpindah
Objektif atau berjalan
o Tekanan darah berubah Kolaborasi
>20% dari kondisi o Kolaborasi dengan ahli gizi
istirahat tentang cara meningkatkan
o Gambaran EKG asupan makanan
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
o Gambaran EKG
menunjukan iskemia
o Sianosis
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar 3x24 jam diharapkan kemampuan menerima informasi
informasi tingkat pengetahuan tentang hipertermi
(D.0111) membaik dengan  Identifikasi faktor-faktor yang
Dibuktikan dengan: kriteria hasil: dapat meningkatkan dan
a. Gejala dan Tanda  Perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku
Mayor anjuran meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
Subjektif (5) Terapeutik:
(tidak tersedia)  Kemampuan  Sediaakan materi dan media
 Objektif menjelaskan pendidikan kesehatan tentang
o Menunjukan perilaku pengetahuan suatu hipertermi
tidak sesuai anjuran topik menurun (5)  Jadwalkan pendidikan kesehatan
o Menunjikan presepsi  Pertanyaan tentang sesuai kesepakatan
yang keliru terhadap masalah yang  Berikan kesempatan untuk
masalah  dihadapi menurun (5) bertanya
b. Gejala dan Tanda  Persepsi yang keliru Edukasi
Minor terhadap masalah  Jelaskan faktor risiko yang dapat
o Menjalani pemeriksaan menurun (5) mempengaruhi kesehatan
yang tepat  Menjalani  Ajarkan perilaku hidup bersih dan
o Menunjikan perilaku pemeriksaan yang sehat
berlebihan (mis. apatis, tidak tepat menurun  Ajarkan strategi yang dapat
bermusuhan, agitasi, (5) digunakan untuk meningkatkan
histeria)  Perilaku menurun (5) perilaku hidup bersih dan sehat

Sumber: PPNI SDKI 2017, SLKI DAN SIKI, 2018

2.1.2. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).


14

2.1.3. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat

untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan

kondisi klien. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan

tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012).

2.2. Tinjauan Umum Tentang Bronkopneumonia

2.2.1 Pengertian.

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di

bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang

membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering

bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang

spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya

bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius

dan terdapat didaerah bronkus dan sekitar alveoli (NANDA,2016).

2.2.2 Etiologi.

Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan

sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan

yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia

yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat

(Sibuea dkk,2009).

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,

mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria) antara lain :

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae,


15

Klebsiella.

2. Virus : Legionella Pneumoniae.

3. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans.

4. Aspirasi Makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru.

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderitan

bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,

demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas

menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya

krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian

rongga udara oleh eksudat). (NANDA 2016).

2.2.4 Patofisiologi (Nanda,2016)

- Penderita yang dirawat di RS Jamur, virus, bakteri, protozoa


- Penderita yang mengalami
supresi system pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS

Infeksi saluran Saluran pernapasan atas


pernapasan bawah

Proses peradangan Kuman berlebihan Kuman terbawa disaluran


dibronkus cerna
Akumulasi secret Ketidakefektifan Infeksi saluran
dibronkus bersihan jalan nafas pencernaan
Mucus bronkus
meningkat Peningkatan peristaltic Peningkatan flora normal
usus Malabsorbsi dalam usus
Bau mulut tidak sedap
Diare Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
Anoreksia
Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari Eksplorasi meningkat
Intake kurang kebutuhan tubuh
16

Peningkatan metabolisme
Dilatasi pembuluh Peningkatan suhu septikimia
darah

Eksudat plasma Gangguan difusi dalam Ketidakefektifan


masuk alveoli plasma bersihan jalan nafas

Edema antara Iritan PMN eritrosit


kapiler dari alveoli Edema paru
pecah

Suplai O2 menurun Penurunan capliance Pergeseran dinding paru


paru

Hipoksia Hiperventilasi Dispneu

Metabolic anaerob
Akumulasi asam laktat Retraksi dada/nafas
meningkat cuping hidung

Intoleransi fatique
Gangguan pertukaran
aktivitas
gas

2.2.5 Pemeriksaan penunjang (Wim de Jong, 2009).

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

b. Pemeriksaan sputum

c. Analisa gas darah

d. Kultur darah

e. Sampel darah, sputum, dan urin

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram Thoraks

b. Laringoskopi/ bronkoskopi

2.2.6 Penatalaksanaan (Sudaru, 2009)


17

Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :

1. Menjaga kelancaran pernafasan

2. Kebutuhan istirahat

Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua

kebutuhan pasien harus ditolong ditempat tidur.

3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang

kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan

yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan

kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

4. Mengontrol suhu tubuh

5. Pengobatan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,

karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya

diberikan penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik

yang mempunyai spectrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan

sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh ke

dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat

diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

2.2.7 Masalah yang lazim muncul (Nanda,2016)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler,

gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan

metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang


18

berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen

atau gas.

4. Intoleransi aktivitas b.d insufiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit.

2.2.8 Discharge Planning

1. Beri instruksi pemulangan kepada orang tua seperti berikut :

a. Penjelasan tentang penyakit anak

b. Bagaimana memantau tanda-tanda distress pernafasan dan masalah

medis lainnya

c. Kebutuhan anak sehat

d. Kapan harus memanggil dokter

e. Penggunaan peralatan dirumah dan pemantauan

f. Bagaimana member dan memantau efek pengobatan

g. Pencegahan infeksi

h. Pentingnya daerah bebas asap rokok

i. Penggenalan isyarat stress dan interaksi pada anak

2. Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan pernafasan,

nutrisi, perkembangan, dan kebutuhan khusus lainnya yang sifatnya terus

menerus.

a. Bantu orang tua membuat janji kunjungan pemeriksaan tindak lanjut yang

pertama, beri catatan tertulis tentang kapan janji itu harus dilaksanakan

b. Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan dirumah sesuai yang

dibutuhkan anak dan keluarga.

Konsep Dasar Anak


19

Pengertian

Anak merupakan individu yang berada satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.masa anak

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari

bayi hingga remaja.Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang dimulai dari bayi ( 0-1 tahun), usia pra sekolah ( 2-5

tahun),usia sekolah ( 6-12 tahun) hingga remaja ( 13-18 tahun). (Aziz

2005).

Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum

digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan atau

gizi,perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang

layak,sanitasi,sandang,kesegaran jasmani atau reksreasi. Kebutuhan

emosi atau kasih sayang,pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan

erat mesra dan selaras antara ibu atau penggnti ibu dengan anak

merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang

selaras baik fisik,mental maupun psikososial.Kebutuhan akan stimulasi

mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan

pelatihan) pada anak.stimulasi mental ini akan mengembangkan

perkembangan diantaranya

kecerdasan,ketrampilan,kemandirian,kreativitas,agama,kepribadian dan

sebagainya.

Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat

perkembangan:
20

1. Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan

pikirannya dengan kata-kata.oleh karena itu komunikasi dengan bayi

lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal.Pada saat

lapar,haus,basah dan perasaan tidak nyaman lainnya.bayi hanya

mengekspersikan persaaannya dengan menangis walaupun demikian

sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa

yang berkomunikasi.dengan non verbal misalnya memberikan

sentuhan,dekapan,dan menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada

beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya

menggerakkan,tangan dan kaki.hal ini terutama terjadi pada bayi kurang

dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.oleh karena itu

perhatian saat berkomunikasi dengannya jangan langsung menggendong

atau memangku Karena bayi akan merasa takut lakukan terlebih dahulu

dengan ibunya.tunjukan bahwa kita ingin membna hubungan saling baik

dengan ibunya.

2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun

adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan

takut ada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa

yang akan terjadi padanya.Misalnya pada saat akan di ukur suhu, anak

akan merasa alat yang akan ditempelkan pada tubuhnya.

3. Usia sekolah (6-12 tahun)


21

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan

yang mengancam keutuhan tubuh oleh karena itu apabila berkomunikasi

dan berinteraksi social dengan anak usia dini ini hatus menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas

sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah sudah lebih

mampu berkomunikasi dengan orang dewasa perbendaharaan katanya

sudah banyak sekitar 3000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir

konkret.

4. Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa

anak-anak menuju dewasa.Dengan demikian pola pikir dan tingkah laku

anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa anak harus

diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif

apabila anak merasa cemas atau stress jelaskan bahwa ia dapat

mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya.

5. Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas

yang dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya

tugas perkembangan bayi 0-2 tahun adalah berjalan,berbicara,makan

makanan padat,kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5

tahun adalah mendapat kesempatan bermain bereksperimen dan

bereksplorasi,meniru,mengenal jenis kelamin,membentuk pengertian

sederhana mengenai kenyataan social dan alam,belajar mengadakan

hubungan emosional,belajar membedakan salah dan benar serta

mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi. Tugas perkembangan

usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai ketrmapilan fisik dan


22

motoric,membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri,belajar

bergaul dengan teman sebaya,memainkan peranan sesuai dengan jenis

kelamin,megembangkan konsep yang diperukan dalam kehidupan

sehari-hari,mengembangkan ketrampilan yang

fundamental,mengembangkan pemebentukan kata hati,moral dan skala

nilai,mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok social dan

lembaga. Tugas perkemvangan anak usia 13-18 adalah menerima

keadaan fisiknya menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-

laki,menyadari hubungan-hubungn baru dengan teman sebaya dan

kedua jenis kelamin,menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik

terhadap diri sendiri,serta mengembangangkan nilai-nilai hidup.

2.3 Konsep Teori Tentang Terapi Nebulizer

Pengertian

Terapi nebulizer adalah terapi menggunakan alat yang menyemprotkan obat atau

agens pelembab, seperti bronkodilator atau mukolitik, dalam bentuk partikel

mikroskopik dan menghantarkannya ke paru (Kusyanti et al., 2012).

2.3.1 Tujuan

Menurut Aryani et al (2009) Terapi nebulizer ini memiliki tujuan sebagai Berikut:

2.3.2.1 Melebarkan saluran pernapasan (karena efek obat bronkodilator)

2.3.2.2 Menekan proses peradangan

2.3.2.3 Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret (karena efek obat

mukolitik dan ekspektoran).

2.3.2 Indikasi

Indikasi penggunaan nebulizer menurut Aryani et al (2009) efektif dilakukan pada

klien dengan :
23

2.3.3.1 Bronchospasme akut

2.3.3.2 Produksi sekret yang berlebih

2.3.3.3 Batuk dan sesak napas

2.3.3.4 Radang pada epiglotis

2.3.3 Kontraindikasi

Kontraindikasi pada terapi nebulizer menurut Aryani et al (2009) adalah:

2.3.4.1 Pasien yang tidak sadar atau confusion umumnya tidak kooperatif

dengan prosedur ini, sehingga membutuhkan pemakaian

mask/ssungkup, tetapu efektifitasnya akan berkurang secara signifikan

2.3.4.2 Pada klien dimana suara napas tidak ada atau berkurang maka

pemberian medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang

menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas

juga tidak dapat menggerakan/memasukan medikasi secara adekuat ke

dalam saluran napas.

2.3.4.3 Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac iritability harus

dengan perhatian. Ketika diinhalasi, katekolamin dapat meningkat

cardiac rate dan dapat menimbulkan disritmia.

2.3.4.4 Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui intermittent

positive-pressure breathing (IPPB), sebab IPPB mengiritasi dan

meningkatkan bronchospasme.

2.3.4 Cara Pemberian

Nebulisasi yaitu proses pembentukan aerosol dengan cara melewatkan

suatu gas diatas cairan. Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair

dalam bentuk gas tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek

samping minimal dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Spektrum partikel

obat-obatan yang biasanya digunakan dalam pengobatan terletak dalam diameter


24

yang berkisar antara 0.5-10 mikro (berbentuk asap). Partikel uap air atau obat-

obatan dibentuk oleh suatu alat yang disebut nebulizer atau aerosol generator.

Aerosol yang terbentuk akan dihirup pasien melalui mouth piece atau sungkup dan

masuk ke paru-paru untuk mengencerkan (Meriyani et al., 2016).

Nebulizer merupakan alat yang dapat menghasikan partikel yang halus,

yakni antara 2-8 mikron. Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer

memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan efek

samping. Alat nebulizer jet yaitu salah satu jenis alat nebulizer, yang cara kerjanya

gas jet berkecapatan tinggi berasal dari udara yang di padatkan dalam silinder,

ditiup melalui lubang kecil dan akan menghasilkan tekanan negatif, selanjutnya

akan memecah larutan menjadi bentuk aerosol. Aerosol yang terbentuk dihisap

pasien melaui mouthpiece atau sungkup, dengan mengisi suatu tempat pada

nebulizer sebanyak 3-5 cc, maka dihasilkan partikel aerosol berukuran < 5 µm.

Sekitar 60-80% larutan nebulasi akan terpakai dan lama nebulasi dapat dibatasi,

dengan cara yang optimal, maka hanya 12% larutan yang akan terdeposisi di

paru. Bronkodilator yang memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa

menimbulkan efek samping (Rahajoe et al, 2015).

Terapi inhalasi ini dipilih karena pemberian terapi inhalasi memberikan efek

bronkodilatasi atau melebarkan lumen bronkus, dahak menjadi encer sehingga

mempermudah dikeluarkan, menurunkan hiperaktifitas bronkus dan dapat

menggatasi infeksi. Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi

(hirupan) ke dalam saluran respiratori. Terapi inhalasi adalah pemberian obat

secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratori (Rahajoe et al, 2015).

Alat nebulizer sangat cocok untuk anak-anak dan lansia yang mengalami

gangguan pada pernapasan terutama adanya mukus yang berlebih, batuk atau

pun sesak napas.Karena obat langsung menuju saluran napas.Pada klien yang
25

batuk dan mengeluarkan lendir (plegm/slem) di paruparu sehingga mampu

mengencerkan dahak. Pada pasien anak-anak pilek dan hidung tersumbat

sehingga mampu melancarkan saluran pernapasan, penggunaan sama dengan

obat biasa 3 kali sehari atau sesuai anjuran dokter, campuran obat menjadi uap

biasanya juga obat-obatan yang memang melancarkan napas. penggobatan

nebulizer lebih efektif dari obat-obatan diminum karena langsung dihirup masuk ke

paru-paru, dosis yang dibutuhkan lebih kecil, sehingga lebih aman (Rahajoe et al,

2015).

Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang dilakukan dengan pemberian

uap dengan menggunakan obat Ventolin 1 ampul dan Flexotide 1 ampul. Obat

Ventolin adalah obat yang digunakan untuk membantu mengencerkan sekret yang

diberikan dengan cara diuap dan Flexotide digunakan untuk mengencerkan sekret

yang terdapat dalam bronkus. dapat juga diberikan obat Bisolvon cair sebagai

inhalasi berfungsi untuk mengencerkan dahak dan batuk lebih cepat dari cairan

abnormal di cabang tengorokan (Sutiyo dan Nurlaila, 2017).

Saat pengkajian adalah batuk berdahak, disertai sesak napas, pilek sejak 5

hari, pernapasan cuping hidung,terdapat sekret di kedua hidungnya, frekuensi

pernapasan 43 kali/menit. Tindakan yang di lakukan adalah terapi inhalasi

nebulizer dengan Nacl 3 cc + Ventolin 1cc selama 30 menit, dengan mengukur

frekuensi pernapasan awal sebelum dan sesudah di lakukan tindakan. Prinsip

kerja nebulizer adalah proses mengubah obat cair menjadi aerosol kemudian

masuk ke saluran respiratori. Aerosol tersebut dihisap klien melaui mouthpiece

atau sungkup, masuk ke paru-paru untuk mengencerkan secret.


26
BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Rancangan Studi Kasus.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena (Notoatmodjo,

2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak

Bronkopneumonia Dalam Pelaksanaan Tindakan Nebulizer di Ruang Anak RSU Karel

Sadsuitubun Langgur.

3.2 Subjek studi kasus

Subyek studi kasus adalah subyek yang ditujukan untuk diteliti oleh peneliti atau

subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2009).

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien anak yang menderita

bronkopneumonia di ruang anak RSU Karel Sadsuitubun . Ada 2 kriteria pada subjek

studi kasus dalam penelitian ini, yaitu :

2.4.5 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

3.2.1.1 Pasien bronkopneumonia yang berada di ruangan Anak RS KS

3.2.1.1.2 Pasien anak usia antara 0-18 tahun.

3.2.1.3 Orang tua pasien yang bersedia Anaknya menjadi subjek peneliti.

26
27

3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

yaitu.

3.2.2.3 Orang tua pasien yang awalnya bersedia untuk menjadi subjek

peneliti tetapi tidak dapat melanjutkan terapi intervensi yang di

berikan.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada pasien anak

bronkopneumonia dalam pelaksanaan tindakan nebulizer.

3.2 Defenisi Operasional

3.4.1 Asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan bagi pasien dengan focus

pada masalah pada pasien anak dengan bronkopneumonia.

3.4.2 Anak adalah seseorang lelaki atau perempuan yang berusia antara 0-18 tahun.

3.4.3 Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam penyebab.

3.4.4 Nebulizer adalah terapi yang dilakukan untuk mengencerkan secret agar mudah

dikeluarkan.

3.5 Tempat dan Waktu.

3.5.1 Tempat : Studi kasus rencananya akan dilakukan di Ruang Anak RSU Karel

Sadsuitubun Langgur.

3.5.2 Waktu : Studi kasus rencananya akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2022.

3.6 Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut dengan menggunakan

metode proses asuhan keperawatan.


28

3.6.1 Jenis data.

3.6.1.1 Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh

peneliti dengan menggunakan teknik :

a. Wawancara yaitu proses Tanya jawab antara peneliti dengan pasien

atau keluarga.

b. Observasi, proses pengamatan langsung peneliti terhadap kondisi

pasien

c. Pemeriksaan fisik, proses langsung peneliti memeriksa tubuh pasien.

3.6.1.2 Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara berupa bukti, catatan atau laporan dalam

sebuah arsip.

3.7 Penyajian data.

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk laporan asuhan keperawatan secara

sistematis dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

3.8 Etika Studi Kasus.

Menurut Notoatmodjo (2010), masalah etika penelitian keperawatan sangat penting

karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3.8.1 Informed concent (Lembar persetujuan).

Informed merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak-hak responden.

3.8.2 Anonimity (Tanpa nama).

Untuk menjaga kerahasiaan responden penelitian ini mencantumkan nama

responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.


29

3.8.3 Confedentiality (Kerahasiaan).

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasianya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak yang terkait dengan

peneliti.

Anda mungkin juga menyukai