Anda di halaman 1dari 61

LEMBARAN PERSETUJUAN

NAMA : Eda P Dahoklory

NIM : PO 7120219012

Dengan Judul : Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Kebutuhan Dasar

Mobilitas Melalui Terapi Senam Lansia Di Posyandu Sion Wilayah

Kerja Puskesmas Un

Langgur, 11 April 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Maritje F. Papilaya,S.Kep.,M.Kes Dr. Agnes Batmomolin.,S.Kep.,M.Kes

NIP. 19710605199503 2 001 NIP: 19700913199503 2 001

i
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eda P Dahoklory

Nim : PO 7120219012

Program Studi : Keperawatan Tual

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Usulan Penelitian yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Usulan Penelitian ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Langgur, 11April 2022

Pembuat Pernyataan

Eda P Dahoklory
NIM: PO 7120219063
Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Maritje F. Papilaya,S.Kep.,M.Kes Dr. Agnes Batmomolin.,S.Kep.,M.Kes

NIP. 19710605199503 2 001 NIP: 19700913199503 2 001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Usulan Penelitian oleh Eda P Dahoklory,NIM PO 7120219012, Dengan Judul”

Asuhan keperawatan pada lansia dengan kebutuhan Dasar Mobilitas Melalui Terapi

Senam Lansia Di posyandu Sion Wilayah Kerja Puskesmas Un , telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Langgur, 11 April 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Maritje F. Papilaya,S.Kep.,M.Kes Dr. Agnes Batmomolin.,S.Kep.,M.Kes


NIP. 19710605199503 2 001 NIP. 1970091319503 2 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Usulan Penelitian oleh Eda P Dahoklory,NIM PO 7120219012, Dengan Judul


“Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Kebutuhan Dasar Mobilitas Melalui
Terapi Senam Lansia Di Posyandu Sion Wilayah Kerja Puskesmas Un”, telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 11 Aprli 2022.

Dewan Penguji

Penguji Ketua

Ns. Ivonne A.V,Gasper, S.Kep.,M.Kep


NIP. 19691214199303 2 001

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. Maritje F. Papilaya,S.Kep.,M.Kes Dr.Agnes Batmomolin,S.Kep.,Ns.M.Kes


NIP. 19710605199503 2 001 NIP. 19700913199503 2 001

Mengetahui
Ketua Program Studi

Ns. Lucky H. Noya, S.Kep.,M.Kep


NIP. 19690618 199603 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitan

Dengan Judul “Asuhan keperawatan pada lansia dengan kebutuhan mobilitas

melalui terapisenam Lansia Di Posyandu Sion wilayah Kerja Puskesmas Un”

Usulan Penelitian ini, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Ujian Akhir Program (UAP) pada pendidikan Program Studi Keperawatan Tual

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Usulan Penelitian ini karena adanya

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara material maupun moril

untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan banyak terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada yang terhormat:

1. Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

2. Ns. Lucky H. Noya,S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual

3. Dr. Betty Zoebaidah selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tual.

4. Dina L. M. Oraplean selaku Kepala Puskesmas Un.

5. Jonathan Kelabora, S.SiT.,M.Kes, selaku kepala Majelis Jemaat GPM Sion

6. Erwin Safitri Rahanar, A.Md.Keb, selaku Kepala Program Lansia

7. Ns. Maritje F. Papilaya,S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing utama sekaligus

pembimbing ketiga

v
8. Dr. Agnes Batmomolin,S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing pendamping

sekaligus penguji kedua

9. Ns. Ivonne A.V. Gasper,S.Kep.,M.Kep selaku ketua penguji

10. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Program Studi Keperawatan Tual

11. Keluarga tercinta, Bapak, mama, kaka david, kaka nona, kaka nita, adik tesy,

adik tasya dan adik putra yang tak henti – hentinya mendoakan keberhasilan

penulis

12. Sahabat – sahabat tersayang , Vaskuler 19

13. Kekasih Yohanis Jewahan yang selalu memberikan support kepada penulis,

yang selalu membantu, setia menemani penulis dalam Menyusun proposal.

14. Keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi dan doa kepada

penulis sehingga penulis mampu melewati semua rintangan selama proses

pendidikan di Program Studi Keperawatan Tual.

15. Semua pihak yang telah memberikan kotribusi dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sungguh bahwa dalam Usulan Penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima

masukan berupa saran maupun kritik dari Bapak/Ibu/Sdr/i demi kelengkapan

dan kesempurnaan Usulan Penelitian ini.

Semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang

membutuhkan. Amin.

Langgur, 11 April 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan…………………………………………………….……i

Halaman Sampul Dalam ………………………………………………………...ii

Lembar Persetujuan ……………………………………………………………..iii

Pernyataan Keaslian Penulisan ………………………………………………..iv

Lembaran Persetujuan ………………………………………………………….v

Lembar Pengesahan…………………………………………………………….vi

Kata Pengantar ………………………………………………………………….vii

Daftar Isi ………………………………………………………………………… ix

Daftar Lampiran………………………………………………………………….xii

Daftar Tabel………………………………………………………………………xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………..…..1

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………..4

1.3. Tujuan Penelitan …………………………………………………….…4

1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………….…… 4

vii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia

2.1.1. Pengkajian Keperawatan……….…………………………6

2.1.2. Diagnosa Keperawatan………………………………….14

2.1.5. Intervensi Keperawatan …………………………………15

2.1.6. Implementasi Keperawatan …………………………….19

2.1.7. Evaluasi Keperawatan……………………………….......20

2.2. Konsep Senam Lansia

2.2.1. Pengertian Lansia………………………………………….21

2.2.2. Pengertian Manula…………………………………………23

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan………..…24

2.2.4. Batasan Lanjut Usia………………………………………...24

2.2.5. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia………………24

2.3. Konsep Dasar Mobilitas

2.3.1. Pengertian Mobilitas …. ……………………………………25

2.3.2. Tujuan Mobilitas …..……………………………………..…27

2.3.3. Hal – Hal Yang Harus Dikaji……………………………….28

2.3.4. Faktor Yang Mempengaruhi……………………………….33

viii
2.3.5. Efek Imobilitas…………………………………………….34

2.4. Konsep Senam Lansia

2.4.1. Manfaat Senam ………….……………………………….34

2.4.2. Gerakan Senam Lansia……….…………………………37

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus …………………………………………38

3.2. Subjek Studi Kasus ………………………………………………51

3.3. Fokus Studi Kasus ……………………………………………….51

3.4. Definisi Operasional ……………………………………………..52

3.5. Instrumen Studi Kasus…………………………………………...52

3.6. Tempa Dan Waktu ………………………………………………53

3.7. Metode Pengumpulan Data……………………………………..53

3.8. Analisa Dan Penyajian Data ……………………………………54

3.9. Penyajian Data …………………………………………………..54

3.10. Etika Studi Kasus ………………………………………………55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Format pengkajian pasien lansia

Lampiran 2 : Jadwal Penelitian

Lampiran 3 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 : Informed Concent

Lampiran 5 : Langkah – Langkah senam lansia

Lampiran 6 : Daftar Konsul

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berlangsungnya proses penuaan menimbulkan berbagai macam

perubahan tubuh. Tubuh akan mengalami perubahan – perubahan pada

struktur dan fisiologi dari berbagai sel, jaringan, ataupun system. Organ

tubuh pun mulai mengalami kemunduran, baik fisik maupun mental.

Sehingga perubahan – perubahan organ pada lansia menuntut dirinya untuk

menyesuaikan diri secara terus menerus. (Maryam N, 2010).

Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada lansia dikarenakan

menurunnya fungsi tubuh dan terganggunya psikologis pada lansia. Masalah

yang sering terjadi pada lansia diantaranya mudah jatuh, mudah lelah, dan

sesak nafas saat beraktivitas fisik serta nyeri pada persendian \

yang dapat mengakibatkan lansia menjadi susah bergerak. (Z. N. Helmi,

2014).

Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia terkait kebutuhan

keselamatan dan keamanan yang melibatkan keselamatan fisik dan

psikologis, yaitu kemampuan individu untuk bergerak secara ebas,mudah,

dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna

menjaga kesehatannya. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat

melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier, 2010).

penyakit yang sering mengganggu kesehatan dan mengakibatkan gangguan

mobilisasi pada kelompok lansia seperti kelainan metabolic, kekakuan

pada sendi, kelemahan pada otot, dan nyeri sendi atau gout (asam urat)

1
2

Sedangkan data yang di ambil dari Posyandu Sion jumlah lansia pada tahun

2020 berjumlah 108 orang, lansia yang mandiri tanpa menggunakan alat

bantu sebanyak 93, menggunakan alat bantu 14 dan yang tidak bisa

berjalan sama sekali berjumlah 1 orang, lansia dengan usia 60 – 69 tahun

berjumlah 63 orang, laki – laki 21, perempuan 42 dan usia >70 tahun

berjumlah 45, laki – laki 22, perempuan 23 orang. Tahun 2021 jumlah lansia

sebanyak 102 orang, lansia yang mandiri 93, menggunakan alat bantu 8

orang dan yang tidak bisa berjalan sama sekali 1, lansia dengan usia 60 –

69 tahun berjumlah 64 orang, laki – laki 25, perempuan 39 dan usia >70

tahun berjumlah 30 orang, laki – laki 18, perempuan 20 orang. Tahun 2022

mengalami penurunan Jumlah Lansia Sebanyak 80 orang, lansia yang

mandiri dalam melakukan aktivitas sehari – hari sebanyak 80, menggunakan

alat bantu tidak ada, dan yang tidak bisa berjalan sama sekali tidak ada,

lansia dengan usia 60 – 69 tahun berjumlah 70 orang, laki – laki 31,

perempuan 39 dan lansia dengan usia >70 tahun berjumlah 10 orang, laki -

laki 3, perempuan 7 orang. Senam lansia pada Posyandu Sion dijadwalkan

pada setiap bulan 2 kali yang dilaksanakan pada hari rabu dan jumaat.

(Rekamedik Pkm Un)

Dengan tingginya prevelensi lansia yang mandiri (dapat melakukan

aktivitas tanpa bantuan) maka salah satu tindakan yang dapat dilakukan

untuk mempertahankan mobilitas lansia adalah senam lansia, dimana

senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan, dan tidak

memberatka n yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang

agar tetap kuat. Jadi dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya
3

adalah pasien lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur

lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar.

Sehingga dari berbagai uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada

Lansia Dengan Kebutuhan Dasar Mobilitas Melalui Terapi Senam Lansia Di

Posyandu Sion”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di buat rumusan masalah

sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan

kebutuhan Dasar Mobilitas Melalui Terapi Senam Lansia Di Posyandu Sion?

1.3 . Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

pada lansia dengan kebutuhan dasar mobilitas melalui terapi senam lansia di

posyandu sion

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Institusi

Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi

Pendidikan program studi keperawatan tual tentang asuhan

keperawatan pada lansia dengan kebutuhan dasar mobilitas melalui

terapi senam lansia

1.4.2. Bagi Lansia

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi lansia

tentang pentingnya kebutuhan dasar mobilitas dalam terapi senam

lansia
4

1.4.3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam

melakukan asuhan keperawatan lansia dengan kebutuhan dasar

mobilitas dalam terapi senam lansia


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia

Asuhan keperawatan pada lansia dimaksudkan untuk memberikan

bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada

lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan

keluarga, panti werda maupun puskesmas, dan di rumah sakit yang

diberikan oleh perawat. Pendkatan yang digunakan adalah proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnose

keperawatan, merencanakan Tindakan keperawatan, melaksanakan

Tindakan keperawatan, dan melakukan penilaian atau evaluasi

(S,K,ddk,2016).

2.1.1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan

mengidentifikasi factor – factor ( baik positif dan negative ) pada

usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok, yang

bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut,

serta untuk mengembangkan strategi promosi Kesehatan

(Azizah,2012).

Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan proses kompleks

dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lansia

melalui pengkajian untuk menjamin pendekatan lansia spesifik,

antara lain:

5
6

1. Pengkajian data

a. Identitas klien

Format pengkajian identitas pada lansia yang meliputi :

nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat,

suku, agama, pekerjaan/penghasilan, dan Pendidikan

terakhir.

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan merupakan data Riwayat atau

masalah Kesehatan yang di derita lansia pada saat ini

dan masa lalu.

2. Pengkajian fisik

a. Pengkajian kebutuhan dasar

b. Kemandirian dalan melakukan aktivitas

Table kemandirian pada aktivitas sehari – hari

Skor Kemandirian Nilai

A Kemandirian dalam hal makan,

BAK / BAB, berpindah ke kamar

kecil, mandi dan berpakaian

B Kemandirian dalam semua hal

kecuali satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua hal

kecuali, mandi dan satu fungsi

tambahan

D Kemandirian dalam semua hal

kecuali mandi, berpakaian, ke


7

kamar kecil, dan satu fungsi

tambahan

E Kemandirian dalam semua hal,

kecuali mandi, berpakaian, ke

kamar kecil

F Kemandirian dalam semua hal,

kecuali mandi, berpakian, dan satu

fungsi tambahan

G Ketergantungan pada keenam

fungsi tersebut

Lain – Ketergantungan pada sedikitnya

lain dua fungsi, tetapi tidak dapat

diklasifikasikan sebagai C,D,E atau

Keterangan :

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau

bantuan pribadi aktif. Pengkajian ini didasarkan pada

kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya

jika klien menolak untuk melakukan sesuatu fungsi,

dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun

sebenarnya ia mampu.

Cara penilaian :
8

Memberikan tanda (√) pada kolom nilai sesuai dengan skor

kemandirian lansia

c. Pengkajian Keseimbangan

Table 2.3 posisi dan keseimbangan lansia

No Tes koordinasi Keterangan Nilai

Berdiri dengan postur normal

Berdiri dengan postur normal

menutup mata

3 Berdiri dengan kaki rapat

4 Berdiri dengan satu kaki

5 Berdiri fleksi trunk dan berdiri ke

posis netral

6 Berdiri lateral dan fleksi trunk

7 Berjalan tempatkan tumit salah

satu kaki di depan jari kaki lainnya

8 Berjalan sepanjang garis lurus

9 Berjalan mengikuti tanda gambar

pada lantai

10Berjalan menyamping
9

11Berjalan mundur

12Berjalan mengikuti lingkaran

13Berjalan pada tumit

14Berjalan dengan ujung kaki

Juml

ah

Keterangan :

3 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan

2 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

1 : tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai : 42 – 54 : mampu melakukan aktivitas

28 – 41 : mampu melakukan sedikit bantuan

14 – 27 : mampu melakukan bantuan maksimal

14 : tidak mampu melakukan

d. Pengkajian head to toe

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, baik secara

inspeksi,palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik

dilakukan secara head to toe ( kepala ke kaki) dan review of

system ( system tubuh)


10

1. Keadaan umum

a. Tingkat kesadaran :

b. GCS :

c. TTV :

d. BB & TB :

e. Bagaiman postur tulang belakang : (a) tegap (b)

membungkuk (c) kifosis (d) scoliosis (e) lordosis

2. Penilaian tingkat kesadaran (kualitatif)

a. Composmentis (kesadaran penuh)

b. Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan di sekitarnya)

c. Somnolen (kesadaran lebih rendah, yang di tandai

klien tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak

responsiveee terhadap rangsangan ringan tetapi

masih responsive terhadap rangsangan kuat).

d. Sopor (tidak memberikan respon ringan maupun

sedang, tetapi masi sedkit respons terhadap

rangsangan yang kuat, refleks pupil terhadap cahaya

masih positif).

e. Koma (tidak ada reaksi terhadap stimulus apa pun,

refleks pupil terhadap cahaya tidak ada).

f. Delirium (tingkat kesadaran paling rendah, disorientasi,

kacau, dan salah persepsi terhadap rangsangan).

3. Head To Toe

a. Kepala
11

Inspeksi : kulit kepala, warna, bekas lesi, bekas trauma,

area terpajan sinar matahari, hipopigmentasi, hygine,

sianosis, eritema, rambut ; warna, bentuk rambut, kulit

kepala, botak, simetris pada pria, rambut kering atau

lembab, rapuh, mudah rontok.

Palpasi : kulit kepala, suhu dan tekstur kulit, ukuran lesi,

benjolan atau tidak, nyeri tekan atau tidak.

b. Mata

Inspeksi : kesimetrisan, warna retina, kepekaan terhadap

cahaya atau respon cahaya, anemis atau tidak pada

konjungtiva, skelra icterus atau tidak. Ditemukan

strabismus, Riwayat katarak, atau tidak, penggunaan alat

bantu penglihatan atau tidak.

c. Hidung

Inspeksi : kesimetrisan, kebersihan, polip, terdapst

perdarahan atau tidak, olfaktorius.

Palpasi ; sinus frontal dan maksilaris terhadap nyeri

tekan

d. Mulut

Inspeksi : kesimterisan bibir, warna, tekstur lesi dan

kelembapan serta karakteristik permukaan pada mukosa

mulut dan lidah. Jumlah gigi, gigi yang keries dan


12

penggunaan gigi palsu,. Peradangan stomatitis atau

tidak, kesulitan mengunyah dan menelan

Palpasi : lidah dan dasar mulut terhadap nyeri tekan dan

adnya massa. Tes uji fungsi saraf dan glosofaringeal

dengan memberikan perasa manis, asam, asin,

e. Telinga

Inspeksi : permukaan bagian luar daerah tragus dalam

keadaan normal atau tidak. Kaji struktur telinga dengan

otoskop untuk mengetahui adanya serumen, otorrhea,

obyek asing dan lesi..

Tes uji pendengaran atau fungsi auditori dengan

melakukan skrining pendengaran dilakukan secara

kualitatif dengan menggunakan garpu tala dan kuantitatif

dengan menggunakan audiometer. Tes suara detik jam,

tes weber. Tes rine dengan media garpu tala

f. Leher

Inspeksi : pembesaran kelenjr thyroid, Gerakan –

Gerakan halus pada respon percakapan, secara

bilateralkontraksi otot seimbang, garis tengah tracea

pada area suprasternal, pembesaran kelenjar tiroid

terhadap masa simetris tak tampak pada saat menelan.

Palpasi : arteri temporalis iramanya teratur, amplitude

agak berkurang, lunak, lentur dan tidak nyeri tekan. Area

trachea adanya massa pada tiroid.

g. Dada thorax
13

a. Paru

Inspeksi : bentuk dada normal chest/barrel chest/pigeon

chest. Tampak adanya retraksi, irama dan frekuensi

pernapasan pada usia lanjut normal 12 – 20 permenit.

Ekspansi bilateral dada secara simetris, durasi inspirasi

lebih Panjang dari ekspirasi. Tidak ditemukan takipnea,

dyspnea.

Palpasi : adanya tonjolan – tonjolan abnormal, taktil

fremitus (keseimbangan lapang paru), ada nyeri tekan

atau tidak, krepitasi karena defisiensi kalsium.

Perkusi : sonor atau tidak

Auskultasi : vesikuler atau ada suara tambahan

wheezing dan ronchi.

b. Jantung

IC tidak tampak, IC teraba di ICS V midklavikula sinistra,

pekak, suara jantung tungga.

Inspeksi : ictus Cardis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V midklavikula

sinistra

Perkusi : terdengar pekak

Auskultasi : area katup aorta, katup pulmonal, area

pulmonal kedua, area trikuspidalis, untuk mengetahui

keadaan abnormal pada jantung dan organ sekitar

jantung, kaji bunyi S1.S2,S3, dan S4 murmur dan gallop.

h. Abdomen
14

Inspeksi : bentuk distensi, flat, simetris.

Auskultasi : bising usus dengan frekuensi normal 20 kali

permenit pada kuadran 8 periksa karakternya, desiran,

pada daerah epigatrik.

Palpasi : adanya benjolan, permukaan abdomen,

pembesaran hepar, dan limfa dan kaji adanya nyeri

tekan.

Perkusi : adanya udara dalam abdomen, kembung.

i. Genetalia

Inspeksi : pada pria ; kesimetrisan ukuran skrotum,

kebersihan, kaji adanya hemaroid pada anus. Pada

Wanita ; kebersihan, karakter mons pubis dan libia

mayora serta kesimetrisan libia mayora, klitoris ukuran

bervariasi.

Palpasi : pada pria ; batang lunak, adan yeri tekan, tanpa

nodulus atau dengan nodulus, skrotum dan testis

mengenaI ukuran, letak dan warna. Pada Wanita ;

bagian dalam labia mayora dan minora, kaji warna,

kontur kering dan kelebapannya.

j. Ekstermitas

Inspeksi ; warna kuku, ibu jari dan jari – jari tangan,

penurunan transparasi, beberapa distorsi dari datar

normal atau permukaan agak melengkung pada inspeksi

bentuk kuku, permukaan tebal dan rapuh . penggunaan


15

alat bantu,deformitas, tremor, edema kaki, kaji kekuatan

otot.

Palpasi : turgor kulit hangat, dingin. Kaji reflek pada

daerag brachioradialis, trisep, patella, plantar dan kaji

reflek patologis.

k. Integument

Inspeksi : kebersihan, warna kulit,kesimtrisan, kontur

tekstur dan lesi

Palpasi : CRT < 2 detik

4. Pengkajian status kognitif / afektif

Pengkajian status kognitf/afektif merupakan pemeriksaan

status mental sehingga dapat memberikan gambaran

perilaku dan kemapuan mental dan fungsi intelektual.

Pengkajian status mental bisa digunakan untuk klien

yang beresiko delirium.

5. Pengkajian aspek spiritual

Spiritualitas merupakan sesuatu yang multidimensi, yaitu

dimensi eksistensi dan dimensi agama. Dimensi

ekstensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,

sedangkan agama lebih berfokus pada hubungan

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

Pengkajian spiritual meliputi :

a. Pengkajian data subjektif, yang mencakup

konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan


16

harapan, praktik agama dan ritual, dan hubungan

antara keyakinan spiritual dan kondisi Kesehatan.

b. Pengkajian data objektif, pengkajian ini

mencakup efek dan sikap, perilaku, verbalisasi,

hubungan interpersonal, dan lingkungan.

6. Pengkajian fungsi social

Pengkajian aspek fungsi social dapat dilakukan dengan

menggunakan alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi

social lanjut usia, yaitu APGAR keluarga (Adaptation,

Partnership, Growth, Affection, Resolve)

2.1.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau

proses pehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual

maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk

mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, komunitas,

terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016).

Adapun diagnosa yang mungkin muncul yaitu :

1.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054).

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri persendian

(D.0055).

2.1.3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan

penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk


17

meningkatkan hasil pada pasien.Intervensi secara umum kaji

keadaan umum pasien meliputi , aktivitas fisik/pergerakan,

observasi tanda-tanda vital dan ekspresi non verbal pasien. berikut

adalah tujuan dan intervensi keperawatan dengan gangguan

mobilitas fisik:

Diagnose keperawatan Luaran Intervensi

(SLKI) (SIKI)

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Observasi

berhubungan dengan keperawatan selama 3x 1. Identifikasi adanya

nyeri (D.0054) kunjungan maka mobilitas fisik nyeri atau keluhan

meningkat dengan fisik lainnya

Kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi

1. Pergerakan ekstermitas fisik melakukan

meningkat pergerakan

2. Kekuatan otot 3. Monitor kondisi

meningkat umum selama

3. Nyeri menurun melakukan mobilisasi

4. Kaku sendi menurun Terapeutik

5. Gerak terbatas menurun 4. Fasilitas aktivitas

6. Kelemahan fisik mobilisasi dengan

menurun. alat bantu ( misalnya

dengan tongkat )

5. Fasilitasi melakukan

pergerakan (jika
18

perlu)

Edukasi

6. Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

7. Anjurkan melakukan

mobilisasi dini

8. Informasikan kepada

keluarga untuk selalu

memberi dukungan

kepada klien.

9. Berikan terapi

komplementer

 Kompres

hangat pada

sendi yang

kaku.

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor dan catatat

berhubungan dengan keperawatan selama 3x kebutuhan tidur klien

nyeri persendian kunjungan diharapkan jumlah setiap hari dan jam.

(D.0055). jam tidur klien dalam batas 2. Menentukan efek – efek

normal dengan kriteria hasil : pengobatan terhadap

1. Jumlah batas tidur ola tidur

dalam batas normal 6 – 3. Jelaskan pentingnya

8 jam/hari. tidur yang adekuat

2. Pola tidur dan kualitas 4. Fasilitasi untuk


19

tidur dalam batas mempertahankan

normal aktivitas sebelum tidur

3. Perasaan segar setelah (misalnya membaca).

tidur dan istirahat. 5. Ciptakan lingkungan

4. Mampu mengidentifikasi yang nyaman.

hal – hal yang 6. Diskusikan dengan klien

meningkatkan tidur. tentang Teknik tidur

klien.

2.1.4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan.implementasi terdiri atas

melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan

keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi

(atau program keperawatan).

Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan

untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian

mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan

dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier,& Snyder, 2010).

2.1.5. Evaluasi

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan

yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan

harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu,


20

evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah

mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat

segera memodifikasi intervensi (Kozier et al., 2010).

2.2. Konsep Lansia

2.2.1. Pengertian Lansia

Menurut world health organization (WHO), usia lanjut adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 ke atas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari

fase kehidupannya. Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh

kembang. Manusia tidak secara tiba – tiba menjadi tua. Hal ini

normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini

lansia akan mengalami kemunduran fisik secara bertahap

( Aziza,2016).

2.2.2. Pengertian Menua

Menurut Nugroho dan Ratnawati (2017), menua adalah prosesyang

terus menerus berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir, dan umum

dialami pada semua makluk hidup. Dapat disimpulkan bahwa menua

adalah suatu proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah

serta merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan

perkembangan dimana terjadinya penurunan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri.

2.2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penuaan


21

Menurut Bandiyah (2016) di kutip Ratnawati (2018) penuaan dapat

terjadi secara fisiologi dan patologis. Penuaan yang dialami oleh

manusia terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor – faktor yang

mempengaruhi proses tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Hereditas atau genetic

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang

dikaitkan dengan peran DNA dalam mekanisme pengendalian

fungsi sel secara genetic, sel perempuan di tentukan oleh satu

kromoson X. kromoson X ini ternyata membawa unsur kehidupan

sehingga perempuan berumur lebih Panjang dari pada laki – laki.

2. Nutrisi atau makanan

Nutrisi atau makanan kondisi kurang atau berlebihan nutrisi dari

kebutuhan tubuh mengganggu reaksi kelembaban.

3. Status Kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses

penuaan sebenarnya tidak benar – benar disebabkan oleh

proses menu aitu sendiri. Penyakit tersebut lebih disebabkan

oleh faktor luar yang merugikan, berlangsung tetap dan

berkepanjangan.

4. Pengalaman hidup

a. Paparan sinar matahari : kulit yang tidak terlindung dari sinar

matahari akan mudah ternoda oleh fkek, kerutan dan menjadi

kusam.
22

b. Kurang olaraga : kegiatan olaraga fisik dapat membantu

pembentukan otot dan menyebabkan lancarnya sirkulasi

darah.

c. Mengkonsumsi alcohol : alcohol dapat memperbesar

pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan

peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.

5. Lingkungan

Proses penuaan secara biologis berlangsung secara alamiah dan

tidak dapat dihindari, namun dengan lingkungan yang

mendukung secara positif, status sehat tetap dapat dipertahakan

dalam usia lanjut.

6. Stress

Tekanan hidup sehari – hari dalam lingkungan rumah,

pekerjaan, maupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk

gaya hidup akan berpengaruh dalam proses penuaan.

2.2.4. Batasan – Batasan Lanjut Usia

Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan

Batasan.

1. Menurut WHO

Menurut Badan Kesehatan Dunia ( World Health Organization )

yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi kedalam tiga kategori

yaitu:

a. Usia pertengahan : 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut : 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua : 75 – 90 tahun


23

d. Usia sangat tua : > 90 tahun

2.2.5. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

1. Perubahan fisik

a. System keseluruhan

Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to

lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.

b. System Intagumen

Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan

berkeriput karena menurunnya cairan, hilangnya jaringan

adiposa, kulit pucat, dan terdapat bitnik – bitnik hitam akibat

menurunnya aliran darah ke kulit, penurunannya sel – sel yang

memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal

serta rapuh. Pada Wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut

wajah meningkat, rambut menipis, warna rambut kelabu, serta

kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit

sebagai proteksi sudah menurun

c. System Muscular

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,

pengecilan otot akibat penurunan serabut otot, namun pada

otot polos tidak begitu terpengaruh.

d. System Pernapasan

Otot – otot pernapasan kehilangan kekakuan dan menjadi

kaku, menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas

paru, alveoli ukurannya melebar dari biiasanya, jumlah alveoli

berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 kg mmHg. CO2


24

pada arteri tidak terganti, berkurangnya maximal oksigen

uptake dan berkurangnya reflex batuk.

e. System gastrointestinal

Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis, dari

selaput lendir, atropi indera pengecap (80%), hilangnya

sensitivitad dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang

rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung, rasa lapar menurub

(sensitivitas lapar menurub). Asam lambung menurun, waktu

mengosongkan menurun. Peristaltic lemah dan biasanya

timbul konstipasi. Fungsi absorbsi (daya absorbsi terganggu).

Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.

f. System Penglihatan

Perubahan system penglihatan pada lansia erat kaitannya

dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot

penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya

akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, menurunnya

lapang pandang (berkurang lias pandang, berkurangnya

sensitivitas terhaadap warna: menurunnya kemampuan

membedakan warna hijau atau biru pada skala dan dept

perpection).

g. System Pendengaran

Persbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena

hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi,


25

suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata – kata 50% terjadi

pada usia dia atas 60 tahun.

h. System Persyarafan

Berkurangnya berat otak sekitar 10 – 20%, berkurangnya sel

kortikal, reaksi menjadi lambat, berkurangnya sensitive

terhadap sentuhan, berkurangnya aktivitas sel T,

bertambahnya waktu jawaban motoric, hantaran neuron

motoric melemah, dan kemunduran fungsi saraf otonom.

i. System Endokrin

Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi parathyroid

dan sekresi tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH,

dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal

metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosterone,

menurunnya sekresi hormone gonand (progesterone,

estrogen, dan aldosterone) bertambahnya tridotironin, dan

psikomotor menjadi lambat.

j. System Reproduksi

Selaput lender vagina menurun atau kering, menciutnya

ovarium dan uterus, atrofi payudara, testis masih dapat

memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara

berangsung – angsur dan mendorong seks menetap sampai

diatas umur 70 tahun asalkan kondisi Kesehatan baik,

penghentian produksi ovum pada saat menopause.


26

2. Perubahan Kognitif

Menurut E.R (2017) faktor – faktor yang mempengaruhi

perubahan kognitif antara lain:

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat Pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Pada lansia seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan

berbicara, dan kemampuan motoric terpengaruh lansia akan

kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan

sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia.

2.2.6. Perubahan yang terjadi pada lansia jika melakukan senam lansia

secara rutin.

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur

2. Mengontrol kadar gula darah, sehingga bisa terhindar dari

diabetes

3. Membangun kekuatan otot dan tulang, sehingga bisa mencegah

osteoporosis

4. meningkatkan kelenturan tubuh

5. Menjaga keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh.

6. Meningkatkan energi

7. Mengurangi ketegangan dan kecemasan

8. Meningkatkan kemampuan kognitif

9. Mencegah depresi
27

10. Meningkatkan hubungan social

2.2.6. Masalah keperawatan pada lansia

1) Menurunnya daya penglihatan pada mata sehingga sulit

memfokuskan bayangan dan melihat pada pencahayaan yang

redup.

2) Menurunnya daya pendengaran sehingga tidak dapat

menangkap pembicaraan secara utuh.

3) Menurunnya kemampuan indra penciuman sehingga tidak dapat

merasakan aroma atau bau

4) Terjadi pengapuran pada tulang belakang sehingga Gerakan

menjadi kaku, mudah nyeri dan penurunan tinggi badan

5) Kulit menjadi keriput, dan mudah terkeluppas karena mengalami

penepisan pada lapisan bawah kulit.

6) Otot dinding kandung kemih mengalami pengenduran sehingga

sulit untuk menahan buang air kecil atau sebaliknya sulit untuk

mengeluarkan air seni.

2.3. Konsep Kebutuhan Dasar

2.3.1. Kebutuhan dasar manusia

Setiap orang memiliki gaya hidup juga kebutuhan yang sama agar

bisa hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia sejalan dengan

pendapat Maslow dalam Potter dan Perry 2015, yang menyatakan

bahwa kebutuhan lansia meliputi:

1. Kebutuhan fisiologis
28

Memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk

bertahan hidup.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

Adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman

seperti kebutuhan akan jaminan masa tua.

3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki

Adalah kebutuhan dimana secara umum membutuhkan

perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga dan masyarakat

sekitar

4. Kebutuhan harga diri

Adalah kebutuhan akan harga diri untuk di akui keberadaannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Merupakan kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki Maslow,

menurut teori pada saat manusia sudah memenuhi seluruh

kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah, hal tersebut melalui

aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka yang paling maksimal.

Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak

diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi

berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya.

Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, sistem pernapasan

berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Di

samping ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas dari sistem

persyarafan dan musculoskeletal yang adekuat. Mobilitas

merupakan rangkakian aktivitas yang terintegrasi antara sistem


29

musculoskeletal dan sistem persarafan di dalam tubuh ( Mubarak

dan Chayatin,2017).

2.3.2. Pengertian mobilitas

Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan

hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya

(Hidayat,2006). Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan

sesorang untuk bergerak dengan bebas, dan imbolisasi berada

pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilitas parsial

diantaranya, beberapa klien mengalami kemunduran dan

selanjutnya berada antara rentang mobilisasi, tetapi pada kllien

lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sapai

jangka waktu tidak terbatas (perry,2014).

Masalah mobilitas pada lansia dapat disebabkan akibat kelainan

metabolic dan endokrin pada tulang, kelemahan otot, kekuatan

pada sendi, dan nyeri sendi.

2.3.3. Jenis – Jenis mobilitas

1. Mobilitas sebagian

Merupakan keadaan dimana kemampuan sesorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi social dan menjalankan peran sehari – hari.

Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dan saraf motoric,

volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area

tubuh seseorang.
30

2. Mobillitas sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

Batasan yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas

di pengaruhi oleh gangguan saraf motoric dan sensorik pada

area tubuhnya.

Mobilitas sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu

a. Mobilitas sebagian temporer

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan

Batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh trauma reversible pada sistem muskulus

skeletal, dislokasi sendi, dan tulang.

b. Mobilitas sebagian parmanen

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan

Batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh

rusaknya saraf yang reversible, contohnya, terjadi

hemiplegia karena stroke, paraplegia karena cedera

tulang belakang dan khususnya untuk poliomyelitis karena

terganggunya sistem saraf motoris dan sensori.

3. Tujuan mobilitas

Menurut (Fitriyahsari, 2017) tujuan dari mobilitas adalah:

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mempertahankan fungsi tubuh

3. Memperlancar peredaran darah

4. Mempetahankan tingkat Kesehatan

5. Memperlancar eleminasi alvi dan urine


31

6. Mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari

4. Hal – hal yang harus dikaji

1. Rentang gerak

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum Gerakan

yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu tiga

potongan tubuh: sagittal, frontal, dan transversal. Dalam

mobilisasi terdapat tiga rentang gerak, yaitu rentang gerak

pasif, rentang gerak aktif, dan rentang gerak fungsional.

Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot

– otot dan persendian dengan menggerakan otot orang lain

secara pasif misalnya perawat mengangangkat dan

menggerakan kaki pasien. Rentang gerak aktif berguna

untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan otot – ototnya secara aktif

misalnya pasien menggerakan kakinya.

2. Gaya berjalan

Istilahnya gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan

cara utama atau gaya Ketika berjalan dengan mengkaji

gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat

kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan

kemampuan berjalan tanpa bantuan.

3. Latihan dan toleransi aktivitas


32

Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh,

meningkatkan Kesehatan dan mempertahankan Kesehatan

jasmani. Sedangkan toleransi aktivitas adalah jenis dan

jumlah Latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang.

Pengkajian toleransi aktivitas di perlukan jika ada

perencanaan aktivitas seperti berjalan, Latihan tentang

gerak, atau aktivitas sehari – hari.

4. Kesejajaran tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien

yang berdiri, duduk, atau berbaring, yang bertujuan untuk

menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran

tubuh akibat pertumbuhan perkembangan pada masing –

masing individu dan mengidentifikasikan deviasi

kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh postur tubuh yang

tidak benar.

5. Berdiri

Hal – hal yang harus dikaji berfokus pada kesejajaran tubuh

klien saat berdiri antara lain:

a. Kepala tegak dan midine

b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus

dan sejajar

c. Ketika dilihat dari arah posterior arah tulang belakang

lurus

d. Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis

tulang belakan di garis dalam pola S terbalik


33

e. Ketika di lihat dari arah lateral,perut berlipat ke bagian

dalam dengan nyaman dan lutut dengan pergelangan

kaki agak melengkung

f. Lengang klien nyaman di samping

g. Kaki ditempatkan sedikit berjahuan untuk mendapatkan

dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan

h. Ketika klien dilihat dari arah anterior,pusat gravitasi

berada ditengah tubuh, dan garis gravitasi mulai dari

tengah kepalah bagian depan sampai titik tengah antara

kedua kaki.

6. Duduk

Penting untuk mengkaji kesejajaran saat duduk jika klien

memiliki kelemahan otot, paralisis otot,atau kerusakan saraf

. klien yang memiliki masalah ini akan mengalami

penurunan sensasi pada area yang sakit dan tidak mampu

mempersiapkan tekanan atau berkurangnya sirkulasi.

Kesejajaran tubuh yang tepat saat duduk menurunkan

resiko kerusakan sistem muskoloskletal pada klien tersebut.

7. Berbaring

Pada orang sadar mempunyai control otot volume da

persepsi tekanan yang normal. Pengkajian kesejajaran

tubuh pada klien yang diimobilisasi atau berbaring dalam

posisi lateral atau miring. Pindahkan semua alat , posisi,

dan tempat tidur kecuali bantal yang dibawah kepala, dan di

dukung dengan yang adekuat.


34

5. Factor yang mempengaruhi

a. Pengaruh otot

Akibat pemecahan protein,klien mengalami kehilangan masa

tubuh, yang membentuk Sebagian massa otot. Oleh karena itu,

penurunan masa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas

tanpa peningkatan kelelahan. Perubahan mobilisasi dan

Gerakan mengakibatkan kerusakan muskulus skeletal yang

besar, yang perubahan patofisiologi utamanya adalah atrofi.

b. Pengaruh skeletal

Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap sekelet:

gangguan metabolisme kalsium dan kelainan sendi. Karena

imobilisasi berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan

tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis.

c. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada

perilaku atau kebiasaan sehari – hari.

d. Proses penyakit / cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Contohnya

orang yang fraktur femur akan mengalami keterbatasan

pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

e. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga di pengaruhi

kebudayaan. Misalnya orang yang memiliki budaya sering


35

berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat.

Contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh

memiliki kemampuan mobilitas yang kuat.

f. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar

seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan

energi yang cukup.

g. Usia dan status perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas padda tingkat usia

yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau

kematangan fungsi alat gerak dengan perkembangan usia.

6. Imobilitas

Imbolitias atau gangguan mobilitas merupakan keadaan dimana

seseorang tidak dapat bergerka bebas karena kondisi yang

mengganggu pergerakan (aktivitas) (Winduri,2016). Imobilitas dapat

mempengaruhi tampilan fisik seseorang dan kondisi psikososialnya.

Akibatnya mencakup ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

dalam kehidupan sehari – hari (Bennita,2016).

Efek imobilitas

Integumentary Kerusakan kulit, fomasi decubitus

Musculoskeletal Atriofi otot ; kelemahan dan kontaktur

- Kelemahan

- Kontraktur

- Mobilitas sendi menurun

- Jatuh
36

- Tulang kekurangan mineral

Saraf Deprivasi sensori

Endokrin Gangguan fungsi hormone

Metabolisme berkurang

Intoleransi aktivitas

Kardiovaskuler Beban kerja jantung bertamabah thrombin

Emboli

- Stoke

- Serangan jantung

- Penghentian pernafasan

Hipotensi ortostatis

Pernafasan Pneumonia

Gangguan pergantian gas

Pencernaan Anoreksia

Konstipasi

Perkemihan Infeksi saluran perkemihan

Inkontenensia perkemihan (kandung

kemih membengkak)

Kalkulus renal (batu ginjal)

Psikososial Stress

Interupsi tidur

Depresi

Isolasi social

Gangguan image tubuh dan harga diri

Gangguan peran dan hubungan


37

Gangguan seksualitas

2.4. Konsep Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan

maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai

tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau

aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung

dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka

waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat

kepada tubuh. Senam berasal dari Bahasa yunani yaitu gymnastic

(gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang

yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar

keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau

(Suroto, 2016).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk

mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan

gerak,keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan

stamina. Dalam Latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot)

mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot

untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan

tugas) (Suroto, 2016).

2.4.1. Jenis – Jenis Senam Lansia


38

a. Senam kebugaran lansia

b. Senam otak

c. Senam osteoporosis

d. Senam hipertensi

e. Senam diabetes melitus

f. Olaraga rekreatif / jalan santai

2.4.2. Prinsip Senam lansia

a. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)

b. Bersifat progresif (bertahap meningkat

c. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan

d. Lama latihan berlangsung 15-60 menit

e. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5

kali.

2.4.3. Gerakan Senam Lansia

Sebelum mengawali senam sebaiknya tarik nafas selama 3

sampai 5 kali, setelah itu letakan kedua tangan di pinggang, lalu

buka kedua kaki sekitar 30cm kemudian senam dapat di mulai.

a. Gerakan Muka(fungsi nya untuk mengencangkan kulit muka

agar tidak kaku), yang terdiri dari dua gerakan :  Pertama

ucapkan a,i,u,e,o sebanyak 5 kali, Kedua ucapkan ha-ha, hi-

hi sebanyak 5 kali

c. Gerakan kepala( fungsinya untuk meregangkan otot-otot

kepala agar paredaran darah yang melewati kepala dapat

beredar secara lancar), Anggukkan kepala keatas-bawah


39

dalam hitungan 1 sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali,

setelah itu anggukkan kekiri-kanan dalam hitungan 1 sampai

8 dilakukan sebanyak 5 kali.

d. Gerakan Tangan

- Pertama gerakan jari tangan membuka dan menutup

hitungan dari 1 sampai 8 mulai dari dilakukan

sebanyak 5 kali,( gerakan ini fungsinya untuk

mengurangi kekakuan pada telapak tangan dan jari-jari

tangan

- Kedua gerakan tepuk tangan dengan salah satu jari

menekuk mulai dari hitungan  1 sampai 8 sebanyak 5

kali, gerakan ini fungsinya untuk mengurangi resiko

Diabetus Melitus(DM) atau sering di sebut penyakit

gula.

- Ketiga gerakan menyatukan kedua telapak tangan

dengan cara tepuk tangan dan posisi tangan sejajar

dengan dadamulai dari  hitungan 1 sampai 8 dilakukan

sebanyak 5 kali, gerakan ini fungsinya untuk

memperlancar kerja jantung dan mengurangi penyakit

jantung.

- Keempat dengan merentang kedua tangan ke samping

kanan dan kiri lalu memutar pergelangan tangan mulai

dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5 kali,gerakan ini


40

dilakukan untuk mengurangi beban kerja jantung dan

juga mengurangi kekakuan pada otot-otot dari pundak

sampai jari tangan.

- Kelima masih merentangkan kedua tangan ke samping

kanan dan kiri, dengan tangan

mengepal(menggenggam) lalu menggerakkan kepalan

(genggaman) naik turun mulai dari hitungan 1 sampai 8

dilakukan sebanyak 5 kali, gerakan ini fungsinya untuk

mengoptimalkan karja jantung dan juga mengurangi

kekakuan otot pada tangan dan pergelangan tangan.

e. Gerakan Kaki, dilakukan untuk mengurangi kejadian asam

urat dan memperlancar peredaran darah dari jantung

keseluruh tubuh.

- Dalam posisi berdiri dilakukan gerakan jinjit-jinjit secara

bergantian kaki kanan dan kiri mulai dari hitungan 1

sampai 8 sebanyak 5 kali

- Dalam posisi duduk dengan luruskan kaki dengan

mengayunkan telapak kaki mulai dari hitungan 1

sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali

2.3.1.Manfaat senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat

bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan.

Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia

pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang
41

melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran

jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan

persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness

dan neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan

meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat

di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk

hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa

sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.

Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia

merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,

pikiran tetap segar. Senam lansia disamping memiliki dampak positif

terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam

meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.

Senam lansia bisa dilakukan secara teratur minimal sehari dilakukan

dalam waktu 30 menit. Dalam sepekan, senam untuk lansia bisa

dipraktikkan 4-5 kali demi menunjang kesehatan. Sejumlah manfaat

senam lansia yang bisa didapatkan antara lain:

- Meningkatkan kekuatan

- Menjaga keseimbangan tubuh

- Menambah energi

- Mencegah dan menunda penyakit, seperti penyakit jantung,

diabetes,

- dan mencegah depresi

- Meningkatkan fuosteoporosis
42

- Meningkatkan mood ngsi kognitif atau cara kerja otak.

olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: peningkatkan

peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang

pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu

pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan

bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan

melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu

mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak,

memberikan kesegaran jasmani.

2.3.2. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses

dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan

penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2016).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan

menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima

pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.

Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain

detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu

tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang

dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau

kelelahan.Terdapat beberapa gerakan senam lansia yang

dikategorikan sebagai pemanasan, yaitu:

3. Peregangan otot lengan, bahu, dan pinggang. Caranya,

buka kaki selebar bahu, bersama-sama luruskan kedua


43

lengan ke muka telapak tangan kiri ibu jari bersilangan.

Pandangan lurus ke depan, kemudian tahan. Pada hitungan

kedelapan, tarik kedua tangan di depan dada dan telapak

tangan menghadap ke bawah.

4. Melemaskan otot leher. Caranya, lakukan gerakan jalan di

tempat sambil menegakkan kepala bergantian dengan

menundukkan kepala.

b. Kondisioning / Gerakan inti

Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti

yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang

sesuai dengan tujuan program latihan. Beberapa gerakan yang dapat

Anda lakukan, antara lain:

1. Rentangan tangan. Caranya, lakukan gerakan berjalan di

tempat sambil merentangkan kedua tangan ke samping

badan secara bersamaan dengan posisi jari-jari tangan

terbuka lebar. Pada hitungan kedelapan, jalanlah di tempat

sambil menekuk kedua lengan tangan di depan dada dengan

posisi tangan mengepal menghadap ke dalam.

2. Bertepuk di atas kepala. Caranya, diam di tempat sambil

tepukkan kedua tangan ke atas kepala dengan posisi jari

tangan menutup rapat. Pada hitungan keenam, perlahan

turunkan kedua tangan dengan posisi direntangkan ke

samping badan dengan jari tangan rapat ke bawah sehingga


44

pada hitungan kedelapan posisi tangan berada merentang di

samping badan dengan kedua tangan jari mengepal keluar

3. Latihan paha dan pinggang.Caranya, letakkan ujung kaki

kanan sedikit di depan kaki kiri, lalu dorong tangan ke kiri

serong ke kanan di depan badan, turunkan, dan kembali ke

posisi awal. Ulangi gerakan, namun lakukan ke arah

sebaliknya.

e. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan

esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh

seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian

gerakan berupa stretching / peregangan otot. Tahapan ini

ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,

menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya

keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke

jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan

darah diotot kaki dan tangan. Gerakan ini merupakan bentuk

peregangan otot yang mirip dengan pemanasan atau dengan

melakukan gerarakan berjalan pelan.


45
46

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan pendekatan studi

kasus melalui penerapan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan

Kebutuhan Dasar Mobilitas Di Posyandu Sion.

3.2. Subjek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah subyek yang ditunjukan untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti

Subjek dalam penelitian ini adalah 2 lansia yang memiliki kebutuhan

dasar mobilitas dalam terapi senam lansia di Posyandu Sion. Ada dua

kriteria pada subjek studi kasus dalam penelitian ini yaitu:

3.2.1. Kriteri Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel (Notoatmodjo,2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

yaitu :

3.2.1..1. Lansia dengan usia 60 – 74 tahun di posyandu sion

3.2.1.2. Lansia yang mandiri dalam aktivitas sehari – hari

3.2.1.3. Lansia yang sehat

3.2.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak

dapat ambil sebagai sampel ( N.A, 2010 ). kriteria eksklusi

dalam penelitian yaitu:


47

3.2.2.1. lansia yang kebutuhan mobilitasnya sebagian atau

seluruhnya dibantu.

3.2.2.2. Lansia yang menderita penyakit jantung dan pembuluh

darah atau penyakit berat lainnya.

3.3. Fokus Studi Kasus

Focus dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan lansia

dengan kebutuhan dasar mobilitas dalam terapi senam lansia.

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan bagi lansia

dengan kebutuhan dasar mobilitas melalui terapi senam lansia

3.4.2. Mobilitas adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan

kegiatan dengan bebas.

3.4.3. Senam lansia adalaholahraga ringan yang mudah dilakukan dan

tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia

3.5. Intrumen Studi Kasus

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan instrument yaitu

3.5.1. lembar pengkajian

yang digunakan oleh penelitian. Data yang diperoleh dari suatu

pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti

(evidence) dari suatu penelitian.

3.5.2. Tape recorder atau sound system

untuk memfasilitasi music pada kegiatan senam lansia

3.5.3. Lembar observasi

Untuk memantau tanda – tanda vital lansia sebelum dan

sesudah senam lansia


48

3.6. Tempat dan Waktu

3.6.1. Tempat :

penelitian ini dilakukan di posyandu sion

3.6.2. Waktu :

studi kasus akan dilakukan pada bulan April – Mei 2022

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai

berikut dengan menggunakan metode proses asuhan keperawatan.

3.7.1. Wawancara yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan

pasien atau keluarga.

3.7.2. Observasi, proses pengamatan langsung peneliti terhadap

kondisi pasien

3.7.3. pemeriksaan fisik, proses langsung peneliti memeriksa tubuh

pasien

3.7.4. Dokumentasi adalah mancari dan mengumpulkan data mengenai

hal

– hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

notulen, rapot, agena dan sebagainya ( N,A, 2010). Pada studi

kasus ini pendokumentasian diperoleh dari asuhan

keperawatan yang dilaksanakan

3.8. Analisa dan penyajian data

3.8.1 Analisis data

Untuk menentukan permasalahan yang terjadi

pada lansia kemudian dilanjutkan sesuai

prioritas masalah keperawatan untuk segera


49

ditangani

3.8.2 Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk laporan

asuhan keperawatan secara sistematis dari pengkajian,

diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

3.10. Etika Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo,(2010). Masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus di perhatikan antara lain sebagai berikut:

3.9.1. bebas dari penderitaan

yaitu penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan

Tindakan khusus.

3.9.2. bebas dari eksploitasi dan partisipasi

yaitu subjek harus di hindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan.

3.9.3. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden

yaitu hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan.

3.9.4. Infoment Consent

yaitu hak untuk mendapatkan keadilan serta hak untuk dijaga

kerahasiaannya.
50

DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: Salemba Medika

Mubarak &Chanyatin ,(2008).Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia.Jakarta:EGC

Perry & Potter.(2005). Fundamental Keperawatan.Edisi 4.Jakarta: EGC

Perry & Potter.(2010). Fundamental KeperawatanBuku 3 Edisi 7.Jakarta:

EGC

Rosdahl, C. (2015).Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10.Jakarta: EGC

Setia, Budi .(2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA

2005- 2006.Jakarta :Prima Medika

Tamher , S . (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan Jakarta : Salemba Medika

Vaughans, B. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

Wilkinson, J. (2012). Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Wartonah ,M . (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses

KeperawatanJakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai