Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KEGIATAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SOSIALISASI PENCEGAHAN STUNTING DI DESA


RANTAU MAPESAI

PELAKSANA :

Naila Fauza, M.Pd 8845970018

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, SEPTEMBER 2021
HALAMAN PENGESAHAN KEGIATAN PENGABDIAN

1. Judul Kegiatan : Sosialisasi Pencegahan Stunting di Desa


Rantau Mapesai
2. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Naila Fauza, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP dan NIDK : 8845970018
d. Jabatan Struktural :-
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/
Pendidikan Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam
g. Alamat Kantor : Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang
Baru Pekanbaru 28293 - Indonesia
h. Telepon/Fax Kantor : (0761) 63277 / (0761) 566821
i. Alamat Rumah : Jalan Cipta Karya, Perumahan Ghara
Bintungan Blok O No. 13
j. HP/Telp/Fax/E-mail : 085265690451
A. Anggota (Nama Mahasiswa):
No. Nama NIM
1. Abdurrohman 1906113665
2. Ali Akbar Harahap 1903113975
3. Ledy Monica 1902112955
4. Lili Yani 1902110109
5. Miftahul Jannah 1905110031
6. Occi Mardila Purwanti 1901110411
7. Syahrul Efendi Harahap 1903111310
8. Ummi Sri Rahmadhani 1907113779
9. Zulifa Febria 1904110090

B. Jarak lokasi kegiatan: 2 km

i
C. Pembiayaan
Dana diusulkan/disetujui : Rp. -
Sumber Dana: Mandiri

Mengetahui: Pekanbaru, 30 September 2021


Koordinator Pusat Layanan Kukerta Ketua Pengabdian,

Dr. Besri Nasrul, SP, M.Si Naila Fauza, M.Pd


NIP. 197304101999031003 NIDK. 8845970018

Menyetujui:
Ketua LPPM Universitas Riau

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP


NIP. 196008221990021002

ii
RINGKASAN KEGIATAN PENGABDIAN

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi stunting dilaksanakan


dengan Ibu Rusdienti selaku bidan Desa Rantau Mapesai sebagai mitra. Dimana
stunting sendiri merupakan kondisi dimana pertumbuhan tubuh anak terhambat
karena kurangnya asupan gizi dan factor sanitasi.

Beberapa anak yang terkena stunting di Desa Rantau Mapesai karena


kurangnya ketersediaan air bersih serta asupan gizi untuk tumbuh kembang anak.
Mengetahui hal ini, tim KKN balek kampung UNRI 2021 melakukan survey ke RT
004 yang memiliki jumlah anak terkena stunting paling banyak. Setelah melakukan
survey, tim KKN memutuskan untuk melaksanakan sosialisasi terkait bahaya
stunting agar dapat meningkatkan pengetahuan orang tua dan ibu hami terkait
bahaya stunting.

Pada saat kegiatan imunisasi serta pemberian vitamin A yang dilaksanakan


di Puskesmas Desa Rantau Mapesai, tim KKN turut membantu dan melakukan
sosialisasi tentang bahaya stunting. Tim KKN juga turut memberikan makanan
bergizi berupa agar-agar kacang hijau yang diberikan kepada anak-anak serta ibu
hami di Desa Rantau Mapesai. Berdasarkan sosialisasi yang dilaksanakan oleh tim
KKN, orang tua dan ibu hamil menjadi lebih paham tentang bahaya stunting pada
anak.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat- Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan kukerta ini sebagai tugas akhir
dari kegiatan Kukerta Balik Kampug Universitas Riau 2021. Shalawat beriringkan
salam tidak lupa pula kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Laporan pengabdian ini dapat diselesaikan dan terwujud dengan bantuan,


dan dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terkhusus kepada pihak
LPPM Universitas Riau, ibu Naila Fauza selaku pembimbing lapangan, dan ibu
bidan Desa Rantau Mapesai selaku mitra tim KKN UNRI, yang telah banyak
memberikan dukungan pada laporan pengabdian ini sehingga dapat diselesaikan
tepat waktu.

Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan laporan pengabdian ini.
Penulis berharap laporan pengabdian ini dapat menambah wawasan dan memberi
manfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, September 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN KEGIATAN PENGABDIAN ................................. i


RINGKASAN KEGIATAN PENGABDIAN........................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ..................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ....................................................... 1

1.2.1 Identifikasi Masalah ................................................................... 1

1.2.2 Rumusan Masalah....................................................................... 3

1.3 Tujuan Kegiatan Pengabdian ................................................................ 3

1.4 Manfaat Kegiatan .................................................................................. 3

1.5 Masyarakat Sasaran .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5


2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5

2.2 Kerangka Pemikiran Kegiatan .............................................................. 6

BAB III METODE PENERAPAN ......................................................................... 7


3.1 Rancangan Program .............................................................................. 7

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ............................................................ 8

3.3 Masyarakat Sasaran .............................................................................. 9

3.4 Teknik Penyelesaian Masalah ............................................................... 9

BAB IV HASIL DAN KETERCAPAIAN SASARAN ....................................... 11


4.1 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran............................................... 11

v
4.2 Permasalahan yang Kerap Dialami Oleh Anak dan Ibu Hamil Di
Desa Rantau Mapesai ................................................................................ 12

4.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Permasalahan Stunting di Desa


Rantau Mapesai ......................................................................................... 13

4.4 Solusi yang Dilakukan Oleh Pemerintah untuk Mengentaskan


Stunting di Desa Rantau Mapesai ............................................................. 14

4.5 Solusi yang Dilakukan Oleh Masyarakat untuk Mencegah Stunting


Di Desa Rantau Mapesai ........................................................................... 15

4.6 Solusi Pengembangan (Pemberdayaan) Masyarakat .......................... 16

4.7 Tingkat Ketercapaian Sasaran Program .............................................. 17

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 18


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18

5.2 Rekomendasi ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20


LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
A. Surat Keterangan Bermitra ................................................................. 21

B. Dokumentasi Kegiatan ........................................................................ 22

C. Berita Acara Pelaksanaan Lokakarya ................................................. 23

D. Artikel Pengabdian ............................................................................. 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Desa Rantau Mapesai adalah salah satu desa yang menyumbang angka
stunting di Kabupaten Indragiri Hulu. Tim KKN UNRI 2021 telah melakukan
survei ke daerah yang terkena stunting yaitu RT 004 RW 002, didapatkan data anak,
kondisi lingkungan sekitar, dan kondisi ekonomi masyarakat tersebut. Data anak
yang terkena stunting pada tahun 2020 berjumlah 8 orang. Kondisi lingkungan RT
004 terlihat tidak terawat, fasilitas air bersih tidak ada sehingga masyarakat masih
menggunakan air sungai untuk mencukupi kebutuhan pokok, daerah tidak dialiri
listrik sehingga masyakat RT 004 harus menggunakan mesin diesel sebagai sumber
penerang, fasilitas umum seperti MCK dan PAMSIMAS tidak berfungsi, dan tidak
adanya tempat pembuangan sampah akhir membuat sampah berserakan di depan
rumah warga sekitar. Kondisi ekonomi masyarakat RT 004 cukup baik dapat dilihat
dari pendapatan yang diperoleh oleh setiap warga RT 004. Oleh karena itu Tim
KKN UNRI berupaya membantu masyarakat Desa Rantau Mapesai untuk
mengentaskan stunting melalui kegiatan sosialisasi guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat Desa Rantau Mapesai dalam mengatasi
stunting dan mencegah penyebabnya.

Program dalam mengatasi dan mencegah stunting yang telah


dipropagandakan oleh pemerintah perlu dukungan dari berbagai pihak dalam hal
implementasinya. Upaya peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan
stunting dan dampaknya serta upaya mengatasi dan mencegah stunting perlu terus
dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi angka stunting di
Desa Rantau Mapesai.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
Pengukuran status gizi anak dilakukan pada 32 balita yang berasal dari Desa
Rantau Mapesai, Rengat, jumlah ini bukanlah jumlah keseluruhan balita yang ada
di Desa Rantau Mapesai. Sebanyak 13 balita laki-laki dan 19 balita perempuan.

1
Data antropometri yang dikumpulkan adalah tinggi badan (TB), berat badan (BB),
dan lingkar kepala. Dari 32 balita yang hadir di Posyandu Melur ditemukan 3 (9%)
balita yang menderita stunting. Angka ini cukup rendah karena sebagian anak
penderita stunting tidak melakukan pemeriksaan di posyandu, namun pemeriksaan
dilakukan secara individu di rumah masing-masing oleh kader posyandu

Stunting menurut WHO adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami


anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak
memadai. Sandra Fikawati dkk (2017) menyatakan bahwa stunting merupakan
dampak dari berbagai faktor seperti Berat lahir yang rendah, stimulasi dan
pengasuhan anak yang kurang tepat asupan nutrisi kurang dan infeksi berulang
serta berbagai faktor lingkungan lainnya. Sedangkan definisi stunting menurut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya
kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).

Setelah dilakukan survei ke RT 004 RW 002, didapatkan data anak, kondisi


lingkungan sekitar, dan kondisi ekonomi masyarakat tersebut. Data anak yang
terkena stunting pada tahun 2020 berjumlah 8 orang. Kondisi lingkungan RT 004
terlihat tidak terawat, fasilitas air bersih tidak ada sehingga masyarakat masih
menggunakan air sungai untuk mencukupi kebutuhan pokok, daerah tidak dialiri
listrik sehingga masyakat RT 004 harus menggunakan mesin diesel sebagai sumber
penerang, fasilitas umum seperti MCK dan PAMSIMAS tidak berfungsi, dan tidak
adanya tempat pembuangan sampah akhir membuat sampah berserakan di depan
rumah warga sekitar. Kondisi ekonomi masyarakat RT 004 cukup baik dapat dilihat
dari pendapatan yang diperoleh oleh setiap warga RT 004.

Beberapa permasalahan stunting yang dialami oleh anak dan ibu hamil di
RT 004 RW 002 disebabkan oleh kurangnya kesadaran ibu hamil dan ibu menyusui
untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Tidak hanya itu, kurangnya
kesadaran ibu yang memiliki anak untuk memberikan anaknya makanan yang sehat
dan bergizi juga menjadi salah satu permasalahan stunting bagi warga RT 004 RW
002. Masyarakat kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Kurangnya akses air bersih dan sanitasi membuat masyarakat menggunakan air
sungai untuk keperluan sehari-hari. Tidak adanya akses listrik yang memadai

2
sehingga fasiltas umum seperti MCK dan PAMSIMAS tidak dapat berfungsi
dengan baik. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting dan bagaimana cara
pencegahannya.

1.2.2 Rumusan Masalah


1. Apa permasalahan yang kerap dialami oleh anak dan ibu hamil di Desa
Rantau Mapesai?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari permasalahan stunting di Desa
Rantau Mapesai?
3. Apa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan
stunting di Desa Rantau Mapesai?
4. Apa solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah stunting
di Desa Rantau Mapesai?

1.3 Tujuan Kegiatan Pengabdian


Pengabdian yang dilakukan Tim KKN bertujuan untuk menambah
pengetahuan warga Desa Rantau Mapesai mengenai pengertian stunting dan
bahaya stunting terhadap kesehatan sehingga mereka dapat mencegah dan
mengentaskan stunting. Salah satu cara mencegah stunting adalah dengan
memberikan makanan sehat dan bergizi kepada anak yang terkena stunting serta
memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil.

Stunting tidak hanya mengakibatkan tubuh anak menjadi kurus dan pendek,
tetapi juga mengakibatkan kecerdasan anak serta tumbuh kembang otak dan fisik
terhambat, dan kegemukan yang dapat membuat anak mudah terjangkit oleh
penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular. Oleh karena itu, Tim KKN
melaksanakan kegiatan pengabdian untuk mencegah dan mengentaskan Stunting di
Desa Rantau Mapesai dengan memberikan informasi lengkap mengenai stunting
dan makanan tambahan yang dapat mencegah dan mengatasi stunting.

1.4 Manfaat Kegiatan


Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan oleh tim KKN berupa Sosialisasi
Mengatasi Masalah Stunting, sosialisasi ini dilakukan di posyandu pada saat
kegiatan imunisasi dan pemberian vitamin A kepada ibu hamil dan anak dibawah 5
tahun.

3
Sosialisasi ini dilaksanakan dengan harapan agar dapat meningkatkan
pengetahuan orangtua tentang bahaya stunting sehingga bisa mengurangi tingkat
stunting pada anak Desa Rantau Mapesai. Dengan menginformasikan makanan
yang bergizi kepada orangtua, hal ini diharapkan agar orangtua bisa memberi
asupan makanan yang bergizi untuk anak-anaknya agar dapat mencegah risiko
terkena stunting.

1.5 Masyarakat Sasaran


Masyarakat sasaran kegiatan pengabdian ini ditujukan pada anak-anak, ibu
hamil, ibu menyusui, calon ibu, masyarakat setempat, kader posyandu, bidan, dan
perangkat desa.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Penelitian tentang stunting sudah banyak dilakukan, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Aridiyah, dkk (2015) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak dan balita di perkotaan dan pedesaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting
pada anak balita yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan
adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai
gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan
zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun,
untuk status pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status imunisasi, tingkat
kecukupan energi, dan status BBLR tidak mempengaruhi terjadinya stunting.
Tingkat kecukupan protein dan kalsium di wilayah pedesaan menunjukkan
hubungan yang signifikan sedangkan di wilayah perkotaan tidak menunjukkan
adanya hubungan. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya stunting pada
anak balita di wilayah pedesaan maupun perkotaanyaitu tingkat kecukupan zink.

Penelitian lain dilakukan oleh Ni’mah & Nadhiroh (2016) di


wilayah kerja Puskesmas Kali Kedinding, Surabaya menunjukkan bahwa
panjang badan lahir, riwayat ASI Eksklusif, Pendapatan keluarga,
pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Oleh karena itu,
diperlukan program yang terintegrasi dan multisektoral untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, dan
pemberian ASI eksklusif untuk menanggulangi kejadian stunting pada balita.

5
2.2 Kerangka Pemikiran Kegiatan

Pemerintah Desa Masyarakat Tim KKN

 Stunting pada balita  Ibu Hamil

 Sosialisai mengenai stunting pada balita


 Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

6
BAB III
METODE PENERAPAN

3.1 Rancangan Program


Kegiatan pengabdian dilaksanakan berdasarkan rancangan yang telah
didiskusikan bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Pejabat Kepala
Desa Rantau Mapesai. Rancangan program kegiatan pengabdian di Desa Rantau
Mapesai adalah sebagai berikut.

Tema Program Kegiatan Mitra Indikator


Sasaran Ketercapai
an
Unggulan 1. Identifikasi 1. Memberikan 1. Masyarak 1.Pengetahu
dan sosialisasi at an
pengentasan mengenai setempat mengenai
stunting stunting, 2. Ibu hamil gizi buruk
pencegahan 3. Ibu yang bayi
stunting, memiliki meningkat
serta anak 2. Tingkat
mengatasi 4. Bidan stunting
stunting desa di Desa
dengan 5. Kader Rantau
dengan posyandu Mapesai
memberikan menurun
makanan
pendamping
yang bergizi
(agar-agar
kacang hijau)
2. Melakukan
pendataan
anak

7
penderita
stunting dan
survei ke
lokasi

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan pengabdian dilaksanakan di Desa Rantau Mapesai, Kelurahan
Kampung Besar Seberang, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi
Riau. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dimulai pada tanggal 12 Juli hingga 23
Agustus 2021. Berikut adalah daftar pelaksanaan kegiatan pengabdian di Desa
Ranta Mapesai.

Waktu
Minggu
Kegiatan Lokasi kegitan
pelaksanaan
(Jam)

1. Membuat makanan 1. Desa Rantau


pendamping (agar-agar Mapesai
kacang hijau) 2. Puskesmas
2. Membantu kegiatan Melur Desa
posyandu Rantau

Minggu keempat 3. Melakukan sosialisasi Mapesai


mengenai stunting dan
2 Juli – 8 Agustus 55 jam
bagaimana cara
2021
pencegahannya
4. Melakukan survei lokasi
anak penderita stunting
5. Melakukan pendataan dan
pengolahan anak
penderita stunting

8
3.3 Masyarakat Sasaran
Dalam menjalankan program harus mempunyai sasaran yang tepat.
Berdasarkan rancangan program yang sudah terlampir, yang menjadi sasaran pada
kegiatan pengabdian ini adalah warga Desa Rantau Mapesai. Berdasarkan hasil
pendataan yang dilakukan tim KKN, diperoleh data bahwa mayoritas warga desa
berprofesi sebagai petani dan peternak dn rata-rata pendapatan warga desa sudah
mencapai UMK (Upah Minimum Kabupaten). Tim KKN juga melakukan
wawancara singkat kepada Bidan Desa untuk mendapatkan informasi mengenai
bagaimana tanggapan warga desa terhadap stunting, tidak sedikit warga yang belum
mengetahui bahaya stunting dan memberi asupan makanan yang tidak sesuai
standar WHO. Hal inilah yang menjadi sasaran Tim KKN untuk mengatasi dan
mencegah stunting dengan memberikan Sosialisasi bahaya stunting dan bagaimana
mencegah serta mengatasi stunting.

Manfaat yang didapatkan oleh masyarakat adalah meningkatnya


pengetahuan warga desa mengenai bahayanya stunting dan bagaimana
pencegahannya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tidak hanya ditujukan
kepada ibu-ibu saja tetapi juga ditujukan kepada perempuan-perempuan yang
belum menikah agar mereka memiliki bekal pengetahuan yang juga bermanfaat
bagi diri mereka sendiri.

3.4 Teknik Penyelesaian Masalah


Permasalahan yang Tim KKN temui dalam kegiatan pengabdian ini adalah
tingginya angka stunting di Desa Rantau Mapesai. Adapun teknik penyelesaian
masalah yang kami lakukan adalah Sosialisasi Mengenai Pengertian Stunting,
Pencegahan Stunting, Serta Cara Mengatasi Stunting Di Desa Rantau Mapesai.

Tim KKN mensosialisasikan materi menggunakan banner yang berisi


pengertian stunting dan bagaimana cara pencegahannya. Kegiatan sosialisasi
dilakukan dengan sasaran keluarga penderita stunting, ibu hamil, kader posyandu,
pihak puskesmas, dan masyarakat setempat. Indikator keberhasilan kegiatan ini
adalah adanya peningkatan pengetahuan mengenai stunting dan pencegahan, dan
diharapkan muncul kesadaran akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari stunting.

9
Kegiatan pemberian makanan tambahan ditujukan untuk penderita stunting,
ibu hamil, dan masyarakat setempat guna menambah nilai gizi dan mencegah
stunting. Makanan tambahan terdiri dari campuran agar-agar dan bubur kacang
hijau. Dengan kegiatan ini diharapkan sasaran mengetahui contoh makanan sehat
dan bergizi sehingga nanti lebih mudah untuk memilih terutama menggunakan
bahan-bahan yang ada di sekitar Desa Rantau Mapesai.

Kegiatan sosialisasi tentang stunting diikuti oleh bidan desa, kader


posyandu, perangkat desa, ibu hamil, orang tua yang mempunyai balita. Peserta
diberikan informasi yang lengkap tentang pengertian stunting, disadarkan tentang
bahaya yang ditimbulkan akibat stunting, dan cara pencegahan stunting sejak ibu
mengandung. Stunting bukan hanya mengakibatkan anak menjadi kurus dan pendek,
tetapi juga mengakibatkan kecerdasan anak serta tumbuh kembang otak dan fisik
terhambat, dan kegemukan yang dapat membuat anak mudah terjangkit oleh
penyakit menular maupun penyakit yang tidak menualar.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi ini, hal ini dapat
dilihat dari jumlah masyarakat yang hadir di Posyandu Melur. Kegiatan
membagikan balon menjadi daya tarik bagi anak-anak yang akan diimunisasi,
diharapkan dapat memberikan kesan yang baik kepada anak-anak dan ibu hamil
yang hadir saat posyandu tersebut.

Kegiatan sosialisasi juga menjelaskan jenis-jenis makanan yang sehat serta


memenuhi kebutuhan gizi ibu dan anak. Makanan sehat untuk pemenuhan gizi
meliputi protein, zat besi, karbohidrat, kalsium, dan zinc. Contoh makanan sehat
untuk pemenuhan gizi meliputi daging, telur, susu, sayur-sayuran, nasi, jagung, dan
sebagainya. Kepada peserta ibu dan anak juga diberikan contoh menu makanan
pendamping ASI seperti buah-buahan, sayuran hijau, dan sereal. Kegiatan
Sosialisasi ini juga diikuti dengan membagikan makanan tambahan berupa “Agar-
agar Kacang Hijau” kepada seluruh warga yang hadir di posyandu.

10
BAB IV
HASIL DAN KETERCAPAIAN
SASARAN

4.1 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran


Minimnya pengetahuan warga desa mengenai stunting menyebabkan
banyak anak yang rentan terhadap penyakit karena memililki kekebalan tubuh yang
rendah, penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan fisik anak yang
tampak lebih pendek dari anak-anak seusianya. Seluruh ciri-ciri ini merupakan
dampak dari kurangnya nutrisi/asupan makanan yang bergizi dan salahnya pola
asuh orang tua yang tidak memahami bahayanya stunting itu sendiri. Jika hal ini
terus berlanjut maka akan berdampak buruk pada SDM (Sumber Daya Manusia) di
masa depan. Oleh karena itu Tim KKN membantu masyarakat untuk mengentaskan
stunting agar terwujudnya SDM unggul di masa depan.

Warga desa Rantau Mapesai memerlukan bantuan terhadap pemecahan


masalah Stunting. Tim KKN bekerja sama dengan Bidan Desa untuk melakukan
penyuluhan/sosialisasi pencegahan dan pengentasan stunting, sosialisasi ini
dilakukan pada saat Posyandu yang diadakan pada tanggal 5 Agustus 2021. Dengan
diadakannya sosialisasi diharapkan warga setempat agar dapat lebih waspada akan
bahayanya stunting. Sosialisasi makanan bergizi sesuai standar WHO juga
diberikan sebagai bentuk pencegahan dan pengentasan stunting itu sendiri.

Sasaran Pengabdian Masyrakat yang dilakukan oleh Tim KKN setelah


dilakukannya “Sosialisasi Mengenai Pengertian Stunting, Pencegahan Stunting,
Serta Cara Mengatasi Stunting Di Desa Rantau Mapesai” dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Masyarakat yang menerima informasi dengan baik mengenai bahaya
stunting dan pencegahannya
2. Masyarakat yang masih kurang memiliki kesadaran mengenai bahaya
stunting
1. Masyarakat yang tidak menerima bahwa anak mereka mengalami stunting.
Diharapkan bidan desa dan kader posyandu lebih memperhatikan agar anak-
anak yang mengalami stunting dapat terobati.

11
4.2 Permasalahan yang Kerap Dialami Oleh Anak dan Ibu
Hamil di Desa Rantau Mapesai
Stunting merupakan kondisi dimana balita dinyatakan memiliki panjang
atau tinggi yang pendek dibandingkan dengan umurnya. Panjang atau tinggi
badannya lebih kecil dari standar pertumbuhan anak dari WHO (Kemenkes,2018).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis sehingga anak lebih pendek untuk seusianya. Kekurangan gizi yang terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi
baru tampak setelah anak berusia 2 tahun (Izwardy,2019).
Stunting menggambarkan kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah usia
lima tahun akibat dari kekurangan gizi kronis terutama pada 100 hari pertama
kehidupan (HPK), sehingga anak terlalu pendek untuk anak seusianya.
Stunting merupakan sebuah masalah kekurangan giizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu yang cukup lama, hal
ini menyebabkan adanya gangguan di masa mendatang yakni mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ pada
anak normal (Kemenkes RI,2018).

Permasalahan stunting yang dialami oleh anak dan ibu hamil di Desa Rantau
Mapesai khususnya di RT 04 disebabkan oleh kurangnya kesadaran ibu hamil dan
ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Tidak hanya
itu kurangnya kesadaran ibu untuk memberikan anaknya makanan yang sehat dan
bergizi juga menjadi salah satu permasalahan. Selain itu, masyarakat kurang
menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya. Kurangnya akses air bersih dan
sanitasi membuat masyarakat menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

Beberapa anak yang terkena stunting di RT 04 seperti Tiara,


permasalahannya yaitu ibu kurang mengonsumsi makanan bergizi dimasa
menyusui. Suci Imelda permasalahan muncul diakibatkan ibu memasak makanan
dan minuman dengan menggunakan air sungai yang tidak dijamin kebersihannya.
Samira Pratiwi permasalahan yang muncul diakibatkan oleh lingkungan tempat

12
tinggal kurang bersih dan sampah tidak diolah dengan benar. Revi Palpajri
permasalahan yang muncul diakibatkan ibu kurang memiliki pengetahuan tentang
tumbuh kembang anak. Reva Aqila Embun permasalahan yang muncul diakibatkan
ibu tidak menerima kondisi anak dan tidak memberikan makanan sesuai dengan
panduan kesehatan. Aldianto Ramadhan permasalahan yang muncul diakibatkan
kurangnya fasilitas umum seperti listrik dan air bersihsehingga harus
menggunakana alat pembangkit listrik. Terakhir, Robby Al-Faizan permasalahan
yang muncul diakibatkan ibu tidak menerima kondisi anak dan tidak memberikan
makanan sesuai dengan panduan kesehatan.

Stunting memang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang signifikan


pada anak. Namun, kondisi stunting juga sudah terjadi ketika bayi masih didalam
kandungan. Bayi yang didalam kandungan seorang ibu hamil yang kondisi
kesehatannya tidak optimal, maka gangguan tumbuh kembang bayi pun bisa terjadi.
Oleh karena itu, ibu hamil harus mengetahui atau mengenal faktor yang bisa
menyebabkan stunting.

Di Desa Rantau Mapesai pengetahuan ibu hamil terkait stunting masih


kurang. Ibu hamil perlu memperhatikan asupan nutrisi yang tepat selama kehamilan
agar pertumbuhan bayi bisa optimal. Sehingga bayi dapat tumbuh sehat dari dalam
kandungan sampai lahir dan beranjak dewasa. Kondisi rendahnya kualitas dan
kuantitas makanan yang dikonsumsi ibu hamil berpotensi juga mempengaruhi
produksi ASI. Akibat produksi ASI yang tidak lancar bahkan kurang, maka anak
tidak dapat mendapatkan nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya
melalui ASI, akibatnya berisiko stunting. Di RT 04 kondisi ekonomi masyarakatnya
sudah tergolong cukup. Namun untuk keluarga yang ekonominya rendah cenderung
mengonsumsi makanan ringan yang mengandung energi tinggi dibandingkan
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yang hanya mengonsumsi makanan
ringan rendah kalori.

4.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Permasalahan Stunting di


Desa Rantau Mapesai
Stunting pada anak dapat mempengaruhinya sejak kecil hingga dewasa.
Dalam jangka pendek, terhambatnya pertumbuhan anak dapat mengganggu

13
perkembangan otak, metabolism tubuh dan pertumbuhan fisik. Sepintas, proporsi
tubuh anak stunting tampak normal. Namun, pada kenyataannya lebih pendek dari
anak-anak seusianya. selain kemampuan kognitifnya menurun, stunting berdampak
kepada tingkat focus anak. Stunting dapat mengakibatkan gangguan pemusatan
konsentrasi yang membuat anak lebih sulit belajar.

Di Desa Rantau Mapesai khususnya RT 04 dampak yang ditimbulkaan dari


anak yang terkena stunting yaitu diantaranya, anak rentan mengalami penyakit. Hal
ini dikarenakan sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah terjangkit
penyakit dan mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang anak. Anak tidak
diberikan makanan-makanan yang bergizi. Anak menjadi tidak tumbuh dan
berkembang dengan semestinya. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan air sungai di RT 04 ini mengakibatkan anak terkena penyakit kulit. Hal
ini dikarenakan air sungai digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.4 Solusi yang Dilakukan Oleh Pemerintah untuk


Mengentaskan Stunting di Desa Rantau Mapesai
Pemerintah menggerakkan kegaitan posyandu khusunya untuk memberikan
edukasi serta mendukung pemberian gizi pada anak-anak. Secara rutin setiap awal
bulan di hari kamis di Desa Rantau Mapesai mengadakan posyandu hal ini sebagai
salah satu solusi dari pemerintah untuk mencegah stunting. Saat posyandu anak-
anak ditimbang untuk mengetahui kenaikan berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala sehingga kondisi stunting dapat terdeteksi dan anak-anak yang sebelumnya
sudah terkena stunting mengetahui sudah sampai mana tingakatan stuntingnya.

Dengan adanya posyandu dapat saling bekerjasama memberikan edukasi,


penyuluhan dan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, calon ibu hamil dan lansia.
Sehingga jika ada kasus atau masalah bisa dengan cepat diselesaikan.

Terdapat dua pendekatan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat,


yakni intervensi gizi spesifik dan intervernsi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik
meliputi keluarga sadar gizi, ini siasi menyusi dini, ASI Ekslusif, PMT bumil,
makanan pendamping ASI, PMT balita, tablet tambah darah. Sementara gizi sensitif
meliputi peningkatan ketahanan pangan, perilaku hidup bersih, dan sanitasi.

14
Program yang telah dilakukan di Desa Rantau Mapesai dalam pengentasan stunting,
yaitu:

1) Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu Hamil

Salah satu faktor penyebab stunting adalah ibu hamil yang mengalami anemia. Oleh
karena itu, bidan desa Rantau Mapesai memberikan tablet tambah darah pada ibu
hamil yang dimana dinilai efektif untuk mencegah stunting.

2) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu Hamil

Memberikan 2 keping biscuit pada usia kehamilan trimester pertama dan 3 keping
biscuit untuk trimester 2 dan 3 kehamilan.

3) Imunisasi dasar lengkap

Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dinilai mampu mencegah berbagai
penyakit atau infeksi pada bayi. Bayi yang sering mengalami sakit tetapi tidak
mendapatkan imunisasi, maka akan terhambat tumbuh kembangnya sehingga
berpotensi stunting.

4) Vitamin A

Tim KKN membantu bidan desa dalam memberikan vitamin A pada bayi dan balita.
Pemberian vitamin A mampu mencegah infeksi pada bayi dan balita.

5) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita

Manfaat pemberian makanan tambahan hanya sebagai perbaikan stastus gizi tetapi
tidak bisa mengirangi stunting. Tim KKN membuat makanan tambahan “Agar-agar
Kacang Hijau” yang dibagikan kepada balita.

4.5 Solusi yang Dilakukan Oleh Masyarakat untuk Mencegah


Stunting Di Desa Rantau Mapesai
Pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan
semua pihak setiap keluarga di Indonesia. Keluarga berperan penting dalam
mencegah stunting pada setiap fase kehidupan. Telah dijelaskan diatas bahwa fokus
pemerintah dalam pengentasan stunting melalui intervensi gizi spesifik. Sementara
intervensi melalui gizi sensitive dilakukan melalui masyarakat umum, termasuk
keluarga. Pencegahan stunting penting dilakukan pada 1000 hari pertama

15
kehidupan. Meliputi masa ketika dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Disertai dengan upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dan pola hidup
bersih.

Di RT 04 solusi atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga khususnya ibu


untuk mencegah stunting yaitu pertama, ibu mengonsumsi makanan yang bergizi
dan anak diberikan makanan pendamping. Dalam pemberian MPASI ibu perlu
memperhatikan kandungan gizi yang baik pada makanan anak untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Kedua, ibu harus menyaring air
dengan filter air dan meminta pihak desa untuk menghubungi PEMDA agar air
bersih tersalurkan ke RT 04. Ketiga, keluarga harus bisa mengolah sampah dan
gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal secara rutin. Keempat,
yang tidak kalah penting ibu harus memiliki kesadaran mengenai bahaya stunting
dan memberikan anak makanan yang lebih bergizi.

4.6 Solusi Pengembangan (Pemberdayaan) Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
pemberdayaan yakni memampukan dan memandirikan masyarakat.

Potensi Stunting yang berdampak pada penurunan kualitas hidup


masyarakat di Desa Rantau Mapesai Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
ini dapat menghambat kemajuan pengembangan di desa ini. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat. Dalam hal ini Tim
KKN mengadakan sosialisasi mengenai stunting, pencegahan stunting, serta
mengatasi stunting dengan memberikan makanan pendamping yang bergizi (agar-
agar kacang hijau) hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah rendahnya
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan stunting.

Materi sosialisasi yang disampaikan menggunakan media banner. Dengan


materi mengenai apa itu stunting, makanan-makanan sehat untuk pemenuhan gizi,
imunisasi dasar lengkap dan vitamin A, inisiasi menyusui dini, dan pemberian
makanan tambahan ibu hamil. Kegiatan ditutup dengan pemberian banner untuk
dapat dipajang didalam posyandu sebagai sarana edukasi. Diharapkan dengan

16
adanya sosialisasi ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
stunting dan muncul kesadaran para ibu untuk mencegah terjadinya stunting pada
anak-anaknya dikemudian hari.

4.7 Tingkat Ketercapaian Sasaran Program


Tingkat ketercapaian sasaran program kegiatan pengabdian ini adalah
meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya mengenal stunting,
bagaiamana cara mencegah stunting, dan bagaimana cara mengatasi masalah
stunting di Desa Rantau Mapesai. Ketercapaian sasaran program juga dapat dilihat
dari bagaimana masyarakat mengimplementasikan informasi mengenai pencegahan
stunting pada kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Rantau Mapesai. Harapannya
program kegiatan pengabdian ini dapat menurunkan angka penderita stunting di
Desa Rantau Mapesai.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Laporan pengabdian ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban
kegiatan Kuliah Kerja Nyata Balek Kampung Universitas Riau Tahun 2021, yang
dilaksanakan di Desa Rantau Mapesai oleh Tim KKN Balek Kampung UNRI yang
berlangsung dari tanggal 12 Juli 2021 sampai dengan 23 Agustus 2021.

Setelah hamper dua bulan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Balek
Kampung berlangsung, kami selaku Tim KKN Balek Kampung UNRI dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan KKN yang telah disusun dan direncanakan
bersama dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan pengalaman dan kondisi
lapangan yang kami peroleh selama kegiatan KKN, dapat kami simpulkan sebagai
berikut :

1. Kegiatan KKN dapat membentuk mahasiswa menjadi lebih dewasa dalam


menyikapi permasalahan yang ada dan dapat memahami bagaimana rasanya
hidup bermasyarakat.
2. Kegiatan KKN membentuk kepribadian mahasiswa menjadi lebih mandiri dan
bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan ilmu kemasyarakatan yang tidak
didapatkan di mata kuliah biasa. Masyarakat dapat menyerap ilmu pengetahuan
dari mahasiswa terkait bahaya stunting dan sumber makanan bergizi, sehingga
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Rekomendasi
1. Kegiatan pengabdian seperti ini dapat dijadikan suatu program yang dapat
dipertahankan keberlanjutannya. Program dapat dilakukan secara rutin
baik di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbeda dengan sasaran
masyarakat yang benar-benar membutuhkan penyuluhan mengenai
stunting.

18
2. Diharapkan pihak perangkat desa dapat berkoordinasi dengan organisasi
terkait seperti GERMAS sehingga keterlaksanaan program menjadi lebih
efektif dan efisien.
3. Diharapkan warga desa dapat membentuk perkumpulan “Perempuan
Peduli Stunting”. Tidak hanya saling berbagi informasi, tetapi juga giat
mengedukasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] B. D. I. Bangkalan, “Hubungan pendapatan keluarga, berat lahir, dan


panjang lahir dengan kejadian,” vol. 3, no. 1, pp. 1–14, 2017.

[2] E. Sulistyaningsih, P. Dewanti, P. W. Pralampita, and W. Utami,


“Peningkatan Kemampuan Mengatasi Masalah Stunting dan Kesehatan
melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukogidri , Jember,” vol. 5, no. 1,
pp. 91–98, 2020.

[3] T. Literatur, “REAL in Nursing Journal ( RNJ ),” vol. 3, no. 1, 2020.

[4] G. Apriluana, “Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting


pada Balita ( 0-59 Bulan ) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara,” pp.
247–256, 2018.

[5] A. Dwi, N. Yadika, K. N. Berawi, and S. H. Nasution, “Pengaruh Stunting


terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar,” no. September, pp.
273–282, 2019.

[6] M. Rafika and S. Gz, “Dampak Stunting Pada Kondisi Psikologis Anak,” vol.
1, no. 1, pp. 10–13, 2019.

[7] E. Journal, A. Rohman, A. Rosyana, A. Rianti, E. Muhaemi, and E. E. Yuni,


“Etos : Jurnal Pengabdian Masyarakat Stunting Pada Anak Usia Dini ( Study
Kasus di Desa Mirat Kec Lewimunding Majalengka ),” vol. 2, pp. 24–36,
2020.

[8] T. Utama, “No Title.”

[9] M. Education, A. S. Risk, F. Stunting, and O. F. Child, “Risiko pendidikan


ibu terhadap kejadan stunting… (Rahayu A; dkk),” vol. 37, no. Ci, pp. 129–
136, 2014.

[10] Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, “Stunting,” pp. 9–40, 2010.

[1]–[10]

20
LAMPIRAN

A. Surat Keterangan Bermitra

21
B. Dokumentasi Kegiatan

22
C. Berita Acara Pelaksanaan Lokakarya

23
D. Artikel Pengabdian

IDENTIFIKASI STUNTING PADA ANAK BALITA DI DESA RANTAU


MAPESAI

Abdurrohman, Ali Akbar Harahap, Ledy Monica, Lili Yani, Miftahul Jannah, Occi Mardila
Purwanti, Syahrul Efendi Harahap, Ummi Sri Rahmadhani, Zulifa Febria

1. Fakultas Pertanian, Universitas Riau (Abdurrohman) email:


abdurrohman3665@student.unri.ac.id

2. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau (Ali Akbar Harahap) email:
ali.akbar3975@student.unri.ac.id

3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau (Ledy Monica) email:


ledy.monica2955@student.unri.ac.id

4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau (Lili Yani) email:


lili.yani0109@student.unri.ac.id

5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau (Miftahul Jannah) email:
miftahul.jannah0031@student.unri.ac.id

6. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau (Occi Mardila Purwanti) email:
occi.mardila0411@student.unri.ac.id

7. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau (Syahrul Efendi Harahap)
email: syahrul.efendi1310@student.unri.ac.id

8. Fakultas Teknik, Universitas Riau (Ummi Sri Rahmadhani) email:


ummi.sri3779@student.unri.ac.id

9. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau (Zulifa Febria) email:


zulifa.febria0090@student.unri.ac.id

ABSTRAK

Stunting is a condition of growth failure in children due to malnutrition for a long time.
Thus, the child is shorter or shorter in stature than normal children his age and has a
delay in thinking. Generally caused by food intake that is not in accordance with
nutritional needs. Stunting is a major nutritional problem in Indonesia. Stunting can be
caused by the absence of nutritious food intake, exclusive breastfeeding, low birth weight,
and a history of infection. Stunting can have an impact on motor and verbal development,
and an increase in degenerative diseases. The purpose of this research is to increase

24
public knowledge about the dangers of stunting and how to prevent it. This research was
carried out in Rantau Mapesai Village, Rengat District, Indragiri Hulu Regency. The
method used in this service activity is a quantitative method. Researchers conducted
interviews to obtain data in the form of parents' last education level and family income.
The data collection technique was carried out by observing the environment of the area
affected by stunting and documenting during activities at the Melur Posyandu.
Researchers conducted a literature study to collect data related to stunting from previous
journals.

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
kemajuan suatu bangsa. Manusia yang berkualitas tentunya harus memiliki kesehatan yang
baik. Kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga kesehatan anak sejak dini, yaitu ketika anak masih dalam
fase pertumbuhan emas, yang berlangsung selama anak masih dalam kandungan hingga
anak berusia dua tahun.

Fase balita merupakan fase terpenting dalam menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas. Masa bayi merupakan masa keemasan, yaitu periode penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, perkembangan dan pertumbuhan pada
saat itu dapat menentukan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode
selanjutnya.

Terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak dapat
menyebabkan timbulnya masalah stunting pada anak. Risiko kesakitan dan kematian serta
terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental yang dialami oleh anak sangat
erat hubungannya dengan adanya stunting. Masalah stunting yang dimaknai sebagai akibat
kekurangan gizi jika tidak ditangani akan menimbulkan masalah serius bagi suatu negara,
yaitu terhambatnya kemajuan suatu negara karena sumber daya manusia yang kurang
berkualitas.

Stunting merupakan permasalahan gizi yang menyerang 165 juta balita di dunia,
dimana 80% balita yang menderita stunting tersebar pada 14 negara di dunia. Indonesia
menduduki tingkat kelima sebagai negara yang menyumbang angka stunting terbanyak
(UNICEF, 2013). Data stunting di Indonesia menunjukkan peningkatan dari 35,6% (2010)
menjadi 37,2% (2013), namun menurun pada tahun 2018 menjadi 30,8%. Data dari hasil

25
Pemantauan Status Gizi tahun 2017 menunjukkan bahwa persentase anak dibawah lima
tahun yang menderita stunting (29,6%) lebih besar jika dibandingkan dengan usia anak
dibawah dua tahun sebesar (20,1%) (Kemenkes RI, 2018).

Menurut Anisa (dalam Kusumawati, dkk 2021) menyatakan bahwa faktor yang
menyebabkan stunting pada anak merupakan proses kumulatif yang terjadi saat masa
kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Stunting terjadi karena
faktor penyebab seperti genetik, riwayat berat badan lahir, riwayat penyakit infeksi,
pendapatan orangtua, jenis kelamin, umur dan status gizi sangat mempengaruhi terjadinya
stunting. Anak yang mengalami stunting cenderung lebih rentan mengalami gangguan
kesehatan dikarenakan memiliki kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah terserang
penyakit. Imun yang rendah akan menyebabkan anak yang mengalami stunting akan lebih
sulit untuk sembuh ketika sakit.

Menurut Roesardhyati dan Kurniawan (2021) Stunting juga meningkatkan risiko


obesitas, dimana orang dengan tubuh pendek maka akan memiliki berat badan ideal yang
rendah. Kenaikan beberapa kilogram berat badan akan meningkatkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) yang melebihi batas normal. Keadaan overweight dan obesitas yang berlangsung
dalam waktu yang lama akan meningkatan risiko terjadinya penyakit degeneratif.

Desa Rantau Mapesai merupakan salah satu desa yang menyumbang angka
stunting di Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan hasil penimbangan yang dilakukan
secara serentak, didapatkan hasil dari 32 balita yang hadir di Posyandu Melur ditemukan 3
(9%) balita yang menderita stunting. Angka ini belum termasuk anak yang juga mengalami
stunting tidak hadir dikarenakan pemeriksaan dilakukan secara individu di rumah masing-
masing. Dari anak balita yang terkena stunting tersebut belum diketahui secara pasti
penyebabnya, apakah sudah terkena dari semenjak di kandungan, faktor orang tua yang
tidak memperhatikan asupan gizi anak ataupun faktor dari lingkungannya. Untuk itu,
penelitian ini bertujuan sebagai upaya identifikasi permasalahan penyebab stunting dan
cara pencegahannya untuk solusi agar gangguan stunting tidak berkelanjutan di Desa
Rantau Mapesai.

METODE

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Rantau Mapesai


Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Desa Rantau Mapesai adalah salah satu desa

26
penyumbang angka stunting Kabupaten Indragiri Hulu. Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini dilakukan secara bertahap dan menggunakan beberapa metode pada bulan
Agustus 2021. Setiap kegiatan dilakukan dengan sasaran tertentu disertai dengan penentuan
indikator keberhasilan peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah
stunting.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Peneliti
melakukan wawancara untuk mendapatkan data-data berupa tingkat pendidikan terakhir
orang tua dan pendapatan keluarga. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi
lingkungan daerah yang terkena stunting dan melakukan dokumentasi pada saat kegiatan
di Posyandu Melur. Peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mengumpulkan data
terkait stunting dari jurnal terdahulu. Tahapan kegiatan pengabdian yang dilakukan
dijabarkan berikut ini.

1. Mendiskusikan mengenai stunting bersama perangkat desa dan bidan desa

Dari hasil kegiatan ini didapat data anak yang terkena stunting pada tahun 2021.
Berdasarkan data dapat dilakukan tindak lanjut berupa pemberian sosialisasi, makanan
tambahan, dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui hasil tindak
lanjut yang telah dilakukan.

2. Melakukan survei ke tempat yang terkena stunting

Peneliti melakukan survey ke daerah-daerah yang terkena stunting di desa.


Didapatkan informasi bahwa anak yang terkena stunting berada di RT 004 RW 002.
Peneliti melakukan pemantauan kondisi lingkungan yang menjadi pemicu tingginya tingkat
stunting di daerah tersebut.

3. Melakukan sosialisasi bahaya stunting dan makanan tambahan untuk


pencegahan stunting

Peneliti mensosialisasikan materi menggunakan banner yang berisi pengertian


stunting dan bagaimana cara pencegahannya. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan
sasaran keluarga penderita stunting, ibu hamil, kader posyandu, pihak puskesmas, dan
masyarakat setempat. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan
pengetahuan mengenai stunting dan pencegahan, dan diharapkan muncul kesadaran akan
bahaya yang dapat ditimbulkan dari stunting.

Kegiatan pemberian makanan tambahan ditujukan untuk penderita stunting, ibu


hamil, dan masyarakat setempat guna menambah nilai gizi dan mencegah stunting.

27
Makanan tambahan terdiri dari campuran agar-agar dan bubur kacang hijau. Dengan
kegiatan ini diharapkan sasaran mengetahui contoh makanan sehat dan bergizi sehingga
nanti lebih mudah untuk memilih terutama menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar
Desa Rantau Mapesai.

4. Melakukan pendataan warga di posyandu

Kegiatan pendataan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
dan usia anak. Pendataan juga dilakukan pada ibu hamil berupa pengukuran lingkar perut
dan pengecekan tensi. peralatan yang digunakan meliputi timbangan dan stature meter.

5. Melakukan pengolahan data dan pengelompokan anak-anak yang terkena


stunting

Peneliti mendapatkan data anak-anak penderita stunting dari kader posyandu.


Pengelompokan anak-anak yang terkena stunting dapat diketahui setelah pengolahan data
dan dilihat dari perbandingan usia anak, tinggi badan anak, dan berat badan anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Minimnya pengetahuan warga desa mengenai stunting menyebabkan banyak anak


yang menjadi rentan terserang penyakit karena memililki kekebalan tubuh yang rendah,
penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan fisik anak yang tampak lebih
pendek dari anak-anak seusianya. Seluruh ciri-ciri ini merupakan dampak dari kurangnya
nutrisi/asupan makanan yang bergizi dan salahnya pola asuh orang tua yang tidak
memahami bahayanya stunting itu sendiri. Jika hal ini terus berlanjut maka akan
berdampak buruk pada SDM (Sumber Daya Manusia) di masa depan. Oleh karena itu Tim
KKN membantu masyarakat untuk mengentaskan stunting agar terwujudnya SDM unggul
di masa depan.

Beberapa permasalahan stunting yang dialami oleh anak dan ibu hamil di RT 004
RW 002 disebabkan oleh kurangnya kesadaran ibu hamil dan ibu menyusui untuk
mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Tidak hanya itu, kurangnya kesadaran ibu
yang memiliki anak untuk memberikan anaknya makanan yang sehat dan bergizi juga
menjadi salah satu permasalahan stunting bagi warga RT 004 RW 002. Masyarakat kurang
menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

28
membuat masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Tidak adanya
akses listrik yang memadai 3 sehingga fasiltas umum seperti MCK dan PAMSIMAS tidak
dapat berfungsi dengan baik. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting dan
bagaimana cara pencegahannya.

Hal ini didukung oleh penelitian Kusumawati, dkk (2021) yang menyatakan
bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting antara lain adalah rendahnya akses
terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya
keragaman pangan dan sumber protein hewan. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik
terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan yang kurang memperhatikan asupan
gizi kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting. Ibu yang masa remajanya kurang
nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan
tubuh dan otak anak. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan termasuk sanitasi dan
air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Adapun data anak-anak yang mengalami stunting di Desa Rantau Mapesai


disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Anak yang mengalami Stunting di Desa Rantau Mapesai Bulan Agustus 2021

NO. Nama Anak Permasalahan Dampak Solusi dan Tindakan


Ibu kurang Ibu mengonsumsi
Pertumbuhan anak
mengonsumsi makanan yang bergizi
1. Tiarah terhambat dan
makanan bergizi dan anak diberikan
badan anak kurus
dimasa menyusui makanan pendamping.
Ibu memasak Ibu harus menyaring air
makanan dan dengan filter air dan
minuman dengan Anak menjadi meminta pihak desa
2. Suci Imelda menggunakan air mudah terserang untuk menghubungi
sungai yang kuman penyakit PEMDA agar air bersih
kurang dijamin tersalurkan ke daerah
kebersihannya tersebut
Lingkungan Anak mudah Keluarga harus bisa
tempat tinggal terserang kuman mengolah sampah dan
3. Samira Pratiwi
kurang bersih dan penyakit dan membersihkan
sampah tidak tumbuh lingkungan secara rutin

29
diolah dengan kembangnya
benar menjadi terhambat
Ibu kurang
Anak tidak Memberikan sosialisasi
memiliki
diberikan makanan- secara langsung dengan
4. Revi Palpajri pengetahuan
makanan yang Bahasa yang mudah
tentang tumbuh
bergizi dipahami
kembang anak
Ibu tidak
Ibu harus memiliki
menerima kondisi
Anak menjadi tidak kesadaran mengenai
anak dan tidak
Reva Aqila tumbuh dan bahayanya stunting dan
5. memberikan
Embun berkembang memberikan anak
makanan sesuai
dengan semestinya makanan yang lebih
dengan panduan
bergizi
kesehatan
Kurangnya
Ibu harus menyaring air
fasilitas umum
dengan filter air dan
seperti listrik dan
Anak menjadi meminta pihak desa
Aldianto air bersih sehingga
6. mudah terserang untuk menghubungi
Ramadhan harus
kuman penyakit PEMDA agar air bersih
menggunakan alat
dan listrik tersalurkan
pembangkit listrik
ke daerah tersebut
(Diesel)
Ibu tidak
Ibu harus memiliki
menerima kondisi
Anak menjadi tidak kesadaran mengenai
anak dan tidak
Robby Al- tumbuh dan bahayanya stunting dan
7. memberikan
Faizan berkembang memberikan anak
makanan sesuai
dengan semestinya makanan yang lebih
dengan panduan
bergizi
kesehatan

Tabel 1 di atas menunjukkan data nama anak-anak yang terkena stunting beserta
permasalahan, dampak, solusi dan tindakan yang harus dilakukan oleh orang tua, anak
penderita stunting, perangkat desa, dan pemerintah daerah.

30
Di Desa Rantau Mapesai pengetahuan ibu hamil terkait stunting masih kurang. Ibu
hamil perlu memperhatikan asupan nutrisi yang tepat selama kehamilan agar pertumbuhan
bayi bisa optimal. Sehingga bayi dapat tumbuh sehat dari dalam kandungan sampai lahir
dan beranjak dewasa. Kondisi rendahnya kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
ibu hamil berpotensi juga mempengaruhi produksi ASI. Akibat produksi ASI yang tidak
lancar bahkan kurang, maka anak tidak dapat mendapatkan nutrisi penting untuk
pertumbuhan dan perkembangannya melalui ASI, akibatnya berisiko stunting. Di RT 04
kondisi ekonomi masyarakatnya sudah tergolong cukup. Namun untuk keluarga yang
ekonominya rendah cenderung mengonsumsi makanan ringan yang mengandung energi
tinggi dibandingkan keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yang hanya
mengonsumsi makanan ringan rendah kalori.

Hal ini didukung oleh penelitian Roesardhyati dan Kurniawan (2021) yang
menyatakan bahwa kejadian stunting pada balita dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu tingkat
pendidikan ibu, pemberian ASI eksklusif, dan berat badan lahir balita. Faktor tingkat
pendidikan ibu menjadi faktor paling dominan hubungannya dengan kejadian stunting yang
secara berurutan disusul oleh faktor pemberian ASI eksklusif dan berat badan lahir balita.

PEMBAHASAN

Survei Daerah yang terkena Stunting

Dilihat dari hasil yang peneliti peroleh saat melakukan survei lokasi terdapat
beberapa penyebab terjadinya stunting di RT 004 RW 002, meliputi :

1. Kebersihan lingkungan tidak terjaga


2. Air bersih yang tidak memadai
3. Tidak adanya listrik yang dialirkan ke daerah tersebut
4. Masyarakat menggunakan air sungai untuk masak, mencuci piring, dan mencuci
pakaian
5. Masyarakat masih menggunakan jamban di sungai untuk buang air kecil maupun
besar
6. Fasilitas umum yang dibuat oleh desa seperti PAMSIMAS dan MCK tidak
dirawat dengan baik sehingga tidak bisa digunakan oleh masyarakat daerah
tersebut.

31
7. Tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam mengelolah sampah mengakibatkan sampah
masyarakat menjadi menumpuk. Hal ini dapat menimbulkan wabah penyakit
seperti diare dan cacingan hingga stunting.

Gambar 1 Sampah dibuang sembarangan dan menggunakan

Gambar 2 Fasilitas umum tidak


Pendataan Status Gizi dan Status Kesehatan

Pengukuran status gizi anak dilakukan pada 32 balita yang berasal dari Desa
Rantau Mapesai, Rengat, meskipun jumlah ini bukan jumlah keseluruhan balita yang ada
di Desa Rantau Mapesai. Sebanyak 13 balita laki-laki dan 19 balita perempuan. Data
antropometri yang dikumpulkan adalah tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan lingkar
kepala. Dari 32 balita yang hadir di Posyandu Melur ditemukan 3 (9%) balita yang
menderita stunting. Angka ini cukup rendah karena sebagian anak penderita stunting tidak
melakukan pemeriksaan di posyandu, namun pemeriksaan dilakukan secara individu di
rumah masing-masing oleh kader posyandu.

Pemeriksaan status gizi dan kesehatan juga dilakukan pada ibu hamil. Diperoleh 3
ibu hamil yang hadir di posyandu. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tinggi badan (TB),
berat badan (BB), usia janin, lingkar perut, dan lingkar lengan. Ibu hamil merupakan
kelompok yang rentan dengan permasalahan gizi. Seperti yang diketahui bahwa banyak

32
faktor yang menyebabkan stunting, dimulai dari permasalahan gizi yang dialami oleh ibu
hamil. Permasalahan kronik yang terjadi adalah asupan gizi yang tidak memadai dan
kemungkinan rentan terhadap infeksi, sehingga sering sakit (Sulistyaningsih et al., 2020).

Sosialisasi mengenai Pengertian Stunting dan Pencegahannya

Penelitian tentang stunting sudah banyak dilakukan, seperti penelitian


yang dilakukan oleh Aridiyah, dkk (2015) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting pada anak dan balita di perkotaan dan pedesaan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita
yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif,
umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit
infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk status pekerjaan ibu, jumlah anggota
keluarga, status imunisasi, tingkat kecukupan energi, dan status BBLR tidak
mempengaruhi terjadinya stunting. Tingkat kecukupan protein dan kalsium di wilayah
pedesaan menunjukkan hubungan yang signifikan sedangkan di wilayah perkotaan tidak
menunjukkan adanya hubungan. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya
stuntingpada anak balita di wilayah pedesaan maupun perkotaanyaitu tingkat
kecukupan zink.

Penelitian lain dilakukan oleh Ni’mah & Nadhiroh (2016) di wilayah


kerja Puskesmas Kali Kedinding, Surabaya menunjukkan bahwa panjang badan
lahir, riwayat ASI Eksklusif, Pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dan
pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting pada balita. Oleh karena itu, diperlukan program yang terintegrasi
dan multisektoral untuk meningkatkan pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
pengetahuan gizi ibu, dan pemberian ASI eksklusif untuk menanggulangi kejadian
stunting pada balita.

33
Sosialisasi mengenai stunting merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan masyarakat mengenai pengertian stunting, bahaya stunting
terhadap kesehatan, dan cara pencegahnya. Salah satu cara mencegah stunting adalah
dengan memberikan makanan sehat dan bergizi kepada anak yang terkena stunting serta
memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil.

Kegiatan sosialisasi tentang stunting diikuti oleh bidan desa, kader posyandu,
perangkat desa, ibu hamil, orang tua yang mempunyai balita. Peserta diberikan informasi
yang lengkap tentang pengertian stunting, disadarkan tentang bahaya yang ditimbulkan
akibat stunting, dan cara pencegahan stunting sejak ibu mengandung. Stunting bukan hanya
mengakibatkan anak menjadi kurus dan pendek, tetapi juga mengakibatkan kecerdasan
anak serta tumbuh kembang otak dan fisik terhambat, dan kegemukan yang dapat membuat
anak mudah terjangkit oleh penyakit menular maupun penyakit yang tidak menualar.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi ini, hal ini dapat dilihat dari
jumlah masyarakat yang hadir di Posyandu Melur. Kegiatan membagikan balon menjadi
daya tarik bagi anak-anak yang akan diimunisasi, diharapkan dapat memberikan kesan
yang baik kepada anak-anak dan ibu hamil yang hadir saat posyandu tersebut.

Kegiatan sosialisasi juga menjelaskan jenis-jenis makanan yang sehat serta


memenuhi kebutuhan gizi ibu dan anak. Makanan sehat untuk pemenuhan gizi meliputi
protein, zat besi, karbohidrat, kalsium, dan zinc. Contoh makanan sehat untuk pemenuhan
gizi meliputi daging, telur, susu, sayur-sayuran, nasi, jagung, dan sebagainya. Kepada
peserta ibu dan anak juga diberikan contoh menu makanan pendamping ASI seperti buah-
buahan, sayuran hijau, dan sereal. Kegiatan Sosialisasi ini juga diikuti dengan membagikan
makanan tambahan berupa “Agar-agar Kacang Hijau” kepada seluruh warga yang hadir di
posyandu.

KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil identifikasi kasus stunting di RT 01, RT 02, 03, 04 dan 05 maka
didapatkan hasil 7 orang anak mengalami stunting di dalam satu RT yaitu, RT 04.
2. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di RT 04, maka ditemukan penyebab
stunting pada anak-anak tersebut adalah kebersihan lingkungan tidak diperhatikan, air
yang tidak bersih serta kurangnya wawasan dan perhatian warga setempat tentang
pentingnya pola hidup sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

34
3. Setelah pengukuran status gizi dan kesehatan pada 32 anak balita dan 3 orang ibu
hamil dilakukan dengan parameter tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala,
maka ditemukan 3,9% anak balita menderita stunting.
4. Pelaksanaan pelatihan stunting diikuti oleh bidan desa, kader posyandu, perangkat
desa dan ibu-ibu setempat yang datang untuk posyandu. Pelatihan ini berlangsung
dengan baik yang dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang hadir.
5. Target kegiatan pelatihan ini adalah menambah wawasan masyarakat mengenai
stunting, bahaya stunting, dampak stunting dan makanan bergizi untuk mencegah
stunting, kegiatan ini juga diikuti dengan pembagian "Agar-agar Hijau" sebagai
contoh makanan pendamping yang bergizi.

REFERENSI
Apriluana, G. and Fikawati, S., 2018. Analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian
stunting pada balita (0-59 bulan) di negara berkembang dan asia
tenggara. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), pp.247-
256.

Atikah, R., 2014. Resiko Pendidikan Ibu terhadap Kejadian Stunting pada Anak 6-23 Bulan
(Maternal Education as Risk Factor Stunting of Child 6-23 Months-old).

Illahi, R.K., 2017. Hubungan pendapatan keluarga, berat lahir, dan panjang lahir dengan
kejadian stunting balita 24-59 bulan di Bangkalan. Jurnal manajemen
kesehatan yayasan RS. Dr. Soetomo, 3(1), pp.1-7.

Kusumawati, D.D., Budiarti, T. and Susilawati, S., 2021. IDENTIFIKASI


KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI UPTD PUSKESMAS
CILACAP TENGAH II TAHUN 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum
Salatiga, 5(2), pp.25-31.

Nugroho, M. R., Sasongko, R. N. and Kristiawan, M. (2021) ‘Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia’,
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2). doi:
10.31004/obsesi.v5i2.1169.

Roesardhyati, R. and Kurniawan, D., 2021. IDENTIFIKASI FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN BALITA PENDEK
(STUNTING). Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).

35
Sulistyaningsih, E., Dewanti, P., Pralampita, P.W. and Utami, W., 2020. Peningkatan
Kemampuan Mengatasi Masalah Stunting dan Kesehatan melalui
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukogidri, Jember. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat, 5(1), pp.91-98.

Widyaningsih, C.A., Didah, D., Sari, P., Wijaya, M. and Rinawan, F.R., 2021.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING. JKM
(Jurnal Kebidanan Malahayati), 7(2), pp.207-214.

Yanti, N.D., Betriana, F. and Kartika, I.R., 2020. Faktor Penyebab Stunting Pada Anak:
Tinjauan Literatur. Real In Nursing Journal, 3(1), pp.1-10.

36

Anda mungkin juga menyukai