DESA : BODDIA
KECAMATAN : GALESONG
KABUPATEN : TAKALAR
OLEH :
2021
LAPORAN AKHIR KEGIATAN MEMBANGUN DESA/KULIAH
KERJANYATA TEMATIK (KKNT)PROGRAM MERDEKA BELAJAR-
KAMPUS MERDEKA (MBKM)
DESA : BODDIA
KECAMATAN : GALESONG
KABUPATEN : TAKALAR
Menyetujui,
Boddia, 2021
Penyusun,
Cover Dalam
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 5. PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 25. Metode budidaya rumput laut yang digunakan pada budidaya
Euchema cottoni
Dalam rangka menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan kemajuan
teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan agar lebih gayut dengan
kebutuhan zaman. Kapasitas mahasiswa tidak hanya link and match dengan dunia industri
dan dunia kerja, tetapi juga dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan
tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang
inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran yang mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan relevan.
f). Sebagai program yang dapat mendukung pencapaian indikator kinerja utama,
khususnya mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus.
a). Menerapkan ilmu atau keterampilan yang diperoleh selama masa studi di
perguruan tinggi untuk membantu desa melalui kegiatan yang bermanfaat.
d). Memperoleh pengalaman tentang cara mengelola program yang sesuai dengan
karakteristik dan tingkat kebutuhan masyarakat desa.
a). Mendapatkan jasa konsultasi oleh tenaga-tenaga muda, yakni mahasiswa dan
dosen pembimbing yang memiliki intelektualitas yang siap menjadi rekan bagi
para pengelola desa untuk berdiskusi dan merealisasikan program.
Luas wilayah Desa Boddia tercatat 35,72 Km yang terdiri dari empat dusun
yaitu : Dusun Bura’ne, Dusun Parang Bodeng, Dusun Manjalling, Dan Dusun Boddia.
Jarak dari kecamatan galesong mencapai 3,2 km sedangkan jarak jarak dari ibukota
kabupaten takalar mencapai 23,2 km yang melalui Kecamatan Galesong Selatan,
Kecamatan Bontonompo Selatan, Dan Kecamatan Sanrobone.
Desa Boddia merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 500
meter dari permukaan laut. Potensi sumberdaya alam desa Boddia yaitu padi, jagung,
ikan, kepiting, udang, dan berbagai sumber laut lainnya. Keadaan Penduduk Penduduk
Desa Boddia berjumlah 4795 jiwa, jumlah penduduk desa boddia paling sedikit terdapat
di dusun tarimbang yaitu berjumlah 651 jiwadengan jumlah kepala keluarga161 . total
jumlah penduduk desa Boddia, sebanyak 4701 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling
banyak terdapat di dusun Boddia sebanyak 1266 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 328 jiwa.
3. Mata Pencaharian
4. Mahasiswa
Secara garis besar program membangun desa /KKNT yang kami laksanakan
didesa boddia mengusung dan merencanakan proyek besar dalam bidang pengembangan
Ekowisata. Proyek pengembangan wisata yang dirancang tentunya hanya menyentuh
sebagian kecil aspek aspek ekowisata yang ada, akan tetapi dengan sentuhan kepada
aspek aspek kecil tersebut tentunya diharapkan mampu membawa perubahan yang sangat
signifikan terutama dalam pengembangan ekowisata desa boddia kedepannya.
Dibab berikutnya akan kami uraikan pula bentuk bentuk program yang dimuat
dalam proyek ekowisata yang kami kerjakan selama melaksanakan program membangun
desa/KKNT didesa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
2. Penyusunan Program
Penyusunan program ini tidak serta merta dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri
sebagai peserta Program KKNT akan tetapi melibatkan begitu banyak pihak yang kami
anggap dapat membantu dan memperlancar kegiatan dan proyek yang akan dilaksanakan.
Proyek pengembangan Ekowisata desa boddia yang kami laksakan tidak terlepas pula
dari arahan serta bimbingan dari dosen pembimbing lapangan yang setiap saat
memonitoring kegiatan perencanaan yang dilakukan.
Proyek ekowisata desa boddia yang direncanakan telah melalui begitu banyak
pendiskusian dengan pihak desa dan dosen pembimbing lapangan hingga pada akhirnya
proyek tersebut tersusun sedemikian rapih dan terencana hingga pada saat yang
ditetapkan untuk mengeksekusi kegiatan tersebut. Adapun proyek pengembangan
ekowisata yang dilaksanakan tentunya terdiri atas beberapa item kegiatan yang tentunya
menunjang aspek pengembangan wisata didesa mitra sebagaimana terlampir dimatriks
plaksanaan kegiatan dan juga akan kami uraikan berikut ini :
Ekowisata ini lebih dari sekedar kelompok pecinta alam yang berdedikasi, sebagai
gabungan berbagai kepentingan yang muncul dari keperdulian terhadap masalah sosial,
ekonomi dan lingkungan. Ekowisata menawarkan kesatuan nilai berwisata yang
terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya melestarikannya.
Ekowisata ini dapat berperan aktif di dalam memberikan solusi dalam menyelesaikan
permasalahan yang mungkin terjadi dalam pengembangan kawasan pariwisata ( Joko,
2014).
pelaksanaan kegiatan pengembangan ekowisata dermaga tua merupakan langkah
awal gerakan dari proyek pengembangan wisata didesa Boddia. Pada proses
pelaksanaannya terdapat berbagai item kegiatan utama yang meliputi survei dan
perencanaan, konsultasi dan perancangan, pengajuan hasil rancangan dan pelaksanaan
kegiatan.
Dalam hal konsultasi dan perancangan terdapat dua poin penting yang
dilakuakan. Tahap yang pertama yaitu konsultasi dengan konsultan terkait apa yang akan
dilakukan dalam proses pengembangan ekowisata. Tahap yang kedua yaitu menyusun
rencana pengembangan wisata atau sering pula dinamakan thap perencaanaan. Pada tahap
perencanaan fungsi konsultan sangat dibutuhkan guna memandu dalam proses
penyusunan proposal kegiatan. Penyusunan proposal kegiatan tentunya memerlukan
banyak hal utmanya terkait dengan data data wilayah yang akan dijadikan sebagai objek
pengembangan proyek wisata.
Setelah melalui diskusi yang panjang dan perencanan yang matang lahirnya
kemudian produk berupa proposal yang dijadikan acuan dalam bergerak melaksanakan
proyek ekowisata. Proposal yang dihasilkan kemudian selnajutnya diserahkan kepada
pemerintah desa sebagai pegangan pengusulan anggaran kedepannya. Adapun proses
pepmbuatan proposalnya dapat dilihat pada gambar dokumentasi dibawah ini
jalannya kegiatan. Jenis proposal untuk rencana kegiatan ini disebut dengan proposal
kegiatan. Adanya proposal ini menjadi suatu sarana untuk mengajukan dana maupun
dukungan pada kegiatan yang akan dilaksanakan baik itu dalam lingkup sekolah, kegiatan
Terdapat banyak cara membuat proposal pengajuan dana kegiatan dan acara,
namun secara garis besar isi yang terkandung di dalamnya harus memuat tujuan utama
dari penyusunan proposal. Hal ini meliputi agenda tujuan serta apa saja hal yang
dibutuhkan agar kegiatan yang akan diselenggarakan dapat berjalan sesuai yang
diharapkan. Itu semua di data dan ditulis dengan struktural yang teratur lengkap ke dalam
proposal.
Proposal yang kemudian lahir dari rancangan kegiatan yang telah disusun
yang legal terkait apa yang akan dikrjaan. Penyerahan proposal kegiatan pengembangan
ekowisata ini menjadi langkah dasar dalam mengeksekusi konsep wisata yang akan
Adapun teknis pelaksanaan dari ekowisata dermaga tua adalah sebagai berikut :
Pembersihan sekitaran pantai dermaga tua dilakukan selama 2 hari yakni dimulai
pada hari selasa tanggal 6 dan 7 juli 2021. Pembersihan dermaga tua dimaksudkan untuk
memperindah tampilan pantai yang nyaman tampa banyaknya sampah plastik yang
berserakan. Dalam konsep ekowisata itu sendiri kebersihan lokasi wisata merupakan hal
yang wajib untuk dipenuhi sehingga dapat menambah daya tarik wisatawan untuk dating
dan berwisata. Kegiatan pembersihan yang dilakukan selama 2 hari ini memakan waktu
sekitar 12 jam kerja. Pembersihan sekitaran pantai dermaga tua juga melibatkan aparat
desa boddia dan masyarakat sekitar pantai.
Pembuatan dan pemasangan spot foto dipantai boddia dermaga tua tidak berjalan
seperti yang telah direncanakan. Perancangan awal untuk membuat spot foto yang berupa
ayunan pantai sangat dengan terpaksa dipindahkan kepulau sandrobengi dikarenakan
beberapa pertimbangan yang hadir dalam diskusi bersama dengan aparat desa. Pencurian
dan pengrusakan menjadi alasan utama sehingga ayunan dipindahkan ke pulau
sandrobengi.
Pembuatan ayunan sampai kepada tahap pemasangan memakan waktu yang
sangat banyak hingga benar benar rampung dan bias digunakan. Proyek inilah yang
kemudian menguras banyak waktu dan tenaga dalam prosesnya. Pembuatan dan
pemasangannya sebenarnya menggunakan sekitar 60 jam akan tetapi dibagi kedalan 2 sub
bahasan, jadi bias dikatakan bahwa proyek spot foto ekowisata dermaga tua memelurkan
waktu sekitar 30 jam dalam rentang waktu 2 bulan terakhir sebelum penarikan.
Pemetaan lokasi pulau sandrobengi dilakukan pada hari jumat 28 mei 2021.
Pemetaan lokasi ini dimaksudkan untuk memperjelas tata letak setiap objek yang
dikerjakan dipulau sandrobengi. Pemetaan lokasi merupakan aspek awal yang sanagt
menentukan keberhasilan dalam proyek ekowisata. Pemetaan lokasi memakan waktu
kerja sekitar 5 jam. Perhitungan waktu kerja dihitung mulai dari keberangkatan
menyebrang pulau hingga kembali ke tempat awal. Pemetaan lokasi ekowisata pulau
sandroengi tentunya meminta berbagai pertimbangan dari dosen pembimbing lapngan
dan juga aparat desa boddia yang mendampingi.
Tanaman bakau berfungsi utama sebagai pencegah abrasi dan erosi (pengikisan
tanah) kawasan pantai. Hutan bakau juga menjadi tempat hidup biota laut dan satwa-
satwa penjaga ekosistem di pantai itu.
Selain berfungsi menjadi penghalang dan pencegah abrasi, hutan mangrove juga
benteng pengaman dari ancaman bencana gelombang pasang (tsunami) dan pendukung
kehidupan biota laut serta tetumbuhan.
Perencanaan awal yang akan kami lakukan disepanjang pantai boddia adalah
mengadakan bibit tanaman mangrove untuk ditanam disepanjang pantai. Penanaman
mangrove ini dimulai dengan mendiskusikan program kami kepada salah satu dosen yang
aktif bergerak dibidang itu dan juga memperhatikan peta sebaran mangrove diindonesia
nyatanya lokasi yang kami pilih tidak sesuai untuk ditanami mangrove. Mengakali hal
tersebut maka kami memilih bibit pohon yang cocok ditanam dipinggir pantai.
Penanaman pohon di sepanjang pantai merupakan hal yang sangat perlu untuk
dilakukan. Adapun tujuan dari penanaman pohon pelindung pantai adalah;
1. Memulihkan fungsi dan manfaat ekosistim pesisir sebagai jalur hijau (green belt)
2. Menciptakan kondisi wilayah pesisir yang nyaman dan asri yang dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat
Penanaman bibit pohon disepanjang pantai boddia dilakukan pada hari jumat
tanggal 16 juli 2021. Penanaman bibit ketapang disepanjang garis pantai berlangsung
selama 6 jam. Antusiasme masyarakat sangat terasa yang dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat yang ikut andil pada kegiatan penanaman pohon ini. Tak hanya itu berbagai
organisasi mahasiswa daerah setempat juga turut berpartisipasi menyukseskan kegiatan
ini.
Salah satu kegiatan tambahan yang dilakukan pada kegiatan MBKM ini yaitu
mengadakan papan edukasi sampah yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat
sekitar dan para wisatawan yang berkunjung akan bahaya dan dampak yang ditimbulkan
akibat sampah yang dihasilakan. Pembuatan papan edukasi sampah ini rampung dalam
waktu 1 bulan dan memerlukan waktu kerja sekita 15-20 jam. Kegiatan tambahan
berupa papan edukasi sampah ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Berangkat dari hal tersebut diatas maka kami dari mahasiswa MBKM proyek
membangun desa merumuskan hal hal urgent yang diperlukan sebagai bagian awal
gerakan pengembangan lokasi wisata. Secara kompleks telah kami paparkan hasil yang
telah kami kerjakan dan peroleh selama menjalangkan kegitan tersebut.
B. konfersi Matakuliah
Ada beberapa tahapan kegiatan dalam kultur jaringan rumput laut Eucheuma
cottoniisebagai berikut:
1. Pengambilan Indukan
Pengambilan indukan rumput laut dilakukan di beberapa daerah yakni
Sanrobone, Galut dan Laikang. Pengambilan induk rumput laut dilakukan tahap
awal yaitu dengan menyeleksi rumput rumput laut yang baik dengan kriteria
memiliki ciri thallus segar, warna cerah dan tidak berlumut bebas dari penyakit.
Hal ini sesuai pernyataan (Yuliana et al, 2013), mengatahkan bahwa rumput laut
yang memiliki kriteria baik yaitu, memiliki ukuran yang besar,bersih, segar dan
bebas dari penyakit yang menyerang rumput laut pada umumnya.
2. Aklimatisasi Indukan
Indukan yang sudah diambil dari lokasi penanaman kemudian di aklimatisasi di
green house selama 2 - 3hari. Setelah di aklimatisasi di green house, kemudian
indukan tersebut di aklimatisasi di dalam laboratorium selama 1hari dengan kadar
salinitas 29-33 ppt kemudian diaklimatisasi selama 1 bulan dengan suhu 22-24 0C
dan kadar salinitas 30 ppt. sampai indukan siap dijadikan eksplan untuk kegiatan
kultur jaringan
di Green House
Setelah 6 minggu, volume media pada PES cair pada kultur beraerasi
ditambah menjadi 1 liter. Dengan volume media yang lebih banyak,
propagul/planlet berkembang lebih pesat, dimana dalam 3 minggu panjang
thallus yang semula berkisar antara 1-1,5 cm telah mencapai panjang 3-3,5
cm. (Suristiani et al. 2011) pada thallus tumbuh banyak percabangan,
diameter thallus bisa mencapai 3-5 cm, pada saat tersebut thallus muda atau
planlet rumput laut ini siap untuk di aklimatisasi di Green House.
9. Pemeliharaan Planlet
a. Kualitas Air
Kegiatan pengontrolan planlet rumput laut, air merupakan media untuk
hidup, maka kualitas airnya harus baik. Pengukuran kualitas air
dilakukan sebagai salah satu aspek yang perlu dalam kegiatan budidaya
agar mengetahui parameter kualitas air yang ada.adapun parameter yang
diamati sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu merupakan aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dengan
pengukuran yang dilakukan satu kali dalam sehari. Suhu yang baik
untuk pertumbuhan planlet Euchema cottoni untuk skala
Laboratorium berkisar antara 22-24 0
C. Pertumbuhan planlet
Euchema cottoniuntuk skala Green House berkisar antara 28-30 0C.
Sedangkan untuk skala KJA berkisar antara 28-32 0C.
2. Salinitas
Salinitas merupakan aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dengan
pengukuran yang dilakukan satu kali dalam sehari.Euchema
cottonimerupakan rumput laut yang memiliki sifat stenohaline,
rentan fluktuasi salinitas yang tinggi.
Salinitas yang digunakan untuk proses pemeliharaan planlet dalam
skala Laboratorium berkisar antara 30-32 ppt. Pemeliharaan planlet
untuk skala Green house berkisar antara 30-33 ppt. Sedangkan untuk
skala KJA berkisara antara 30-35 ppt.
3. pH
pH merupakan salah satu aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dimana pH
yang baik untuk pertumbuhan planlet dalam skala laboratorium
berkisar antara 7,8-8,2, untuk skala Green house berkisar 7,8-8,2,
sedangkan untuk skala KJA berkisar 7,5-8,5.
b. Aklimatisasi di rumah kaca
Planlet rumput laut muda di aklimatisasi dan di pelihara dalam akuarium
di rumah kaca sebelum di budidayakan di perairan pantai.proses ini
bertujuan untuk mengadaptasikan planlet dari in vitro ke lingkungan baru
yaitu akuarium yang disimpan dalam rumah kaca.instalasi
pemeliharaan/aklimatisasi planlet sama dengan aklimatisasi indukan
rumput laut,yaitu akuarium dengan sisten resirkulasi.Air laut dalm
akuarium dialirkan ke wadah filter yang terdiri dari lapisan kapas,arang
aktif,karang dan kapas.Air yang telah difilter dialirkan kembali dengan
menggunakan pompa dan pipa PVC ke akuarium tempat pemeliharaan
rumput laut.akuarium juga di lengkapi dengan aerator,dan blower/
pompa untuk membuat arus buatan(wave maker).
c. Pemeliharaan Bibit Siap Sebar
Lokasi yang digunakan untuk kegiatan budi daya adalah lokasi milik
warga yang bekerja sama dengan BPBAP Takalar bidang divisi kultur
dan jaringan, yang mana menjadi kelompok binaan di setiap daerah
tertentu seperti, Jeneponto, bulukumba, bone, gorontalo, galesong utara,
galesong selatan, polman, bantaeng, barru.
Metode budidaya yang diterapakan dalam kegiatan budidaya Euchema
cottonidi Kabupaten Takalar, Kecamatan Sandrobone, Dusun macini baji
adalah Metode Long line (Floating metode), bibit hasil kultur jaringan
rumput laut yang diikat pada tali ris untuk Euchema cottoni, panjang tali
ris adalah25 m. Keuntungan metode ini fleksibel dalam pemilihan
lokasi, penyerapan cahaya matahari lebih optimal. Kelemahan dari
metode ini adalah biaya yang dikeluarkan cukup banyak bila
dibandingkan dengan metode lainya (Poncomulyo et al, 2008).
Gambar 25. Metode budidaya rumput laut yang digunakan pada budidaya Euchema
cottoni
2. Kualitas Air
Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan
sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya maka harus
dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu
budidaya.
a. Sifat Fisik
1. Suhu Air
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan
saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut, tetapi juga dengan kaitannya
kehidupan hewan atau tumbuhan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,
dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) Kordi dan Andi (2009).
2. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan prose fotosintesis
pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya
matahari yang jauh kedalam perairan, begitu pula sebaliknya Erikarianto, (2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009). Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan
kedalam air dan dinyatakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus
sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (tubidity) air. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai 18 dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakan yang tidak
keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
3. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Garam-garam yang
ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang
menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau
salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt)
atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt,
perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35
ppt.
b. Sifat Kimia
1. Oksigen
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu,
makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut oksigen terlarut
( Dissolved Oxygen/DO ) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil
proses fotosintesis fitoplakton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini
sangat memungkinkan untuk langsung 19 dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme
untuk kehidupan, antara lain proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk
pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan
pembentukan Co2 dan H2 o .
Oksigen yang diperlukan biota air umtuk pernafasannya harus terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya didalam
air tidak mencukupikebutuhan biota akan terlambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies
tertentu dan kebutuhan pada metabolisme ikan Kordi dan Andi, (2009).
2. Karbondioksida
3. pH Air
c. Sifat Biologi
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk
kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton
sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami
bagi ikan budidaya. Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan
zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan
dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat
rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan
air.
Terdapat banyak sekali desain filter fisik untuk mendapatkan air bersih. Pada
prinsipnya filter fisik ini bekerja dengan manyaring air yang dilewatkan ke filter baik
secara gravitasi maupun dengan tekanan pompa. Untuk lebih efektifnya filter ini biasanya
dibuat bertahap dari tingkat penyaringan kasar ke tingkat yang lebih halus. Untuk
memudahkan pemeliharaan filter terutama untuk pembersihan filter, maka harus
dilengkapi sistem back wash. Prinsip back wash adalah dengan mengalirkan air pada
bahan filter dengan arah yang terbalik, sehingga mampu mengeluarkan kotoran yang
nyangkut di filter. Untuk pemeliharaan filter ini secara periodic dilakukan pembersihan
total atau bahkan diganti bahan filternya. Sterilisasi air ada yang menggunakan alat
berupa ozonator, ultraviolet dan ada yang menggunakan bahan kimia berupa kaporit.
Akhir-akhir ini mulai banyak penggunaan filter berupa membran yang dikenal dengan
ultrafilter. Di dalam bak sterilisasi tersebut dilakukan sterilisasi dengan chlorinasi, yaitu
dengan memberikan kaporit dengan dosis 15-20 ppm. Untuk menetralkannya diaerasi
kuat hingga 3-4 hari, jika belum netral ditambahkan Na-Thiosulfat secukupnya hingga
netral (perlu dicek dengan chlorine test). Tahap terakhir adalah distribusi, dengan
memompakan air ini ke jaringan distribusi melalui karbon aktif presure filter Kangkan,
A.L., (2006) .
3. Ekowisata
a) Perencanaan
Perencanaan ekowisata adalah alat untuk membimbing pengembangan pariwisata
pada daerah yang dilindungi dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari
semua pemangku kepentingan untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan
pengelolaan ekowisata seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat
dilakukan atau kegiatan publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi
tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan
pewilayahan (zoning) yang didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan
kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan
umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation
Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus
yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini
terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk
mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan
komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus dan
alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang
dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
b) perancangan
Dalam menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus terlebih
dahulu menyepakati formatnya terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana
pengelolaan ekowisata adalah sebagai berikut: 1. Visi, tujuan dan strategi Pada rencana
pengelolaan ekowisata harus dituliskan visi dari kegiatan ini yang berisi tentang projeksi
secara komprehensif mengenai daerah yang dilindungi beberapa tahun kedepan. Tujuan
adalah cita-cita yang lebih spesifik dari pada visi yang diharapkan dari pelaksanaan
ekowisata didaerah tersebut misalnya dampak pariwisata yang rendah, ada keuntungan
bagi komunitas lokal, ada dukungan finasial dan pendidikan untuk konservasi dll. Strategi
adalah tahapan essensial yang menjembatani tujuan dengan aktivitas-aktivitas, kadang-
kadang strategi dalam kondisi praktis digantikan tujuan khusus. 2. Tujuan khusus Tujuan
khusus adalah tujuan dari program-program yang dikembangkan dari strategi-strategi
yang ada. Kumpulan dari tujuan khusus secara resultan harus menjadi tujuan dari rencana
pengelolaan ekowisata.
Gambar 27. Perancangan
Dalam implementasi rencana pengelolaan ekowisata ada dua kunci faktor utama
keberhasilan implementasi yaitu faktor yang berhubungan dengan personel dan faktor
program.
A. Faktor yang berhubungan dengan personel Faktor –faktor yang berhubungan dengan
personel adalah:
2. Staf program ekowisata Ketua program harus dibantu dengan orang-orang yang
mampu bekerja sama dan tekun serta disiplin. Personel ini akan bekerja disesuaikan
dengan kompetensinya masing-masing
3. Pelatihan Supaya personel terus dapat bekerja dengan baik maka diperlukan
peningkatan kompetensi melalui kegiatan pelatihan yang harus dilakukan secara berkala
4. Komite penasehat ekowisata Komite penasehat ekowisata harus selalu siap sedia
memberikan masukan kepada ketua program, menyediakan informasi dan bahan dari
lapangan dan membantu komunikasi dengan industri pariwisata atau komunitas.
Pelaksanaan pendukungan ini tentunya harus melalui mekanisme partisipatori.
B. Faktor Program Faktor-faktor yang berhubungan dengan program adalah:
2. Evaluasi Kegiatan ini adalah untuk melihat kemajuan dari program dan pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
3. Rencana kerja tahunan Perlu adanya rencana kerja tahunan yang menjelaskan secara
detail langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mencapai target setiap tahunnya.
4. Sistem pelaporan Sistem pelaporan sangat diperlukan karena dengan adanya dokumen
tertulis data untuk melakukan pengelolaan selanjutnya tersedia untuk melakukan
perbaikan atau akselerasi program.
4. konservasi perairan
Dalam melakukan konservasi utamnya dalam wilayah pesisir tentunya kita melakukan
berbagai macam tahapan. Tahan tahapan dalam melakukan konservasi sedikitnya
dikelompokkan menjadi:
2. merumuskan masalah
4. pelaksanaan
5. evaluasi
1. Faktor Pendukung
2. Faktor penghambat
Terlepas dari semua dukungan yang ada juga ada beberapa hal yang menjadi kendala
dalam menjalangkan program MBKM ini. Kendala yang cukup berat ada pada cuaca
mengingat program pengembangan wisata kami berada pada pulau yang mengharuskan
kami untuk menyebrang menggunakan perahu dan pada saat saat tertentu kami tidak
dapat akses untuk menyebrang dan lebih mengutamakan keselamatan. Kendala
selanjutnya ada pada saat komunikasi, menginga desa mitra yang kami tempati berada
dalam fase pergantian kepala desa sehingga PLT yang menjabar agak susah untuk
mengambil keputusan. Pergantian PLT juga berlansung selama 2 kali semenjak kami
dilokasi yang mengakibatkan beberapa miss komunikasi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari perencanaan yang telah disusun diawal dan melihat hasil yang
diperoleh kami dapat menyimpulkan bahwa kegiatan yang kami lakukan sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan pengembangan
desa/KKNT ini pula memberi dampak yang besar terhadap desa mitra dan masyarakat
tergambar dari video testimoni yang ada.
5.2 Saran
Kami menyarankan untuk kegiatan MBKM yang akan datang utamnya dalam hal
pembangunan desa/KKNT kiranya menempatkan lebih banyak mahasiswa dalam satu
desa mitra yang mempunyai basic pengetahuan yang berbeda agar program yang dijalan
kan lebih hidup dan lebih maksimal lagi.
Segala sesuatu yang telah dipelajari didalam kampus tentunya sangat berguna
dilapangan dalam menunjang kinerja mahasiswa. MBKM proyek membangun
desa/KKNT merupakan hal yang sangat kompleks dilapangan, kita dituntut untuk jelih
melihat peluang yang ada untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam bergerak.
Tak hanya itu dalam hal menanggapi masalah yang terjadi dilapangan juga kita
memerlukan pengetahuan dasar yang dimana pengetahuan pengetahuan tersebut tentunya
telah banyak dipelajari didalam kampus.
Marceilla Hidayat. 2011. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Objek Wisata ( Studi
Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat ). Tourism and
Hospitality Essentials (THE) Journal. Vol 1 (1).
Sulistiani E, Soelistyowati DT, Yani SA. 2011. Thallus regeneration from Callus of
Cottoni Seaweed (Kappaphycus alvarezii Doty) Research report 2011. SEAMEO
BIOTROP. Bogor
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/224472/sejuta-manfaat-dari-tanaman-
bakau