Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR KEGIATAN MEMBANGUN DESA/KULIAH

KERJANYATA TEMATIK (KKNT)PROGRAM MERDEKA BELAJAR-


KAMPUS MERDEKA (MBKM)

DESA : BODDIA

KECAMATAN : GALESONG

KABUPATEN : TAKALAR

OLEH :

1. Mutmainnah Muamalia 1827041021( Pend. Teknologi Pertanian / FT)


2. Azzah Afiifah 1827042010( Pend. Teknologi Pertanian / FT)
3. Akbar 1827041018( Pend. Teknologi Pertanian / FT)

PUSAT KKN DAN PERBEDAYAAN MASYARAKAT

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGAPCIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
LAPORAN AKHIR KEGIATAN MEMBANGUN DESA/KULIAH
KERJANYATA TEMATIK (KKNT)PROGRAM MERDEKA BELAJAR-
KAMPUS MERDEKA (MBKM)

DESA : BODDIA

KECAMATAN : GALESONG

KABUPATEN : TAKALAR

1. Mutmainnah Muamalia 1827041021( Pend. Teknologi Pertanian / FT)


2. Azzah Afiifah 1827042010( Pend. Teknologi Pertanian / FT)
3. Akbar 1827041018( Pend. Teknologi Pertanian / FT)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan

Andi Alamsyah Rivai, S.Pi., M.Si.


NIP 199301032019091001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kelompok
Kegiatan Mahasiswa KKN Tematik Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
(MBKM). Universitas Negeri Makassar berjalan sebagaimana mestinya. Salam dan
shalawat semoga tetap tercurahkan kepada Nabiullah Muhammad Sallallahu alaihi
wassallam, keluarganya, para sahabat dan orang-orang yang tetap konsisten di jalan-
Nya. Aamiin.
Kuliah Kerja Nyata Tematik merupakan wujud dari peran mahasiswa dalam
bentuk pengabdian kepada masyarakat. Dalam program kegiatan KKN Tematik ini
mahasiswa belajar mengaitkan antara dunia akademik-teoritik dengan dunia empirik-
praktis bagi pemecahan permasalahan masyarakat agar masyarakat mampu
memberdayakan dirinya untuk menolong diri mereka sendiri (to help people to help
themselves). Mahasiswa KKN Tematik yang telah diberikan pembekalan ilmu dan
keterampilan dari Universitas diberikan kesempatan untuk terjun langsung
kemasyarakat yang telah diberikan.
Kami diberi amanah untuk melaksanakan program KKN Tematik Desa
Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Selama masa KKN Tematik
mahasiswa diharapkan mampu merancang dan menyelesaikan beberapa program kerja
sesuai dengan kondisi masyarakat di Desa Boddia. Segala bentuk pertanggungjawaban
dari pelaksanaan KKN Tematik disusun dalam Laporan Akhir Kelompok Kegiatan
Mahasiswa KKN Tematik Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM)
Universitas Negeri Makassar.
Segala bentuk permasalahan yang hadir mulai dari penyelesaian program kerja
hingga penyusun laporan ini dapat diatasi dengan usaha, doa dan dukungan dari
berbagai pihak. Atas rasa syukur tersebut, kami mengucapkan rasa terima kasih yang
tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Makassar Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP.
2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Prof.
Dr. Ir. H. Bakhrani Rauf, M.T.
3. Bapak Kepala Pusat KKN dan Pemberdayaan Masyarakat, Dr. Amiruddin,
S.T., M.T
4. Ibu Dr. Andi Sukainah, S.TP., M.Si. Selaku Ketua Prodi Pendidikan
Teknologi Pertanian.
5. Bapak Andi Alamsyah Rivai, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing lapangan
kita.
6. Bapak H. Syamsari Kitta Selaku Bupati di Kabupaten Takalar S. PT., MM
yang bersedia menerima peserta KKNT dari Universitas Negeri Makassar.
7. Bapak Drs. SYAHRIAR, M.Ap Selaku kepala Camat Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar yang bersedia menerima peserta KKNT dari Universitas
Negeri Makassar.
8. Bapak Syahriar Bakri Selaku kepala Desa Boddia yang bersedia menerima
peserta KKNT dari Universitas Negeri Makassar.
9. Masyarakat Kecamatan Galesong dan Desa Boddia Kabupaten Takalar.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Membangun
Desa/KKNT di Desa Boddia Kecamatan Galesong.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang diberikan dari berbagai pihak mendapat
imbalan yang setimpal oleh Allah Swt. dan juga semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Boddia, 2021
Penyusun,

Mahasiswa KKN Tematik UNM


Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
DAFTAR ISI
Cover Luar

Cover Dalam

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Membangun Desa/KKNT

1.3. Manfaat Membangun Desa/KKNT

BAB 2. GAMBARAN UMUM MEMBANGUN DESA/KKNT

2.1. Paparan kondisi umum Membangun Desa/KKNT

BAB 3. METODE PELAKSANAAN MEMBANGUN DESA/KKNT

3.1. Tahapan/Prosedur Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

3.2. Frekuensi Pelaksanaan Kegiatan Program Membangun Desa/KKNT

3.3. Pihak yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

3.4. Bentuk Program yang Dilaksanakan

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI MEMBANGUN DESA/KKNT

4.1. Gambaran Program Membangun Desa/KKNT

4.2. Hasil yang Diperoleh Dari Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

4.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

BAB 5. PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran

BAB 6. REFLEKSI DIRI


6.1. Manfaaf PErkuliahan Dalam Menjalankan Program Dilapangan

6.2. Manfaat Program Dalam Menunjang soft Skill

6.3. Manfaat Program Terhadap Pengembangan Kognitif

6.4. Rencana Kedepan Setelah Menjalangkan Program

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diskusi dan penawaran program

Gambar 2. Konsultasi dan perancangan

Gambar 3. Konsultasi Proposal

Gambar 4. Pengajuan rancangan kegiatan

Gambar 5. Pemetaan lokasi

Gambar 6. Pengadaan tempat sampah

Gambar 7. Pembersihan sekitar pantai boddia

Gambar 8. Pemasangan spot foto

Gambar 9. Pemetaan lokasi

Gambar 10. Pengadaan tempat sampah

Gambar 11. Pembersihan pulau

Gambar 12. Pemasangan spot foto

Gambar 13. Sosialisasi penanaman

Gambar 14. Pengadaan bibit pohon

Gambar 15. Penanaman pohon

Gambar 16. Kontrol tanaman

Gambar 17. Pemasangan papan edukasi

Gambar 18. Aklimatisasi Indukan Eucheuma cottoni

Gambar 19. Proses Sterilisasi Alat

Gambar 20. Proses sterilisasi air laut

Gambar 21. Proses penanaman eksplan untuk Uji kesterilan

Gambar 22. Penumbuhan Khallus


Gambar 23. Mikropagul yang dipelihara pada rotary shaker

Gambar 24. Planlet yang disubkultur ke botol 1 liter

Gambar 25. Metode budidaya rumput laut yang digunakan pada budidaya
Euchema cottoni

Gambar 26. Perencanaan

Gambar 27. Perancangan

Gambar 28. Pelaksanaan

Gambar 29. Konservasi perairan


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan kemajuan
teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan agar lebih gayut dengan
kebutuhan zaman. Kapasitas mahasiswa tidak hanya link and match dengan dunia industri
dan dunia kerja, tetapi juga dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan
tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang
inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran yang mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan relevan.

Kebijakan Merdeka BelajarKampus Merdeka (MB-KM) diharapkan dapat


menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud
pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur
belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Program utama Kampus Merdeka mencakup kemudahan pembukaan program studi baru,
perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan perguruan tinggi negeri
menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program studi.
Mahasiswa diberikan kebebasan mengambil Satuan Kredit Semester (SKS) di luar
program studi. Tiga semester yang di maksud berupa satu semester kesempatan
mengambil mata kuliah di luar program studi dan dua semester melaksanakan aktivitas
pembelajaran di luar perguruan tinggi.

Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) merupakan suatu bentuk


pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup
di tengah masyarakat di luar kampus dan secara langsung bersama-sama masyarakat
mengidentifikasi potensi serta menangani masalah sehingga diharapkan mampu
mengembangkan potensi desa/daerah dan meramu solusi untuk masalah yang ada di desa.
Kegiatan Membangun Desa/KKNT diharapkan dapat mengasah soft skill kemitraan, kerja
sama tim lintas disiplin/keilmuan (lintas kompetensi), dan leadership mahasiswa dalam
mengelola program pembangunan di wilayah pedesaan.

1.2. Tujuan Membangun Desa/KKNT

Tujuan pelaksanaan Membangun Desa/KKNT adalah sebagai berikut :

1. Kehadiran mahasiswa selama enam bulan dapat mendampingi perencanaan program di


desa, mulai dari kajian potensi, masalah dan tantangan pembangunan, penyusunan
prioritas pembangunan, perancangan program, desain sarana prasarana, pemberdayaan
masyarakat, pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), supervisi pembangunan,
hingga monitoring dan evaluasi.
2. Memberikan pengalaman dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai generasi andal
3. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bidang ilmu dan minat mahasiswa
dengan luaran akhir dalam bentuk karya tertulis, audio-visual, maupun bentuk karya
laporan akhir
1.3. Manfaat Membangun Desa/KKNT

Membangun Desa/KKNT dapat memberikan manfaat kepada UNM, mahasiswa,


dan mitra.

1. Manfaat bagi UNM

a).Memahami dinamika dan perkembangan di desa yang dapat


diimplementasikan melalui kurikulum dan perkuliahan.

b). Menciptakan kemitraan dengan desa/pemerintah daerah

c). Memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan konsep yang diperlukan


oleh satuan masyarakat dan pemerintah di desa

d). Menjadi sarana pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

e). Memberikan kesempatan kepada dosen pembimbing untuk melihat realitas


masyarakat desa.

f). Sebagai program yang dapat mendukung pencapaian indikator kinerja utama,
khususnya mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus.

2. Manfaat bagi Mahasiswa

a). Menerapkan ilmu atau keterampilan yang diperoleh selama masa studi di
perguruan tinggi untuk membantu desa melalui kegiatan yang bermanfaat.

b). Meningkatkan kemampuan adaptasi mahasiswa dengan situasi dan kondisi di


masyarakat sehingga menambah pengalaman untuk dapat hidup
bermasyarakat.

c). Memperoleh tambahan informasi terkini dan pengetahuan/pengalaman tentang


sekolah dan dinamika permasalahan masyarakat di desa.

d). Memperoleh pengalaman tentang cara mengelola program yang sesuai dengan
karakteristik dan tingkat kebutuhan masyarakat desa.

e). Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepedulian mahasiswa terhadap


masyarakat di desa.

3. Manfaat bagi Mitra

a). Mendapatkan jasa konsultasi oleh tenaga-tenaga muda, yakni mahasiswa dan
dosen pembimbing yang memiliki intelektualitas yang siap menjadi rekan bagi
para pengelola desa untuk berdiskusi dan merealisasikan program.

b). Melaksanakan program-program desa yang dibantu oleh mahasiswa sehingga


desa dapat berkembang menjadi desa mandiri.
c). Menumbuhkan kerja sama yang saling menguntungkan, baik dalam bentuk
pengenalan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh oleh
mahasiswa dari perguruan tinggi

BAB 2. GAMBARAN UMUM MEMBANGUN DESA/KKNT


2.1. Paparan kondisi umum Membangun Desa/KKNT

1. Profil Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupatren Takalar

Desa Boddia merupakan salah satu desa di Kecamatan Galesong Kabupaten


Takalar Provinsi Sulawesi Selatan, yang sebagian wilayahnya berupa kawasan pesisir.
Secara administrasi berbatasan :

a). Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong Selatan,

b). Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong Utara,

c). Sebelah barat berbatasan dengan wilayah pesisir (Selat Makassar),

d). Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Luas wilayah Desa Boddia tercatat 35,72 Km yang terdiri dari empat dusun
yaitu : Dusun Bura’ne, Dusun Parang Bodeng, Dusun Manjalling, Dan Dusun Boddia.
Jarak dari kecamatan galesong mencapai 3,2 km sedangkan jarak jarak dari ibukota
kabupaten takalar mencapai 23,2 km yang melalui Kecamatan Galesong Selatan,
Kecamatan Bontonompo Selatan, Dan Kecamatan Sanrobone.

Desa Boddia merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 500
meter dari permukaan laut. Potensi sumberdaya alam desa Boddia yaitu padi, jagung,
ikan, kepiting, udang, dan berbagai sumber laut lainnya. Keadaan Penduduk Penduduk
Desa Boddia berjumlah 4795 jiwa, jumlah penduduk desa boddia paling sedikit terdapat
di dusun tarimbang yaitu berjumlah 651 jiwadengan jumlah kepala keluarga161 . total
jumlah penduduk desa Boddia, sebanyak 4701 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling
banyak terdapat di dusun Boddia sebanyak 1266 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 328 jiwa.

3. Mata Pencaharian

Desa Boddia adalah kawasan yang sebagian penduduknya bermukim di kawasan


pesisir. Boddia merupakan desa yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar,
meski demikian tidak semua penduduk di desa ini melakoni profesi yang berbasis
sumberdaya alam. Jumlah penduduk yang belum memiliki pekerjaan sebanyak 3.289 jiwa
dari 4.701 jiwa penduduk desa Boddia. Penduduk di desa bontosunggu berprofesi
mayoritas petani berjumlah 562 jiwa dan nelayan dengan jumlah 407 jiwa dari jumlah
total penduduk yang bekerja sebanyak 1.412 jiwa . jumlah penduduk yang bekerja
sebagai buruh swasta sebanyak 145 jiwa, yang bekerja pada sektor peternakan sebanyak
119 jiwa, Pegawai negeri (guru dan PNS) ,sedangkan penduduk yang bermata
pencaharian paling sedikit yaitu yang bekerja sebagai pedagang.

BAB 3. METODE PELAKSANAAN MEMBANGUN


DESA/KKNT
3.1. Tahapan/Prosedur Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

Dalam menentukan tahapan pelaksanaan program membangun desa/KKNT,


mahasiswa dapat memperhatikan panduan pelaksaanaan yang telah dikeluarkan oleh
Universitas negeri Makassar. Dalam hal ini kami menggunakan Skema Membangun
Desa/KKNT Free-Form yang menjadi panduan kami dalam menjalangkan program
membangun desa/KKNT.

Mahasiswa diberikan kebebasan untuk menentukan dan melakukan bentuk


program Membangun Desa/KKNT yang akan dilaksanakan bersama mitra. Dalam
menyusun program Membangun Desa/KKNT, mahasiswa harus memperhatikan
kurikulum terkait dengan kegiatan dan dikonsultasikan dengan dosen penasihat
akademik. Alur Membangun Desa/KKNT Free-Form digambarkan sebagai berikut.

3.2. Frekuensi Pelaksanaan Kegiatan Program Membangun Desa/KKNT

Waktu Pelaksanaan Membangun Desa/KKNT Membangun Desa/KKNT


dilaksanakan menurut skema masingmasing. Membangun Desa/KKNT Skema
Pembangunan dan Pemberdayaan Desa, skema Mengajar di Desa, dan skema Freeform
dapat dilaksanakan setiap saat dengan durasi waktu enam bulan atau satu semester.

3.3. Pihak yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT


Pelaksanaa program membangun desa tentunya melibatkan berbagai pihak dalam
upaya pelaksanaannya dan secarav umum pihak pihak yang dilibatkna adalah sebagai
berikut:

1. Universitas Negeri Makassar

2. Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian

3. Dosen Pembimbing Lapangan

4. Mahasiswa

5. Pemerintah Desa Boddia, Kecamatan Galesong dan Kabupaten Takalar

6. Masyarakat Desa Boddia

7. Organisasi Mahasiswa Maupun masyarakat Yang tergabung dalam Beberapa


pelaksanaan Program.

3.4. Bentuk Program yang Dilaksanakan

Secara garis besar program membangun desa /KKNT yang kami laksanakan
didesa boddia mengusung dan merencanakan proyek besar dalam bidang pengembangan
Ekowisata. Proyek pengembangan wisata yang dirancang tentunya hanya menyentuh
sebagian kecil aspek aspek ekowisata yang ada, akan tetapi dengan sentuhan kepada
aspek aspek kecil tersebut tentunya diharapkan mampu membawa perubahan yang sangat
signifikan terutama dalam pengembangan ekowisata desa boddia kedepannya.

Selain proyek pengembangan ekowisata, terdapat berbagai kegiatan lain yang


dilakukan guna untuk mengkonversikan beberapa matakuliah seperti kultur jaringan
rumput laut, kualitas air, ekowisata dan konservasi perairan. Program membangun
desa/KKNT juga rancang dan di programkan untuk mengkonversi bebeapa softskill yang
telah kami peroleh diantaranya berupa kepemimpinan, kerja keras, kemampuan
komunikasi dan kemampuan kerja sama. Setelah semua program diselesaikan, pada tahap
akhir merupakan tahap yang paling penting sebagai persyaratan untuk mengkonversikan
program kedalam beberapa matakuliah dan soft skill sehingga dalam perencanaannya
diplanningkan untuk menyisihkan waktu untuk menyelesaikan laporan akhir kegiatan.

Dibab berikutnya akan kami uraikan pula bentuk bentuk program yang dimuat
dalam proyek ekowisata yang kami kerjakan selama melaksanakan program membangun
desa/KKNT didesa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI MEMBANGUN DESA/KKNT


4.1. Gambaran Program Membangun Desa/KKNT

1. Perencanaan Awal Kegiatan


Keberhasilan pelaksanaan suatu program sangat ditentukan oleh persiapan yang
dilakukan sebelumnya. Demikian pula dengan pelaksanaan program membangun desa/
kuliah kerja nyata tematik merdeka belajar kampus merdeka Universitas Negeri
Makassar. Sebelum diterjunkan ke lapangan telah dilakukan persiapan-persiapan dengan
seksama melalui pendekatan sosial, penentuan jadwal, latihan pembekalan, observasi
desa, penyusunan program dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program
membangun desa/ kuliah kerja nyata tematik. Terkait dengan penyusunan program
membangun desa/ kuliah kerja nyata tematik, mahasiswa terlebih dahulu melakukan
observasi desa. Observasi desa dilakukan dengan maksud untuk mendapat keterangan
yang cukup lengkap dan terinci tentang lokasi kegiatan. Observasi desa merupakan tahap
awal dari kegiatan lapangan khususnya dalam penyusunan program. Mahasiswa diberikan
waktu yang cukup dalam melakukan observasi, untuk mengidentifikasikan keadaan
desa/kelurahan yang dijadikan sasaran.

2. Penyusunan Program

Berdasarkan dari hasil obserfasi dilapangan maka kami menyusun program


pembangunan desa dengan proyek pengembangan Ekowisata desa boddia sebagai upaya
membangun dan mengembangan desa mitra yang kami tempati dalam melaksanakan
program KKNT ini.

Penyusunan program ini tidak serta merta dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri
sebagai peserta Program KKNT akan tetapi melibatkan begitu banyak pihak yang kami
anggap dapat membantu dan memperlancar kegiatan dan proyek yang akan dilaksanakan.
Proyek pengembangan Ekowisata desa boddia yang kami laksakan tidak terlepas pula
dari arahan serta bimbingan dari dosen pembimbing lapangan yang setiap saat
memonitoring kegiatan perencanaan yang dilakukan.

Proyek ekowisata desa boddia yang direncanakan telah melalui begitu banyak
pendiskusian dengan pihak desa dan dosen pembimbing lapangan hingga pada akhirnya
proyek tersebut tersusun sedemikian rapih dan terencana hingga pada saat yang
ditetapkan untuk mengeksekusi kegiatan tersebut. Adapun proyek pengembangan
ekowisata yang dilaksanakan tentunya terdiri atas beberapa item kegiatan yang tentunya
menunjang aspek pengembangan wisata didesa mitra sebagaimana terlampir dimatriks
plaksanaan kegiatan dan juga akan kami uraikan berikut ini :

a) Pembersihan pantai dan pulau


Program ini direncanakan karena melihat banyaknya sampah yang berserakan
disekitar pantai dan pulau. Sampah di laut terutama sampah plastik saat ini
menjadi permasalahan setiap negara terutama yang memiliki wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil seperti Indonesia. Melalui gerakan pembersihan ini
diharapkan dapat memberikan gambaran dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan agar tercipta lingkungan yang asri,
bersih, nyaman dan bebas sampah. Dengan adanya kegiatan ini juga
diharapkan dapat terus dilaksanakan secara rutin oleh warga masyarakat demi
terciptanya lingkungan pantai dan pulau yang terbebas dari sampah.
b) Penghijauan di sekitar pantai
Program ini direncanakan karena melihat adanya abrasi di sekitar pantai.
Penghijauan ini dilakukan dengan melakukan penanaman pepohonan.
Adapun bibit pohon yang ditanam yaitu pohon Ketapang. Pohon katapang
sangat cocok ditanam untuk penghijauan di sekitar pantai karena, memiliki
akar yang sangat kuat di dalam tanah dan kemampuan menyerap air
sehingga, pada saat terjadi abrasi di daerah bibir pantai, pohon ini akan
terlebih dahulu menyerap air dari abrasi pantai tersebut. Dan sebagai pohon
pelindung dari terik matahari bagi pengunjung yang ingin menikmati
keindahan pantai itu. Kegiatan ini sebagai upaya konservasi dan pelestarian
lingkungan hidup.
c) Pembuatan papan edukasi tentang sampah
Program ini direncanakan karena melihat kurangnya kepedulian masyarakat
sekitar tentang kebersihan lingkungan pantai dan pulau dan masih banyak
yang membuang sampah plastik sembarangan. Untuk mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai, papan edukasi sampah plastik dipasang di
sekitar pantai dan pulau. Papan tersebut berisi penjelasan terkait lamanya
waktu mengurai sampah plastik berbagai jenis, dan sengaja dipasang untuk
mengedukasi masyarakat terkait bahaya sampah plastik. Papan edukasi
sampah ini bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai waktu terurainya
sampah sekian tahun. Kemudian diharapkan dapat menyadarkan masyarakat
akan pentingnya menjaga lingkungan, salah satunya tidak membuang sampah
sembarangan khususnya mengurangi penggunaan bahan plastik
d) Pembuatan spot foto ayunan
Program ini direncanakan karena melihat kurangnya daya tarik masyarakat
untuk berkunjung ke pulau sanrobengi. Padahal pulau sanrobengi memiliki
potensi wisata yang sangat bagus untuk dikunjunjungi salah satunya memiliki
pasir putih. Maka dari itu, untuk meningkatkan daya tarik wisatawan maka
dilakukan pembuatan spot foto berupa ayunan. Diharapkan nantinya ayunan
tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung
di pulau sanrobengi. Terutama seiring dengan berkembangnya zaman, spot
foto berpeluang menjembatani promosi melalui media sosial dengan foto-foto
yang di unggah oleh para wisatawan.
e) Pembagian bibit rambutan
Program ini direncanakan karena melihat masyarakat sekitar kurang
memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kosong. Tujuan pembagian bibit
buah-buahan ini dimaksudkan untuk penghijauan lingkungan sekitar Desa
Boddia sekaligus memanfaatkan lahan kosong dan lahan warga yang tersedia.
Dan diharapkan juga dari pembagian bibit buah-buahan ini  nanti hasilnya
dapat dinikmati langsung oleh masyarakat.  Dan bibit tanaman tersebut dapat
memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi warga Desa Boddia.
f) Pengadaan tempat sampah
Program ini direncanakan karena melihat tidak adanya ketersediaan tempat
sampah di sekitar pantai dan pulau sanrobengi. Sehingga masyarakat sekitar
dan pengunjung masih memiliki kebiasaan buruk untuk membuang sampah
sembarangan kemudian membakar sampah tersebut. Diharapkan dengan
adanya tempat sampah ini bisa mengurangi atau meminimalisir sampah yang
ada di sekitar pantai dan pulau sanrobengi. Dan dapat memudahkan
masyarakat maupun pengunjung untuk membuang sampah.

Selain proyek pengembangan wisata juga dilakukan beberapa program pada


pelaksanaan proyek membangun desa/KKNTdi desa Boddia. Program yang dilaksanakan
pada KKNT ini nantinya akan dikonfersikan menjadi beberapa matakuliah dan soft skill.
Berikut merupakan matakuliah konfersi dan soft skill yang dilaksanakan dalam bentuk
program MBKM proyek membangun desa/KKNT.

Program yang dilaksanakan pada MBKM membangun desa/KKNT untuk


mengkonversi matakuliah diantaranya: kultur jaringan rumput laut, kualitas air, ekowisata
dan konservasi perairan. Beberapa dari program yang telah dilaksanakan juga
dikonfersikan kedalam beberapa soft skill seperti kepemimpinan, kerja keras,
kemampuan komunikasi dan kemampuan kerja sama.

4.2. Hasil yang Diperoleh Dari Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

Secara umum hasil yang diproleh dalam pelaksanaan program membangun


desa/KKNT sudah sangat sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya pada
saat penyusunan program. Semua item kegiatan yang termuat dalam Proyek
pengembangan ekowisata desa boddia diselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan
meskipun dalam pelaksanaannya sempat terjadi beberapa kali penyesuaian dan
perombakan program akan tetapi hal itu tidak mengurangi semangat dan antusian dalam
usaha mengembangkan ekowisata didesa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.

Dapat dikatakan bahwa program pembangunan desa/KKNT utamanya dalam hal


pengembangan ekowisata, konfersi matakuliah dan ssoft skill di desa Boddia
terselesaikan dengan baik dan dalam tempo waktu yang ditetapkan. Adapun hasil dari
setiap item kegiatan pengembangan ekowisata desa Boddia akan diuraikan sebagai
berikut:

A. Proyek pengembangan ekowisata

Pariwisata diposisikan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan


nasional Indonesia. Saat ini dan pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan dapat
memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan devisa negara dalam upaya
pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu bentuk
produk pariwisata sebagai turunan dari konsep pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan adalah konsep pengembangan ekowisata.

Ekowisata ini lebih dari sekedar kelompok pecinta alam yang berdedikasi, sebagai
gabungan berbagai kepentingan yang muncul dari keperdulian terhadap masalah sosial,
ekonomi dan lingkungan. Ekowisata menawarkan kesatuan nilai berwisata yang
terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya melestarikannya.
Ekowisata ini dapat berperan aktif di dalam memberikan solusi dalam menyelesaikan
permasalahan yang mungkin terjadi dalam pengembangan kawasan pariwisata ( Joko,
2014).
pelaksanaan kegiatan pengembangan ekowisata dermaga tua merupakan langkah
awal gerakan dari proyek pengembangan wisata didesa Boddia. Pada proses
pelaksanaannya terdapat berbagai item kegiatan utama yang meliputi survei dan
perencanaan, konsultasi dan perancangan, pengajuan hasil rancangan dan pelaksanaan
kegiatan.

Ekowisata dermaga tua dekrjakan dan diselesaikan sebagaimana yang telah


direncanakan sebelumnya. Adapun hasil dari teknis kegiatan proyek pengembangan
ekowisata yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut:

a) survey dan perencanaan

Perencanaan adalah proses kumpulan kebijakan dan bagaimana


mengimplementasikannya. Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Claire A. Gunn
yang menegaskan bahwa ada beberapa hal penting di dalam fungsi kebijakan regional dan
lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam kegiatan kepariwisataan, yaitu antara lain:
Pertama, perencanaan harus mampu meningkatkan pertumbuhan yang berkualitas,
membutuhkan perubahanperubahan yang membangun, disamping pengembangan lokasi
yang potensial untuk mengembangkan kualitas atraksi yang dapat dijual. Kedua,
kebijakan kepariwisataan harus lebih memiliki peranan penting dari kegiatan promosi,
kebijakan tersebut harus didukung oleh penelitian. Ketiga, perencanaan kepariwisataan
memerlukan kerjasama publik dan privat agar segala harapan stakeholders bisa terpenuhi.
Keempat, perencanaan kebijakan regional dan lokal harus dapat memperkuat semua
perencanaan, mendukung pembangunan pariwisata yang baik hingga pada tingkat
destinasi. Kelima, perencanaan kebijakan regional dan lokal harus dapat merangsang
usaha (bisnis) untuk memberikan sumbangsihnya kepada pembangunan daerah. Keenam,
kebijakan harus dapat menghubungkan bisnis dengan pemerintah dan non-profit
atraction, seperti kebijakan perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya) harus didukung
oleh bisnis perjalanan dan akomodasi lainnya (Marceilla Hidayat, 2011).

Gambar 1. Diskusi dan penawaran program

Survey dan perencanaan akan proyek pengembangan ekowisata desa Boddia


dilakukan sebagai tahap awal sebelum memulai mengerjakan program yang disusun.
Diskusi dan penawaran program dijadikan sebagai landasan gerakan pengembangan
ekowisata dermaga tua patai boddia. Penawaran program pengembangan ekowisata
tentunya dilakukan sebagai upaya mendapat dukungan dalam proses pengerjaannya.

b) konsultasi dan perancangan


Pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi (pekerjaan konstruksi) bisa diminta
dari konsultan perencanaan yang baik, yang juga membuat setiap detail perencanaan
konstruksi seperti gambar kontrak. Sebagai aturan, tugas konsultan perencanaan adalah
untuk menemani pelanggan pada fase awal proyek (fase perencanaan serta fase desain)
dalam persiapan untuk fase berikutnya dan selama fase konstruksi (melakukan sebuah
pengembangan fisik).

Dalam hal konsultasi dan perancangan terdapat dua poin penting yang
dilakuakan. Tahap yang pertama yaitu konsultasi dengan konsultan terkait apa yang akan
dilakukan dalam proses pengembangan ekowisata. Tahap yang kedua yaitu menyusun
rencana pengembangan wisata atau sering pula dinamakan thap perencaanaan. Pada tahap
perencanaan fungsi konsultan sangat dibutuhkan guna memandu dalam proses
penyusunan proposal kegiatan. Penyusunan proposal kegiatan tentunya memerlukan
banyak hal utmanya terkait dengan data data wilayah yang akan dijadikan sebagai objek
pengembangan proyek wisata.

Gambar 2. Konsultasi dan perancangan

Setelah melalui diskusi yang panjang dan perencanan yang matang lahirnya
kemudian produk berupa proposal yang dijadikan acuan dalam bergerak melaksanakan
proyek ekowisata. Proposal yang dihasilkan kemudian selnajutnya diserahkan kepada
pemerintah desa sebagai pegangan pengusulan anggaran kedepannya. Adapun proses
pepmbuatan proposalnya dapat dilihat pada gambar dokumentasi dibawah ini

Gambar 3. Konsultasi Proposal

c) Pengajuan Rancangan Kegiatan


Pada umumnya ketika akan menyelenggarakan sebuah acara baik berskala kecil,

sedang, maupun besar akan membutuhkan pengajuan proposal demi mensukseskan

jalannya kegiatan. Jenis proposal untuk rencana kegiatan ini disebut dengan proposal

kegiatan. Adanya proposal ini menjadi suatu sarana untuk mengajukan dana maupun

dukungan pada kegiatan yang akan dilaksanakan baik itu dalam lingkup sekolah, kegiatan

kampus, desa, hingga pemerintah atau lembaga kenegaraan.

Terdapat banyak cara membuat proposal pengajuan dana kegiatan dan acara,

namun secara garis besar isi yang terkandung di dalamnya harus memuat tujuan utama

dari penyusunan proposal. Hal ini meliputi agenda tujuan serta apa saja hal yang

dibutuhkan agar kegiatan yang akan diselenggarakan dapat berjalan sesuai yang

diharapkan. Itu semua di data dan ditulis dengan struktural yang teratur lengkap ke dalam

proposal.

Proposal yang kemudian lahir dari rancangan kegiatan yang telah disusun

selanjutnya diserahkan kepada pemerintah desa sebagai upaya permohonan dukungan

yang legal terkait apa yang akan dikrjaan. Penyerahan proposal kegiatan pengembangan

ekowisata ini menjadi langkah dasar dalam mengeksekusi konsep wisata yang akan

diterapkaan didesa boddia.

Gambar 4. Pengajuan rancangan kegiatan

Dalam proses pengembangan ekowisata tentunya terdapat berbagai hal yang


harus dilakukan. Hal hal mendasar tersebut sebaimana yang telah dijelaskan diatas
merupakan langkah dasar dalam proses pengembangan ekowisata yang dilakukan didesa
Boddia kecamatan galesong kabupaten takalar. Terlepas dari dasar yang telah dijelaskan
kemudian ditindak lanjuti dengan pengeksekusian rencana dalah pengembangannya.
Pelaksanaan sebagai tindak lanjut lebih bersifat teknis dari itme kegiatan yang
ada. Dalam pengembangan proyek ekowisata desa boddia, kemudian dibagi kedalam tiga
fase pelaksanaan. Fase pertama dimulai dengan mengeksekusi ekowisata dermaga tua
pantai boddia yang selanjutnya pengembangan ekowisata pulau sandrobengi dan
kemudian ditutup dengan penanaman pohon dan pembagian bibit pohon. Adapun teknis
peritem kegiatan akan diuraikan dibawah ini.

1. Ekowisata Dermaga Tua

Adapun teknis pelaksanaan dari ekowisata dermaga tua adalah sebagai berikut :

a). Pemetaan lokasi

Gambar 5. Pemetaan lokasi

Pemetaan lokasi pengembangan ekowisata dilaksanakan pada hari jumat tanggal


8 april 2021 dengan mensurvei titik titik lokasi yang kemudian nantinya akan menjadi
data dalam menentukan titik yang akan dijadikan acuan dalam proses pengerjaan
pengembangan ekowisata. Pemetaan lokasi didermaga tua dilakukan selama kurang
lebih 5 jam. Survei lokasi memakan waktu yang agak lama dikarenakan cuaca yang agak
terik dan juga pengambilan foto dari setiap titiknya yang jaraknya cukup jauh.

b). Pengadaan tempat Sampah

Gambar 6. Pengadaan tempat sampah

Pemasangan tempat sampah dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28september


2021. Pemasangan tempat sampah dipasang sama lokasi lokasi strategis dimana
berdasarkan survey tempat tersebut menjadi titik-titik pempulan pengunjung pantai.
Diharapkan dengan adanya tempat sampah ini akan membantu mengurangi serakan
sampah pengunjung diswekitaran pantai dermaga tua. Pemasangan tempat sampah
tergolong singkat dan hanya memakan waktu selama 3 jam untuk dua tempat sampah.

c). Pembersihan sekitar pantai dermaga tua

Gambar 7. Pembersihan sekitar pantai boddia

Pembersihan sekitaran pantai dermaga tua dilakukan selama 2 hari yakni dimulai
pada hari selasa tanggal 6 dan 7 juli 2021. Pembersihan dermaga tua dimaksudkan untuk
memperindah tampilan pantai yang nyaman tampa banyaknya sampah plastik yang
berserakan. Dalam konsep ekowisata itu sendiri kebersihan lokasi wisata merupakan hal
yang wajib untuk dipenuhi sehingga dapat menambah daya tarik wisatawan untuk dating
dan berwisata. Kegiatan pembersihan yang dilakukan selama 2 hari ini memakan waktu
sekitar 12 jam kerja. Pembersihan sekitaran pantai dermaga tua juga melibatkan aparat
desa boddia dan masyarakat sekitar pantai.

d). Pembuatan dan Pemasangan Spot foto

Gambar 8. Pemasangan spot foto

Pembuatan dan pemasangan spot foto dipantai boddia dermaga tua tidak berjalan
seperti yang telah direncanakan. Perancangan awal untuk membuat spot foto yang berupa
ayunan pantai sangat dengan terpaksa dipindahkan kepulau sandrobengi dikarenakan
beberapa pertimbangan yang hadir dalam diskusi bersama dengan aparat desa. Pencurian
dan pengrusakan menjadi alasan utama sehingga ayunan dipindahkan ke pulau
sandrobengi.
Pembuatan ayunan sampai kepada tahap pemasangan memakan waktu yang
sangat banyak hingga benar benar rampung dan bias digunakan. Proyek inilah yang
kemudian menguras banyak waktu dan tenaga dalam prosesnya. Pembuatan dan
pemasangannya sebenarnya menggunakan sekitar 60 jam akan tetapi dibagi kedalan 2 sub
bahasan, jadi bias dikatakan bahwa proyek spot foto ekowisata dermaga tua memelurkan
waktu sekitar 30 jam dalam rentang waktu 2 bulan terakhir sebelum penarikan.

2. Ekowisata Pulau Sandrobengi

pelaksanaan kegiatan pengembangan ekowisata pulau sandrobengi merupakan


lanjutan dari item kegiata nproyek pengembangan wisata didesa mitra dimana kami
ditempatkan. Pada proses pelaksanaannya terdapat berbagai item kegiatan utama yang
meliputi survei dan perencanaan, pengajuan hasil rancangan dan pelaksanaan kegiatan.

Proyek pengembangan ekowisata di pulau sandrobengi difokuskan pada item


kegiatan pelaksanaan rancangan yang telah disusun yang dimana didalam item
pelaksanaan memuat beberapa kegiatan kecil yang bersifat teknis. Adapun hasil dari
teknis kegiatan pelaksanaan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut:

a). Pemetaan Lokasi

Gambar 9. Pemetaan lokasi

Pemetaan lokasi pulau sandrobengi dilakukan pada hari jumat 28 mei 2021.
Pemetaan lokasi ini dimaksudkan untuk memperjelas tata letak setiap objek yang
dikerjakan dipulau sandrobengi. Pemetaan lokasi merupakan aspek awal yang sanagt
menentukan keberhasilan dalam proyek ekowisata. Pemetaan lokasi memakan waktu
kerja sekitar 5 jam. Perhitungan waktu kerja dihitung mulai dari keberangkatan
menyebrang pulau hingga kembali ke tempat awal. Pemetaan lokasi ekowisata pulau
sandroengi tentunya meminta berbagai pertimbangan dari dosen pembimbing lapngan
dan juga aparat desa boddia yang mendampingi.

b). pengadaan tempat sampah


Gambar 10. Pengadaan tempat sampah

Pengadaan tempat sampah dipulau sandrobengi dilaksanakan pada hari selasa 28


september 2021. Proses pemasangan tempat sampah secara maksud dan tujuan sama
dengan pemasangan tempat sampah di pantai boddia dermaga tua yakni agar pengunjung
pulau tidak membuang sampahnya disembarang tempat sehingga dapat mengakibatkan
kenyamaan berwisata terganggu. Lama pemasangan tempat sampah ini sekitar 3 jam.

c). Pembersihan pulau sandrobengi

Gambar 11. Pembersihan pulau

Pembersihan dipulau sandrobengi bertujuan untuk menunjang kenyamanan


wisatawan dalam berwisata. Pembersihan ini dilakukan pada hari senin tanggal 26 juli
2020, pada dasarnya pulau sandrobengi merupakan pulau yang jarang dikunjungi
sehingga kondisi sampah tidak sebanyak di dermaga tua hanya sampah sampah yang
terbawa ombak yang berserakan di sepanjang pulau. Pembersihan yang dilakukan
memakan waktu kerja sekitar 6 jam.

d). Pembuatan spot foto ( ayunan )


Gambar 12. Pemasangan spot foto

Pembuatan dan pemasangan ayunan dipulau sandrobengi dilskukan dua kali


dikarenakan adanya sedikit perombakan konsep yang awalnya akan dipasang di dermaga
tua dan akhirya dipasang berdekatan dengan spot foto yang dipasang dipulau
sandrobengi. Waktu pengerjaan sampai pemasangan ayunan I ni sama seitar 30 jam.
Pembuatan ayunan ini dilakukan secara bersamaan hanya saja pembagian jam yang
dibedakan mengingat program membangun desa/KKNT harus betul betul mengacu pada
jam kerja yang nantinya akan dikonversikan menjadi nilai KKN.

3. Penanaman dan Pembagian Bibit pohon

Tanaman bakau berfungsi utama sebagai pencegah abrasi dan erosi (pengikisan
tanah) kawasan pantai. Hutan bakau juga menjadi tempat hidup biota laut dan satwa-
satwa penjaga ekosistem di pantai itu.

Selain berfungsi menjadi penghalang dan pencegah abrasi, hutan mangrove juga
benteng pengaman dari ancaman bencana gelombang pasang (tsunami) dan pendukung
kehidupan biota laut serta tetumbuhan.

Perencanaan awal yang akan kami lakukan disepanjang pantai boddia adalah
mengadakan bibit tanaman mangrove untuk ditanam disepanjang pantai. Penanaman
mangrove ini dimulai dengan mendiskusikan program kami kepada salah satu dosen yang
aktif bergerak dibidang itu dan juga memperhatikan peta sebaran mangrove diindonesia
nyatanya lokasi yang kami pilih tidak sesuai untuk ditanami mangrove. Mengakali hal
tersebut maka kami memilih bibit pohon yang cocok ditanam dipinggir pantai.

Pohon ketapang menjadi alternative pilihan untuk mengganti tanaman mangrove.


Ketapang merupakan salah satu jenis pohon yang baik untuk ditanam dipinggir pantai
disamping mampu untuk menahan abrasi juga dapat digunakan untuk mendukung lokasi
wisata dikarenakan pohon ketapang termasuk pohon yang rimbun.

Penanaman pohon di sepanjang pantai merupakan hal yang sangat perlu untuk
dilakukan. Adapun tujuan dari penanaman pohon pelindung pantai adalah;

1. Memulihkan fungsi dan manfaat ekosistim pesisir sebagai jalur hijau (green belt)
2. Menciptakan kondisi wilayah pesisir yang nyaman dan asri yang dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat

3. Mengajak masyarakat agar memiliki kesadaran akan pentingnya kawasan hijau


dipesisir pantai

Penanaman pohon dimaksudkan agar menunjang Proyek pengembangan


ekowisata di dermaga tua pantai boddia, penanaman ini difokuskan pada item kegiatan
pelaksanaan dan evaluasi yang telah disusun yang dimana didalam item pelaksanaan
memuat beberapa kegiatan kecil yang bersifat teknis. Adapun hasil dari teknis kegiatan
pelaksanaan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut:

a). sosialisasi kemasyarakat.

Gambar 13. Sosialisasi penanaman

Sosialisasi merupakan hal utama dalam gerakan penghijauan, sosialisasi


mempunyai peranan dalam mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli akan
lingkungan yang hijau dan sehat. Sosialisasi dilakukan pada hari kamis 15 juli 2021.
Berangkaian dengan kegiatan pwembagian bibit buah. Kegiatan ini dilakukan dedngan
mendatangi masyarakat dirumah masing masing yang berada disekitar pangtai boddia
sebagaiupada untuk mengajak masyarakat untuk menanam pohon bersama. Kegiatan
sosialisasi memakan waktu kerja sekitar 4 jam.

b). Pembagian bibit pohon

Gambar 14. Pengadaan bibit pohon

Pembagian bibit pohon yang dilakukan serangkaian dengan waktu sosailisasi


akan tetapi bibit yang diberikan kemasyarakat sekitar merupakan bibit tanaman buah
yang dimaksudkan untuk ditanam dipekarangan rumah masing masing masyarakat.
Hadirnya pemikiran untuk membagikan tanaman buah keada masyarakat disebabkan oleh
kondisi pekarangan rumah masyarakat sekitar ya n g luas dan tidak dimanfaatkan . dalam
melakukan pembagian bibit ini memerlukan waktu sekitar 4 jam.

c). penanaman bibit pohon

Gambar 15. Penanaman pohon

Penanaman bibit pohon disepanjang pantai boddia dilakukan pada hari jumat
tanggal 16 juli 2021. Penanaman bibit ketapang disepanjang garis pantai berlangsung
selama 6 jam. Antusiasme masyarakat sangat terasa yang dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat yang ikut andil pada kegiatan penanaman pohon ini. Tak hanya itu berbagai
organisasi mahasiswa daerah setempat juga turut berpartisipasi menyukseskan kegiatan
ini.

d). kontrol terhadap tanaman

Gambar 16. Kontrol tanaman

Kegiatan monitoring penanaman pohon tentunya merupakan hal yang urgent


untuk dikerjakan. Monitoring tanaman bertujuan untuk mengecek tanaman yang telah
ditanam mulai dari segi daya tumbuh dan kelangsungan hidup tumbuhan yang ditanam.
Kegiatan monitoring dilakukan selama 7kali dan dalam sekali kontrol mampu memakan
waktu sekitar 4 jam. Secara keseluruhan kegiatan monitoring penanamn pohon ini
memakan waktu kerja sekitar 28 jam.

Secara keseluruhan kegiatan yang dimasukkan kedalam laporan MBKM Proyek


membangun desa/KKNT merupakan kegiatan pokok atau kegiatan inti yang dilakuakn
meskipun diluar dari apa yang dilaporkan terntunya lebih banyak hal yang dikerjakan dan
dilakukan dalam hal penunjangan proyek pengembangan ekowisata desa boddia.

Salah satu kegiatan tambahan yang dilakukan pada kegiatan MBKM ini yaitu
mengadakan papan edukasi sampah yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat
sekitar dan para wisatawan yang berkunjung akan bahaya dan dampak yang ditimbulkan
akibat sampah yang dihasilakan. Pembuatan papan edukasi sampah ini rampung dalam
waktu 1 bulan dan memerlukan waktu kerja sekita 15-20 jam. Kegiatan tambahan
berupa papan edukasi sampah ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 17. Pemasangan papan edukasi

Kegiatan pengembangan ekowisata tentu saja mengharapkan kedatangan


wisatawan untuk berwisata sehingga mampu untuk memberikan dampak besar bagi
masyarakat sekitar. Menjadi hal yang pasti bahwa banyaknya pengunjung yang
berkunjumg tentu saja menimbulkan masalah yang cukup serius utamanya akan sampah
yang dibawa oleh wisatawan.

Berangkat dari hal tersebut diatas maka kami dari mahasiswa MBKM proyek
membangun desa merumuskan hal hal urgent yang diperlukan sebagai bagian awal
gerakan pengembangan lokasi wisata. Secara kompleks telah kami paparkan hasil yang
telah kami kerjakan dan peroleh selama menjalangkan kegitan tersebut.

B. konfersi Matakuliah

1. Kultur Jaringan Rmput Laut

Ada beberapa tahapan kegiatan dalam kultur jaringan rumput laut Eucheuma
cottoniisebagai berikut:

1. Pengambilan Indukan
Pengambilan indukan rumput laut dilakukan di beberapa daerah yakni
Sanrobone, Galut dan Laikang. Pengambilan induk rumput laut dilakukan tahap
awal yaitu dengan menyeleksi rumput rumput laut yang baik dengan kriteria
memiliki ciri thallus segar, warna cerah dan tidak berlumut bebas dari penyakit.
Hal ini sesuai pernyataan (Yuliana et al, 2013), mengatahkan bahwa rumput laut
yang memiliki kriteria baik yaitu, memiliki ukuran yang besar,bersih, segar dan
bebas dari penyakit yang menyerang rumput laut pada umumnya.
2. Aklimatisasi Indukan
Indukan yang sudah diambil dari lokasi penanaman kemudian di aklimatisasi di
green house selama 2 - 3hari. Setelah di aklimatisasi di green house, kemudian
indukan tersebut di aklimatisasi di dalam laboratorium selama 1hari dengan kadar
salinitas 29-33 ppt kemudian diaklimatisasi selama 1 bulan dengan suhu 22-24 0C
dan kadar salinitas 30 ppt. sampai indukan siap dijadikan eksplan untuk kegiatan
kultur jaringan

Proses Aklimatisasi Proses aklimatisasi di Laboratorium

di Green House

Gambar 18. Aklimatisasi Indukan Eucheuma cottoni

3. Persiapan Wadah dan Sterilisasi Alat


a. Dilakukan proses pencucian wadah atau alat
b. Dilanjutkan dengan membilas wadah menggunakan air tawar.
c. Wadah yang sudah bersih dibilas dengan akuades dan dikeringkan
d. Kemudian di autoclave dengan suhu 120 oC selama 20 menit dengan tekanan
1 Atm.
e. Wadah yang telah disterilisasi kemudian di tutup dengan menggunakan
aluminium foil.
f. Wadah kemudian di pindahkan ke tempat yang telah disediakan (laminar
flow) dengan keadaan masih tertutup dengan aluminium foil.
Sterilisasi alat dengan Sterilisasi alat di autoklaf
menggunakan oven

Gambar 19. Proses Sterilisasi Alat

4. Sterilisasi Air Laut


Sterilisasi air laut di lakukan dengan beberapa penyaringan :
a. Pertama air laut yang berasal langsung dari laut di saring dengan
menggunakan kapas dan waring yang di balut pada pipa
b. Setelah itu air laut di saring dengan kapas pada corong air kemudian
dimasukan ke dalam ember
c. Kemudian di masukan ke dalam botol yang berukuran 1 liter selanjutnya air
tersebut di autoclave.
d. Untuk sterilisasi air laut di autoclave menggunakan mode 2yatu untuk
mensterilkan bahan-bahan cair.

Sterilisasi air laut di autoklaf

Gambar 20. Proses sterilisasi air laut


5. Seleksi Indukan
Indukan yang akan dijadikan eksplan di seleksi terlebih dahulu dan dibersihkan
dari kotoran yang menempel, kemudian di aklimatisasi selama 1 minggu di dalam
green house. Indukan yang sudah selesai waktu aklimatisasi kemudian di
pindahkan di dalam laboratorium selama 1 bulan untuk proses aklimatisasi dan
penumbuhan thallus. Thallus yang sudah hidup dengan baik selanjutnya akan
dipotong untuk dijadikan eksplan.
6. Pemotongan dan Sterilisasi eksplan
Thallus yang akan dijadikan eksplan cirinya tidak lembek dan tidak ada cabang.
a. Thallus yang akan dipotong diletakkan di atas papan bedah
b. Eksplan dipotong dengan menggunakan silet atau pisau bedah dengan
ukuran ± 2 cm
c. Kemudian dengan menggunakan pinset eksplan dimasukkan ke dalam
wadah erlenmeyer yang berisi air laut steril dengan salinitas 30 ppt
d. Setelah pemotongan selesai, eksplan di rendam dengan betadine 1%
eksplan di kocok selama ± 3-5 menit, sampai kotoran yang menempel
pada rumput laut hilang
e. Dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan air laut steril secara
berulang –ulang.
7. Penanaman Eksplan untuk Uji Kesterilan
Tahap awal yang dilakukan pada penanaman eksplan untuk uji kesterilan adalah
membuat media tanam terlebih dahulu. Media yang digunakan adalah media agar
yang berbahan air laut steril, bacto agar dan pupuk ES. Cara pembuatannya yaitu,
menyiapkan air laut steril dengan salinitas 30 ppt sebanyak 500 ml lalu
dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian panaskan dengan menggunakan hot
plate diaduk menggunakan stirer. Selanjutnya menimbang bacto agar sebanyak 3
gram dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur sampai campuran air laut dan bacto agar tersebut panas, mendidih dan
jadi homogen. Selanjutnya angkat ke laminar flow lalu diamkan hingga dingin
(hangat) kurang lebih suhu mencapai 50-60oC selanjutnya masukan pupuk ES
sebanyak 10 ml.
Setelah media sudah di dinginkan, langkah selanjutnya adalah
a. Menuangkan media agar ke botol selai atau cawan petri dan dibiarkan
terbuka di dalam laminar flow selama 30 menit dibawah penyinaran sinar
UV.
b. Setelah proses penyinaran selesai, langkah selanjutnya adalah menyalakan
lampu dan blower
c. Kemudian menutup botol selai menggunakan plastik dan diikat dengan karet
gelang
d. Setelah itu, botol selai dibiarkan dalam laminar airflow sampai dilakukan
penanaman eksplan untuk uji kesterilan.
Penanaman eksplan diawali dengan :
a. Membawa potongan eksplan yang sudah di sterilkan ke laminar flow
b. Membuka plastik yang menutupi botol selai
c. Meletakkan potongan eksplan di dalam botol selai yang sudah berisi media
agar.
d. Botol selai ditutup kembali dengan plastik dan diikat dengan karet gelang
kemudian di pindahkan ke rak kultur.

Penuangan media agar

Gambar 21. Proses penanaman eksplan untuk Uji kesterilan


8. Penanaman Eksplan Untuk Penumbuhan Khallus (Induksi Khallus)
Penanaman eksplan untuk penumbuhan khallus (induksi khallus) meliputi
kegiatan pembuatan media dan transfer eksplan. Cara pembuatan media untuk
transfer eksplan
a. Menyiapkan air laut steril dengan kadar salinitas 30 ppt, zat pengatur
tumbuh BAP dan IAA, dan media ES.
b. Mengambil air laut sebanyak 976,5 ml dan dimasukkan kedalam gelas
ukur lalu dipanaskan di atas hot plate, diaduk menggunakan magnetik
stirer.
c. Setelah itu masukkan Bacto Agar sebanyak 6 gram beserta pupuk BAP (1
ml) serta pupuk IAA sebanyak 2,5 ml dan panaskan campuran tersebut
hinga mendidih dan menjadi homogen.
d. Setelah media tersebut homogen
e. Diamkan media di dalam laminar flow sampai menjadi hangat dengan
suhu 50-60 oC dan tambahkan pupuk ES sebanyak 20 ml.
f. Menuangkan media tersebut ke dalam cawan petri, kemudian di diamkan
dan dibiarkan terbuka selama 30 menit di dalam laminar flow.
g. Setelah media membeku, tutup cawan petri dan simpan di dalam laminar
flow secara terbalik.
h. Setelah cawan petri ditutup dengan menggunakan lakban dan disimpan di
rak kultur.
Saat uji sterilisasi eksplan sudah mencapai waktu,tahap selanjutnya adalah
melakukan penanaman eksplan.
a. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan, kemudian dilakukan
penanaman dengan cara mengambil eksplan yang sudah dilakukan uji
steril
b. eksplan dikeringkan dengan menggunakan tissue steril dengan cara
dibolak balikkan menggunakan pinset khusus.
c. Eksplan yang sudah dibersihkan dari lendir kemudian dimasukkan ke
dalam cawan petri dan dibawa ke rak kultur guna untuk penumbuhan
khallus.
8. Penumbuhan Khallus
Setelah proses pemindahan atau transfer eksplan dipindahkan ke ruang kultur untuk
pemeliharaan atau pertumbuhan khallus dengan suhu ruangan sekitar 21 oC,
kelembaban relative 60-70% dengan lama penyinaran 12 jam terang dan 12 jam
gelap. Pertumbuhan khallus diamati setiap hari selama 2 minggu dengan
menggunakan mikroskop sampai dilakukakan pemindahan atau transfer eksplan ke
media baru untuk pertumbuhan khallus berikutnya. Khallus umumnya tumbuh pada
permukaan bekas pemotongan thallus (medular region) tetapi ada juga pada
beberapa eksplan, khallus tumbuh pada permukaan kulit thallus (cortical
region) dan ujung thallus.
Eksplan Bentuk Khallus

Gambar 22. Penumbuhan Khallus

a. Regenerasi Khallus Menjadi Mikropropagul


Setelah 40 hari ditanam di media perlakuan, khallus di subkultur ke
media PES cair tanpa zat pengatur tumbuh. Kultur ditempatkan pada Rotary
shaker, kemudian di shaker selama 40 hari atau hingga terbentuk
Mikropropagul. Rotary shaker ditempatkan di ruang kultur dengan
temperatur ruangan antara 22-24oC, diberi penyinaran lampu TL (Tubular
Lamp) dengan instensitas cahaya ± 1500 lu, lama penyinaran diatur 12 jam
nyala dan 12 jam padam.
Pada PES cair tersebut khallus berkembang dengan cepat berdiferensiasi
membentuk mikropropagul. Pada umur satu bulan, khallus mulai membentuk
propagul berbentuk bulat dengan ukuran diameter hingga 1 mm. Struktur
berbentuk bulat ini adalah calon bagian holdfast dari rumput laut yaitu
struktur primer memyerupai akar yang melekatkan thallus pada substrat
tempat tumbuhnya
Setelah dua bulan di media PES cair, mikropropagul telah mengalami
germinsi dimana selain telah terbentuk holdfast, mikropropagul mulai
membentuk tunas thallus dengan panjang 2-5 mm. Ujung percabangan
pertama mulai tumbuh pada thallus muda pada saat khallus telah dikulturkan
selama 3 bulan di media PES cair.
Gambar 23. Mikropagul yang dipelihara pada rotary shaker

b. Regenerasi Mikropropagul menjadi Propagul atau Planlet


Tujuan dari tahap ini adalah untuk menumbuhkan mikropropagul yang
dihasilkan dari tahap sebelumnya menjadi propagul atau planlet yang siap
untuk diaklimatisasi. Mikropropagul di media PES cair yang ditempatkan
pada rotary shaker, di subkultur ke botol ukuran 1 liter berisi air laut steril.
Kultur diberi aerasi dengan menggunakan aerator. Setelah 5 hari media
diganti dengan media yang baru tergantung tingkat kekeruhan pada air

Gambar 24. Planlet yang disubkultur ke botol 1 liter

Setelah 6 minggu, volume media pada PES cair pada kultur beraerasi
ditambah menjadi 1 liter. Dengan volume media yang lebih banyak,
propagul/planlet berkembang lebih pesat, dimana dalam 3 minggu panjang
thallus yang semula berkisar antara 1-1,5 cm telah mencapai panjang 3-3,5
cm. (Suristiani et al. 2011) pada thallus tumbuh banyak percabangan,
diameter thallus bisa mencapai 3-5 cm, pada saat tersebut thallus muda atau
planlet rumput laut ini siap untuk di aklimatisasi di Green House.
9. Pemeliharaan Planlet
a. Kualitas Air
Kegiatan pengontrolan planlet rumput laut, air merupakan media untuk
hidup, maka kualitas airnya harus baik. Pengukuran kualitas air
dilakukan sebagai salah satu aspek yang perlu dalam kegiatan budidaya
agar mengetahui parameter kualitas air yang ada.adapun parameter yang
diamati sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu merupakan aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dengan
pengukuran yang dilakukan satu kali dalam sehari. Suhu yang baik
untuk pertumbuhan planlet Euchema cottoni untuk skala
Laboratorium berkisar antara 22-24 0
C. Pertumbuhan planlet
Euchema cottoniuntuk skala Green House berkisar antara 28-30 0C.
Sedangkan untuk skala KJA berkisar antara 28-32 0C.
2. Salinitas
Salinitas merupakan aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dengan
pengukuran yang dilakukan satu kali dalam sehari.Euchema
cottonimerupakan rumput laut yang memiliki sifat stenohaline,
rentan fluktuasi salinitas yang tinggi.
Salinitas yang digunakan untuk proses pemeliharaan planlet dalam
skala Laboratorium berkisar antara 30-32 ppt. Pemeliharaan planlet
untuk skala Green house berkisar antara 30-33 ppt. Sedangkan untuk
skala KJA berkisara antara 30-35 ppt.
3. pH
pH merupakan salah satu aspek pendorong yang penting
menunjangkeberlangsungan hidup planlet rumput laut dimana pH
yang baik untuk pertumbuhan planlet dalam skala laboratorium
berkisar antara 7,8-8,2, untuk skala Green house berkisar 7,8-8,2,
sedangkan untuk skala KJA berkisar 7,5-8,5.
b. Aklimatisasi di rumah kaca
Planlet rumput laut muda di aklimatisasi dan di pelihara dalam akuarium
di rumah kaca sebelum di budidayakan di perairan pantai.proses ini
bertujuan untuk mengadaptasikan planlet dari in vitro ke lingkungan baru
yaitu akuarium yang disimpan dalam rumah kaca.instalasi
pemeliharaan/aklimatisasi planlet sama dengan aklimatisasi indukan
rumput laut,yaitu akuarium dengan sisten resirkulasi.Air laut dalm
akuarium dialirkan ke wadah filter yang terdiri dari lapisan kapas,arang
aktif,karang dan kapas.Air yang telah difilter dialirkan kembali dengan
menggunakan pompa dan pipa PVC ke akuarium tempat pemeliharaan
rumput laut.akuarium juga di lengkapi dengan aerator,dan blower/
pompa untuk membuat arus buatan(wave maker).
c. Pemeliharaan Bibit Siap Sebar
Lokasi yang digunakan untuk kegiatan budi daya adalah lokasi milik
warga yang bekerja sama dengan BPBAP Takalar bidang divisi kultur
dan jaringan, yang mana menjadi kelompok binaan di setiap daerah
tertentu seperti, Jeneponto, bulukumba, bone, gorontalo, galesong utara,
galesong selatan, polman, bantaeng, barru.
Metode budidaya yang diterapakan dalam kegiatan budidaya Euchema
cottonidi Kabupaten Takalar, Kecamatan Sandrobone, Dusun macini baji
adalah Metode Long line (Floating metode), bibit hasil kultur jaringan
rumput laut yang diikat pada tali ris untuk Euchema cottoni, panjang tali
ris adalah25 m. Keuntungan metode ini fleksibel dalam pemilihan
lokasi, penyerapan cahaya matahari lebih optimal. Kelemahan dari
metode ini adalah biaya yang dikeluarkan cukup banyak bila
dibandingkan dengan metode lainya (Poncomulyo et al, 2008).

Gambar 25. Metode budidaya rumput laut yang digunakan pada budidaya Euchema
cottoni

2. Kualitas Air

Air merupakan media tempat hidup organisme perairan, harus mempunyai


standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup Organisme perairan.
Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutukan optimal bagi pertumbuhan biota
( makhluk hidup ) yang dipelihara. Perairan umum adalah suatu genangan air yang relatif
luas yang dimiliki dan dikuasai oleh negara serta dimanfaatkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat. Perairan umum meliputi danau, waduk, rawa, dan sungai. Pada
umumnya perairan umum dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan transportasi,
penangkapan ikan, dan sebagai sumber air untuk kehidupan rumah tangga, serta sebagai
plasma nutfah perairan Anwar, S. (2009).

Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisik, sifat kimia dan
sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budidaya maka harus
dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan keberhasilan suatu
budidaya.

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan


pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji penampakan (bau dan warna). Air yang dapat digunakan sebagai
budidaya harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan
hidup organisme. Air yang dapat digunakan sebagai media harus dipelajari agar
organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan
pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria yang
baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling
mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya perikanan.

a) Parameter Kualitas Air

a. Sifat Fisik

1. Suhu Air

Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan
saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut, tetapi juga dengan kaitannya
kehidupan hewan atau tumbuhan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,
dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) Kordi dan Andi (2009).

2. Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan prose fotosintesis
pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya
matahari yang jauh kedalam perairan, begitu pula sebaliknya Erikarianto, (2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009). Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan
kedalam air dan dinyatakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus
sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (tubidity) air. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai 18 dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakan yang tidak
keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.

3. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Garam-garam yang
ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang
menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau
salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt)
atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt,
perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35
ppt.

b. Sifat Kimia

1. Oksigen

Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu,
makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut oksigen terlarut
( Dissolved Oxygen/DO ) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil
proses fotosintesis fitoplakton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini
sangat memungkinkan untuk langsung 19 dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme
untuk kehidupan, antara lain proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk
pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan
pembentukan Co2 dan H2 o .

Oksigen yang diperlukan biota air umtuk pernafasannya harus terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya didalam
air tidak mencukupikebutuhan biota akan terlambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies
tertentu dan kebutuhan pada metabolisme ikan Kordi dan Andi, (2009).

2. Karbondioksida

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang yang dibutuhkan oleh tumbuh-


tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun
peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara
langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak, Kordi dan Andi, (2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil akan tetapi keberadaan
karbondioksida diperairan relatif banyak, karena karbondioksida memiliki kelarutan yang
relatif banyak.

3. pH Air

Menurut Andayani, (2005) pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur


dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion
H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7. 20 Makin banyak ion
OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut
cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+ makin rendah Ph dan cairan bersifat masam.
Ph antara 7-9 sangat memadai kehidupan bagi air. pH air mempengaruhi tingkat
kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan
kurang produktif , malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman
tinggi), kandungan oksigrn terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen
menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi
oksigen menurun, aktifitas naik dan selera makan akan berkurang, hal ini sebaliknya
terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil
baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5-8,7 ( Kordi dan
Andi, 2009 ).

c. Sifat Biologi

Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk
kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton
sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami
bagi ikan budidaya. Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan
zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan
dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat
rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan
air.

b) Tata Kelola air

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pengelolaan air ,


baik dari segi kuantitas maupun kualitas air. Sumber air laut harus memenuhi kriteria
cukup dalam jumlah, jernih, salinitas 29-34 ppt, tidak terdeteksi kadar logam berat. Untuk
menjamin kualitas air baku yang baik yang perlu diantisipasi dari awal adalah penentuan
lokasi unit pembenihan.Setelah mendapatkan sumber air baku yang baik, berikutnya yang
penting adalah system produksi air bersih. Pada prinsipnya sistem produksi air bersih
diarahkan bisa menghasilkan air yang bersih dan steril. Untuk membuat air bersih
biasanya dilakukan tahap pengendapan, filterisasi secarafisik kemudian disterilkan
Anwar, S. (2009).
Bak pengendapan sangat besar peranannya dalam upaya memperoleh air bersih.
Dengan tahap pengendapan ini, maka beban filter fisik (biasanya sand filter) tidak terlalu
berat dan air yang diproduksi lebih bersih. Kebutuhan kapasitas bak pengendapan
masing-masing unit pembenihan berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan air bersih
harian, tingkat kekeruhan air baku dan sistem filter fisik yang digunakan. Semakin tinggi
kebutuhan air, semakin tinggi tingkat kekeruhan dan 23 semakin sederhana tahapan filter
fisiknya, maka semakin besar bak pengendapan yang diperlukan.

Terdapat banyak sekali desain filter fisik untuk mendapatkan air bersih. Pada
prinsipnya filter fisik ini bekerja dengan manyaring air yang dilewatkan ke filter baik
secara gravitasi maupun dengan tekanan pompa. Untuk lebih efektifnya filter ini biasanya
dibuat bertahap dari tingkat penyaringan kasar ke tingkat yang lebih halus. Untuk
memudahkan pemeliharaan filter terutama untuk pembersihan filter, maka harus
dilengkapi sistem back wash. Prinsip back wash adalah dengan mengalirkan air pada
bahan filter dengan arah yang terbalik, sehingga mampu mengeluarkan kotoran yang
nyangkut di filter. Untuk pemeliharaan filter ini secara periodic dilakukan pembersihan
total atau bahkan diganti bahan filternya. Sterilisasi air ada yang menggunakan alat
berupa ozonator, ultraviolet dan ada yang menggunakan bahan kimia berupa kaporit.
Akhir-akhir ini mulai banyak penggunaan filter berupa membran yang dikenal dengan
ultrafilter. Di dalam bak sterilisasi tersebut dilakukan sterilisasi dengan chlorinasi, yaitu
dengan memberikan kaporit dengan dosis 15-20 ppm. Untuk menetralkannya diaerasi
kuat hingga 3-4 hari, jika belum netral ditambahkan Na-Thiosulfat secukupnya hingga
netral (perlu dicek dengan chlorine test). Tahap terakhir adalah distribusi, dengan
memompakan air ini ke jaringan distribusi melalui karbon aktif presure filter Kangkan,
A.L., (2006) .

3. Ekowisata

Pembangunan pariwisata memiliki nilai dan keuntungan yang signifikan bagi


kemajuan sektor lainnya. Namun demikian, membangun pariwisata mengharuskan
banyak aktivitas yang dapat membawa dampak negatif bagi lingkungan. Untuk
meminimalisasi resiko atau dampak negatif pembangunan industri pariwisata maka
pembangunan pariwisata perlu dikembangkan sesuai keunikan dan kondisi wilayah yang
ada. Konsep pengembangan pariwisata yang didasarkan pada keunikan dan kondisi
wilayah dapat dikembangkan dengan mengimplementasikan pembangunan pariwisata
ekologi (ecotourism) atau pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism
development) dalam bentuk ekowisata.

Penerapan pembangunan pariwisata yang ramah lingkungan dan disesuaikan dengan


keunikan dan kondisi setempat, keberhasilannya dapat diukur melalui proses sosial-
budaya yang berkelanjutan dan melibatkan jati diri masyarakat setempat; siklus
sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan; serta proses ekonomi yang dapat
memberikan keuntungan secara berkelanjutan. Jika pendekatan ekowisata diterapkan
menguntungkan bagi lingkungan melalui upaya-upaya perlindungan dan konservasi
lingkungan dimana pariwisata dapat merupakan sumber untuk membiayai upaya
perlindungan sumberdaya lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi
sumberdaya/lingkungan, sekaligus pemberdayaannya dalam bidang sosial dan budaya
masyarakat yang ada disekitarnya.

a) Perencanaan
Perencanaan ekowisata adalah alat untuk membimbing pengembangan pariwisata
pada daerah yang dilindungi dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari
semua pemangku kepentingan untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan
pengelolaan ekowisata seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat
dilakukan atau kegiatan publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi
tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan
pewilayahan (zoning) yang didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan
kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan
umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation
Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus
yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini
terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk
mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan
komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus dan
alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang
dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.

Gambar 26. Perencanaan

b) perancangan
Dalam menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus terlebih
dahulu menyepakati formatnya terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana
pengelolaan ekowisata adalah sebagai berikut: 1. Visi, tujuan dan strategi Pada rencana
pengelolaan ekowisata harus dituliskan visi dari kegiatan ini yang berisi tentang projeksi
secara komprehensif mengenai daerah yang dilindungi beberapa tahun kedepan. Tujuan
adalah cita-cita yang lebih spesifik dari pada visi yang diharapkan dari pelaksanaan
ekowisata didaerah tersebut misalnya dampak pariwisata yang rendah, ada keuntungan
bagi komunitas lokal, ada dukungan finasial dan pendidikan untuk konservasi dll. Strategi
adalah tahapan essensial yang menjembatani tujuan dengan aktivitas-aktivitas, kadang-
kadang strategi dalam kondisi praktis digantikan tujuan khusus. 2. Tujuan khusus Tujuan
khusus adalah tujuan dari program-program yang dikembangkan dari strategi-strategi
yang ada. Kumpulan dari tujuan khusus secara resultan harus menjadi tujuan dari rencana
pengelolaan ekowisata.
Gambar 27. Perancangan

c) pelaksanaan dan evaluasi

Gambar 28. Pelaksanaan

Dalam implementasi rencana pengelolaan ekowisata ada dua kunci faktor utama
keberhasilan implementasi yaitu faktor yang berhubungan dengan personel dan faktor
program.

A. Faktor yang berhubungan dengan personel Faktor –faktor yang berhubungan dengan
personel adalah:

1. Ketua program ekowisata Ketua program ekowisata harus mempunyai kompetensi


dalam manajemen dan bisnis, karena ketua program adalah kunci keberhasilan
pelaksanaan rencana pengelolaan ekowisata selain dari sisi ekonomi juga harus dapat
mengintegrasikan dengan tujuan dari wilayah yang dilindungi

2. Staf program ekowisata Ketua program harus dibantu dengan orang-orang yang
mampu bekerja sama dan tekun serta disiplin. Personel ini akan bekerja disesuaikan
dengan kompetensinya masing-masing

3. Pelatihan Supaya personel terus dapat bekerja dengan baik maka diperlukan
peningkatan kompetensi melalui kegiatan pelatihan yang harus dilakukan secara berkala
4. Komite penasehat ekowisata Komite penasehat ekowisata harus selalu siap sedia
memberikan masukan kepada ketua program, menyediakan informasi dan bahan dari
lapangan dan membantu komunikasi dengan industri pariwisata atau komunitas.
Pelaksanaan pendukungan ini tentunya harus melalui mekanisme partisipatori.
B. Faktor Program Faktor-faktor yang berhubungan dengan program adalah:

1. Monitoring Kegiatan ini adalah kegiatan pegukuran terhadap parameter-paremeter


dampak atau ketercapaian program. Parameter yang digunakan terdiri dari parameter
ekonomi, sosial budaya, dan ekologi.

2. Evaluasi Kegiatan ini adalah untuk melihat kemajuan dari program dan pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

3. Rencana kerja tahunan Perlu adanya rencana kerja tahunan yang menjelaskan secara
detail langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mencapai target setiap tahunnya.

4. Sistem pelaporan Sistem pelaporan sangat diperlukan karena dengan adanya dokumen
tertulis data untuk melakukan pengelolaan selanjutnya tersedia untuk melakukan
perbaikan atau akselerasi program.

4. konservasi perairan

Gambar 29. Konservasi perairan

Konservasi wilayah pesisir yang dimaksud adalah upaya perlindungan, pelestarian


dan pemanfaatan serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan dan kesinambungan
sumberdaya pesisir dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman hayati (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007: 3).
Kata kunci dari konservasi wilayah pesisir mencakup pemanfaatan, perlindungan,
pelestarian, serta terjaminnya ekosistem yang berkesinambungan. Hal tersebut
dilakukan karena sumberdaya pesisir baik flora, fauna, dan ekosistem memiliki
kegunaan dan nilai  ekologis, ekonomis dan sosial yang penting.
Kualitas dan keanekaragaman hayati wilayah pesisir harus terus dikonservasi
sehingga keanekaragaman hayatinya terus meningkat dan kondisi ekosistem dalam
keadaan homeostatis. Sebaliknya, jika suatu ekosistem pesisir menunjukkan  keanekaan
hayatinya mengalami penurunan harus diwaspadai sebagai tanda perlunya upaya untuk
pemulihan kembali. Sebab jika tidak dilakukan konservasi bukan saja ekosistem pesisir
yang rusak, tetapi juga nasib manusia  (masyarakat pesisir) yang terancam.
Pada saat ini program/strategi konservasi wilayah pesisir menjadi agenda penting
mengingat kerusakan sumberdaya pesisir akibat pencemaran yang berasal dari wilayah
pesisir dan sekitarnya. Dari daerah sekitarnya berupa pencemaran limbah domestik,
limbah industri, bahkan adanya erosi dari lahan pertanian yang topografinya curam.
Sedangkan dari wilayah pesisir berupa pencemaran yang berasal dari pertanian,
perikanan, serta kegiatan lainnya.

Dalam melakukan konservasi utamnya dalam wilayah pesisir tentunya kita melakukan
berbagai macam tahapan. Tahan tahapan dalam melakukan konservasi sedikitnya
dikelompokkan menjadi:

1. analisis daerah konservasi

2. merumuskan masalah

3. meraancang teknis kegiatan

4. pelaksanaan

5. evaluasi

4.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Membangun Desa/KKNT

1. Faktor Pendukung

Kegiatan MBKM membangun desa/KKNT yang kami laksanakan terntunya


mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga semua program yang telah kami susun
dan rencanakan mampu terlaksana dengan baik sesuai dengan harapan kami. Arahan dan
dukungan dari pihak program studi utamanya dosen pembimbing lapangan sangatlah
berguna dan kami rasakan manfaatnya dalam keterlaksanaan program yang diusung.
Berbagai dinamika yang ke,udian hadir mulai awal dilakukannya program ini hingga
pada saat ini menambah pendewasaan kami dalam bergerak dan bekerja. Dukungan dari
piham pemerintah desa sampai kabukapen juga sanagt membantu kelancaran kami dalam
menunaikan tanggung jawab yang telah kami mulai. Salah satu fator yang paling utama
dalam selesainya program ini adalah masyarakat sekitar yang sangat ramah dan peduli
kepada kami. Kepedulian masyarakat memberikan nyawa dandukungan bagi kami
semenjak menginjakkan kaki di tanah boddia hingga penarikan.

2. Faktor penghambat

Terlepas dari semua dukungan yang ada juga ada beberapa hal yang menjadi kendala
dalam menjalangkan program MBKM ini. Kendala yang cukup berat ada pada cuaca
mengingat program pengembangan wisata kami berada pada pulau yang mengharuskan
kami untuk menyebrang menggunakan perahu dan pada saat saat tertentu kami tidak
dapat akses untuk menyebrang dan lebih mengutamakan keselamatan. Kendala
selanjutnya ada pada saat komunikasi, menginga desa mitra yang kami tempati berada
dalam fase pergantian kepala desa sehingga PLT yang menjabar agak susah untuk
mengambil keputusan. Pergantian PLT juga berlansung selama 2 kali semenjak kami
dilokasi yang mengakibatkan beberapa miss komunikasi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan dari perencanaan yang telah disusun diawal dan melihat hasil yang
diperoleh kami dapat menyimpulkan bahwa kegiatan yang kami lakukan sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan pengembangan
desa/KKNT ini pula memberi dampak yang besar terhadap desa mitra dan masyarakat
tergambar dari video testimoni yang ada.

5.2 Saran

Kami menyarankan untuk kegiatan MBKM yang akan datang utamnya dalam hal
pembangunan desa/KKNT kiranya menempatkan lebih banyak mahasiswa dalam satu
desa mitra yang mempunyai basic pengetahuan yang berbeda agar program yang dijalan
kan lebih hidup dan lebih maksimal lagi.

BAB 6. REFLEKSI DIRI


6.1. Manfaat Perkuliahan Dalam Menjalankan Program Dilapangan

Segala sesuatu yang telah dipelajari didalam kampus tentunya sangat berguna
dilapangan dalam menunjang kinerja mahasiswa. MBKM proyek membangun
desa/KKNT merupakan hal yang sangat kompleks dilapangan, kita dituntut untuk jelih
melihat peluang yang ada untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam bergerak.
Tak hanya itu dalam hal menanggapi masalah yang terjadi dilapangan juga kita
memerlukan pengetahuan dasar yang dimana pengetahuan pengetahuan tersebut tentunya
telah banyak dipelajari didalam kampus.

6.2. Manfaat Program Dalam Menunjang soft Skill

Program MBKM membangun desa/KKNT tentunya sangatlah bermanfaat


utamanya dalam hal penunjangan soft skill bagi kami. Ada berbagai soft skill yang benar
benar dilatih dilapangan dalam 6 bulsn mengikuti program MBKM membangun
desa/KKNT. Soft skill yang kami dapatkan dilapangan seperti kemampuan
berkomunikasi dimana kita dituntut untuk selalu mengasah kemampuan komunikasi kami
dikarenakan setiap harinya kami akan bertemu dengan pemerintah maupun masyarakat
setempat sehingga disitu kami belajar akan penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dan
juga bagaimana menjelaskan ide yang kami akan kerjakan didesa mitra. Selain itu soft
skill kerjasama juga sangatlah besar dikarenakan proyek ekowisata yang kami jalankan
termasuk program yang cukup besar dan haru diselesaikan secata bersama dan
bekerjasama.

6.3. Manfaat Program Terhadap Pengembangan Kognitif

Disamping soft skill yang didapatkan pengembangan kognitif mahasiswa selama


berada dilapangan juga sangat berasa dikarenakan banyaknya hal hal baru yang hadir dan
dari situ kami banyak belajar sehingga pengembangan kognitif selama 6 bulan
menjalangkan program sangatlah berasa.
6.4. Rencana Kedepan Setelah Menjalangkan Program

Berdasarkan pengalaman yang hadir dilapangan sebagai ajang pembelajaran bagi


kami, diharapkan setelah selesainya program ini kami dapat mengambil banyak pelajaran
yang kemudian dapat kami pergunakan suatu saat didunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Ashley, C. and Roe, D. (1997). Community Involvement in Wildlife Tourism: Strengths,


Weaknesses and Challenges. London: Evaluating Eden Project, International
Institute for Environment and Development.

Barkin, D. (1999). Ecotourism: A Tool for Sustainable Development.

Joko Try Haryanto. 2014. Model Pengembangan Ekowisata Dalam Mendukung


Kemandirian Ekonomi Daerah Studi Kasus Provinsi DIY. Jurnal Kawistara. Vol 4
(225-330).

Marceilla Hidayat. 2011. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Objek Wisata ( Studi
Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat ). Tourism and
Hospitality Essentials (THE) Journal. Vol 1 (1).

Pancomulyo. T. Maryani. H dan Kristiani. L. 2006.Budidaya dan Pengolahan Rumput


Laut.

Sulistiani E, Soelistyowati DT, Yani SA. 2011. Thallus regeneration from Callus of
Cottoni Seaweed (Kappaphycus alvarezii Doty) Research report 2011. SEAMEO
BIOTROP. Bogor

Yuliana, Muhtadin A.S, Elis.T, Irma. A, Lideman. 2013. Pengaruh Perendaman


Eucheuma Spinosum J. Agardh Dalam Larutan Pupuk Provasoli’s Enrich Seawater
Terhadap Laju Pertumbuhan Secara In Vitro Jurusan Biologi Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Hasanuddin, Makassar. Balai Budidaya
Air Payau Takalar, Takalar.

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/224472/sejuta-manfaat-dari-tanaman-
bakau

Anda mungkin juga menyukai