PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
- IRR < i, maka nilai NPV akan lebih kecil sehingga proyek tidak layak
untuk dilaksanakan
- IRR = 0, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol sehingga
perusahaan tersebut tidak untung dan tidak pula rugi (impas)
- IRR > i, maka NPV dari proyek tersebut akan lebih besar sehingga proyek
mengalami keuntungan yang menyebabkan proyek tersebut layak untuk
dilaksanakan.
Kriteria keputusan invesatasi yang terakhir adalah Gross Benefit Cost Ratio
(Gross B/C ratio) yang merupakan perbandingan antara jumlah Present Value
arus biaya bruto dijumlahkan dengan Present Value arus Benefit Bruto.
Apabila Gross B/C Ratio 1, maka NPV 1 sehingga kegiatan konversi layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya apabila Gross B/C Ratio 1, maka NPV 1 sehingga
kegiatan konversi tanaman perkebunan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Biaya yang dikeluarkan dalam usaha perkebunan kakao berupa biaya rata-
rata meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yaitu biaya
yang dikeluarkan pada tahun pertama atau awal proyek sedangkan biaya
operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek.
Biaya investasi tanaman kakao dikeluarkan pada tahun pertama terdiri dari
investasi non tanaman, investasi tanaman dan tanaman pelindung. Investasi non
tanaman berupa bangunan yang digunakan sebagai rumah kebun. Biaya yang
dikeluarkan untuk investasi tanaman berupa bibit, sarana produksi dan tenaga
kerja untuk pengolahan lahan sampai penanaman. Pada usaha tanaman kakao
tidak terdapat nilai sisa dikarenakan biaya investasi yang dikeluarkan berupa
bangunan dan peralatan produksi yang habis digunakan selama umur produksi.
Tanaman kakao merupakan tanaman yang membutuhkan pohon pelindung,
sehingga menyebabkan adanya pengeluaran biaya untuk pohon pelindung yaitu
lamtoro yang meliputi biaya penyetekan dan penanaman.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa total biaya investasi kakao adalah
sebesar Rp 34.000.000 dengan alokasi biaya terbesar adalah untuk investasi
tanaman sebesar Rp. 29.000.000. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya harga
lahan sebesar Rp 19.000.000. Biaya yang dikeluarkan untuk lahan ini sangat
tinggi karena lokasi yang strategis. Rincian biaya investasi tanaman kakao dapat
dilihat pada Tabel 1.
1
Tabel 1. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kakao pada Luas Lahan 4 Ha
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
A. Investasi Tanaman Kakao 29.000.000
- Lahan 19.000.000
- Bibit tanaman Kakao 7.000.000
- Sarana Produksi (Peralatan) 1.000.000
- Tenaga Kerja 2.000.000
B. Investasi Non Tanaman 4.400.000
- Bangunan 2.000.000
C. Tanaman Pelindung (Lamtoro) 600.000
- Tenaga Kerja Penyetekan
300.000
Tanaman
- Tenaga Kerja Penanaman 300.000
Total Biaya Investasi 34.000.000
2
pupuk kakao yaitu Rp 1.368.600 hal ini dikarenakan tanaman kakao
membutuhkan pupuk lebih banyak sampai umur enam tahun untuk pertumbuhan
tanaman.
Tabel 2. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kakao dengan Luas 4 Ha Per Tahun
Jenis Biaya Jumlah (Rp)
A. Pupuk Tanaman Kakao 1.368.600
- Kandang 1.095.000
- Za 273.600
B. Tenaga Kerja Kakao 1.313.400
- Penyulaman 139.350
- Pemangkasan 273.350
- Pemupukan 270.000
- Penyiangan Gulma 140.700
- Pemanenan dan Pasca panen 490.000
C. Tenaga Kerja Pohon Pelindung 136.000
- Pemangkasan Lamtoro 136.000
Total 2.818.000
3
3.1.5 Kriteria Kelayakan Finansial
Perhitungan arus biaya dan manfaat dapat menentukan kelayakan finans ial
dari usaha perkebunan yang dilakukan oleh petani. Pada metode penelitian
telah diuraikan kriteria yang digunakan dalam analisis kelayakan secara finansial
yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal
Rate of Return (IRR). Incremental Net Benafit digunakan untuk melihat besarnya
manfaat yang diterima sebelum dan sesudah dilaksanakan proyek.
Nilai NPV yang diperoleh pada tanaman perkebunan kakao sebesar Rp
244.457.371 yang berarti bahwa menurut nilai sekarang tanaman kakao dapat
memberikan keuntungan Rp 244.457.371. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih
besar dari satu yaitu sebesar Rp 3 yang berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar
Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 3. Nilai IRR yang dihasilkan yaitu
sebesar 27% persen lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan (12%).
Sedangkan Payback Periode menunjukkan bahwa investasi akan kembali apabila
kebun sudah berjalan selama 8 tahun 9 bulan. Berdasarkan kriteria investasi
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa usaha perkebunan kakao layak untuk
dilaksanakan.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4
Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan beberapa kriteria antara lain
Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of
Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Berdasarkan hasil perhitungan pada
tingkat diskonto 11,47 persen. Kriteria investasi tersebut menyatakan bahwa
tanaman kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan sehingga dapat
dinyatakan bahwa kakao layak untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
5
Jakarta.
Husnan dan Suwarsono.1992.Studi Kelayakan Proyek.UPP AMPYKPN.
Yogyakarta.
Kadariah, et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.