Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGRIBISNIS
Jl. Raya Palka Km 3 Sindangsari, Pabuaran, Kab. Serang Telp : +62254 280330. Fax : +62254 281254.
Website: WWW.Untirta.ac.id, pertanian@untirta.ac.id, www.pertanian.untirta.ac.id

UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS)


Mata Kuliah : Ekonomi Makro
SKS :3
Semester/Jurusan : III/ AGRIBISNIS
Kelas : A/B/C/D/E Waktu
: 90 menit
Dosen Pengampu : Dr Aliudin,SP.,MP.
Dr.Dian Anggraeni,SP.,MP
Ir.Aris Supriyo Wibowo,MP.
Dosen Penguji : Ir.Aris Supriyo Wibowo,MP
Sifat : online
Petunjuk:
Kerjakan sesuai nomor soal.

1. Pendekatan perhitungan pendapatan nasional ada tiga macam, sebutkan dan jelaskan apa
perbedaan ketiganya.
2. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan angka
pendapatan nasional.
3. Berdasarkan struktur Pendapatan Daerah yang tercermin dalam angka PDRB di Provinsi
Banten, masih relevankan jika Provinsi Banten disebut sebagai daerah agraris? Jelaskan
pendapat saudara.
4. Jika diketahui tahun 2010 fungsi konsumsi pada perekonomian negara Atas angin
C = 100 + 0,5 Yd
Pengeluaran Investasi sebesar Rp. 20 M, pengeluaran pemerintah Rp.35 M, penerimaan
pajak Rp. 15 M, transfer pemerintah Rp.10 M, eksport netto Rp. 15 M.
Berdasarkan informasi tersebut hitunglah :
a. Besarnya pendapatan nasional keseimbangan
b. Pendapatan nasional siap pakai ( disposable income)
c. Konsumsi keseimbangan

1. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
5. Lengkapi titik-titik pada paragraph berikut.
Secara hipotetis diketahui fungsi konsumsi masyarakat negara C = 20 + 0,5 Yd. Dimana
C adalah tingkat pengeluaran konsumsi dan Yd adalah pendapatan nasional siap pakai (
disposable income ). Pemerintah menarik pajak pendapatan pada konsumen sebesar
Rp.5M. Apabila tingkat pendapatan masyarakar Rp.155M, maka tingkat pengeluaran

konsumsinya adalah…………….. dan tabungannya adalah…………… Pada tingkat


pendapatan sebesar ……………….maka seluruh pendapatan akan habis untuk konsumsi
atau tabungannya nol. Besarnya angka Marginal Propensity to Save ( MPS )

2. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
adalah……………, yang artinya setiap kenaikan pendapatan sebesar 1 M, maka besarnya
tabungan sebesar……………..

Nama : RESKI
Nim : 1001210135
Prodi : Kampus Merdeka/ Pertukaran Mahasiswa (Pendidikan Ekonomi UNM)
Dosen Pengampu : Ir. Aris Supriyo Wibowo, M.P

Jawaban:

3. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
1. Terdapat tiga pendekatan untuk mengukur pendapatan nasional, yaitu pendekatan
produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan
pendekatan pengeluaran (expenditure approach).
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Squad, pendekatan yang pertama adalah pendekatan produksi. Nah, pendekatan
ini menekankan pada kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value added).
Maka dari itu, perhitungan hanya mencakup perhitungan nilai tambah pada sektor
produksi. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus Pendekatan
Produksi
Y = (Q1 x P1) + (Q2 x P2) + (Q3 x P3) +…+ (Qn x Pn)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
P1 = Harga barang ke-1
Pn = Harga barang ke-n
Q1 = jenis barang ke-1
Qn = jenis barang ke-n

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)


Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah
pendekatan pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan
nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima
masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang mereka terima
dalam proses produksi meliputi:

1. Upah/gaji (w) = balas jasa pemilik tenaga kerja


2. Sewa (r) = balas jasa pemilik tanah
3. Bunga (i) = balas jasa pemilik modal
4. Keuntungan (profit/p) = balas jasa pengusaha
Jadi secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan

4. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
nasio
nal dirumuskan sebagai berikut:
Rumus Pendekatan Pendapatan
Y=w+r+i+p
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
r = Pendapat
an dari upah, gaji, dan lainnya
w = Pendapatan bersih dari sewa
i = Pendapatan dari
bunga
p = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure)Approach


Terakhir adalah
pendekatan pengeluaran. Nah, pada pendekatan ini pendapatan
nasional dihitung dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku
ekonomi (konsumen, produsen, dan pemerintah)
dalam suatu negara, meliputi:
1. Pengeluaran konsums
i rumah tangga (Consu
mption/C).
2. Investasi
domestik bruto (Investment/I).
3. Pengeluaran konsumsi pemerintah (Government
Expenditure/G).
4. Ekspor neto atau nilai ekspor (Export/X)
rangi diku M).(X
impor (Import/I)–→
Secara matema
tis dituliskan sebagai berikut.
RumusPendekatan Pengeluaran
Y = C + G + I + (X-M)
Keterangan :
Y = Pendapatan nasional
C = consumption ( konsumsi rumah tangga )
I = investment ( investasi )
G = government expenditure ( pengeluaran pemerintah )
X = ekspor
M = impor
Dengan menggunakan 3 metode pendekatan pendapatan nasional yaitu produksi,
pendapatan, dan pengeluaran dapat membantu suatu negara untuk menentukan jumlah
atau besarnya pendapatan nasional lho. Karena besar kecilnya pendapatan nasional suatu

5. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
negara menentukan maju dan berkembangnya suatu negara karena berhubungan dengan
laju perekonomian Negara
Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional

Pendekatan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan


Produksi Pengeluaran
(Production (Expenditure
Approach) Approach)

Menjumlahka Menghitung
n nilai semua
seluruh jumlah
produk yang pengeluaran
di hasilkan untuk
suatu negara membeli
dari bidang barang dan
industri, jasa yang di
Menghitung dengan cara
agraris, produksi
menjumlahkan seluruh
extratis , jasa dalam suatu
pendapatan (upah , sewaa ,
dan niaga negara ,
bunga , dan laba ) yang di
selama satu dengan
terima rumah tangga
priode . rumus
konsumsi .dengan rumus
dengan rumus Y=C+G
Y=w+r+i+p
Y = (Q1 x + I + (X-M)
Keterangan:
P1) + (Q2 Keterangan
Y = Pendapatan Na sional
x P2) + :
r = Pendapatan dari upah,
(Q3 x P3) Y=
gaji, dan lainnya
+…+ (Qn x Pendapatan
w = Pendapatan bersih dari
Pn) nasional C
sewa
Keteranga =
n: i = Pendapatan dari bunga
consumptio
Y= p = Pendapatan dari
n
Pendapatan keuntungan perusahaan dan ( konsumsi
Nasional usaha perorangan rumah
P1 = Harga tangga )
barang ke-1 I=
Pn = Harga investment
barang ke-n ( investasi
Q1 = jenis )G=
barang ke-1 governmen
Qn = jenis

6. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
barang ke-n t
expenditur
e
( pengeluar
an
pemerintah
)X=
ekspor
M = impor

2. Pendapatan Nasional merupakan jumlah rata-rata pendapatan yang diterima oleh


seluruh rumah tangga keluarga (RTK) pada suatu negara dari penyerahan berbagai faktor
produksi dalam satu periode atau selama satu tahun. Pendapatan nasional adalah salah
satu indikator untuk dapat mengukur lajunya tingkat pembangunan dan perkembangan
kesejahteraan pada suatu Negara dari waktu ke waktu. Dengan pendapatan nasional juga
dapat diketahui arah, tujuan, dan struktur perekonomian suatu Negara.
Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dipahami sebagai pertambahan pendapatan
nasional atau pertambahan output atas barang dan jasa yang diproduksi selama satu
tahun. Dari sini jelas bahwa indikator pertumbuhan ekonomi salah satunya ditunjukkan
oleh nilai PDB (Produk Domestik Bruto). PDB merepresentasikan pendapatan nasional
riil yang dihitung dari keseluruhan output dari barang dan jasa yang diproduksi suatu
negara. Syarat bagi suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila
nilai PDB atau pendapatan nasional riil mengalami kenaikan dari periode sebelumnya.
Sebagai pendapatan nasional, PDB diukur dalam satuan rupiah berdasarkan harga
konstan. Sementara ukuran pertumbuhan ekonomi bukanlah dalam satuan rupiah,
melainkan persentase. Jika persentase pertumbuhan ekonomi yang diperoleh positif dan
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, maka perekonomian negara tumbuh dan
berkembang. Sebaliknya, apabila persentase pertumbuhan ekonomi menurun bahkan
negatif, artinya perekonomian negara mengalami kemunduran atau penurunan.
Pertumbuhan ekonomi yang negatif mengindikasikan bahwa pendapatan nasional riil
yang diperoleh negara pada periode tertentu lebih kecil atau rendah dibandingkan dengan
periode yang lalu.

7. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
PDB sendiri diukur dalam satuan rupiah berdasarkan harga nominal maupun harga
konstan. Sementara, ukuran pertumbuhan ekonomi dalam persentase. Rinciannya, sektor
informasi dan komunikasi, pengadaan air, jasa kesehatan, pertanian, pengadaan listrik dan
gas, real estat, konstruksi, perdagangan, industri, jasa pendidikan, pertambangan,
administrasi pemerintahan, jasa keuangan, jasa lainnya, jasa perusahaan, akomodasi dan
makan minum, serta transportasi dan pergudangan.
Sementara, PDB dari kelompok pengeluaran terlihat dari konsumsi rumah tangga,
konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, ekspor, dan impor.
Dengan demikian, naik dan turunnya pergerakan sektor usaha serta kelompok
pengeluaran akan mempengaruhi pembentukan PDB.
Cara melihat dan mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan
membandingkan semua komponen yang bisa mewakili kondisi ekonomi sebuah negara.
Pada dasarnya, terdapat 2 komponen yang dapat digunakan untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi. Kedua komponen tersebut adalah Produk Nasional Bruto atau
Gross National Product, dan Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product.
Produk Nasional Bruto
Gross National Product atau Produk Nasional Bruto biasa disingkat sebagai GNP dan
PNB. GNP atau PNB tersebut adalah pendapatan atau pemasukan yang diperoleh negara
pada kurun waktu atau periode tertentu, berdasarkan pendapatan dari warga negaranya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui jika pemasukan warga negara di
Indonesia yang sedang tinggal di luar negeri masih dihitung dalam GNP. Namun, bagi
warga negara asing di Indonesia, pendapatannya tidak ikut dihitung dalam GNP tersebut.
Pendapatan yang masuk ke dalam hitungan GNP juga harus dari produk atau barang jadi,
dilihat dari harga pasarannya pada periode atau kurun waktu yang akan diukur.
Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi negara melalui pendekatan GNP, negara dapat
membandingkan GNP pada periode berjalan dengan periode sebelumnya. Sebagai
contoh, saat ingin mengetahui besaran persentase pada tahun 2016, negara perlu
mengetahui jumlah GNP pada tahun 2016 dan di tahun 2015.
Kemudian, cara menghitung pertumbuhan ekonominya, GNP di tahun 2016 akan
dikurangi dengan GNP di tahun 2015, dan dibagi dengan GNP tahun 2015 lalu dikali

8. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
dengan 100%. Dengan begitu, dapat diketahui apakah pertumbuhan ekonomi suatu
negara bergerak ke arah positif atau tidak dan dalam skala berapa persen.

Produk Domestik Bruto


Jika PNB dilihat berdasarkan pendapatan sebuah negara melalui penghasilan dari seluruh
warga negaranya, Produk Domestik Bruto atau PDB melihat pendapatan negara melalui
batas teritorial atau wilayah. Artinya, semua produksi yang terjadi dan dilakukan di
wilayah suatu negara, baik warga negara sendiri maupun warga negara asing, tergolong
ke dalam penghitungan PDB.

Begitupun sebaliknya pada pendapatan atau kegiatan produksi dari warga negara sendiri
di wilayah negara lain tidak akan dimasukkan dalam perhitungan PDB ini. Rumus
perhitungan PDB pun pada dasarnya serupa dengan GNP, yakni melihat perbandingan
antara PDB di periode berjalan dengan periode sebelumnya.
Sebagai contoh, menghitung PDB pada tahun 2015 juga membutuhkan data PDB pada
tahun 2014. Kemudian, PDB tahun 2015 dikurangi dengan PDB tahun 2014, dibagi
dengan PDB tahun 2014, lalu dikalikan 100%. Jadi, dapat terlihat bahwa proses
penghitungan PDB dan PNB sebenarnya tidak jauh berbeda kecuali pada jenis
pemasukan yang didapatkan oleh negara saja.
Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi acuan dalam menentukan kondisi ekonomi suatu
negara dan erat kaitannya dengan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi persentase
pertumbuhan ekonomi suatu negara, hampir dapat dipastikan rakyat negara tersebut juga
memiliki hidup yang semakin sejahtera.
Memahami tentang pertumbuhan ekonomi dan cara menghitungnya bukan hanya sekadar
untuk mengetahui persentase pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Melainkan,
mengetahui pertumbuhan ekonomi juga dapat menjadi dasar bagi pemerintah agar dapat
membuat rencana atau strategi agar kesejahteraan rakyat dapat tercapai.
Dengan memastikan pertumbuhannya senantiasa bergerak ke arah yang positif, sebuah
negara dapat menjanjikan kehidupan rakyatnya yang lebih baik. Negara yang berstatus
sebagai negara berkembang, seperti negara kita pun dapat menyandang status negara
maju jika pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu positif dan menjanjikan. Tentunya,

9. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A
agar bisa mendapatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dan tidak terjadi
kemunduran ekonomi, diperlukan usaha dari semua pihak. Tidak hanya dari pemerintah
pusat dan daerah, masyarakat dari berbagai kalangan juga memiliki andil yang sama
besarnya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu membaik.
Dengan kata lain, jika pemerintah dan rakyat tidak bekerja sama dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, bukan tidak mungkin persentase pertumbuhannya akan kecil atau
bahkan menjadi minus.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu
wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan
bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi
(output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-
komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),
penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto
dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi,
akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
Jadi, Berdasarkan struktur Pendapatan Daerah yang tercermin dalam angka PDRB di
Provinsi Banten, Menurut saya masih relevan jika Provinsi Banten disebut sebagai
daerah agraris, karena Luas panen dan produksi budidaya padi dari 338.666 ha dan
1.468.765 ton atau dengan tingkat produksi per hektar mencapai 4,34 ton/ha pada tahun
2002 telah berkembang menjadi 364.721 ha dan 1.812.495 ton atau dengan tingkat
produksi per hektar mencapai 49,7 ton/ha hingga tahun 2005. Bila mengacu pada pola
perkembangannya, pada tahun 2015-sekarang tingkat produksi per hektar diperkirakan
tetap meningkat meskipun dengan kecenderungan melambat. Praktek budidaya selama
kurun waktu 2015 semakin membaik (intensif), sebagaimana tercermin dari laju
pertumbuhan produksi rata-rata yang lebih tinggi (11,16% per tahun) dari laju
pertumbuhan luas panen rata-rata (2,33% per tahun) atau dengan rasio 4,78 (apabila
nilai rasio > 1 maka kecenderungannya intensifikasi, dan apabila nilai rasio < 1 maka
kecenderungannya ekstensifikasi).
Sejak otonom hampir 20 tahun lalu, Provinsi Banten tumbuh pesat. Salah satunya tampak
dari laju pertumbuhan ekonomi yang berada dalam rentang antara 4 hingga 6 persen.

10. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A


Tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Banten mencapai 5,53 persen. Angka pertumbuhan
tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, 5,02 persen. Tahun
sebelumnya 2018, pertumbuhan ekonomi Banten mencapai 5,82 persen. Adapun tahun
ini, laporan dari Bank Indonesia menunjukkan perekonomian Banten periode triwulan I-
2020 tumbuh 3,09 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional
sebesar 2,97 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten pada
2019 tercatat senilai Rp 664,96 triliun, meningkat dari posisi 2018 sebesar Rp 614,91
triliun. Adapun PDRB per kapita Provinsi Banten pada 2019 mencapai
Rp 51,44 juta, meningkat 6,12 persen jika dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 48,47

11. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A


juta. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten atas dasar harga berlaku
(ADHB) triwulan I 2021 (tabel I.1) mencapai Rp162,34 triliun, lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan IV 2020 dengan nilai Rp160,62 triliun.

12
4. Pada Perekonomian Negara Atas angin diketahui =Co
100 MPC= 0,5 Pengeluaran
Investasi sebesar(I) Rp. 20 M, pengeluaran pemerintah
(G) Rp.35 M, penerimaan pajak
(Tx) Rp. 15 M, transfer pemerintah
(Tr) Rp.10 M, eksport netto Rp. 15 M.
Ditanyakan
a. Besarnya pendapatan nasional keseimbangan
………….……?
b. Pendapatan nasional siap pakaidisposable
( income
)…….…?
c. Konsumsi keseimbangan
……………………………………. ?
Penyelesaian :

Y = C0 + MPC Tr – MPC Tx + I + G + X
1 – MPC

Y = 10 0 + 0,5x10 – 0,5x15 + 20 + 35 +15


1 – 0,5

Y = 100 + 5 – 7,5 + 70
0,5
Y= 335 M

Yd =Y -Tx+Tr
Yd =335 M – 15 M + 10 M

Yd = 330 M

. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A

13
C= C0 + MPC. Yd

C =100 +0,5x 330

C =100+165

5 Secara hipotetis diketahui fungsi konsumsi masyarakat negara C = 20 + 0,5 Yd.


.Dimana C adalah tingkat pengeluaran konsumsi dan Yd adalah pendapatan nasional siap

pakai ( disposable income


). Pemerintah menarik pajak pendapatan pada konsumen
sebesar Rp.5M. Apabila tingkat pendapatan masyarakar Rp.155M, maka tingkat
pengeluaran konsumsinya…adalah
95M….. dan tabungannya adalah……
55M………
15 M
Pada tingkat pendapatan sebesar ……
………….maka seluruh pendapatan akan
5
habis untuk konsumsi atau tabungannya nol. Besarnya angka Marginal Propensity to
0,5……, yang artinya setiap kenaikan pendapatan sebesar 1 M,
Save ( MPS ) adalah…
55,5 M……..
maka besarnya tabungan sebesar………

Sekian & Terima


Kasih

C = 265 M

14
. UTS_Ekonomi Makro_Reski_1001210135_3A

15

Anda mungkin juga menyukai