Anda di halaman 1dari 22

MAKNA SIMBOLIK PUSAKA TUA JENIS BADIK DIMUSEUM

LA GALIGO BENTENG ROTTERDAM KOTA MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
-ZASKIA RAMADHANA
-VIKA WULANDARI
-RAHMA AYU

KELAS X IPA 1
SMAN NEGERI 13 TAKALAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah yg maha pengasih lagi maha penyayang yg telah

memberi Rahmat serta hidayah kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini yg

berjudul Makna simbolik pusaka tua jenis badik di museum la Galigo benteng Rotterdam kota

Makassar.

Terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan proposal ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak kekurangan karena

masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kami dengan terbuka akan menerima kritik dan saran

yang bersifat .Kami berharap proposal ini dapat memberikan manfaat bagi “pembaca”
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN

D.MANFAAT

BAB 2

PEMBAHASAN

A.KAJIAN TEORI

1.makna simbolik

2.pusaka tua

3.badik

B.HAKIKAT TEORI

A.sipakatau(saling menghargai)

B.siri’(harga diri/rasa malu)

C.pacce/passe (perikemanusiaan)

D.sejarah badik dalam perspektif budaya

E.Jenis Badik Yang Dikoleksi Dimuseum Lagaligo

Benteng Roterrdam

F.Kriteria Badik yang Dikoleksi


G.Proses konservasi koleksi Badik Dimuseum

Lagaligo Benteng Rotterdam

H.Makna Motif Batik Bugis Makassar

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Menurut Taylor (dalam Basrowi 2003:71) kebudayaan merupakan suatu

Keseluruhan kompleks yang meliputi dari berbagai pengetahuan, kepercayaan, Hukum, adat

istiadat, seni kesusilaan, serta suatu kesanggupan dan kebiasaan Lainnya yang dipelajari

manusia sebagai suatu anggota masyarakat. Masyarakat yaitu sekumpulan orang yang hidup

bersama yang dapat Menghasilkan suatu kebudayaan. Dengan demikian tidak ada suatu

Masyarakat yang tidak memiliki suatu kebudayaan dan sebaliknya pula tidak Akan ada

kebudayaan tanpa masyarakat yang sebagai wadah dan Pendukungnya. Masyarakat adat

sejak zaman dahulu mereka telah mampu Mengekspresikan potensi cipta, karsa, dan rasa

mereka dalam benda-benda Fisik berupa senjata tajam, seperti badik khas masyarakat

Sulawesi Selatan. Di Setiap daerah Sulawesi Selatan, yang memiliki beragam suku yaitu

Toraja, Bugis, Makassar, Enrekang, dan Luwu memiliki jenis-jenis badik yang Berbeda-

beda dan mengandung makna tersendiri. Pusaka Sulawesi Selatan Jenis badik pada zaman

yang memiliki ciri tersendiri dan mengandung maknaSecara simbolik bagi pemiliknya.

Selain dari itu, pusaka jenis badik yang Bersumber dari Sulawesi Selatan secara umum

sangat terkenal dimancanegara.Namun pusaka tua jenis badik tersebut telah mengalami

krisis pembudayaan Dan pengrajin pun sedikit lebih sedikit punah.

Bahkan pusaka tua jenis badikDari aspek kekeramatan dan symbol kerajaan tidak

terpedulikan lagi (Pusadan, 2018:251) Menurut pusadan (2018:251-254), bahwa badik

sebagai simbol dan ciriDaerah di Sulawesi Selatan seharusnya dikembangkan dan

dibudayakanSebagai identitas masyarakat Sulawesi Selatan. Bahkan pada zamannya

pusakaBadik tidak terlepas bagi pemiliknya karena di anggap bagian dari Kehidupannya,

sehingga badik telah menjadi suatu keharusan atau kewajiban Untuk dimiliki bagi setiap

orang. Menyatakan bahwa badik merupakan suatuPusaka yang fundamental bagi masyarakat

sulawesi selatan, karena badikMerupakan senjatat radisional yang memiliki fungsi dalam
pranata sosialPolitik tradisional, sebab telah menjadi simbol atau indentitas kerajaan dan

Perdamaian. Selain itu, badik ini tersebut merupakan senjata khas tradisional Makassar,

Bugis dan tanah Mandar yang berada disuatu kepulauan Sulawesi. Ukurannya yang pendek

dan mudah dibawa kemana-mana, tetapi klau badik Tersebut sudah keluar dari sarungnya

sangat pantang untuk dimasukkan Kembali kesarungnya sebelum meminum darah. Biasanya

senjata adat Masyarakat Sulawesi tersebut yang bernama badik ini dahulu sangat sering

Dipakai oleh suatu kalangan seorang petani untuk digunakan sebagai Pelindung dirinya dari

segala bahaya seperti dari serangan binatang melata dan Dapat juga dipakai untuk

membunuh hewan hutan yang sedang mengganggu Tanamannya. Selain itu karena orang

bugis sangat gemar merantau maka Penyematan badik di pinggangnya sehingga dapat

membuat dia merasa sangatTerlindungi.

Badik memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda-beda tergantung Dari daerah mana

mereka berasal.Di Makassar badik dikenal sebagai dengan nama badik Sari/Lompo Battang

yang memiliki kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam Seta cappa dan

banong (sarung badik). Sementara itu, badik bugis disebut Kawali, seperti kawali raja

(Bone) dan kawali rangkong (luwu). Kawali bone Terdiri dari bessi (bilah) yang pipih,

bagian ujung agak melebar serta runcing. Sedangkan kawali luwu terdiri dari bessi yang

pipih dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian-bagian yaitu pangulu (ulu), bessi (bilah)

dan wanoa (sarung). Umumnya badik tersebut digunakan untuk membela iri dalam

Mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada Budaya siri’

dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep siri’ ini sudah

sangat menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial Budaya dan cara berpikir masyarakat

Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan (Ruwaidah, 2005:251).Hardjo Suparto

(1991) mengatakan bahwa pusaka tua ini jenis badik Juga memiliki fungsi yang lain yaitu

bahwa setiap jenis badik memiliki Kekuatan sakti (gaib) yang dapat memengaruhi kondisi,

keadaan, dan proses Dalam kehidupan pemiliknya. Selain itu ada juga yang berpendapat
bahwa Badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan, dan

Kemakmuran ataupun kemelarannya, kemiskinan dan penderitaan bagi yang

Menyimpannya. Selain dari pada itu ada pula badik yang yang berfungsi Sebagai benda

pusaka, seperti badik saroso yang memiliki nilai sejarah.

Menurut Ruwaidah (2018:8-9) Badik/kawali ini bagi masyarakat Sulawesi selatan

sangat mempunyai suatu kedudukan yang sangat tinggi. Badik/kawali bukan hanya

berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan Juga dapat berfungsi sebagai

melambangkan status, pribadi dan karakter Pembawanya. Kebiasaan membawa

badik/kawali dikalangan masyarakat Terutama Suku Bugis dan Makassar merupakan

pemandangan yang lazim di Temui sampai saat ini terutama di tanah Bone. Kebiasaan

tersebut bukanlah Mencerminkan sebuah bahwa masyarakat Sulawesi Selatan sangat gemar

Berperang atau yang sering disebut suka mencari keributan melainkan lebih Menekankan

pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/Kawali tersebut. Pentingnya suatu

kedudukan badik/kawali tersebut di kalangan makassar Bugis dan makassar membuat

masyarakat berusaha membuat atau Mendapatkan badik yang sangat istimewanbaik dari segi

pembuatan, bahan Baku, pamor, maupun sisi’ (tuah) yang dangat dipercaya yang dapat

Memberikan energi yang positif bagi siapa pun saja yang dapat memiliki atau

Membawanya.Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih permasalahan yang

Berkaitan makna simbolik pusaka tua jenis badik dengan melakukan Penelitian yang

berjudul “Makna Simbolik Pusaka Tua Jenis Badik DiMuseum La Galigo- Benteng

Rotterdam Kota Makassar”.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari Penelitian ini adalah:

1. Apa Makna Simbolik Yang Terkandung Dalam Pusaka Tua Jenis Badik di Museum La

Galigo-Benteng Rotterdam Kota Makassar?

2. Bagaimana Fungsi Sosial Pusaka Tua Jenis Badik di Museum LaGaligo


C.TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalahSebagai

berikut:

1. Untuk Mengetahui Makna Simbolik Yang Terkandung Dalam Pusaka Tua Jenis Badik di

Museum La Galigo-Benteng Rotterdam Makassar

2. Untuk Mengetahui Fungsi Sosial Pusaka Tua Jenis Badik di Museum La Galigo-Benteng

Rotterdam Kota Makassar

D.MANFAAT

1. Bagi Masyarakat

Manfaatnya bagi masyarakat dapat memberikan Pemahaman mengenai makna simbolik

pusaka tua jenis badik Yang sebenarnya dan supaya dapat mempertahan budayanya Masing-

masing mengenai badik.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan dapat menambah wawasan Pengetahuan serta pengalaman

bagi penulis khususnya dan bagi Pembaca pada umumnya mengenai ilmu tentang makna

simbolik Pusaka tua jenis badik dan dapat memberikan pengalaman dengan Terjun secara

langsung di lapangan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI

1. MAKNA SIMBOLIK

Makna simbolik seperti Soekanto dalam (Sosiologi Suatu Pengantar, 2001:187)

mengemukakan sebuah pendapat bahwa simbolik Berasal dari Yunani kata symboion dari

syimballo (menarik kesimpulan Berarti memberi kesan). Simbol atau lambang merupakan sebagai

suatu Sarana atau mediasi yang dapat membuat dan menyampaikan sesuatu Pesan, dan dapat

menyusun suatu sistem epistimologi dan suatu keyakinan Yang dapat dilakuka.

Simbolik dapat diartikan juga sebagai suatu lambang Yang dapat digunakan sebagai

penyampai suatu pesan atau suatu Keyakinan yang telah dapat dilakukan dan memiliki makna yang

tertentu.Maksud dari interaksi simbolik tersebut yaitu bahwa perilaku dan Interaksi manusia itu

dapat dibedakan, yaitu dapat berinteraksi dengan Ditampilkan melalui simbol dan makna. Yang

mencari suatu makna atau Permasalahan yang menjadi penting dalam interaksi simbolik.selain itu

Mencari sebuah konteks supaya dapat dibuktikan makna dan simbol yang Sebenarnya, karena kalau

cumu hanya meremkam saja yang diandalkan Permasalahan tersebut tidak bakalan cepat dibuktikan

maknanya karena Simbol itu tidak terlepas dari sikap pribadi sendiri.Makna simbolik itu juga dapat

diartikan sebagai suatu simbolik Sering terbatas pada suatu tanda konvensionalnya, mengapa

demikianKarena sesuatu yang sudah dibangun oleh masyarakat atau individu-Individu dalam arti

yang sangat tertentu yang kurang lebih dari suatu Standar yang telah disepakati atau yang telah

dipakai suatu anggota Masyarakat tertentu. Didalam kehidupan manusia sehari-hari sangat sering

Membicarakan tentang suatu simbolik, begitu pun dengan kehidupan Manusia tidak akan mungkin

tidak berurusan dengan suatu hasil Kebudayaan. Penulis telah dapat mendefinisikan bahwa interaksi

simbolik itu Yaitu adalah sebagai sesuatu segala hal yang dapat saling berhungan Dengan suatu

pembentukan makna dari suatu benda atau suatu lambang Ataupun simbol, yang baik itu pada suatu

benda mati maupun pada suatu Benda hidup melalui proses inilah komunikasi tersebut dapat
berjalan Dengan baik sebagai suatu pesan yang verbal ataupun pada suatu non Verbal, dan tujuan

akhirnya itu adalah sesuatu yang dapat memaknai suatu Lambang atau simbol tersebut berdasarkan

pada suatu kesepakatan yang Bersama-sama yang berlaku di suatu wilayah atau pada suatu

kelompok Atau pada suatu komunitas masyarakat.

2. PUSAKA TUA

Pusaka tua jenis badik secara filosofi merupakan alat yang Berbentuk pisau belati

bermata satu yang merupakan senjata tradisional Orang Bugis-Makassar. Secara manfaat,

mempunyai fungsi sosial kurang Lebih sama dengan fungsi tappi’ (keris). Tetapi hanya sedikit yang

memliki Suatu perbedaan dalam hal lingkup penggunaannya. Di setiap badik terdiriDari tiga bagian

yaitu, bilah dari besi pilihan yang memiliki pamor, gagang Dan sarungnya. Badik yang bersisik

tajam tunggal atau ganda, dengan Panjang setengah meter, dan seperti keris, bentuknya asimetris

dan Bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Keistimewaan suatu badik dapat Dilihat dari

pamornya di bilah, karakter (sissik )dan ukurannya yang pas Bagi pemiliknya. Jenis badik bisa

dibedakan dari bilahnya dan gagangnya, Gagangnya biasa dibuat dari kayu kemuning atau tanduk

dan gading, Sedangkan sarungnya dari kayu cendana (Mudra, 2004:19-20).Disisi lain pusaka

disebut sebagai suatu karya seni yang bernilai Sangat tinggi. Nilainya terletak pada suatu keindahan

bentuk dan bahannya Yang dipakai serta proses pembuatannya yang sangat memerlukan waktu

Yang cukup lama, ketekunan dan keterampilan yang khusus. Pusaka Tersebut merupakan warisan

khas kebudayaan yang lazim dipakai orang-Orang dan bahkan dalam kehidupan modern saat ini

pusaka tersebut sangat Di buru untuk dijadikan sebagai benda koleksi hingga sebagai suatu

Pemenuhan suatu kebutuhan tertentu dari pemiliknya.

3. BADIK

Badik merupakan salah satu senjata tradisional yang menjadi suatu Identitas dan

sebagai suatu benda budaya dari hasil kebudayaan. Badik Tersebut bukan hanya senjata tradisional

tetapi badik tersebut digunakan Untuk melumpuhkan lawan bukan hanya melumpuhkan lawan
melainkan Terdapat aspek lainnya juga seperti aspek sosial, ekonomi dan politik yang Sangat saling

behubungan satu sama lain dan tak dapat dipisahkan. BadikTersebut sangat berharga dan sangat

penting selain dari itu badik tersebut Merupakan sebagai penahan malu karena tidak ada satu

nilaipun yang Paling berharga untuk dibela dan dipertahankan di muka bumi ini selain Dari pada

malu (Pusadan, 2018:251-252). Badik merupakan suatu senjata tradisional yang sangat dikenal dan

Dipergunakan orang-orang sejak ratusan tahun yang lalu.

Badik terbuat Dari besi yang satu sisi bilahnya tajam dengan ujung runcing. Secara Umum

badik terdiri dari yaitu hulu (gagang). Bilah (besi), warangka (sarung badik) sekap badik sebagai

suatu pelengkap badik. Badik adalah Sebagai suatu benda kebudayaan masyarakat sulawesi selatan

telah lama Menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, Khususnya bagi kaum

laki-laki. Hal ini dilihat dari pada konsep budaya Dan pandangan masyarakat bahwa laki-laki akan

dianggap ideal apa bila Telah memiliki badik, rumah dan seorang istri (Ruwaidah, 2018: 3-5).Selain

dari itu badik juga tersebut itu merupakan suatu senjata Tradisional yang sangat dikenal dan sangat

dipergunakan oleh masyarakat Sulawesi selatan sejak ratusan tahun yang lalu. Badik tersebut

terbuat dari Besi yang satu sisi bilahnya tajam dengan ujung runcing. Arti secara umum Bahwa

badik tersebut terdiri atas tiga bagian yaitu hulu (gagang), bilah (besi), dan warangka (sarung badik)

dan sekap badik digunakan sebagai Pelengkap suatu badik. Badik makassar bentuknya tersebut

memiliki kale (bilah) Yang pipih, batang (perut) yang buncit dan tajam serta cappa(ujung) yang

runcing. Badik yang berbentuk seperti suatu ini disebut badikSari/Lompo Battang. Badik

masyarakat suku Bugis memiliki bilah yang Pipih, ujungnya runcing dan berbentuk seperti agak

melebar pada bagian Ujung.


B.HAKIKAT TEORI

Interaksi Simbolik dalam konteks dipopulerkan George Herbert Mead (dalam Wirawan,

2011:114) yaitu interaksi simbolik Sebagai sesuatu Segala hal yang saling berhubungan dengan

pembentukan suatu makna dari Suatu benda atau lambang ataupun simbol, baik itu benda mati,

maupun suatu Benda hidup, yang melalui suatu proses pada komunikasi baik secara sebagai Suatu

pesan verbal maupun secara non verbal, dan tujuan pada akhirnya adalah Untuk suatu memaknai

lambang atau suatu simbol tersebut berdasarkan suatu Kesepakatan yang bersama dan yang berlaku

di suatu wilayah atau di kalangan Kelompok komunitas masyarat tertentuManusia itu mempunyai

suatu kemampuan untuk melakukan Sebuah interaksi terhadap kepada pihak-pihak lain. Dengan

melalui sebuah Perantaraan yaitu dengan lambang-lambang tersebut, maka dari itu manusia

Memberikan arti pada suatu kegiatan-kegiatannya. Mead mengadakan Lambang, terutama itu

bahasa tidak hanya merupakan sebuah saran untuk Melakukan sesuatu yang bersifat komunikasi

pada antar pribadi tetapi juga Harus berfikir.

Secara definisi interaksi simbolik yaitu sebagai sesuatu segala hal Yang saling berhubungan

dengan pembentukan suatu makna dari suatu benda Atau lambang ataupun simbol, baik itu benda

mati, maupun suatu benda hidup,Yang melalui suatu proses pada komunikasi baik secara sebagai

suatu pesan Verbal maupun secara non verbal, dan tujuan pada akhirnya adalah untuk suatu

Memaknai lambang atau suatu simbol tersebut berdasarkan suatu kesepakatan Yang bersama dan

yang berlaku di suatu wilayah atau di kalangan kelompok Komunitas masyarat tertentu. Selain itu

juga Manusia merupakan sebagai suatu mahkluk yang Mengenal yang namanya simbol,

menggunakan simbol sebagai suatu untuk Menggungkapkan siapa dirinya. Karena manusia dalam

menjalani suatu proses Hidupnya tidak akan mungkin dapat melakukannya dalam keadaan yang

Sendirian melainkan secara berkelompok atau sering disebut dengan Masyarakat, mengapa

demikian, karena antara yang satu dengan yang lainnya Sangat saling membutuhkan satu sama lain.

Simbolik pun memiliki suatu Fungsi yaitu simbol memungkinkan manusia untuk dapat

berhubungan dengan Dunia material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, atau
Bahkan dapat membuat kategori, dan dapat mengingat suatu objek-objek yang Mereka telah

temukan dimana saja, simbol dapat menyempurnakan manusia Untuk memahami suatu lingkungan,

dapat menyempurnakan kemampuan Manusia untuk berfikir dan bahkan dapat meningkatkan

kemampuan manusia Untuk memecahkan suatu persoalan-persoalan manusia.Interaksi simbolik

seperti George herbert Mead (dalam Ruwaidah, 2018:3-4) telah memusatkan suatu perhatiannya

terhadap suatu interaksi antar Individu dan kelompok. Mereka telah menemukan bahwa orang-

orang yang Berinteraksi terutama yang menggunakan suatu simbol-simbol yang sangat Mencakup

tanda, isyarat, dan bahkan yang paling penting itu yang melalui Kata-kata yang secara tertulis dan

secara lisan. Sesuatu kata-kata tidak akan Memiliki makna yang sangat melekat dalam kata itu

sendiri, akan tetapi Hanyalah suatu yang bunyi, dan akan baru memiliki suatu makna apabila

Orang-orang sependapat bahwa bunyi tersebut sangat mengandung arti yang Sangat khusus

Menurut Sikki 1998 (dalam syarif 2016:15-17) di dalam suatu Kehidupan pada masyarakat suku

Bugis-Makassari itu juga terdapat suatu Nilai-nilai sosialnya yang telah dianut dan ikut serta

menjadi suatu bagian dari Kehidupan kesehariannya yaitu sebagai berikut:

A. SIPAKATAU (saling Menghargai)

Di dalam suku Bugis-Makassar ada namanya nilai budaya Sipakatau yang artinya itu adalah

dapat saling menghargai antar sesama Manusia, yang bermakna bahwa di dalam suatu masyarakat

saling Menghargai sebagai suatu individual yang bermartabat. Didalam nilai Sipakatau itu dapat

menunjukkan bahwa di dalam budaya suku Bugis-Makassar itu dapat memposisikan pada manusia

sebagai suatu makhluk Ciptaan Tuhan yang sangat mulia, oleh karena itu Kita harus saling

menghargai

B. SIRI’ (Harga Diri/Rasa Malu)

Siri’ di dalam suku Bugis-Makassar merupakan suatu inti Kebudayaannya. Siri’ dalam suatu

sistem budaya merupakan suatu pranata Benteng harga diri karena merupakan suatu nilai utama

yang dapat Mempengaruhi dan dapa pula saling mewarnai suatu pikiran, perasaan dan
Kemanusiaan, siri’ dalam suatu sistem sosial itu merupakan suatu Dinamisasi pada keseimbangan

eksistensi pada hubungan terhadap individu Dalam masyarakat untuk dapat menjaga suatu

kekerabatan, sedangkan siri’Dalam suatu sistem kepribadian itu adalah akal budi suatu manusia

yang Dapat menjunjung tinggi kejujuran dan keseimbangan serta juga dapat

C.PACCE/PASSE (perikemanusiaan)

Di dalam suku Bugis-Makassar ada juga yang namanya budaya Pacce/passe. Di dalam

bahasa Makassar istilahnya itu pacce sedangkan Dalam bahasa Bugis itu istilahnya passe yang

merupakan suatu hasil nilai Kebudayaan pada Bugis-Makassar yang telah menjadi suatu ciri

individu Pada masyarakat Bugis-Makassar yang dapat mempertahankan suatu Keseimbangan antara

aib dan pada harga diri. Pacce itu secara harfiah Adalah suatu perasaan yang sedih dan cukup perih

yang telah dirasakan dan Hingga sampai kedalam kalbu seseorang.Peneliti menggunakan teori

Interaksi Simbolik dengan adanya Interaksi Simbolik, Kajian yang dibawakan aktor mengenai

tentang Makna Simbolik Pusaka Tua Jenis Badik otomatis masyarakat akan mengalami Suatu

interaksi. Yang dimaksud tersebut adalah Perubahan yang akan Berlangsung terus selama adanya

interaksi dalam masyarakat. Perubahan Terjadi lantaran adanya interaksi dan adanya nilai-nilai

budaya dalam Masyarakat suku Bugis-Makassar, dalam unsur-unsur yang mempengaruhi

Keseimbangan masyarakat. Diantaranya ada unsur ekonomi, kebudayaan, Geografis, dan juga

biologis. Interaksi sangat diperlukan agar dapat Menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang

semakin dinamis.

D.SEJARAH BADIK DALAM PERSEAKTIF BUDAYA

Secara historis, belum diketahui secara pasti sejak kapan jenis Senjata tajam

tradisional badik ini digunakan dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Seperti yang dikemukakan oleh

Moebirman pada tahun 1980, bahwa Kebudayaan Dongsong yang diperkirakan dibawa oleh migrasi

penduduk Yang berasal dari sungai Mekhong menuju pantai Teluk Siam dalam periode 500 sampai

300 SM, di desa Ban Chiang di dekat perbatasan kamboja dan Muangthai telah ditemukan beberapa
benda yang dibuat dari perunggu seperti tombak yang diperkirakan sudah berumur 5000 tahun

yang lalu. Demikian pula ditemukan 3 bilah badik semahan dari perunggu yang masing-Masing

berukiran nama-nama dari nenek moyang dengan tanggal kelahiran Mereka, yaitu pada daun mata

yang lurus memanjang (Purmawati, Dkk, 1994:21-23).

Selain itu, Badik yaitu senjata pusaka khas masyarakat Sulawesi Selatan, setiap daerah di

Sulawesi Selatan yang beragam suku yaitu Bugis, Makassar, dan Luwu yang memiliki jenis badik

berbeda-beda. Badik sama Terkenalnya dengan senjata pusaka tradisional nusantara seperti keris

dari Suku jawa, Kujang dari Pasundan atau Rencong dari Aceh. Pada zaman Dahulu itu badik wajib

dimiliki setiap orang Bugis-Makassar. Dahulu ada Istilah bahwa bukan orang Bugis atau orang

Makassar jika tidak memiliki Badik. Tokoh pahlawan dari Sulawesi Selatan itu yaitu Sultan

Hasanuddin Terkenal dengan badik yang selalu disematkan di pinggangnya.

Adapun pendapat yang telah dikemukakan oleh narasumber atas Nama Yusuf (46) tahun

selaku sebagai seksi Konservasi pada benda tajam Yaitu Badik sebagai berikut:Jadi begini, asal-

usul senjata tajam badik ini sampai sekarang Itu memang belum jelas diketahui secara pasti, namun

dapat Dikatan bahwa jenis benda tajam ini telah dikenal oleh Masyarakat sejak beraba-abad yang

lampau, benda jenis Pusaka ini milik kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan (Yusuf, 14 Oktober

2020).Oleh karena itu, pada waktu itu masa zaman kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan badik

tersebut merupakan salah satu jenis senjata yang Sering digunakan oleh suatu angkatan dalam suatu

perang kerajaan. Selain itu pula badik, pada zaman pemerintahan kolonial Belanda merupakan suatu

Salah satu jenis benda senjata tajam yang sering digunakan oleh rakyat Dalam suatu pertempuran

yang melawan kaum penjajah yang memiliki suatu Persenjataan yang lebih modern pada waktu itu.

Maka dari itu, badik sangat Tidak bisa dipisahkan dalam suatu kehidupan masyarakat Sulawesi

Selatan.

E.JENIS BADIK YANG DIKOLEKSI DI MUSEUM LAGALIGO BENTENG

ROTTERDAM
Telah diketahui bahwa di Sulawesi Selatan terdapat suatu tempat Peninggalan sejarah-

sejarah ataupun barang-barang yang sangat berharga Milik kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan yang

telah dijaga dari turun temurun Berada di tempat Museum La Galigo di Benteng Rotterdam Kota

Makassar di Tempat museum tersebutlah telah banyak disimpan atau dikoleksi benda-benda Yang

bersejarah terutama yang benda sejarah yang berjenis badik. Adapun pendapat yang telah

dikemukakan oleh narasumber atas Nama Sunardi (41) tahun selaku sebagai staf tata usaha

Museum pada benda Tajam yaitu badik sebagai berikut:

Jenis badik yang dikoleksi di Museum La Galigo-BentengRotterdam ada 3 jenis yaitu yang

pertama badik dari Makassar Yang sering dinamakan badik badik lompo battang, badik dari Bugis

yang biasa dinamakan badik/kawali Gecong dan Sedangkan yang terakhir itu badik yang berasal

dari Luwu Atau badik luwu (Lu’), dapat diketahui kegunaannya atau Fungsi cukup kita lihat dari

bentuk dan pamornya, namun Sebenarnya kegunaan badik tersebut hampir sama semua (Sunardi, 14

Oktober 2020). Oleh karena itu, di Museum La Galigo inilah benda yang berjenis Badik dikoleksi.

Di dalam museum tersebut terdapat beberapa kenis-jenis Badik dan berasal dari daerah yang

berbeda-beda yaitu yang dikoleksi yaitu apabila ditinjau dari sudut bentuk dan modelnya pada suatu

badik yang ada Dan dikenal di Sulawesi Selatan yaitu ada tiga macam jenis badik yaitu badik

Makassar yang dinamakan badik Lompo Battang, badik Bugis yang Dinamakan badik/kawali

Gecong serta badik Luwu (Lu’) yaitu badik yang Berasal dari daerah Luwu dan memiliki kegunaan

masing-masing.Menurut Purmawati, dkk, (1994:6) bahwa badik dapat dilihat dari Sudut bentuk dan

modelnya pada suatu badik yang ada dan yang dikenal di Sulawesi Selatan yaitu sebenarnya ada

tiga macam jenis badik yaitu badik Makassar yang dinamakan badik Lompo Battang, badik Bugis

yang Dinamakan badik/kawali Gecong, serta badik Luwu (Lu’) yaitu badik yang Berasal dari

daerah luwu dan memiliki kegunaan masing-masing. Badik Sebagai benda budaya dan hasil

kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan Telah lama menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan masyarakatnya Khususnya bagi kaum laki-laki. Namun, nama-nama badik yang dikenal
oleh Masyarakat cukup beragam, sebab pemberian nama sebuah badik sering Dihubungkan dengan

nama daerah tempat badik tersebut diproduksi.

F.KRITERIA BADIK YANG DIKOLEKSI

Badik yang dikoleksi di Museum La Galigo itu adalah benda Cagar Budaya yang

merupakan bukti material hasil budaya atau material alam Dan lingkungannya yang mempunyai

nilai penting bagi sejarah, ilmu Pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi ataupun

Pariwisata. Jenis-jenis badik yang dikoleksi itu yaitu badik yang memiliki Pamor yang indah dan

baik, dan memiliki bilah yang baik dan gagang Yang yang unik. Selain itu badik yang dikoleksi

memiliki masing-masing Fungsi atau kegunaan dalam kebudayaan dan keagamaan. Jenis Badik

yang dikoleksi ini adalah terutama badik yang berasal Dari kerajaan-kerajaan dahulu seperti badik

Lompo Battang dari kerajaan Gowa, badik/kawali Gecong dari kerajaan Bugis-Bone dan Badik dari

Kerajaan luwu. Badik ini dikoleksi karena mempunyai nilai kerajaan dan Kebudayaan yang sangat

penting. Jenis badik yang dikoleksi di Museum La Galigo tersebut berasal dari peninggalan

kerajaan-kerajaan terdahulu Dan adapun badik yang dibeli dengan menggunakan uang negara.

G.PROSES KONSERVASI KOLEKSI BADIK DI MUSEUM LAGALIGO

BENTENG ROTTERDAM

Di Museum La Galigo-Benteng Rotterdam setiap tahun Melakukan pameran, benda yang

dipamerankan itu seperti benda senjata Tajam seperti badik, tombak, pedang, baju adat penganting

Suku Bugis-Makassar, Baju Perang dan Benda Budaya lainnya. Sebelum melakukan Pameran

benda-benda pusaka seperti badik, Tombak, dan pedang harus di Konservasi terlebih dahulu.

Konservasi koleksi Museum itu adalah upaya Yang dilakukan terhadap koleksi Museum agar tetap

bersih, sehat, utuh dan Relatif lebih awet dengan cara perawatan dan menyimpan dengan prosedur

Tertentu. Pada hari Senin, tanggal 19 Oktober 2020 di Benteng Rotterdam Mengadakan Konservasi

benda pusaka sebelum dipamerankan. Tujuan dari Konservasi ini yaitu untuk menjaga keawetan

dan tetap bersih benda pusaka Tersebut. Konservasi ini dilakukan biasanya dalam satu tahun 1 kali
atauBahkan 2 kali dalam setahun, Konservasi/Pembersihan pada benda pusaka Yang berjenis badik

atau benda pusaka lainnya yang terbuat dari perak atau Terbuat dari bahan yang lain yang dapat

berkarat tujuannya ini untuk menjaga Keawetan dan tetap bersih pada benda pusaka tersebut. Disaat

ingin Melakukan konservasi terlebih dahulu harus menyiapkan bahan dan alatnya Yaitu seperti :

Masker, Sarung Tangan, Bak Perendaman, Sikat Logam, Sikat Gigi, Sungliht, Bangku Kayu, Asam

Sitrit/MB, Teepol, Alkohol, Jeruk Nipis,Pisau Cetter dan Kanebo.

H.MAKNA MOTIF BADIK BUGIS MAKASSAR

Didalam sebuah benda pusaka yang berjenis badik tersebut bukan hanya Badiknya saja yang

memiliki makna simbolik tetapi juga memiliki simbol dalam Bentuk motif pamornya. Di dalam

sebuah estetika nusantara tersebut pasti selalu Berkaitan dengan nilai tontonan (keindahan) dan juga

di dalam nilai tuntunan (falasafah) dan dipengaruhi oleh sugesti alam. Motif pamor pada bilah badik

Selain sebagai penghias pada bilahnya juga mengandung makna filosofih yang Dijadikan sebagai

sebuah pedoman pada masyarakat suku Bugis-Makassar Tersebut.

Badik ini juga memiliki makna simbolik dalam bentuk motif pamor. Mungkin disini

pamorlah yang menjadi penentu sehingga badik ini Dikatakan mempunyai makna simbolik ini

(D.1/Observasi/05/10)Sebagaimana data observasi yang telah dipaparkan bahwa badik ini juga

Mempunyai juga makna simbolik dalam bentuk pamor. Badik ini apabila Mempunyai pamor yang

sangat indah dan cantik yang berada di sebuah badik Pasti badik ini akan diincar karena setiap

pamor yang ada di badik itu memiliki Makna simbol yang berbeda-beda dan yang paling penting itu

tergantung dari Pemakainya jangan hanya digunakan sebagai benda tajam untuk menikam saja Dan

jangan hanya dipergunakan sebagai gaya-gayaan tetapi harus dipergunakan Sebagaimana

mestinya.Adapun pendapat yang telah dikemukakan oleh narasumber atas nama Yusuf (46) selaku

sebagai seksi Konservasi pada benda tajam yaitu Badik sebagai Berikut:

Di dalam badik itu juga mempunyai makna simbol motif yaitu motif Tebba’ jampu

merupakn simbol kekuatan, motif ma’daung ase yaitu merupakan simbol kesuburan, motif sikado
yaitu merupakan suatu Simbol untuk lamaran, dan motif mata tedong yaitu makna simbolnya Sifat

sabar, pekerja keras dan patuh (D.1./WW/Y/L/14/10/200)

Motif Tebba’ Jampu itu sebuah motif pamor yang indah yang memiliki Berupa garis-garis

tak beraturan. Tebba jampu tersebut itu sebuah simbol kekuatan Sebagaimana tersebut kuatnya

kayu jambu tersebut. Mengapa Jadi bentuk-bentuk Pada jambu itu diterapkan dalam bentuk pamor

badik karena batang jambu biji Tersebut memiliki sebuah karakter yang telah dampak pada sebuah

kulitnya. Kulitnya pun tersebut memiliki karakter khas yaitu bahwa apabila satu kulihatnya

Tersebut lepas maka akan muncul lagi kulit yang barunya.Motif Ma’daung ase itu motif berupa

lapisan-lapisan suatu garis yang Memanjang bersusun dari suatu pangkal hingga ke ujung bilah.

Motif daung ase Adalah merupakan suatu simbol kesuburan. Padi (ase) bagi masyarakat Bugis-

Makassar adalah merupakan simbol kehidupan dan kesejahteraan. Motif SikadoItu sebuah motif

berupa garis yang melengkung yang saling berhadapan. Biasanya Badik ini digunakan yang

berpamor sikado untuk pergi melakukan sebuah Lamaran dengan harapan agar lamarannya

diterima.Motif Mata Tedong artinya motif yang berbentuk spiral yang direpetisi dari Pangkal

hingga ujung bilah. Tedong tersebut melambangkan sebuah kesabaran Dan keuletan dalam bekerja,

serta simbol kesuburan. Dalam hal ini tersebut badik Yang bermotif mata tedong itu sebagai

sennuangeng, makna simbolik yang Terkandung didalamnya yaitu pemilik badik tersebut

diharapkan memiliki suatu Sifat yang sabar, yang dapat bekerja keras, dan juga dapat patuh

terhadap semua aturan atau panggadereng, baik itu sebagai suatu pemimpin dalam suatu keluarga

Maupun sebagai orang yang dipimpin dalam masyarakat


BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya Yaitu mengenai

Makna Simbolik Pusaka tua jenis Badik di Museum La Galigo-Benteng Rotterdam Kota Makassar,

maka penulis dapat menyimpulkan suatu Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Badik adalah benda pusaka dari kebudayaan nenek moyang yang sudak sejakLama menjadi

suatu benda yang turun-temurun. Selain dari itu badik dapat Dipercaya bahwa badik dapat

mempengaruhi suatu kondisi, keadaan bagi Orang-orang yang menyimpannya ataupun bagi

sang pemiliknya. Selain itu Badik juga ini sangat terkenal dan banyak orang yang

menggunakannya. Badik Yang dimaksud yaitu badik Lompo Battang, badik Gecong dan

badik Luwu (Lu’). Makna simbolik pusaka tua jenis badik yaitu makna simbol dalam

Kedewasaan yaitu sosok laki-laki yang ideal itu yaitu mereka yang sudah dapat

Menyelipkan badik dipinggangnya, simbol badik dalam keturunan yaitu badik Pusaka yang

dimiliki oleh suatu keluarga tersebut dapat diwariskan kepada Anak-anak keturunan dari

keluarga, simbol badik sebagai status yaitu status Seseorang tersebut dapat diketahui dari

sebuah jenis badik yang disandangnya Tersebut, simbol badik dalam alat peraga yaitu

disetiap melakukan peperangan Harus melakukan sumpa setia terlebih dahulu sebelum badik

tersebut dibawa Dan simbol badik sebagai aksesoris busana maksudnya yaitu jadi badik

yang Digunakan dalam pelengkap busana tersebut yaitu badik yang memiliki tampilan yang

menarik dilihat orang-orang lain. Selain itu badik ini juga Memiliki makna dalam bentuk

pamor yaitu Simbol badik dalam bentuk pamor Yaitu motf tebba jampu’ yaitu merupakan

sebuah simbol kekuatan, motif Ma’daung ase artinya simbol kesuburan, motif sikadoi’

artinya, digunakan Saat melakukan sebuah lamaran , dan motif mata tedong artinya motif

yang Berbentuk spiral yang direpetisi dari pangkal hingga ujung bilah merupakan Pemilik

badik ini memiliki sifat yang sabar.


2. Fungsi sosial badik yaitu sebagai pelindung diri dari berbagai macam bahayaYang dihadapi

dan juga dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah Yang mengenai persoalan

harga diri, berfungsi sebagai identitas budaya karena Bagi yang memiliki badik ini disaat

bepergian menghadiri suatu acara, pemilik Badik ini tanpa berkutip apa-apa orang pasti

sudah tau dengan hanya melihat Badik tersebut, berfungsi sebagai karya seni karena

merupakan suatu benda Yang terbuat dari tangan manusia dengan menggunakan alat

tradisional dan Berfungsi sebagai suatu identitas bagi kaum laki-laki suku Bugis-

MakassarUntuk menjaga harga diri

SARAN

Berdasarkan suatu hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran untuk dapat

memberikan sebuah masukan terhadap makna simbolik badik pada badik Lompo Battang, badik

Gecong dan badik Luwu (Lu’) di Museum La galigo-Benteng Rotterdam Kota Makassar.

1. Dapat menjaga dan melestarikan suatu benda pusaka yang berjenis badik tersebut yang

berada di Museum La Galigo-Benteng Rotterdam maupun badik yang dimiliki sendiri. Dan

selalu dapat menyakini bahwa didalam sebuah badik itu memiliki kekuatan hanya dari

Allah saja yang hanya saja jalannya itu melalui sebuah badik.

2. Untuk masyarakat-masyarakat sebaiknya itu tidak memberikan suatu label yang cukup

negatif terhadapa sebuah benda pusaka yang berjenis badik ini karena badik ini bukan

hanya digunakan untuk sebuah pertarungan atau perkelahian semata.

3. Diharpkan kepada staf dan penaggungjawab atas badik di Museum La Galigi- Benteng

Rotterdam untuk lebih memperhatikan lagi benda pusaka yang berjenis badik tersebut

supaya badik tersebut selalu terlihat lebih indah dan bersih terlihat.

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti tentang suatu penelitian Makna Simbolik

Pusaka Tua Jenis Badik di berbagai Museum yang mengoleksi badik baik itu di kota-kota

ataupun di daerah-daerah yang sangat terpencil tetapi dikenal dengan adanya badik supaya

dapat dibandingkan dgn Penelitian Sebelumnaya.


DAFTAR PUSTAKA

Basrowi. 2003. Pengantar Sosiologi. Bogor: Galia Indonesia.

Anwar, Desi. 2015. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.

Budiono, Herusatoto. 2001. Simbolisme dalam budaya jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Suriasni, 1993. Badik Sulawesi Selatan. Makassar: Proyem Permuseuman Sulawesi Selatan.

Rahmantyo, Decky. 2015. Makna Simbolik Keris Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.

Skripsi SI. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Elly M Setiada, Dkk. (2016). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

George Ritzer, dan Douglas J Goodman. 2007. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta. encana.

Guawan, Imam. (2013).Metode Penilitian Kualitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksar.

George harbert Mead (1863-1931). 1996. Symbolic Interactionism. Univercity of California press.

Iswanto. 2008. Selayang Pandang Sulawesi Selatan. Klaten: PT. Intan Pertiwara

Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis

https://:digilibadmin.unismuh.ac.id

Anda mungkin juga menyukai