Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI

TOMAT (Solanum lycopersicum L.)


(Studi Kasus: kecamatan merdeka kabupaten karo)

PROPOSAL

OLEH:
SUMIYANA BR GINTING
1804300160

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA MEDAN
2022
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI
TOMAT USAHATANI TOMAT (Solanum lycopersicum L.)
(Studi Kasus: kecamatan merdeka kabupaten karo)

PROPOSAL

OLEH:
SUMIYANA BR GINTING
1804300160

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Strata 1


(S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

Komisi Pembimbing

Dr.Sasmita Siregar,S.P.,M.Si Hardiamsyah Sinaga,S.P.,M.Si


Ketua Anggota

Disahkan Oleh:
Dekan

Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan baik.

Proposal ini merupakan langkah awal dalam penyusunan Skripsi yang merupakan

salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk

menyelesaikan Program Studi Strata (S1) Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera utara.

Adapun judul penulis pada penelitian ini adalah ANALISIS

PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI TOMAT (Solanum lycopersicum

L.) atas tersusunnya Proposal ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Sasmita Siregar, S.P., M.Si. Selaku Ketua Komisi Pembimbing.

3. Bapak Hardianysah Sinaga, S.P., M.Agr. Selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

4. Terima kasih kepada seluruh Staff Biro Adminisrasi yang telah bersedia

membantu penulis dalam penyelesaian Administrasi.

5. Teristimewa untuk orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan penulis

dengan rasa cinta, kasih sayang, dan ketulusan serta selalu memberikan

motivasi baik moril maupun material.

6. Terima kasih kepada para sahabat yang selalu mendukung dan membantu

penulis serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu.

Penulis menyadari Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

i
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal ini dimasa mendatang. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan dan bantuan baik selama Penyusunan Proposal ini. Semoga laporan

ini bermanfaat bagi bidang ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

PENDAHULUAN........................................................................................ 1

Latar Belakang................................................................................. 1

Rumusan Masalah............................................................................ 4

Tujuan Penelitian............................................................................. 4

Kegunaan Penelitian........................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5

Klasifikasi Tomat............................................................................. 5

Budidaya Tanaman Tomat............................................................... 6

Landasan Teori................................................................................ 7

Teori Usahatani...................................................................... 7

Teori Risiko............................................................................ 8

Penelitian Terdahulu........................................................................ 11

Krangka Pemikiran.......................................................................... 12

METODE PENELITIAN............................................................................ 14

Metode Penentuan Lokasi................................................................ 14

Metode Penentuan Sampel.............................................................. 15

Metode Pengumpulan Data.............................................................. 16

Metode Analisis Data...................................................................... 17

Definisi Operasional........................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 23

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Tomat di Sumatera

Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018 – 2019...................... 3

Table 2. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi

Tomat Menurut Kecamatan Tahun 2018......................................... 14

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Krangka pemikiran.......................................................................... 13

v
PENDAHULUAN

Latar belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi

perekonomian Indonesia yang harus di kembangkan. Pengembangan sektor

pertanian dapat dilakukan melalui memperdayaan perekonomian rakyat melalui

pendekatan agribisnis yang akan menciptakan pertanian yang maju, efisien, dan

tangguh. Pengembangan sektor pertanian yang dilakukan mencakup berbagai

subsektor, antara lain subsektor tanaman holtikultura, pangan, perikanan,

perternakan, perkebunan, dan kehutanan (Nyoto, 2016).

Tanaman hortikultura atau sayuran merupakan hasil bumi yang cukup

mahal di pasaran. Nawangsih, dkk. (2001) mengemukakan bahwa kegiatan

pertanian khususnya di bidang hortikultura (bunga, buah-buahan, sayuran), telah

menarik perhatian berbagai kalangan terutama petani. Kegiatan ini dapat dijadikan

sebagai mata pencaharian yang bermanfaat. Produk hortikultura, terutama sayuran

seperti kubis, kentang, cabai, tomat dan wortel, telah lama dibudidayakan oleh

petani karena dibutuhkan sebagai bagian dari makanan sehari-hari di hampir

setiap langkah kehidupan mereka.

Peningkatan produksi hortikultura Peningkatan dalam negeri, bahan baku

industri, substitusi ekspor dan impor. Kapan Dengan berkembangnya hortikultura

dapat dikatakan sebagai tanaman sayuran. Prospeknya bagus karena permintaan

untuk produk ini cukup. tinggi. Hal ini karena sayuran telah menjadi bagian dari

makanan sehari-hari orang Indonesia, dan produk pertanian ini Selalu tersedia di

pasar.
2

Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai peranan cukup

penting dalam pembangunan perekonomian nasional, dan juga sebagian besar

penduduk Indonesia banyak yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, atau

berkecimpung dalam bidang pertanian. Sektor pertanian mempunyai peran

sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),

sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja dan juga sumbangan terhadap

ekspor (Prabowo, 1995).

Kendala usahatani hortikultura dibeberapa negara berkembang adalah

rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan

lahan yang dimiliki petani, dan posisi tawar pada pihak petani yang kurang kuat.

Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani

(Ashari, 1995). Risiko produksi pertanian lebih besar dibandingkan risiko non

pertanian, karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama

penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Besar kecilnya risiko yang dihadapi oleh

petani akan berdampak pada tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh

petani. Sedangkan risiko harga dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang

dihasilkan pada musim tanam tertentu. Apabila produksi yang dihasilkan banyak

atau terjadi panen raya, maka harga jual menurun. Adanya risiko tersebut

berdampak pada tingkat pendapatan petani. Dan itu juga akan mempengaruhi

keputusan petani dalam melakukan usahatani berikutnya.

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) tumbuh secara alami di

Peru dan Ekuador kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama di daerah

beriklim tropis. Pada tahun 1523, orang Eropa dan Asia mengenal tanaman tomat.

Namun, pada saat itu, tomat dianggap sebagai tanaman beracun. Dan
3

dibudidayakan hanya untuk tanaman hias dan anti kanker. Setelah dari Belanda,

tanaman tomat ditanam di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman tomat

tersebar di seluruh dunia, baik tropis maupun subtropis di (Cahyono, 1998).

Tomat merupakan salah satu kebutuhan terpenting. Indonesia berupaya

meningkatkan produksi tomat setiap tahun dengan cara memperluas areal tomat,

namun pada tahun 2004 Indonesia masih mengimpor 8.192.280 kg tomat dalam

bentuk segar atau buah matang. Dari berbagai negara (BPS, 2004). Redaksi,

Agromedia, 2007)

Sumatera Utara memiliki potensi alam yang sangat baik untuk

mengusahakan komoditi sayur- sayuran. Kabupaten Karo yang merupakan salah

satu kabupaten di Sumatera Utara adalah daerah terbesar yang memproduksi

sayur-sayuran terutama tomat. Hal ini dikarenakan iklim, suhu dan kondisi

lahannya yang sangat mendukung. Berikut merupakan Tabel Jumlah Produksi

Tanaman Tomat di Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota ditahun 2018-2019 :

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Tomat di Sumatera Utara Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2018 – 2019

Jumlah Produksi Tomat (kw)


Kabupaten/Kota 2018 2019
Mandailing Natal 20.719 12.502
Tapanuli selatan 14.516 22.039
Tapanuli utara 5.691 17.224
Toba 2.978 38.888
Simalungun 206.168 816.932
Dairi 13.650 1.647
Karo 717.280 6.600
Deli Serdang 50 78.499
Langkat 7.467 210
Humbang Hasundutan 40.882 12
Pakpak Bharat - 200
Samosir 310 247
Batu Bara - 3.415
Padang Lawas Utara 1.356 440
4

Padang Lawas 2.261 -


Labuhan Batu Selatan 845 369
Kota Medan 236 -
Kota Binjai 225 369
Kota Padang Sidimpuan 1.862 8.096
Sumber: Badan Pusat Statisik, 2020

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Analisis pendapatan petani dan kelayakan usahatani tomat di


daerah penelitian?

2. Bagaimana risiko usahatani tomat di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pendapatan petani dan mendeskripsikan kelayakan


usahatani tomat di daerah penelitidan

2. Untuk menganalisi risiko usahatani tomat di daerah penelitian

Kegunaan Penelitian

Hasil peneliti ini di harapkan untuk :

1. Bagi petani, khususnya sebagai bahan informasi, pedoman dan bahan

belajar dalam meningkatkan usahatani tomat.

2. Bagi pemerintah daerah. Sebagai bahan informasi dan bahan

pertibangan untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah

penelitian.

3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan tentang usahatani tomat.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu

sumber informasi wawasan


TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Tomat

Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya, tanaman

berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Secara

taksonomi tanaman tomat digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Solanum lycopersicum L.

Tanaman tomat merupakan tanaman herba semusim dari keluarga

Solanaceae. Batang tanaman tomat bervariasi ada yang tegak atau menjalar, padat

dan merambat, berwarna hijau, berbentuk silinder dan ditumbuhi rambut-rambut

halus terutama dibagian yang berwarna hijau. Daunnya berbentuk oval dan

bergerigi dan termasuk daun majemuk. Daun tanaman tomat biasanya berukuran

panjang sekitar 20 – 30 cm serta lebarnya 16 – 20 cm. Daun tanaman tomat

memiliki jarak yang dekat dengan ujung dahan sementara tangkai daunnya

berbentuk bulat berukuran 7 – 10 cm. Bunga tomat berwarna kuning cerah,

termasuk hermaprodit dan dapat menyerbuk sendiri.


6

Budidaya Tanaman Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum L.) berasal dari daerah Peru dan Ekuador,

kemudian menyebar keseluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim

tropis. Bangsa Eropa dan Asia mengenal tanaman tomat pada tahun 1523. Namun

pada waktu itu tanaman tomat dianggap sebagai tanaman yang beracun dan hanya

ditanam sebagai tanaman hias dan obat kanker. Tanaman tomat termasuk tanaman

semusim yang berumur pendek artinya umur tanaman hanya satu kali berproduksi

dan setelah itu mati (Cahyono, 1998).

Tanaman tomat bisa tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran

tinggi, tergantung dari varietasnya. Namun budidaya tomat di dataran tinggi

biasanya lebih produktif dibanding dataran rendah. Sosok tanaman tomat berupa

semak yang bersifat annual atau tahunan tergantung pada varietasnya, buah tomat

sangat beragam baik bentuk, warna maupun ukurannya. Keindahan bentuk dan

warnanya membuat tomat sering dimanfaatkan pula sebagai bahan dekorasi.

Selain itu, karena rasanya yang segar menyebabkan tomat sering pula dimakan

langsung sebagai buah (Widayati, 1999).

Buah tomat adalah produk multiguna, tetapi harus menjadi produk

multiguna Ini bertindak sebagai sayuran dan makan buah-buahan segar seperti

tomat. Digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan sakit. Komposisi

kimia tomat memiliki sifat dan keunggulan yang sangat baik Ideal untuk

kesehatan manusia. Vitamin A, C, untuk tomat Mineral Mg dan P. Selain itu,

tomat juga mengandung mineral Ca dan Fe. Meski jumlahnya sedikit. 100g tomat

memiliki 2023 kalori (Widayati, 1999).


7

Tomat sebagai sumber vitamin sangat cocok untuk pencegahan dan

pengobatan Berbagai penyakit seperti stomatitis akibat kekurangan vitamin C,

Xerophthalmia karena kekurangan vitamin A, beri-beri, radang saraf, Lemah,

dermatitis, bibir merah, radang lidah Kekurangan vitamin B. Tomat dapat

bermanfaat sebagai sumber mineral Besi (Fe) untuk membuat tulang dan gigi

(kalsium dan fosfor) Apa yang terkandung dalam tomat dapat berfungsi untuk

pembentukan sel Sel darah merah atau hemoglobin. Tomat juga mengandung

serat makanan. Mempromosikan dan membantu proses pencernaan makanan di

perut Mudah untuk menghilangkan kotoran. Selain itu, tomat mengandung

potasium Sangat membantu dalam mengurangi gejala tekanan darah tinggi.

(Firmanto, 2011)

Landasan Teori

Teori Usahatani

Suratiyah (2006) berpendapat bahwa, ilmu usaha tani merupakan ilmu

yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif dan efisien

sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan yang maksimal mungkin.

Shinta (2011) berpendapat bahwa, usahatani adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada

suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah

lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.Setiap petani dalam pengelolaan

usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda beda. Ada tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada juga

yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial.


8

Pertanian yang dikelola petani umumnya memiliki dua tujuan pertanian.

Artinya, untuk pendapatan pertanian maksimum atau untuk keamanan Dengan

meminimalkan risiko, seperti ingin memiliki persediaan Bahan makanan yang

cukup untuk digunakan di rumah dan bahan makanan lainnya untuk dijual

(Soedjana, 2007)

Biaya usahatani dibedakan menjadi: biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya

yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperol

eh banyak atau sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang

tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian. Contohnya adalah

pajak, sewa tanah dan penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable cost),

yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya

variabel merupakan biaya operasional dalam suatu usahatani. Contoh biaya Untuk

sarana produksi pertanian seperti biaya tenaga kerja, pupuk, obat-obatan, dll.

(Soekartawi, 1998).

Teori Risiko

Kegiatan usaha di sektor pertanian sering terjadi dalam situasi ekstrim:

kejadian berisiko dan kejadian tidak pasti. Risiko produksi pertanian lebih besar

dari pada risiko non pertanian karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam

seperti cuaca, hama dan penyakit, suhu, kekeringan dan banjir. Risiko produksi

yang menyebabkan kerugian terbesar bagi petani adalah adanya serangan hama

dan penyakit yang tidak terduga. Wabah hama dan penyebab penyakit ini dapat

disebabkan oleh perubahan cuaca, jumlah gulma, dan pengelolaan perilaku

tanaman yang kurang optimal.


9

Darmawi (1994) menjelaskan bahwa, manajemen risiko merupakan usaha

untuk mengetahui, menganilisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan

perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih

tinggi. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadi akibat buruk (kerugian)

yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah

menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang

menyebabkan terjadinya risiko.

Risiko produksi yang tinggi mempengaruhi pendapatan petani. Selain

aktivitas pemasaran alami, juga dapat menimbulkan risiko. Risiko harga

disebabkan oleh karena harga pasar berada di luar kendali petani. Fluktuasi harga

lebih sering terjadi pada produksi . Widodo (2006) berpendapat bahwa risiko

dapat dihasilkan dari siklus bisnis, musim, inflasi, iklim, hama dan penyakit, nilai

tukar rupiah, dan teknologi.

Timbulnya risiko di bidang pertanian juga dapat dipicu oleh faktor internal

maupun eksternal. Faktor eksternal dari sektor pertanian memiliki pengaruh yang

lebih besar dibandingkan faktor internal. Sebagai contoh, anomali perubahan

iklim yang terjadi saat ini berdampak langsung pada kegiatan pertanian Indonesia.

Perubahan iklim menjadi semakin tidak terduga bagi petani dan sering

menyebabkan kejadian buruk berikut yang merugikan petani, Jaringan irigasi,

jalan pertanian dan infrastruktur pertanian lainnya yang tidak optimal atau rusak

(Ramadhan, 2013).

Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur dampak sumber risiko

terhadap aktivitas bisnis dengan menggunakan alat analisis tertentu. Salah satu

alat analisis untuk mengukur risiko adalah koefisien variasi (coefficient of


10

variety), varians, dan standar deviasi (standar deviasi). Ketiga pengukuran

tersebut saling terkait, dan jika nilai pada ketiga indikator tersebut menurun, maka

risikonya rendah.

Besarnya keuntungan yang diharapkan sebesar merupakan rata-rata

keuntungan yang diperoleh petani sebesar , dan standar deviasi adalah besarnya

fluktuasi keuntungan yang dapat dicapai, atau resiko yang harus ditanggung

petani. Selain itu, penentuan batas bawah sangat penting bagi keputusan petani

untuk mencari hasil terendah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas

bawah keuntungan menunjukkan nilai nominal terendah dari keuntungan yang

dapat diperoleh seorang petani.

1. Variance

Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari

return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance

maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang

dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

2. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko

dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin

kecil standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam

kegiatan usaha.

3. Coefficient Variation

Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang

diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka
11

semakin rendah risiko yang dihadapi.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi acuan dalam melakukan penelitian

sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan penelitian terdahulu terkait

dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Penelitian Dorma Sinaga (2017) tentang “Estimasi Pendapatan dan Resiko

Usahatani Cabai Merah (Capsicumannum L.) di Desa Pabuluan I Kecamatan

Parbuluan Kabupaten Dairi” menyimpulkan bahwa, perkembangan produksi

cabai merah di Kecamatan Parbuluan selama 5 tahun mengalami peningkatan

dan pendapatan petani cabai merah di Desa Parbuluan I per petani lebih kecil

dari UMK Kabupaten Dairi. Secara parsial variabel luas lahan berpengaruh

nyata terhadap pendapatan sedangkan variabel umur, tingkat pendidikan,

lama berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata

terhadap pendapatan. Usahatani cabai merah mempunyai risiko pendapatan

dengan nilai KV sebesar 0,20, risiko produksi dengan nilai KV sebesar 0,14

dan risiko pendapatan dengan nilai KV sebesar 0,04. Estimasi pendapatan

petani cabai merah di Desa Parbuluan 1 pada tahun 2020 adalah sebesar Rp

63.195.128 per Ha per musim tanam, jika kondisi harga dan jumlah

produksinya tetap seperti 3 tahun sebelumnya.

Penelitian Elisa Sitepu (2017) tentang “Analisis Resiko Produksi, Harga

dan Pendapatan pada Usahatani Labu Siam (Sechium edule) dan Kubis

(Brassica oleracea) di Desa Bulanjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten

Karo” menyimpulkan bahwa, pada petani labu siam diperoleh rata-rata biaya
12

total yang dikeluarkan per ha per tahun, rata-rata total penerimaan per ha per

tahun dan ratarata pendapatan per ha per tahun lebih kecil dibandingkan yang

diperoleh oleh petani kubis. Nilai KV untuk usahatani labu siam diperoleh

risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan masing-masing sebesar

0,03;0,04 dan 0,09 risiko harga sebesar 0,04 dan risiko pendapatan sebesar

0,09, sedangkan nilai pada usahatani kubis diperoleh risiko produksi, risiko

harga dan risiko pendapatan masing-masing sebesar 0,10;0,07 dan 0,18. Dari

hasil yang diperoleh dapat diartikan bahwa usahatani kubis lebih berisiko

daripada usahatani labu siam.

Penelitian Wina Gultom (2017) tentang “Analisis Risiko Usahatani Bunga

Kol dan Buncis di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo”

menyimpulkan bahwa, pada petani bunga kol diperoleh rata – rata biaya

total , rata-rata total penerimaan dan rata-rata pendapatan per ha lebih kecil

dibandingkan yang diperoleh oleh petani buncis. Dari segi nilai koefisien

variasi (KV), untuk bunga kol diperoleh risiko produksi sebesar 0.07, risiko

harga sebesar 0,26 dan risiko pendapatan sebesar 0,40, sedangkan nilai

koefisien variasi (KV) buncis diperoleh risiko produksi sebesar 0.15, risiko

harga sebesar 0,14 dan risiko pendapatan sebesar 0,37. Dari hasil yang

diperoleh dapat diartikan bahwa produksi usahatani buncis lebih berisiko

daripada produksi usahatani bunga kol sedangkan segi harga dan pendapatan,

bunga kol lebih berisiko dibandingkan buncis.

Kerangka Pemikiran

Penulis menyusun suatu kerangka pemikiran bahwa tidak berbeda dengan

produk pertanian lainnya, tomat juga memiliki risiko dan ketidakpastian.


13

Fluktuasi produktivitas merupakan indikasi risiko produksi, dimana risiko

yang terjadi ini berkaitan dengan kegiatan produksi yang dilakukan para

petani tomat dan hal ini dapat meyebabkan fluktuasi pada tingkat pendapatan

petani. Risiko harga juga menjadi hal yang pasti terjadi di dalam usahatani

tomat ditambah situasi alam yang tidak menentu membuat risiko produksi

tidak dapat dihindari. Risiko yang dihadapi meliputi risiko harga, produksi,

dan pendapatan dan penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar

peluang terjadinya kerugian dari tiga aspek tersebut serta melihat apakah

usahatani ini layak untuk dijalankan atau tidak.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran yang

disajikan pada

Usahatani Tomat

Produksi Tomat

Harga Jual

Penerimaan
Layak
Biaya Produksi

Pendapatan
Tidak Layak

Risiko Usahatani

Risiko Produksi

Risiko Harga

Risiko Pendapatan
METODE PENELITIAN

Metode penentuan lokasi

Daerah penelitian ditentukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu di desa

Pangambatan, Kecamataan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

Utara. Kecamatan Merek merupakan merupakan produksi terbesar tanaman

holtikultura, salah satunya adalah tanaman tomat. Luas panen, produksi, dan

rata-rata produksi tanaman tomat di Kabupaten Karo tahun 2018 terdapat

pada Tabel

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Tomat Menurut

Kecamatan Tahun 2018

Kecematan Luas panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata

Produksi (ton/ha)

Mardinding - - -

Laubaleng - - -

Tigabinanga 1 216 216

Juhar 29 3.080 106,2

Munte 34 3.140 92,3

Kutabuluh - - -

Payung 87 7.258 83,4

Tiganderket 156 38.179 244,7

Simpang Empat 377 89.730 238

Naman Teran 329 106.673 324,2

Merdeka 144 42.921 298


15

Kabanjahe 276 97.600 353,6

Berastagi 142 27.568 194,1

Tiga panah 296 74.750 252,5

Dolat Rayat 265 67.240 253,7

Merek 735 103.835 141,27

Barusjahe 207 55.090 266,1

Karo (2018) 3.078 717.280 233

Sumber:BPS, Badan Pusat Statistik Pertanian Hortikultura,2019

Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan

pertimbangan bahwa dari data diketahui bahwa Kecamatan Merdeka memiliki

jumlah luas panen yang cukup luas dan jumlah produksi yang lumayan besar. Desa

lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil pra survey, bahwa Kecamatan

Merdeka Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi tomat.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tomat di kecematan merdeka.

Jumlah petani yang mengusahakan tanaman tomat di kecematan sebanyak

370. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan metode

Simple Random Sampling. Metode Simple Random Sampling adalah

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2017).

Penentuan jumlah sampel di Desa Pangambatan dilakukan secara acak.

Untuk menentukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel dihitung

menggunakan rumus Slovin (Supranto, 2000), dimana jumlah populasi telah

diketahui dengan pasti, sehingga:


16

N
n=
1+ Ne ²

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerir, e = 0,15

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut : Nilai

e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar.

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin adalah antara 10–

20 % dari populasi penelitian.

370
n=
1+370 (0,15)²

n =39,67 atau 40 petani

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 petani tomat

yang ada di Desa Pangambatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh

suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian


17

ini, data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara peneliti

dan responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang dibuat terlebih

dahulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah

diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. Data sekunder

dalam penelitian diperoleh dari instansi dinas yang terkait yaitu Badan Pusat

Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan

Kabupaten Karo, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Merdeka, jurnal,

literature, serta internet yang sesuai dengan kebutuhan yang terkait.

Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis 1, analisis pendapatan petani tomat di

kecamatan merdeka, Kabupaten Karo digolongkan tinggi dan untuk

mendeskripsikan kelayakan usahatani tomat dapat dianalisis dengan

menggunakan metode analisis usahatani yaitu menganalisis biaya produksi,

penerimaan dan pendapatan usahatani tomat. Gilarso (2003) menyatakan,

biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya yaitu biaya tetap dan

biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya

produksi usahatani tomat dihitung dengan rumus berikut ini :

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Cost (Rp)

FC = Fix Cost (Rp)

VC = Variabel Cost (Rp)


18

Suratiyah (2009) berpendapat, pendapatan kotor atau penerimaan ialah seluruh

pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari

hasil penjualan atau penaksiran kembali yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan kotor atau penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

TR = Y . Py

Keterangan :

TR = Pendapatan kotor/penerimaan usahatani tomat (Rp)

Y = Jumlah produksi tomat (kg)

Py = Harga produksi tomat (Rp / kg)

Soekartawi (1999) berpendapat, pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi

nilai output total (penerimaan) dengan nilai input (biaya). Pendapatan suatu

usahatani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan Bersih Usahatani (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

TR
𝐑/𝐂 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =
TC
19

Dimana :

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Kriteria efisiensi berdasarkan R/C Ratio adalah :

R/C Ratio > 1 usahatani dikatakan layak

R/C Ratio < 1 usahatani dikatakan tidak layak (Soekartawi, 2000)

Untuk membuktikan hipotesis 2, mengetahui risiko produksi, risiko harga dan

risiko pendapatan dari tanaman tomat digunakan analisis risiko. Risiko dapat

diukur dengan menentukan kerapatan distribusi probabilitas. Salah satu ukurannya

adalah dengan menggunakan standar deviasi. Semakin kecil deviasi standar,

semakin rapat distribusi probabilitas dan dengan demikian semakin rendah

risikonya.

1. Risiko

Hernanto (1993) menyataakan, untuk mengukur risiko secara statistik, dipakai

ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Ragam

dapat dihitung dengan rumus:

∑(Q – Q 1)²
v ²=
n−1

Keterangan :

V2 = ragam (variance)

Q = hasil produksi (kg/ha), harga (Rp/kg), pendapatan (Rp/kg)


20

Q1 =hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga rata-rata (Rp/kg), pendapatan rata-

rata usahatani tomat (Rp/kg).

n = jumlah sampel

Simpangan baku (standard deviation) dapat dihitung dengan rumus:

V = √ V2

Semakin tinggi nilai ragam (V2 ) dan simpangan baku (V) , maka semakin tinggi

pula tingkat risiko.

2. Koefisien Variasi (KV)

Hernanto (1993) menyatakan, koefisien variasi merupakan perbandingan dari

risiko yang harus ditanggung dengan besarnya produksi.

V
KV¿
Q1

Keterangan :

KV = koefisien variasi

V = simpangan baku

Q1 = hasil produksi rata – rata (kg/ha), harga rata – rata (Rp/kg), pendapatan rata

– rata tomat (Rp/kg)

Kriteria yang dipakai adalah jika KV < 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki

risiko yang rendah dan jika KV ≥ 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki

risiko yang tinggi.

Batas Bawah Hasil Tertinggi (L)

Batas bawah hasil tertinggi merupakan nilai hasil dari segi produksi, harga dan

pendapatan yang paling rendah yang mungkin diterima. Apabila nilainya kurang
21

dari nol, maka kemungkinan besar akan mengalami kerugian. Batas bawah hasil

tertinggi dapat dihitung dengan rumus :

L = Q1 – 2V

Keterangan :

L = batas bawah hasil tertinggi

Q1 = hasil produksi rata – rata (kg/ha), harga rata – rata (Rp/kg), pendapatan rata

– rata tomat (Rp/kg)

V = simpangan baku

Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan defenisi yang diberikan kepada variabel

penelitian dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau

memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Defenisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Usahatani tomat adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

pembudidayaan tanaman tomat dari penyediaan input dengan tujuan untuk

memperoleh output dan keuntungan.

2. Petani sampel adalah petani yang sedang mengusahatanikan tomat.

3. Produksi tomat adalah banyaknya hasil dari usahatani tomat yang diambil

berdasarkan luas yang dipanen.

4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani

tomat selama proses produksi berlangsung seperti bibit, pupuk, herbisida,


22

pestisida,biaya tenaga kerja, dan sebagainya dinyatakan dalam rupiah

(Rp).

5. TC (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi dalam tomat atau jumlah biaya tetap dan biaya tidaktetap

usahatani per musim tanam dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. FC (fixed cost) atau biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya,

dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit dandinyatakan dalam rupiah (Rp).

7. VC (variable cost) atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan dinyatakan dalam rupiah

(Rp).

8. Risiko usahatani adalah suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya

peristiwa merugi dan adanya peluang kejadian dalam usahatani tersebut

sudah diketahui oleh petani


23

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.Jakarta. UI Press.

Badan Pusat statistik. 2019. Kabupaten Karo Dalam Angka 2016-2019. Karo.

Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:

Kanisius.

Darmawi, H. 1994. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.

Firmanto, B.H. 2011 Sukses Bertanam Tomat Secara Organik. Angkasa Bandung

Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Yogyakarta.

Gultom, Wina. 2017. Analisis Risiko Usahatani Bunga Kol dan Buncis (Studi

Kasus: Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo.

Skripsi. Medan: Agribisnis. Fakultas Petanian. Universitas Sumatera

Utara.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Nyoto. 2016. Analisis Keuntungan Usahatani dan Sistem Pemasaran Jagung

Manis di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.

Bandar Lampung

Ramadhan, A. 2013. Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani

Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung

Barat. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor: Bogor

Shinta, A. 2011. Ilmu Usaha Tani. UB Press. Malang.

Sinaga, Dorma. 2017. Estimasi Pendapatan dan Resiko Usahatani Cabai Merah

(Capsicum annum L.) (Kasus: Desa Pabuluan I, Kecamatan Parbuluan,


24

Kabupaten Dairi). Skripsi. Medan: Agribisnis. Fakultas Petanian. Universitas

Sumatera Utara.

Sitepu, Elisa. 2017. Analisis Resiko Produksi, Harga dan Pendapatan pada

Usahatani Labu Siam (Sechium Edule) dan Kubis (Brassica oleracea)

(Studi Kasus: Desa Bulanjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

Skripsi. Medan: Agribisnis. Fakultas Petanian. Universitas Sumatera

Utara.

Soekartawi. 1998. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Pers. Jakarta.

_________. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Soedjana, Tjeppy D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak

Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

________. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Widayati, dan L. Sari. 1999. Membuat tanaman cepat berbuah. Penebar Swadaya.

Jakarta. 66 hal.

Widodo, S. 2006. Strategi Mengatasi Rawan Pangan. Seminar Nasional Forum

Komunikasi Kebijakan dan Pusat Studi Asia Pasifik-UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai