(Ringkasan Publik)
Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) merupakan perwujudan dari konsep pembangunan
bidang kehutanan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam proses pencapaiannya diperlukan suatu
sistem yang menjamin keseimbangan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial. Sebagai
instrumen yang menjembatani kesenjangan antara kondisi riil dengan standar kinerja yang harus
dicapai dalam PHTL, maka diperlukan sistem sertifikasi sebagai proses yang berkesinambungan.
PT. Surya Hutani Jaya (PT. SRH) mempunyai komitmen dan tekad yang cukup tinggi dalam
mewujudkan PHTL. Hal ini dibuktikan dengan mengajukan aplikasi untuk sertifikasi PHTL dengan
standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) kepada Lembaga Sertifikasi PT. TUV Rheinland Indonesia.
Proses Aplikasi.
Proses sertifikasi PT. Surya Hutani Jaya (PT. SRH) dimulai sejak diterimanya aplikasi permohonan
sertifikasi pada bulan Maret 2009 kepada Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia untuk
sertifikasi PHTL dengan standard LEI 5000-2.
Pengumuman publik
Sebelum dilakukannya proses penapisan, terlebih dahulu harus dilakukan pengumuman publik untuk
mengundang masukan-masukan atau input yang terkait informasi mengenai unit manajemen dari
pemangku kepentingan (stakeholders) yang akan dijadikan bahan informasi untuk penilaian.
Pengumuman kepada publik tentang proses sertifikasi PHTL PT SRH dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
- Pengumuman melalui media masa nasional “Kompas” pada tanggal 15 Mei 2010.
- Pengumuman melalui media masa lokal “Tribun Kaltim Post” pada tanggal 15 Mei 2010.
- Pengumuman melalui email (mailing list) kepada para praktisi kehutanan, LSM dan pihak
terkait lainnya.
Proses Penapisan
Proses penapisan awal dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan PT SRH untuk
melangkah ke tahap selanjutnya. Proses penapisan dilakukan oleh tim Panel Pakar I mengacu pada
Pedoman LEI 77-21, diawali dengan penelaahan dokumen-dokumen yang terkait dengan kegiatan
pengelolaan hutan PT SRH.
Tim Panel Pakar I dari PT TUV Rheinland Indonesia yang melakukan kegiatan penapisan awal untuk
3 aspek yang dinilai yaitu:
1 Dr. Ir. Teddy Rusolono, MS untuk aspek Produksi
2 Dr.Machmud Thohari, DEA. untuk aspek Ekologi
3 Ir. Asep Sugih Suntana, MA. untuk aspek Sosial
4 Riena Widiyanti Aziz,S.Hut sebagai fasilitator
Konsultasi Publik /Forum Konsultasi Daerah
Sebagai bagian dari proses penapisan pada skema sertifikasi, harus dilakukan konsultasi publik
untuk menampung semua masukan dari pemangku kepentingan (stakeholders). Pelaksanaan
konsultasi publik dilakukan di Hotel Mesra, Samarinda pada tanggal 8 Juni 2010 dengan
bekerjasama dengan Forum Komunikasi Daerah Kalimantan Timur. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengundang semua pihak yang berkepentingan dari kalangan institusi pendidikan, pemerintah
daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat adat, organisasi massa, dll.
Dari hasil penapisan yang mencakup penelaahan dokumen dan kunjungan lapangan serta konsultasi
publik maka Tim Panel Pakar I memutuskan bahwa PT SRH dapat melanjutkan ke proses penilaian
lapangan.
Penilaian Lapangan
Proses penilaian lapangan untuk unit manajemen PT. SRH dilakukan oleh tim penilai lapangan
Lembaga Sertifikasi PT TUV Rheinland Indonesia yang menggunakan standar LEI 5000-2 sebagai
acuan penilaian. Kegiatan penilaian lapangan dilakukan pada tanggal 09 Juli sampai dengan tanggal
12 Juli 2010. Tim penilai lapangan terdiri dari :
1 Cecep Saepulloh, S. Hut. (Lead Assessor/aspek produksi).
2 Dian Susanty Soeminta, S. Hut. (Assessor aspek ekologi)
3 Drs. Fadli (Assessor aspek sosial)
4 Riena Widiyanti Aziz, S.Hut (Fasilitator/Co-assessor aspek sosial)
Penilaian lapangan yang dilakukan oleh tim penilai lapangan PT TUV mengacu pada standar LEI
5000-2 tentang Sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), Pedoman LEI 99-31 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penilaian lapangan Sertifikasi PHTL dan Pedoman LEI 99-32 sebagai acuan
dalam penyusunan laporan hasil penilaian lapangan sertifikasi PHTL.
Tahap selanjutnya dari proses sertifikasi ini yaitu tahap evaluasi dan pengambilan keputusan
sertifikasi. Tahap ini dilakukan oleh tim Panel Pakar II, yang beranggotakan 6 orang, terdiri dari tim
Panel Pakar I yang melakukan tahap penapisan dan tambahan Panel Pakar dari aspek produksi,
ekologi dan sosial yang merupakan utusan daerah dimana Unit Manajemen berada. Susunan Panel
Pakar II terdiri dari :
- Dr. Ir. Teddy Rusolono, MS (aspek produksi)
- Dr. Ir. Yosep Ruslim, M.Sc. (aspek produksi/Utusan Daerah)
- Dr. Ir. Machmud Thohari, DEA. (aspek ekologi)
- Prof. Dr. Ir. Sigit Hardiwinarto, M.Agr (aspek ekologi/Utusan Daerah)
- Ir. Asep Sugih Suntana,MA (aspek sosial)
- Ir. H. Iman Kuncoro Hs, M.Sc (aspek sosial/Utusan Daerah)
Panel Pakar II bekerja setelah menelaah laporan hasil penilaian lapangan dan presentasi dari tim
penilai lapangan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan 01 September
2010 berlokasi di Hotel Novotel Bogor.
Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II tersebut, PT Surya Hutani Jaya Propinsi Kalimantan Timur
dengan luas 183.300 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari
berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perunggu.
Panel Pakar II juga mengeluarkan beberapa rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh unit
manajemen PT FI sebagai berikut :
Berdasarkan hasil evaluasi Panel Pakar II, PT Surya Hutani Jaya di Propinsi Kalimantan Timur
dengan luas 183.300 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari
berdasarkan Standar LEI 5000-2 dengan peringkat Perunggu. Selanjutnya Lembaga Sertifikasi PT
TUV Rheinland Indonesia menerbitkan Sertifikat PHTL dengan masa berlaku 5 tahun pada tanggal
01 September 2010 dan berakhir pada tanggal 31 Agustus 2015
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Surya Hutani Jaya (PT SRH) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan hutan
tanaman industri untuk bahan baku industri pulp dan kertas yang berlokasi di Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. Areal kerja PT SURYA HUTANI
JAYA (selanjutnya disebut dengan PT SRH) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-
II/1996 tanggal 08 April 1996 adalah seluas 183.300 Ha. Areal ini terletak pada fungsi Kawasan
Budidaya Kehutanan (KBK menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi/RTRWP) atau Hutan
Produksi tetap (HP menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK) di Kabupaten Kutai Kartanegara
dan Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. Areal ini merupakan eks konsesi beberapa hak
pengusahaan hutan atau ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (IUPHHK Hutan
Alam).
Pengurus Perusahaan
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Koes Saparjadi, MF
Komisaris : Sani, SE.
Komisaris : Ir. Soebardjo
Dewan Direksi
Direktur Utama : Kornelius Yusak
Direktur : Suhendra Wiriadinata
Direktur : Drs. Bambang Gendrojono
Areal Kerja Sumber Daya Hutan
Areal kerja UPHHK Tanaman PT SRH termasuk dalam wilayah administrasi kehutanan Resort Polisi
Hutan (RPH) Sebulu, Muara Kaman dan Muara Bengkal, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)
Muara Wahau, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Tengah, Dinas Kehutanan Propinsi
Daerah Tingkat I Kalimantan Timur. Areal ini termasuk dalam Kelompok Hutan Sungai Sebulu,
Sungai Menamang dan Sungai Beliwit dalam wilayah Sub DAS Beliwit, Bluhi, Napai, Bendang,
Menamang Kiri, Menamang Kanan, Maoo, Santan, Bengalon, Seguntung-Sedulang, Sendawan,
Manujan, Bentihan, Tebang, Teratak dan Sub DAS Sungai Busung.
Areal kerja PT SRH yang bertipe iklim B (basah, Schmidt & Fergusson) terlingkup dalam 7 (tujuh)
Sub daerah aliran sungai (Sub DAS) yang tersebar dari sebelah Utara sampai Selatan, yaitu Sub
DAS Telen, Sub DAS Menamang Kiri, Sub DAS Menamang Kanan, Sub DAS Sedulang, Sub DAS
Santan, Sub DAS Sabintulung dan Sub DAS Sebulu. DAS-DAS ini terbangun oleh lansekap sungai-
sungai utama dan puluhan anak sungainya yang seluruhnya bermuara pada Sungai Mahakam.
• Sebelah Utara : UPHHK Tanaman PT Kiani Lestari dan Taman Nasional Kutai
• Sebelah Barat : Perkebunan Sawit PT Khaleda dan PT Teguh Jaya Prima Abadi dan Eks
UPHHK Alam PT Persada Bumi Hijau
Areal kerja PT SRH didominasi kondisi lereng yang datar-landai (lereng A dan B ~ 52,3%). Selain
itu adalah agak curam (lereng C ~ 44,0%), curam (lereng D ~ 1,1%) dan sangat curam (lereng E
~ 2,5%). Kondisi lereng datar dan landai serta banyaknya aliran sungai di wilayah ini
menyebabkan sebagian kecil arealnya tergenang terutama pada daerah muara sungai. Luas tiap
kelas lereng disajikan pada tabel di bawah ini
Sistem silvikultur yang diterapkan oleh unit manajemen adalah Tebang Habis Permudaan Buatan
(THPB) seperti umumnya pengelola IUPHHK hutan tanaman lainnya. Pemilihan dan
pengembangan jenis tanaman pokok pada PT. SRH di dasarkan pada :
• Tujuan pembangunan hutan tanaman
• Kesesuaian lahan
• Nilai Ekonomi
• Kesesuaian dengan pembangunan masyarakat sekitar hutan
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, maka jenis tanaman pokok yang dikembangkan
saat ini adalah Acacia mangium dan Eucalyptus pelita untuk daerah kering dan Acacia crassicarpa
untuk daerah basah (rawa).
Pengelolaan Sosial
Untuk pengelolaan sosial masyarakat sekitar hutan, unit manajemen telah menetapkan program
community development secara umum yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
• Pembangunan sarana prasarana fisik (Masjid, Madrasah, jalan jembatan dan sarana lainnya )
• Support kegiatan ekonomi, sosial budaya dan keagamaan
• Kegiatan pengembangan pendidikan ( bantuan buku / perpustakaan )
Di samping program-program di atas juga dikembangkan pola kemitraan dengan masyarakat
sebagai salah satu bentuk penyelesaian permasalahan lahan yang terjadi dengan masyarakat
sekitar. Pola yang saat ini dikembangkan adalah pengembangan hutan tanaman pola kemitraan
(HTPK), pengadaan bibit, penyiraman jalan sepanjang pemukiman, koktraktor tebangan dan
penanaman, pengadaan tenaga kerja, pemanfaatan hasil hutan non kayu (rotan, madu, dlsb,) dll.
Penyelesaian permasalahan dengan masyarakat seperti kasus klaim dan okupasi lahan dilakukan
dengan prosedur yang ada seperti:
1. Manajemen PT. Surya Hutani Jaya mempunyai komitmen yang kuat dalam pencapaian sertifikasi
PHTL, hal ini bisa dibuktikan dengan kesungguhan dalam mempersiapkan dokumentasi dan
lapangan, penyusunan tim sertifikasi yang cukup solid dalam jangka beberapa tahun untuk
memperoleh sertifikat PHTL LEI.
2. Jajaran manajemen sampai karyawan di bawah turut terlibat dalam menyiapkan sertifikasi dalam
mencoba untuk melaksanakan praktek-praktek pengelolaan hutan yang baik dan memperbaiki
secara berkelanjutan pada pengelolaan hutannya .
3. Sumber daya manusia pada bidang keahliannya yang memadai dilihat dari jumlah Sarjana
Kehutanan dilapangan yang cukup dan kompeten.
4. Mempunyai Bagian Research and Development (R & D) yang cukup memadai dalam mendukung
terlaksananya pembangunan hutan tanaman ke depan.
5. Kemampuan modal yang cukup memadai dari pemilik perusahaan lebih menjamin
berlangsungnya perusahaan.
6. Perusahaan telah memperkerjakan karyawan yang cukup banyak jumlahnya yang dapat
berdampak pada terbukanya peluang kerja di daerah dan juga meningkatnya pendapatan
masyarakat secara umum.
7. Berkembangnya kegiatan ekonomi lokal secara significant akibat adanya kegiatan perusahaan
(HTI dan Pabrik) sehingga secara langsung dan tidak langsung mempercepat pembangunan
daerah sekitar.
8. Fasilitas base camp dan perumahan karyawan yang sangat memadai.
9. Program community development (PMDH) selalu menjadi bagian dari kegiatan perusahaan
dengan anggaran yang cukup.
10. Sarana dan prasarana yang cukup tersedia dalam mendukung kegiatan perusahaan dan
membantu kegiatan penduduk sekitar.
11. PT SRH telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan dengan standar ISO 14001:2004 dan
mendapat sertifikat sejak tahun 2007.
1. Potensi konflik sosial yang masih ada dikeranakan konflik lahan dengan masyarakat masih
sangat dinamis dan masih berpotensi dalam menghambat tercapainya PHTL yang mantap.
2. Permasalahan pengelolaan lahan basah terutama lahan gambut dalam yang dikelola sebagai
areal produktif dapat mengakibatkan dampak lingkungan dan isu lingkungan.
3. Sistem monokultur pada hutan tanaman industri dengan luasan yang besar dapat berakibat pada
tingginya resiko ancaman hama dan penyakit pada tanaman dan juga isu keanekaragaman
hayati.