Anda di halaman 1dari 10

CANCER OVARIUM

No. Revisi Tanggal Revisi


PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengertian Tumor ganas yang berasal dari ovarium yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun.
Kanker ovarium ini dapat menyebar ke area lain seperti
panggul dan perut melalui sistem getah bening dan
menyebar ke organ liver dan paru-paru melalui sistem
pembuluh darah (Nanda, 2015).
2. Asesmen Keperawatan Data Subyektif :
1. Perut membesar
2. Nyeri abdomen
3. Mual
4. Perut terasa begah / kembung
5. Konstipasi
6. Nyeri punggung
7. Berat badan meningkat karena adanya
massa/asites
8. Perdarahan abnormal

Data Obyektif :
1. Hasil laboratorium: CA 125 meningkat
2. Hasil USG tampak ada massa
3. Hemoglobin rendah bila terjadi hemolisis
4. Hematokrit meningkat
5. Distensi abdomen
6. Peningkatan lingkar perut
3. Pemeriksaan penunjang 1. Darah rutin: Darah lengkap, Ca 125
2. USG Abdomen
3. Thorax PA
4. Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan dan pengertian sesuai SDKI
Pre Operasi
1. Nyeri akut (D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2. Nausea (D. 0076)
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
3. Ansietas (D.0080)
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
4. Konstipasi (D. 0049)
Penurunan defekasi normal yang disertai
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas, serta feses
kering dan banyak.
5. Resiko perdarahan (D.0012)
Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal ( terjadi
hingga keluar tubuh).

Intra Operasi:
1. Gangguan integritas kulit/jaringan ( D. 0129)
Kerusakan kulit (dermis / epidermis) atau jaringan.

2. Risiko perdarahan (D.0012)


Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal ( terjadi
hingga keluar tubuh).
3. Risiko infeksi (D.0142)
Berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik.

Post Operasi :
1. Nyeri akut (D.0077):
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2. Gangguan integritas kulit / Jaringan ( D. 0129):
Kerusakan kulit (dermis / epidermis) atau jaringan.
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054):
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari salah satu
atau lebih ekstermitas secara mandiri.
4. Risiko infeksi (D.0142):
Berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik.
5. Nursing Outcome Nursing Outcome dan Kriteria Hasil sesuai SLKI
1. Tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun, meringis
menurun, sikap protektif menurun, gelisah
menurun, kesulitan tidur menurun, frekuensi nadi
membaik.
2. Tingkat nausea menurun (L.08065)
Kriteria hasil: nafsu makan meningkat, keluhan
mual berkurang, perasaan ingin muntah menurun,
tidak pucat, dan TTV dalam batas normal.
3. Tingkat ansietas menurun (L.09093)
Kriteria hasil : Verbalisasi kebingungan menurun,
verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun, perilaku gelisah menurun, perilaku
tegang menurun, konsentrasi membaik, pola tidur
membaik
4. Eliminasi fekal membaik (L. 04033)
Kriteria hasil: control pengeluaran feses meningkat,
keluhan defekasi lama dan sulit menurun, dan
frekuensi BAB membaik.
5. Mobilitas fisik meningkat (L. 05042)
Kriteria hasil: pergerakan ekstremitas meningkat,
kekuatan otot meningkat, ROM meningkat.
6. Tingkat infeksi menurun (L.14137)
Kriteria hasil : peningkatan kebersihan tangan,
peningkatan kebersihan badan, nafsu makan
makan membaik, tidak demam, tidak adanya
kemerahan dan bengkak pada area luka, hasil
kultur darah atau sputum membaik.
6. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen nyeri (I.08238):
 Observasi
 Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri secara non verbal
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
terhadap nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup.
 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping analgetik.

 Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan untuk menggunakan analagetik
secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri.

 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.

2. manajemen Mual (I. 03117 ):


 Observasi
 Identifikasi pengalaman mual
 Identifikasi isarat nonverbal ketidak nyamanan
 Identiikasi dampak mual mual terhadap
kualitas hidup (nasu makan, tidur, aktivitas,
kinerja, dan tanggung jawab).
 Identifikasi faktor penyebab mual (pengobatan
dan prosedur)
 Monitor mual (frekensi, durasi, dan tingkat
keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
 Terapeutik
 Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
(bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan).
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (kecemasan, ketakutan, kelelahan)
 Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
 Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak
berbau, dan tidak berwarna bila perlu.

 Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
 Anjurkan sering membersihkan mulut kecuali
merangsang mual
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
 Ajarkan penggunaan teknik farmakologis untuk
mengatasi mual (hipnosis. Relaksasi, terapi
musik, dan akupressur)

 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetik bila perlu.

3. Reduksi ansietas (I.09314):


 Observasi
 identiikasi saat tingkat ansietas berubah
(kondisi, waktu, dan stressor).
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non
verbal).

 Terapeutik
 Ciptakan suansana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan.
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
bila memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
perhatian
 Diskusikan perencanaan realistis tentang
perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang

 Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Jelaskan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk terus bersama pasien
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi

 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu.

4.Latihan eliminasi fekal (I. 04150).


 Observasi
Monitor persistaltik usus secara teratur.

 Terapeutik
 Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang
air besar
 Berikan privacy, kenyamanan, dan posisi yang
meningkatkan defekasi
 Gunakan enema rendah, jika perlu
 Anjurkan dilatasi rektal digital, jika perlu
 Ubah program latihan eliminasi fekal bila perlu.

 Edukasi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu
sesuai program
 Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai
kebutuhan
 Anjurkan olahraga sesuai toleransi.
 Kolaboratif
Kolaborasi penggunaan supositoria bila perlu.

5.Dukungan mobilisasi (I. 05173)


 Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
 Monitor tanda-tanda vital sebelum pergerakan
 Monitor kondisi umum selama melakukan
pergerakan.

 Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
misalnya pagar pengaman tempat tidur
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, bila perlu
 Libatkan keluarga dalam membantu pasien
pergerakan.

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan pergerakan dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (Misalnya duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi).

6.Pencegahan infeksi (I.14539)


 Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik.

 Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi

 Edukasi
 Anjurkan makan/minum hangat
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

7. Perawatan luka (I.14564)


 Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis: drainase,
warna, ukuran , bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi

 Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan Teknik steril saat melakukan
perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30 – 35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 – 1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis:
vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino),
sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu

 Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

 Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis:
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
7. Informasi dan edukasi 1. Manajemen nyeri (Teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri, anjurkan istirahat yang cukup,
dan ajarkan cara menggunakan terapi analgetik
secara tepat)
2. Anjurkan untuk makan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak untuk mengurangi mual.
3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
mual.
4. Anjurkan untuk makan tinggi serat atau sesuai
program untuk mencegah konstipasi.
5. Anjurkan untuk asupan cairan yang yang adekuat
sesuai kebutuhan.
6. Anjurkan olahraga sesuai dengan toleransi.
7. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
8. Anjurkan untuk melakukan mobilisasi bertahap
(mika – miki, berbaraing ke duduk, duduk di tepi
tempat tidur, dari tempat tidur ke kursi).
9. Anjurkan keluarga untuk membantu mobilisasi
10. Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
11. Ajarkan ADL pasca rawat
12. Anjurkan untuk konsusmsi makanan tinggi kalori
dan tinggi protein.
13. Perawatan pasca rawat (pasien dan keluarga)

8. Discharge planning 1. Manajemen nyeri


2. Diet rendah lemak untuk mengurangi mual
3. Konsumsi makanan dingin atau makanan bening.
4. Makan porsi kecil dan sering.
5. Banyak minum air putih sesuai kebutuhan
6. Olahraga teratur sesuai toleransi.
7. Assement perencanaan pemulangan pasien post
operasi.
8. Edukasi cara mencuci tangan
9. Edukasi cara perawatan luka operasi
10. Menginformasikan agar luka operasi yang dibalut
tidak boleh basah.
11. Edukasi pencegahan infeksi dan tanda-tanda
infeksi, bila ada kemerahan, bengkak atau
rembesan pada area luka untuk segera datang ke
RS.
12. Anjurkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
13. Edukasi kepatuhan minum obat
14. Edukasi untuk kontrol sesuai jadwal
9. Kriteria pasien pulang 1. Hemodinamik stabil
2. Secara klinis tampak perbaikan.
3. Hasil laboratorium dalam batas normal.
10. Penelaah kritis Ka.Sie, Mutu, dan komite keperawatan
11. Kepustakaan 1. PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indinesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta :
DPP PPNI
2. PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indinesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta :
DPP PPNI
3. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indinesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta :
DPP PPNI
4. Prawirohardjo,S.,2009. Ilmu kandungan Edisi
II.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai