Anda di halaman 1dari 87

DAFTAR ISI

Sampul

SK Direktur Utama RSIA ANANDA Tentang Panduan Keluarga berencana


di RSIA ANANDA

Daftar isi........................................................................................................................................................1

Kata Pengantar.......................................................................................................................................2

BAB I DEFENISI …………………...................................................... 3

BAB II RUANG LINGKUP........................................................................................................4

BAB III TATA LAKSANA...........................................................................................................8

BAB IV DOKUMENTASI...........................................................................................................16

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita


panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat
yang telah
dikaruniakan sehingga
Pedoman pelayanan
Keluarga Berencana di
Ruang antenatal care di
RSIA ANANDA ini
dapat selesai disusun.

Pedoman

pelalayayananan

keluluarga

bererencncanana ini

dibuat untuk

memenunuhi kebutuhan

akan pedoman kerja bagi

petugas rumah sakit

terutama tenaga

kebidanan yang bekerja

di unit antenatal care.

Pedoman ini sangat

penting untuk membantu

sistematika kerja perawat

di unit tersebut sehingga

pada akhirnya

diharapkan secara
khusus dapat menekan

angka kelahiran serta

meningkatkan mutu

pelayanan di pada

umumnya.

Tidak lupa penyusun


sampaikan terima kasih
yang sedalam-
dalamnya atas bantuan
semua pihak dalam
menyelesaikan
Pedoman Pelayanan
keluarga berencana di
Ruang antenatal care
RSIA ANANDA.

P
e
n
y
u
s
u
n

)
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latatar Belakang

Kesepakatan
Internasional dalam
International
Conference of
Population
and Development (ICPD)
di Kairo 1994 dengan
paradigm baru
kesehatan reproduksi,
telah merubah orientasi
yang semula
menempatkan manusia
sebagai obyek menjadi
subyek dalam
pengendalian
kependudukan. Hak
reprproduksi
memberikan kebebasan
kepada perempuan
untutuk mengatur
kehidupan
reproduksinya
termasuk dalam
menjalankan Keluarga
Berencana (KB)
Sejak tahun 1995,
beberapapa
progograram yang
menyangkut
pelalayayananan
kesehatan reproduksi
telah dilaksanakan di
Rumah Sakit termasuk
pelayanan KB. Rumah
Sakit sebagai tingkat
rujukan primer,
sekunder dan tersier
mempunyai kewajiban
menyediakan pelayan
KIE dan konseling KB
yang diarahkan pada
terciptanya akseptor
mantap (MOW/MOP),
penangan efek samping
dan komplikasi serta
kegagalan KB,
penanganan rujukan KB
yang meliputi
pelimpahan kasus,
peningkatan
pengetahuan dan
ketramppilan, penelitian
dan pengembangan KB
serta pembinaan medis
pelayanan KB untuk
fasilitas pelayanan
dasar.
Dari hasil data
Survei Dasar
Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, terlihat
pencapaian program
KB belum
menggembirakan, hal
ini dapat diketahui
dengan penggunaan
kontrasepsi yang
hanya mencapai 61,4%,
sedangkan angkgka
unmet need meningkat
menjadi 9,1%. Selain itu
Total Fertility Rate
(TFR) masih sama
dengan hasil SDKI
2002/2003 yaitu 2,6.
Angka kematian ibu
(AKI) menurun menjadi
228/100.000 kelahiran
hidup namun angka ini
masasiih jauauh darri
sasasararan Millenium
Development Goal
(MDGS) yaitu
125/100.000 kelahiran
hidup.
Dengan terjadinya
perubahan tatanan
pemerintah di tingkat
pusat yaitu
desentrralisasi urusan
pemeerintahan kepada
pemeerintah daerah,
salah satu

program yang dialihkan ke


pemerintah daerah adalah
program KB. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 38 Tahun
2007 tentang Pembagian
urusan
Pemeririntah antarara
Pemerintntahah,
Pemerinintatah Provovinsi
dan Pemerintntah
Kabupaten/Kota yang
antara lain menetapkan
urusan pemerintahan
bidang KB dan Keluarga
Sejahtera sebagai salah
satu urusan wajib dan juga
PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang
mengamanatkan

3
rumpun kelembagaan
Pemberdayaan
Perempuan dan
Keluarga Berencana
maka Pemerintah
Daerah wajib
memberikan dukungan
terhadap program KB
termasuk dalam
pelayanan KB di
Rumah Sakit.
Dalam kenyataannya
terjadi perubahan
pelayanan KB ditingkat lini
lapapangan yang antara
lain disesebababkan oleh
kurarangngnynya jumlah
sertrta ketrampilan sumber
daya manusia yang
mendukung pelaksanaan
program
KB. Disamping itu,
menurunnya komitmen
politis penentu kebijakan
juga turut menyebabkan
menurunnya kemampuan
dalam pengelolaan
program KB.
Beberapa daerah yang
tidak memprioritaskan
program KB,
dikhawatirkan
membuat terputusnya
kendali program KB,
hal ini juga terjadi
dalam program KB di
RS (PKBRS) yang saat
ini. Meski penting,
namun belum menjadi
program prioritas
maupun unggulan
sehingga berdampak
pada rendahnya
cakupan pelayanan KB
di RS.
Depepaarrtteemmeen
Keesseehhaattaan juga
telelaah
meennggeelluuaarrkkaan
Pededooman
Penyelenggaraan RS 2008
yang memuat
persyarratan/hal-hal yang
harus dipenuhi dan
difafasisililitasi pada
tahahapapan
pendndiririaian dan
penynyelelanangaraan
pelayanan RS dan layanan
KB termasuk didalamnya.
Disamping itu, telah terbit
Keputusan Menteri
Kesehatan tentang
Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Nomor 129 tahun 2008
yang memasukkan
layanan KB mantap,
sehingga hal ini menjadi
tolok ukur bagi daerah
mengenai pelayanan
minimal yang harus
diberikan kepada
masyarakat.
Buku Pedoman
Pelayayanan Keluluarga
Bererencncanana di
Rumah Sakit ini
merupakan panduan
untuk menjabarkan
kebijakan pelayanan KB
di Rumah Sakit bagi
Pemerintah Daerah,
RS,Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tenaga Kesehatan,
Lintas Program/Sektor,
Organsisasi Profesi dan
Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
sehingga peran dan
tanggung jawab
Pemerintah Pusat, dan
Daerah dalam pelayanan
KB dapat dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan.
B.. Tuujjuuaan
1. Umum :
Meningkatkan akses,
kualitas dan
keamanan pelayanan
Keluarga Berencana
di Rumah Sakit.
2. Khusus :
a. Tersrsedediaianyn
ya
tatatalalaksksanan
a
admimininiststrasi
dan manajemen
pelalayayananan
Keluarga
Berencana di
Rumah Sakit.

4
b. Tersedianya
sIstem pelayanan
dan rujukan KB
termasuk
Komunikasi
Informasi Edukasi
(KIE).
c.
Terwujujududnyny
a koorordidinasi
dan kerjasama
dalalam
penynyelelenggar
araaaan
pelayanan KB
d. Tersedianya
panduan dalam
penyediaan
fasilitas, sarana
dan prasarana
yang dibutuhkan
dalam pelayanan
KB
e. Tersedianya
panduan kebutuhan
dan kompetensi
tenaga pelayanan
KB
f. Tersedianya
panduan pola
pembiayaan
pelayanan KB

C. Ruang Lingkup
Pelayanan KB di
Rumah Sakit
Ruang lingkup
Pelayanan KB meliputi:
Pengorganisasian,
Perencanaan dan
Advokasi, Pelaksanaan,
Pemantauan dan
Evaluasi Pelayanan KB

D.. Sasasarran
Sasaran program
pelayanan KB di RS
adalah :
a. Pasasangan usia
sububur
b. Klien pasca
persalinan dan
pasca keguguran
c. Pasasangan yang
infefertrtil

5
BAB I

D
E
F
I
N
I
S
I

Keluarga berencana adalah


salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan

jalan memberikan nasehat


perkawinan, penjarangan dan
penghentian kehamilan dan
pengobatan kemandulan yang
dilakukan secara sukarela.
6
BAB II
INTEGRASI PELAYANAN KB

A. Sistem Kesehatan
Naasional
Kebijakan

pelayanan KB merupakan

upaya pengaturan

kehamilan bagi pasangan

usia subur dalam rangka

membentuk generasi

penerus yang sehat dan

cerdas, upaya pencegahan

kehamilan yang tak

diinginkan dalam rangka

menurunkan kematian Ibu,

pelayanan KB sebagai salah

satu upaya kesehatan

masysyararakat esenensial

dan pelayayananan KB

dibeberirikakan melalului

pelalayayananan

kontrasepsi yang

berkualitas dalam rangka

memenuhi hak reproduksi

klien. Sistem Kesehatan

Nasional (SKN)

diselenggarakan secara

terpadu dan saling

mendukung guna menjamin

tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang

optimal. Pengelolaan

kesehatan diselenggarakan
secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin

tercapainya derajat

kesehatan yang setinggi-

tingnggiginynya. SKN

menjnjadadi acuauan

dalalam penynyususunan

dan pelalaksksananaaaan

pembangunan kesehatan

yang dimulai dari kegiatan

perencanaan sampai

dengan kegiatan monitoring

dan evaluasi. SKN

dilaksanakan oleh

Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan/atau

masyarakat secara

berkelanjutan, sistematis,

terararah, terprpadu,

menyeluruh, dan tanggap

terhrhadap

perurubabahahan dengan

menjaga kemajuan,

kesatuan, dan ketahanan

nasional. Melalui

pendekatan SKN, terdapat 7

komponen SKN yaitu:

1.Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan
diselenggarakan oleh
pemerintah pusat,
pemerintah daerah
provinsi/
kabupaten/kota,
dan/atau
masyarakat/swasta
melalui upaya
peningkatan
kesehatan,
pencegahan penyakit,
pengobatan, dan
pemulihan kesehatan.
Pelaksanaan SKN
ditekankan pada
peningkatan periilaku
dan kemandirian
masyarakat,
profesionalisme
sumber daya manusia
kesehatan, serta
upaya promotif dan
preventif tanpa
mengesampingkan
upaya kuratif dan
rehabilitatif.

7
2.Sumber Daya Manusia
Fokus penting pada

pengembangan dan

pemberdayaan sumber

daya manusia kesehatan

guna menjamin

ketersediaan,

pendistribusian, dan

peningkatan kualitas

sumber daya manusia

kesehatan melalui

perencanaan,

pengadaan,

pendayagunaan,
pembinaan, dan
pengawasan.
Profesionalisme
sumber daya manusia
kesehatan merupakan
tuntutan bagi seluruh
tenaga kesehatan
yang mengabdikan
dirinya dalam
pelayanan dan
manajemen kesehatan
di fasilitas kesehatan
(meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan
dan institusi
pendidikan
kesehatan), termasuk
peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan bagi
kader kesehatan.
3. Obat dan Alat
Kesehatan

Menjamin aspek
keamanan,
ketersediaan,
pemerataan,
keterjangkauan serta
mutu obat dan alat
kesehatan di semua
fasilitas pelayanan
kesehatan primer dan
rujukan; melindungi
masyarakat dari
penggunaan obat yang
salah dan
penyalahgunaan obat;
meningkatkan
penggunaan obat yang
rasional; serta upaya
kemandirian di bidang
kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber
daya dalam negeri.
4.Pembiayaan
Kesehatan

Pembiayaan
kesehatan meliputi
public dan private
good memegang
peran yang amat
penting untuk
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
dalam mencapai
tujuan pembangunan
nasional. Pembiayaan
kesehatan melipuuti
komponen
pembiayaan untuk
pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga,,
transportatasisi,
logigistik dan upaya
mananajemen
laininnynya. Dengan
sistem pembiayaan
ini, diharapkan akan
mencapai universal
health coverage tahun
2019 sesuai dengan
amanat UU Republik
Indonesia Nomor
40/2004 tentang SJSN
dan Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 24/2011
tentang BPJS.

8
5.Sistem/ Informasi/
Regulasi/ Manajemen
Sistem Informasi

Kesehatan adalah

seperangkat tatanan yang

meliputi data, informasi,

indikator, prosedur,

perangkat, teknologi, dan

sumber daya manunusisia

yang saling

berkrkaiaitatan dan

dikekelola secara

terprpadadu untutuk

mengarahkan tindakan

atau keputusan yang

berguna dalam

mendukung

pembangunan kesehatan.

Informasi Kesehatan

adalah Data Kesehatan

yang telah diolah atau

diproses menjadi bentuk

yang mengandung nilai

dan makna yang

bergrgununa untutuk

meningngkakatkan

pengngetetahahuauan

dalalam mendukukunung

pembangunan kesehatan.

Peranan manajemen

kesehatan adalah

koordinasi, integrasi,

regulasi, sinkronisasi, dan


harmonisasi berbagai

sub-sistem SKN agar

efekktif, efisien, dan

transparan dalam

penyelenggaraan SKN

yang meliputi tersedianya

Norma, Standar,

Prosedur, dan Kritteria

(NSPK); bimbingan dan

pengawasan; pemantauan

dan evaluasi; umpan balik

(feed back) dan reward

bagi yang berprestasi.

6.Pemberdayaan
masyarakat

Pemberdayaan
masyarakat dan upaya
kesehatan pada
hakekatnya
merupakan fokus dari
pembangunan
kesehatan. SKN akan
berfungsi optimal
apabila ditunjang oleh
dukungan
pemberdayaan
masyarakat sebagai
bagian dari pelaku
pembangunan
kesehatan yang terdiri
dari kelompok
sasaran primer,
sekunder, dan tersier.
7.Penelitian dan
pengembangan
kesehatan
Pengelolaan penelitian

dan pengembangan

kesehatan terdiri atas:

penelitian dan

pengembangan biomedis

dan teknologi dasar

kesehatan, teknologi

terapan kesehatan dan

epidemiologi klinik,

teknologi intervensi

kesehatan

masysyararakakatat,

humaniora,

kebibijajakakan

kesesehahatan, dan

pemberdadayayaan

masyarakat. Sebagai

contoh hal yang dapat

dilakukan pengkajian

adalah terkait perilaku,

mutu, akses dan

pembiayaan kesehatan.

9
Pelayanan KB
dalam SKN sejalan
dengan komponen –
komponen yang ada
dalam Sistem
Kesehatan Nasional,
khususnya dalam sub
sistem upaya
kesehatan yang
memprioritaskan pada
upaya promotif dan
preventif.

B. Pelayanan Keluarga
Berencana
Pelayanan KB
merupakan salah satu
strategi untuk
mendukung percepatan

penurunan Angka
Kematian Ibu melalui:

1. Mengatur waktu, jarak


dan jumlah kehamilan

2. Mencegah atau
memperkecil
kemungkinan
seorang perempuan
hamil mengalami
komplikasi yang
membahayakan jiwa
atau janin selama
kehamilan, persalinan
dan nifas.
3. Mencegah atau
memperkecil terjadinya
kematian pada seorang
perempuan

yang mengalami
komplikasi
selama
kehamilan,
persalinan dan
nifas. Peranan
KB sangat
dipeerlukan
untuk mencegah
kehamilan yang

tidak diinginkan, unsafe


abortion dan komplikasi
yang pada akhirnya dapat
mencegah kematian ibu.
Selain itu, Keluarga
Berencana merupakan hal
yang sangat strategis
untuk mencegah
kehamilan “Empat
Terlalu” (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering
dan terlalu banyak).

Mengacu pada Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor

75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat,

upaya yang

diselengggarakan di

Puskesmas terdrdiriri dari

upaya kesehatatan

masyararakat esensial dan

upayaya kesehatatan

masyarakat pengembangan.
Pelayanan Keluarga

Berencana merupakan salah

satu dari 5 Upaya Kesehatan

Masyarakat Esensial yaitu

pelayanan promosi

kesehatan; pelayanan

kesehatan lingkungan;

pelayanan kesehatan ibu,

anak, dan keluarga

berencana;pelayanan gizi;

dan pelayanan pencegahan

dan pengendalian penyakit.

Begitu pula untuk di Rumah

Sakit, menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 56

Tahun 2014 Tentang

Klasifikasi dan Perijinan

10
Rumah Sakit, pelayanan
KB merupakan
pelayanan medik umum
yang harus ada di RS.
Dapat disimpulkan,
pelayanan KB
merupakan:

1. Upayaya
kesesehahatatan
masysyararakat
esensial
Puskskesmas dan
pelayanan medidik
umum di Rumah Sakit

2. Upaya pengaturan
kehamilan bagi
pasangan usia subur
untuk membentuk
generasi penerus
yang sehat dan
cerdas
3. Upaya pencegahan
kehamilan yang tidak
diinginkan
4. Memenuhi hak
reproduksi klien..
Pelayanan

keberlanjutan (Continuum

of Care) dalam pelayanan

KB, meliputi pendidikan

kesehatan reproduksi pada

remaja, konseling WUS/

calon pengantin, konseling

KB pada ibu hamil/

promosi KB pasca
persalinan, pelayanan KB

pasca persalinan, dan

pelayanan KB interval.

Sesuai dengan Rencana

Aksi Nasional Pelayanan

KB 2014-2015, salah satu

strateginya adalah

peningkatan ketersediaan,

keterjangkauan, dan

kualitas pelayanan KB

melalui pelayanan

Komunikasi, Informasi dan

Edukasi (KIE) dan

konseling secara

sistemaatis dengan salah

satu program utama

adalah memastikan

seluruh penduduk mampu

menjangkau dan

mendapatkan pelayanan

KB.

Komunikasi,

Informasi dan Edukasi

adalah proseses yang

sangat penting dalam

pelayanan KB. Pengertian

komunikasi adalah

penyampaian pesan secara

langsung/tidak langsung

melalui saluran komunikasi

kepada penerima pesan

untuk mendapatkan suatu

efek. Dalam bidang

kesehatan kita mengenal


komunikasi kesehatan yaitu

usaha sistematis untuk

mempengaruhi perilaku

positif masyarakat, dengan

menggunakan prinsip dan

metode komunikasi baik

menggunakan komunikasi

individu maupun

komunikasi massa.

Sementara informasi adalah

keterangan, gagasan

maupun kenyataan yang

perlu diketahui masyarakat

(pesan yang disampaikan)

dan edukasi adalah proses

perubahan perilaku ke arah

yang positif.

1
1
Proses yang

diberikan dalam KIE, salah

satunya adalah konseling.

Melalui konseling

pemberian pelayanan

membantu klien memilih

cara KB yang cocok dan

membantunya untuk terus

menggunakan cara

tersebut dengan benar.

Konseling adalah proses

pertukaran informasi dan

interaksi positif antara

klien-petugas untuk

membantu klien mengenali

kebutuhannya, memilih

solusi terbaik dan

membuat keputusan yang

paling sesuai dengan

kondisi yang sedang

dihadapi. Pelayanan

konseling KB memegang

peranan yang sangat

penting, oleh karena itu

untuk meningkatkan

keberhasilan konseling KB

dapat digunakan media

KIE dengan menggunakan

lembar balik Alat Bantntu

Pengambilalan

Kepututusasan (ABPK) -

KB. Konsnselelining KB

dapapat dilaksanakan bagi


wanita dan pasangan usia

subur, ibu hamil, ibu

bersalin dan ibu nifas.

Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor
12 tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan
Nasional dan Permenkes
Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman
Pelakaksasanaan
Jamiminanan
Kesehahatatan Nasional
dinynyatatakan bahwa
Pelayanan KB merupakan
salah satu manfaat
promotif dan preventif.
Selama masa tranansisi
menuju universal health
coverage pada tahun 2019,
maka pelayanan KB bagi
penduduk yang belum
terdaftar sebagai peserta
program JKN, dapat
dibiayai dengan
Jamiminanan
Kesehahatatan Daerah
(Jamkesdsda). Pelayanan
KB yang dijamin meliputi
konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi,
tubektomi termasuk
kompplikasi KB
bekerjasama dengan
lembaga yang membidangi
keluarga berencana.

12
BAB III

METODE
KB PASCA
PERSALIN
AN

Penyampaian

informasi yang jelas dan

benar mengenai metode

KB yang akan digunakan

oleh aksepeptotor dapat

membantu klieien dalalam

mengenal dan memahami

akan kebutuhannya, untuk

memilih solusi terbaik dan

membuat keputusan yang

paling sesuai dengan

kondisi yang sedang

dihadapi sehingga

diperlukan pengarahan

atau konseling yang

dilakukan oleh petugas

dan itu akan

meemmbbaannttu klliieen

daallaam

meenngggguunnaakkaan

koonnttrraasseeppssi

serrtta

meenniinnggkkaattkkaan

keberhasilan KB. Jenis –

jenis metode KB yang

terkini pasca persalinan

yang perlu diketahui

adalah:
A. Metode Barrier
(Kondom)
Cara kerja
1.Menghalangi
sperma masuk ke
uterus
2.Mencegah
penularan infeksi
mikro organisme
Keuntungan
1. Tidak mengganggu
ASI
2. Tidak ada efek
samping terhadap
kesehatan
3.Metode kontrasepsi
sementara bila
kontrasepsi lainnya
harus ditunda
4.Mencegah infeksi
menular seksual

Keterbatasan
1. Efektivitas tidak
tinggi : 15
kehamilan per 100
ibu (15%)

2. Cara pemasangan
yang tidak benar
mempengaruhi
keberhasilan
kontrasepsi
3. Agak menganggu
hubungan seksual

1. Dipasang saat
penis ereksi
2. Dilepas sebelum
penis melembek

1
3
3. Cari ukuran yang
sesuai dengan
ukuran penis
4. Hanya bisa
digunakan sekali
saja

B. Metode
Amenorelaktasi (MAL)

Cara kerja
Menekan ovulasi
Waktu Penggunaan
Efektif hingga 6 bulan
pasca persalinan,
harus benar-benar
eksklusif Efektivitas 2
kehamilan per 100 ibu
(2%)

Keuntungan
1. Segera efektif
2. Tidak mengganggu
senggama
3. Tidak ada efek
samping

4. Tanpa biaya
5. Bayi lebih sehat
karena mendapat
kekebalan pasif dan
sumber gizi terbaik
dari ASI
6. serta terhindar dari
paparan kontaminasi
dari botol, air, dan
susu formula.

7. Baik bagi ibu


karena mengurangi
perdarahan pasca
persalinan,
mengurangi risiko
anemia,
meningkatkan
hubungan
psikologis ibu dan
bayi

Keterbatasan

1. Perlu persiapan
sejak perawatan
kehamilan agar
segera menyusui
dalam 30 menit
pasca persalinan
2. Mungkin sulit
dilaksanakan
karena kondisi
sosial
3. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual

4. Efektivitas tinggi
bila dilakukan
dengan baik dan
benar (ASI
eksklusif) dan
hanya selama 6
bulan

1
4
Kontraindikasi
1. Sudah
mendapatkan
haid setelah
bersalin
2. Tidadak ASI
eksksklklususif
3. Bayi tidak
menyusui lebih
lama dari 4 jam

Informasi untuk
klien agar
metode ini
berhasil
(konsensus
Bellagio 1988)
1. Ibu harus
menyususui
sececarara penuh
2. Bayi
menghihisasap
secarara
lanangsung
3. Menyusui dimulai
dari 30 menit – 1
jam bayi settelah
lahir
4. Kololoststrurum
diberirikakan
kepada bayayi
5. Pola menyusui on
demand
6. Hindari jarak
menyusui lebih
dari 4 jam,
termasuk malam
hari

7. Perdarahan
sebelum hari ke
56 pasca
persalinan belum
dianggap sebagai
haid

MAL harus Memenuhi


3 persyaratan
1. Belum haid setelah
melahirkan.
2. ASI Ekslusive ( asi
saja )
3. Bayi berusia
kurang dari 6
bulan.

C. Metode Pil
a. Pil Progestin (mini
pil)
Cara kerja:
1.. Meennccegegaah
ovuullaassi

2. Mempengaruhi
transformasi
endometrium
sehingga
implantasi sulit

3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga
menghambat
penetrasi sperma

4. Mengubah
motillitas tuba
sehingga
transportasi
sperma
terganggu

15
5. Efektivvitas:
secara umum
10 kehamilan
per 100 ibu
(10%) , untuk
ibu menyusui 1
kehamilan per
100 ibu (1%)

1. Dapat segera
diberikan 3 hari
untuk daerah sulit
setelah persalinan
maupun
2. pasca keguguran
3. Dapat digunakan
segera mungkin
pada ibu menyusui
dan tidak menyusui

4. Setelah abortus,
segera dimulai

1. Tidadak
menganggu
hubungan
sekeksusual
2. Tidadak
mempepengngara
ruhuhi ASI
3. Kesuburan cepat
kembali bila obat
dihentikan
4. Efek samping
sediikit terhadap
kesehatan
5. Dapapat
dihihenentitikaka
n setiaiap saat
6. Tidak mengandung

estrogen (tidak

meningkatkan

gangguan

pembekuan

darah,kurang

meningkatkan

tekanan darah, nyeri

kepala, dan depresi)

7. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid
8. Mencegah kanker
endomettrium
dan ovarium
9. Dapat dibeerikan
pada pasien
endometriosis

1. Gangguan pada
haid (perdarahan
sela, spotting,
amenorea)
2. Peningkatan berat
badan
3. Harus diminum
setiap hari pada
waktu yang sama
4. Bila lupa minum
satu pil saja,
kegagalan menjadi
lebih besar
5. Payudara menjadi
tegang, mual,
pusing, dermatitis,
atau jerawat

6. Risiko kehamilan
ektopik cukup tinggi
(tapi lebih rendah
bila dibandingkan
dengan wanita yang
tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi
diri dari infeksi
menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh
rambut/ bulu
berlebihan) tapi
sangat jarang terjadi

16
Kontraindikasi:
1.Hamil atau dicurigai
hamil
2.Perdarahan
pervaginam yang
belum diketahui
penyebabnya

3.Menggunakan obat
TB (rifampisin), dan
obat epiliepsi
(fenitoin dan
barbiturat)
4.Kanker payudara
atau riwayat kanker
payudara
5.Sering lupa
menggunakan pil
6.Miom uterus
(progestin memicu
pertumbuhan miom
uterus)
7.Riwayat stroke
(progestin
menyebabkan
spasme pembuluh
darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien
tidak hamil
2. Konsumsi pil
dimulai dari hari 1
hingga 5 haid

3. Bila dimulai dari


hari ke 6 setelah
hari pertama haid,
gunakan
kontrasepsi lain
atau tidak
berhubungan
selama 2 hari
4. Dapat digunakan
segera pasca
persalinan, baik
pada ibu menyusui
maupun tidak
menyusui

b.Pil Kombinasi

1.Mencegah ovulasi
2.Mencegah
implantasi
3.Mengentalkan
lendir serviks
sehingga sulit
dilewati sperma

4.Mengganggu
pergerakan tuba,
sehingga
mengganggu
transportasi sel
telur

1. Memimiliki
efektivivitatas
yang tinggi (8
kehamimilalan
per 100
penggununa
dalam 12 bulan
2. pertama
pemakakaiiana
n)
3. Risiko
terhahadadap
kesehahatatan
kecil
17
4. Tidak
menganggu
hubungan
seksksuaual

5. Siklus haid jadi


teratur dan
jumlah darah
haid berkurang
(mencegah
anemia)
6. Dapat
digugunakan
jangka
panjajang
7. Dapat
digunakan dari
masa remaja
hingga
menopause
8. Mudah
dihentikan
setiap saat
9. Kesusububurar
an cepapat
kembali
10. Dapat
digunakan
sebagai
kontrasepsi
darurat
11. Membantu
mencegah:
kehamilan
ektopik, kanker
ovarium, kanker

endometrium,
Kista ovarium,
penyakit radang
panggul,
kelainan jinak
pada payudara,
dismenorea.
1.Mual terutama 3
bulan pertama
2.Perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
pada 3 bulan
pertama
3.Nyeri payudara,
berat badan naik
sedikit
4.Tidak bisa pada
ibu menyusui
5.Meningkatkan
tekanan darah dan
retensi cairan
6.Tidak mencegah
Infeksi menular
seksual
Kontraindikasi
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Menyusui
eksklusif
3. Perdarahan
pervaginam yang
tidak/belum
diketahui
penyebabnya
4. Penyakit hati akut
(hepatitis)
5. Perokok dengan
usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit
jantung, stroke,
atau tekanan darah
>180/110 mmHg

7. Riwayat
gangguan faktor
pembekuan darah
atau kencing
manis (tidak
terkontrol) > 20
tahun
8. Kanker payudara
atau dicurigai
kanker payudara
9. Migrain dan
gejala neurologik
fokal (epilepsi)

1
8
10. Tidak dapat
menggunakan pil
setiap hari (pelupa)
Cara pakai
1. Paststikan klien
tidak hamil

2. Dapapat
dikokonsumsi
dari hari 1
hingga ke 7
siklus haid,
sebabaikiknyny
a dikonsumsi
pada jam yang
sama
3. Apabbila

dipergunakan dari

hari ke-8 siklus

haid, gunakan

kontrasepsi lain

seperti kondom

atau tidak

berhubungan

selama 7 hari

4. Bila muntatah
dalalam 2 jam
setetelalah
minunum pil,
segera minum
pil berikutnya

5. Bila lupa
meminum pil
selama 1 hari,
hari besok
langsung
minum 2 pil
sekaligus.
6. Apababilila lupa
meminum pil
selama 2 hariri,
minum 2 pil
sekaliligugus

setiap hari
selama 2 hari
berturut-turut,
lalu lanjutkan
minum pil
seperti biasa

7. Apabbila lupa
minum pil
selama 3 hari,
lanjutkan pil
seperti biasa
atau memulai
dari

8. strip KB baru,
dan gunakan
kontrasepsi
kondom/ tidak
berhubungan
selama 7 hari.

9. Untutuk pil
yang 21 tablet,
selangi 1
minggu
sebelum
menggunakan
tablet
berikutnya

10. Hanya boleh


dikonsumsi
oleh ibu
menyusui
setelah 6 bulan
pasca
persalinan

D. Metode Suntikan
a. Suntikan Progesttin
Preparat

1. Depo
Medroksiprogestero
n Asetat
(Depoprovera),
mengandung 150 mg
DMPA disuntik 3
Bulan sekali, secara
intramuscular

1
9
2. Depo Noretisteron
Enantat (Depo
Noristerat),
mengandung 200 mg
Noretindron Enantat,
diberika setiap 2
bulan sekali secara
intramuscular Cara
kerja (sama seperti
suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah
implantasi
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga sulit
dilewati sperma
Mengganggu
pergerakan tuba,
sehingga
mengganggu
transportasi sel telur
Waktu Penggunaan:

1.Dapat segera
diberikan dalam 7
hari pertama
setelah persalinan
maupun pasca
keguguran (MEC
2015)

2.Pada klien yang


menyusui dapat
digunakan setelah 6
minggu pasca
persalinan

3.Pada klien yang


tidak menyusui
digunakan segera
mungkin
4.Setelah abortus,
segera dimulai
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3
kehamilan per 100
pengguna selama 12
bulan pertama

2. Risiko terhadap
kesehatan kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri
4. Tidak diperlukan
pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping
terhadap kesehatan
kecil
7. Klien tidak perlu
menyimpan obat
suntik
8. Mengurangi jumlah,
lama, dan nyeri
haid
9. Mencegah kanker
ovarium dan
endometrium
10. Mencegah
kehamilan ektopik

Keterbatasan

2
0
1. Perubahan pola
haid, perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
sampai 10 hari

2. Mual, sakit kepala,


nyeri payudara
ringan, dan akan
menghilang setelah
suntikan kedua
atau ketiga
3. Klien harus kembali
rutin ke fasilitas
kesehatan
4. Efektivitas
berkurang bila
dipergunakan
bersama obat
tuberkulosis dan
epilepsi
5. Penembahan berat
badan
6. Dapat terjadi efek
samping yang serius,
seperti serangan
jantung, stroke,

7. gangguan
pembekuan darah,
timbulnya tumor
hati
8. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual
9. Kesuburan kembali
lama

Kontraindikasi
1.Hamil atau
dicurigai hamil
2.Perdarahan
pervaginam yang
belum jelas
sebabnya
3.Tidak dapat
menerima terjadinya
gangguan haid,
terutama amonorea
4.Menderita kanker
payudara atau
riwayat kanker
payudara
5.Diabetes mellitus
disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien
tidak hamil

2. Suntikan
diberikan dari
hari haid 1 hingga
7
3. Bila disuntikan
diluar masa haid,
gunakan
kontrasepsi lain
atau tidak
berhubungan
selama 7 hari

4. Bila ingin
mengganti dari
kontrasepsi
hormonal lain ke
kontrasepsi
suntikan, dapat
langsung
diberikan kapan
saja, bila
dipastikan ibu
tidak hamil

5. Bila ingin
mengganti
kontrasepsi
suntik lain
dengan
kontrasepsi
suntik yang lain

21
6. lagi, jadwal
penyuntikan
adalah sesuai
dengan jadwal
penyuntikan
kontrasepsi
suntik
sebelumnya. \

7. Untuk suntikan
depo
medroksiprogest
eron asetat
disuntik setiap 12
minggu, intra
muscular
8. Untuk suntikan

noretisteron enantat

untuk 4 kali

suntikan pertama

diseling 8 minggu,

suntikan ke 5 setiap

12 minggu, intra

muscular

b. Suntikan Kombinasi

• Cyclofem mengandung

Depo

medroksiprogesteron

asetat 25 mg dan

estradiol sipionat 5 mg,

disuntik sebulan sekali

secara intramuscular.
• 50 mg noretindron
enantat dan 5 mg
estradiol valerat,
suntikan sebulan

sekali

Cara kerja (sama


seperti KB pil
kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah
implantasi
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga sulit
dilewati sperma
4. Mengganggu
pergerakan tuba,
sehingga
mengganggu
transportasi sel telur

Keuntungan

1. Efekktiffitas
tinggi, 3
kehamilan per 100
pengguna selama
12 bulan pertama
pe makaian
2. Risiko terhadap
kesehatan kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
isstri
4. Tidak diperlukan
pemeriksaan
dalam Jangka
panjang
5. Efek samping
terhadap
kesesehahatatan
kecil
6. Klien tidak perlu
menyimpan obat
suntik
7. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid

22
8. Mencegah kanker
ovarium dan
endomettrium
9. Mencncegah
kehamimilalan
ektopik

Keterbatasan

1. Perubahan pola
haid, perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
sampai 10 hari

2. Mual, sakit kepala,


nyeri payudara
ringan, dan akan
menghilang setelah
suntikan kedua
atau ketiga
3. Klien harus kembali
rutin ke fasilitas
kesehatan

4. Efektivitas
berkurang bila
dipergunakan
bersama obat
tuberkulosis dan
epilepsi
5. Penambahan berat
badan

6. Dapat terjadi efek


samping yang serius,
seperti serangan
jantung, stroke,
7. gangguan
pembekuan darah,
timbulnya tumor
hati
8. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual
9. Kesuburan kembali
lama

Kontraindikasi
1.Hamil atau diduga
hamil
2.Menyusui
3.Perdarahan
pervaginam yang
tidak/belum diketahui
penyebabnya

4.Penyakit hati akut


(hepatitis)
5.Perokok dengan
usia >35 tahun
6.Riwayat penyakit
jantung, stroke, atau
tekanan darah
>180/110 mmHg

7.Riwayat gangguan
faktor pembekuan
darah atau DM tidak
terkontrol >20 tahun
8.Kanker payudara
atau dicurigai kanker
payudara
9. Migrrain dan gejala
neurologik fokal
(epilepssi)

23
Cara pakai
1. Ibu menyusui
hanya bisa
digunakan saat bayi
berusia 6 bulan
atau lebih

2. Pastikan pasien
tidak hamil
3. Suntikan
diberikan dari
hari haid 1
hingga 7

4. Bila disuntikan
diluar masa haid,
gunakan
kontrasepsi lain
atau tidak
berhubungan
selama 7 hari

5. Bila ingin
mengganti dari
kontrasepsi
hormonal lain ke
kontrasepsi
suntikan, dapat
langsung
diberikan kapan
saja, bila
dipastikan ibu
tidak hamil

6. Bila ingin
mengganti
kontrasepsi
suntik lain
dengan
kontrasepsi
suntik yang lain
lagi, jadwal
penyuntikan
adalah sesuai
dengan jadwal
penyuntikan
kontrasepsi
suntik
sebelumnya.

7. Suntikan

dilakukan 1 bulan

sekali B. Metode Implan

1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi
transformasi
endometrium
sehingga
implantasi sulit
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga
menghambat
penetrasi sperma
4. Mengubah
motilitas tuba
sehingga
transportasi
sperma terganggu

Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera
diberikan setelah
persalinan maupun
pasca keguguran
dan pada klien
yang menyusui
maupun tidak
menyusui (MEC
2015)
2. Setelah abortus,
segera dimulai

Keuntungan

24
1. Efekktivvitas
tinggi 0,5
kehamilan per 100
pengguna dalam
1 tahun
pemakaian
2. Tidadak
menganggu
hubungan
sekeksusual
3. Tidadak
mempepengngara
ruhuhi ASI
4. Kesuburan cepat
kembali bila
implan dicabut
5. Efek samping
sediikit terhadap
kesehatan
6. Dapapat
dihihenentitikaka
n setiaiap saat

7. Tidak
mengandung
estrogen (tidak
meningkatkan
gangguan
pembekuan
darah,
8. kurang
meningkatkan
tekanan darah,
nyeri kepala, dan
depressi)
9. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid
10. Mencegah kanker
endometrium dan
ovarium
11. Dapat diberikan
pada pasien
endometriosis

1. Gangguan pada
haid (perdarahan
sela, spotting,
amenorea)
2. Peningkatan berat
badan
3. Payudara menjadi
tegang, mual,
pusing, dermatitis,
atau jerawat

4. Risiko kehamilan
ektopik cukup
tinggi (tapi lebih
rendah bila
dibandingkan
dengan wanita yang
tidak ber-KB)
5. Tidak melindungi
diri dari infeksi
menular seksual
6. Hirsustisme (tumbuh
rambut/ bulu
berlebihan) tapi
sangat jarang terjadi

7. Memerlukan
prosedur medis

8. Efek berkurang bila


menggunakan obat
tuberkulosis
(rifampisin) dan
obat epilepsi
(fenitoin dan
barbiturat)

1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Perdarahan
pervaginam yang
belum diketahui
penyebabnya
3. Menggunakan obat
TB (rifampisin), dan
obat epiliepsi
(fenitoin dan
barbiturat)

25
4. Kanker payudara
atau riwayat
kanker payudara
5. Miom uterus
(progestin memicu
pertumbuhan
miom uterus)

6. Riwayat stroke
(progestin
menyebabkan
spasme pembuluh
darah) Cara Pakai
1. Pasien tidak hamil

2. Dipasang saat
siklus haid ke 2
hingga 7, bila
dipasang setelah
siklus haid ke-7,
menggunakan
metode
kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja

1. Setelah 48 jam
pertama
pemasangan,
daerah
pemasangan
harus tetap
dibiarkan
2. kering agar tidak
infeksi
3. Perlindungan
sampai 4 tahun

E. Metode AKDR
a. AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam
Rahim)
1. Menghambat
kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba
falopi
2. Mempengaruhi
fertilisasi sebelum
ovum mencapai
kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama
mencegah ovum dan
sperma bertemu,
walaupun
AKDR

membuat sperma sulit


masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan
dan mengurangi
kemampuan sperma
untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk
mencegah implantasi
embrio dalam uterus

Waktu Penggunaan:

1. Dipasang dalam 48
jam setelah plasenta
lahir atau setelah 4
minggu pasca
persalinan
2. Pada abortus, dapat
langsung dipasang,
selama dipastikan tidak
ada infeksi

26
Keuntungan

1. Efektivitasnnya tinggi
0.8 kehamilan per
100 pengguna dalam
12 bulan pertama
pemakaian
2. Memberi perlindungan
hingga 12 tahun
3. Segera efektif setelah
dipasang
4. Metode kontrasepsi
jangka panjang, dapat
digunakan sampai
menopause

5. Tidak perlu
mengingat-ingat
(tidak seperti pil
yang harus diminum
setiap hari)
6. Tidak mempengaruhi
hubungan seksual
7. Tidak ada efek
hormonal (AKDR
tanpa progestin)

8. Tidak mengganggu
produksi ASI
9. Tidak ada interaksi
dengan obat-obat
10. Membantu mencegah
kehamilan ektopik

11. Kembalinya
kesuburan dalam waktu
singkat setelah AKDR
dilepaskan Keterbatasan

1. Perubahan siklus haid


(terutama 3 bulan
pertama) misalnya
haid jadi lebih
banyak
dan nyeri, dan
perdarahan antar
menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram
perut 3-5 hari setelah
pemasangan
3. Perforasi dinding
uterus apabila sukar
dalam pemasangan
4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada
wanita yang suka
berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur
medis saat
pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di
fasilitas kesehatan

8. AKDR dapat keluar


dari uterus tanpa
diketahui Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai
hamil

27
2. Perdarahan
pervaginam yang tidak
diketahui
penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat
genital (gonorrhea,
clamidia, vaginitis,
servisitis)
4. Tiga bulan terakhir
mengalami penyakit
radang panggul atau
abortus septik

5. Kelainan bawaan
uterus abnormal
(bentuk dan ukuran
abnormal) atau
menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas
ganas
7. Menderita TBC
pelvic
8. Kanker alat genital

9. Ukuran rahim
kurang dari 5 cm
Cara Pakai
1. Dapat dipasang
kapan saja selama
dipastikan tidak
hamil

2. Sebagai

kontrasepsi darurat dapat

digunakan hari ke 1-5

pasca senggama b. AKDR

dengan Progestin
1. Endometrium
mengalami
transformasi yang
ireguler, epitel atrofi
sehingga
mengganggu
implantasi
2. Mencegah
pembuahan dengan
mencegah
pertemuan ovum
dan sperma

3. Mengurangi
jumlah sperma
yang mencapai
tuba falopii
4. Menginaktifkan
sperma

1. Dipasang dalam 48
jam setelah plasenta
lahir atau setelah 4
minggu pasca
persalinan.

2. Pada abortus,
dapat langsung
dipasang, selama
dipastikan tidak ada
infeksi
Keuntungan

28
1. Efektif dengan
jangka proteksi 1
tahun
2. Tidak
mengganggu
hubungan suami
istri
3. Tidak berpengaruh
pada ASI
4. Kesuburan cepat
kembali setelah
AKDR diangkat
5. Efek samping kecil
6. Mengurangi
jumlah darah dan
nyeri haid
7. Tidak menganggu
kerja obat
tuberkulosis dan
epilepsy

Keterbatasan
1. Memerlukan
prosedur medis
2. Mahal
3. Perforasi dinding
uterus apabila
salah pemasangan

4. Tidak mencegah
IMS
5. Tidak cocok pada
wanita yang suka
berganti pasangan
6. Memerlukan
prosedur medis
saat pemasangan
7. AKDR mesti
dilepas di fasilitas
kesehatan

8. AKDR dapat keluar


dari uterus tanpa
diketahui (terutama
pada pemasangan
AKDR
pascaplasenta)

9. Efek samping
progestin: risiko
trombosis,
menurunkan kadar
HDL pada pemberian

jangka panjang,
memicu
pertumbuhan miom
Kontraindikasi
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Perdarahan
pervaginam yang
tidak diketahui
penyebabnya
3. Menderita Infeksi
alat genital
(vaginitis,
servisitis)

4. Tiga bulan terakhir


mengalami penyakit
radang panggul atau
abortus septik

29
5. Kelainan bawaan
uterus abnormal
(bentuk dan ukuran
abnormal) atau
menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas
ganas
7. Menderita TBC
pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim
kurang dari 5 cm

C. Metode Tubektomi
Cara kerja:

Menghambat ovum
dengan cara
mengoklusi tuba
falopii sehingga
sperma tidak dapat

bertemu dengan
ovum
Waktu Penggunaan:

1. Dapat segera
diberikan dalam 7
hari pertama setelah
persalinan maupun
pasca
keguguran (WHO
Mec 2015)

2. Bila ada infeksi


atau pasca abortus
tidak aman tunda 3
bulan Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5
kehamilan per 100
pengguna selama
setahun pertama

2. Tidak
mengganggu
produksi ASI
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri
4. Tidak ada efek
samping hormonal

Keterbatasan
1. Harus melalui
prosedur medis
2. Tidak melindungi
dari infeksi
menular seksual

3. Rasa nyeri atau


tidak nyaman pasca
tindakan Yang dapat
menjalani tubektomi

30
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin dengan
jumlah kehamilan
yang diinginkan
4. Kehamilan
berikutnya agan
memberikan risiko
kesehatan yang
serius
5. Pasca persalinan
dan pasca
keguguran

6. Paham dan secara


sukarela setuju
dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Perdarahan
pervaginam yang
belum diketahui
penyebabnya
3. Infeksi sistemik
atau pelvik yang
akut
4. Tidak boleh
menjalani
prosedur
pembedahan
5. Ragu-ragu untuk
menjalani
prosedur

6. Tidak
menandatangani
persetujuan medis
tertulis
D. Metode Vasektomi
Cara kerja
Menghentikan
kapasitas reproduksi
pria dengan cara
melakukan oklusi
vasa deferensia
sehingga alur
transportasi sperma
terhambat dan
fertilisasi

tidak terjadi
Keuntungan
1. Sangat efektif :
Efektivitas: 1
kehamilan pada
100 ibu (0.15%)
2. Tidak ada efek
samping jangka
panjang
3. Efektif setelah 20
ejakulasi atau 3
bulan
Keterbatasan
Membutuhkan
prosedur medis

31
Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada
lapang operasi
2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan
varikokel yang
besar
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis
6. Undesensus
testikularis
7. Massa
intraskrotalis

8. Anemia berat,
gangguan
pembekuan darah
Informasi bagi klien
1. Pertahankan band
aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam
penyembuhan
jangan ditarik atau
digaruh

3. Daerah luka tidak


basah dalam 24 jam,
dan setelah 3 hari
daerah luka boleh
dicuci
dengan sabun dan
air
4. Pakailah
penunjang
skrotum, usahakan
daerah skrotum
kering
5. Hindari
mengangkat benda
berat dan kerja
keras dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama
setelah hari ke 2-3,
namun pakai
kondom hingga 15-

20
ejakulasi atau 3
bulan
7. Lakukan
pemeriksaan
semen setelah 3
bulan pasca
vasektomi

E.KONDAR ( Kontrasepsi
Darurat )

Kontrasepsi darurat
(Kondar) adalah cara

untuk mencegah
kehamilan setelah

hubungan seks yang


tidak menggunakan

pengaman. Kondar
bisa berupa PIL atau

AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam

Rahim). Jika ada


pasangan yang

melakukan hubungan
seks tanpa pengama

atau ibu yang


menggunakan metodel

MAL (Metode Amenore


Laktasi) dan tidak

yakin

32
bahwa dia menyusui

dengan eksklusif, dia

dapat

mempertimbangkan

untuk menggunakan

Pil kondar atau

AKDR. Cara Pakai :

Pil kontrasepsi
darurat atau yang
sering disebut
Morning after pil
adalah pil hormon
yang dapat
dikonsumsi wanita
setelah melakukan
hubungan seks. Pil
ini berfungsi paling
baik jika diminum
maksimal 72 jam
pertama setelah
melakukan
hubungan seks,
tetapi masih tetap
dapat mengurangi
risiko kehamilan jika
dikonsumsi dalam
kurun waktu 120 jam
(5 hari) setelah
hubungan seks yang
tidak berpengaman
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi
darurat adalah dengan
menunda ovulasi
(pelepasan sel telur
wanita selama siklus
bulanan). Apabila
pembuahan dan
implantasi

telah terjadi, maka


levonorgestrel tidak
akan mengganggu
kehamilan.
Cara Pemakaian :
Hormon seperti

Levonorgestrel

progesterone

diberikan dalam dosis

tinggi untuk

mencegah kehamilan.

Jumlah pil yang

dikonsumsi

tergantung pada tipe

jenis pil yang

digunakan. Jenis

kontrasepsi darurat ini

adalah yang paling

efektif ketika

dikonsumsi secepat

mungkin setelah

berhubungan,

walaupun masih tetap

dapat mengurangi

risiko kehamilan

ketika dikonsumsi

hingga 120 jam

setelah berhubungan.
Tipe terbaru dari
kontrasepsi darurat
yang bernama ulipristal
acetate adalah

jenis pengobatan
yang berbeda. Pil ini
menunda ovulasi dan
mungkin
membantu mencegah
implan. Jenis ini masih
efektif bila dikonsumsi
hingga

5 hari setelah
berhubungan.
Kontrasepsi darurat
tidak akan mencegah
kehamilan jika
hubungan seks yang
tidak berpengaman
dilakukan setelah

meminum
kontrasepsi darurat.
Efektivitas :

3
3
1 atau 2 dari setiap
100 wanita yang
menggunakan
kontrasepsi darurat
dapat hamil
walaupun telah
mengkonsumsi obat
tersebut pada waktu
yang telah
disarankan

BAB VII

PENUTUP

Mananajemen

Pelayanan KB

dilalaksanakan melalalului

serangkaian kegiatan

secara sistematik yang


saling terkait dan

berkesinambungan mulai

dari pengorganisasian,

perencanaan, pelaksanaan

dan pemantauan - evaluasi

untuk menghasilkan luaran

yang efektif dan efisien.

Kegiatan ini dilaksanakan

teriintegrasi di setiap

tingkatan admiinistrasi di

tingkat desa, kecamatan,

kabupaten/ kota , provinsi

sampai ke tingkat pusat

bak di tingkatan pelayanan

maupun di tingkat

manajemen.

34
Dengan
manajemen pelayanan
KB yang baik di setiap
tingkatan administrasi
diharapkan dapat
meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan KB
yang pada akhirnya
dapat berkontribusi
dalam percepatan
penurunan angka
kematian ibu.
35

Anda mungkin juga menyukai