Sampul
Daftar isi........................................................................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................................................2
BAB IV DOKUMENTASI...........................................................................................................16
1
KATA PENGANTAR
Pedoman
pelalayayananan
keluluarga
bererencncanana ini
dibuat untuk
memenunuhi kebutuhan
terutama tenaga
pada akhirnya
diharapkan secara
khusus dapat menekan
meningkatkan mutu
pelayanan di pada
umumnya.
P
e
n
y
u
s
u
n
)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latatar Belakang
Kesepakatan
Internasional dalam
International
Conference of
Population
and Development (ICPD)
di Kairo 1994 dengan
paradigm baru
kesehatan reproduksi,
telah merubah orientasi
yang semula
menempatkan manusia
sebagai obyek menjadi
subyek dalam
pengendalian
kependudukan. Hak
reprproduksi
memberikan kebebasan
kepada perempuan
untutuk mengatur
kehidupan
reproduksinya
termasuk dalam
menjalankan Keluarga
Berencana (KB)
Sejak tahun 1995,
beberapapa
progograram yang
menyangkut
pelalayayananan
kesehatan reproduksi
telah dilaksanakan di
Rumah Sakit termasuk
pelayanan KB. Rumah
Sakit sebagai tingkat
rujukan primer,
sekunder dan tersier
mempunyai kewajiban
menyediakan pelayan
KIE dan konseling KB
yang diarahkan pada
terciptanya akseptor
mantap (MOW/MOP),
penangan efek samping
dan komplikasi serta
kegagalan KB,
penanganan rujukan KB
yang meliputi
pelimpahan kasus,
peningkatan
pengetahuan dan
ketramppilan, penelitian
dan pengembangan KB
serta pembinaan medis
pelayanan KB untuk
fasilitas pelayanan
dasar.
Dari hasil data
Survei Dasar
Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, terlihat
pencapaian program
KB belum
menggembirakan, hal
ini dapat diketahui
dengan penggunaan
kontrasepsi yang
hanya mencapai 61,4%,
sedangkan angkgka
unmet need meningkat
menjadi 9,1%. Selain itu
Total Fertility Rate
(TFR) masih sama
dengan hasil SDKI
2002/2003 yaitu 2,6.
Angka kematian ibu
(AKI) menurun menjadi
228/100.000 kelahiran
hidup namun angka ini
masasiih jauauh darri
sasasararan Millenium
Development Goal
(MDGS) yaitu
125/100.000 kelahiran
hidup.
Dengan terjadinya
perubahan tatanan
pemerintah di tingkat
pusat yaitu
desentrralisasi urusan
pemeerintahan kepada
pemeerintah daerah,
salah satu
3
rumpun kelembagaan
Pemberdayaan
Perempuan dan
Keluarga Berencana
maka Pemerintah
Daerah wajib
memberikan dukungan
terhadap program KB
termasuk dalam
pelayanan KB di
Rumah Sakit.
Dalam kenyataannya
terjadi perubahan
pelayanan KB ditingkat lini
lapapangan yang antara
lain disesebababkan oleh
kurarangngnynya jumlah
sertrta ketrampilan sumber
daya manusia yang
mendukung pelaksanaan
program
KB. Disamping itu,
menurunnya komitmen
politis penentu kebijakan
juga turut menyebabkan
menurunnya kemampuan
dalam pengelolaan
program KB.
Beberapa daerah yang
tidak memprioritaskan
program KB,
dikhawatirkan
membuat terputusnya
kendali program KB,
hal ini juga terjadi
dalam program KB di
RS (PKBRS) yang saat
ini. Meski penting,
namun belum menjadi
program prioritas
maupun unggulan
sehingga berdampak
pada rendahnya
cakupan pelayanan KB
di RS.
Depepaarrtteemmeen
Keesseehhaattaan juga
telelaah
meennggeelluuaarrkkaan
Pededooman
Penyelenggaraan RS 2008
yang memuat
persyarratan/hal-hal yang
harus dipenuhi dan
difafasisililitasi pada
tahahapapan
pendndiririaian dan
penynyelelanangaraan
pelayanan RS dan layanan
KB termasuk didalamnya.
Disamping itu, telah terbit
Keputusan Menteri
Kesehatan tentang
Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Nomor 129 tahun 2008
yang memasukkan
layanan KB mantap,
sehingga hal ini menjadi
tolok ukur bagi daerah
mengenai pelayanan
minimal yang harus
diberikan kepada
masyarakat.
Buku Pedoman
Pelayayanan Keluluarga
Bererencncanana di
Rumah Sakit ini
merupakan panduan
untuk menjabarkan
kebijakan pelayanan KB
di Rumah Sakit bagi
Pemerintah Daerah,
RS,Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tenaga Kesehatan,
Lintas Program/Sektor,
Organsisasi Profesi dan
Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
sehingga peran dan
tanggung jawab
Pemerintah Pusat, dan
Daerah dalam pelayanan
KB dapat dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan.
B.. Tuujjuuaan
1. Umum :
Meningkatkan akses,
kualitas dan
keamanan pelayanan
Keluarga Berencana
di Rumah Sakit.
2. Khusus :
a. Tersrsedediaianyn
ya
tatatalalaksksanan
a
admimininiststrasi
dan manajemen
pelalayayananan
Keluarga
Berencana di
Rumah Sakit.
4
b. Tersedianya
sIstem pelayanan
dan rujukan KB
termasuk
Komunikasi
Informasi Edukasi
(KIE).
c.
Terwujujududnyny
a koorordidinasi
dan kerjasama
dalalam
penynyelelenggar
araaaan
pelayanan KB
d. Tersedianya
panduan dalam
penyediaan
fasilitas, sarana
dan prasarana
yang dibutuhkan
dalam pelayanan
KB
e. Tersedianya
panduan kebutuhan
dan kompetensi
tenaga pelayanan
KB
f. Tersedianya
panduan pola
pembiayaan
pelayanan KB
C. Ruang Lingkup
Pelayanan KB di
Rumah Sakit
Ruang lingkup
Pelayanan KB meliputi:
Pengorganisasian,
Perencanaan dan
Advokasi, Pelaksanaan,
Pemantauan dan
Evaluasi Pelayanan KB
D.. Sasasarran
Sasaran program
pelayanan KB di RS
adalah :
a. Pasasangan usia
sububur
b. Klien pasca
persalinan dan
pasca keguguran
c. Pasasangan yang
infefertrtil
5
BAB I
D
E
F
I
N
I
S
I
A. Sistem Kesehatan
Naasional
Kebijakan
pelayanan KB merupakan
upaya pengaturan
membentuk generasi
masysyararakat esenensial
dan pelayayananan KB
dibeberirikakan melalului
pelalayayananan
kontrasepsi yang
Nasional (SKN)
diselenggarakan secara
tercapainya derajat
optimal. Pengelolaan
kesehatan diselenggarakan
secara terpadu dan saling
tercapainya derajat
tingnggiginynya. SKN
menjnjadadi acuauan
dalalam penynyususunan
dan pelalaksksananaaaan
pembangunan kesehatan
perencanaan sampai
dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau
masyarakat secara
berkelanjutan, sistematis,
terararah, terprpadu,
terhrhadap
perurubabahahan dengan
menjaga kemajuan,
nasional. Melalui
1.Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan
diselenggarakan oleh
pemerintah pusat,
pemerintah daerah
provinsi/
kabupaten/kota,
dan/atau
masyarakat/swasta
melalui upaya
peningkatan
kesehatan,
pencegahan penyakit,
pengobatan, dan
pemulihan kesehatan.
Pelaksanaan SKN
ditekankan pada
peningkatan periilaku
dan kemandirian
masyarakat,
profesionalisme
sumber daya manusia
kesehatan, serta
upaya promotif dan
preventif tanpa
mengesampingkan
upaya kuratif dan
rehabilitatif.
7
2.Sumber Daya Manusia
Fokus penting pada
pengembangan dan
pemberdayaan sumber
guna menjamin
ketersediaan,
pendistribusian, dan
peningkatan kualitas
kesehatan melalui
perencanaan,
pengadaan,
pendayagunaan,
pembinaan, dan
pengawasan.
Profesionalisme
sumber daya manusia
kesehatan merupakan
tuntutan bagi seluruh
tenaga kesehatan
yang mengabdikan
dirinya dalam
pelayanan dan
manajemen kesehatan
di fasilitas kesehatan
(meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan
dan institusi
pendidikan
kesehatan), termasuk
peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan bagi
kader kesehatan.
3. Obat dan Alat
Kesehatan
Menjamin aspek
keamanan,
ketersediaan,
pemerataan,
keterjangkauan serta
mutu obat dan alat
kesehatan di semua
fasilitas pelayanan
kesehatan primer dan
rujukan; melindungi
masyarakat dari
penggunaan obat yang
salah dan
penyalahgunaan obat;
meningkatkan
penggunaan obat yang
rasional; serta upaya
kemandirian di bidang
kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber
daya dalam negeri.
4.Pembiayaan
Kesehatan
Pembiayaan
kesehatan meliputi
public dan private
good memegang
peran yang amat
penting untuk
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
dalam mencapai
tujuan pembangunan
nasional. Pembiayaan
kesehatan melipuuti
komponen
pembiayaan untuk
pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga,,
transportatasisi,
logigistik dan upaya
mananajemen
laininnynya. Dengan
sistem pembiayaan
ini, diharapkan akan
mencapai universal
health coverage tahun
2019 sesuai dengan
amanat UU Republik
Indonesia Nomor
40/2004 tentang SJSN
dan Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 24/2011
tentang BPJS.
8
5.Sistem/ Informasi/
Regulasi/ Manajemen
Sistem Informasi
Kesehatan adalah
indikator, prosedur,
yang saling
berkrkaiaitatan dan
dikekelola secara
terprpadadu untutuk
mengarahkan tindakan
berguna dalam
mendukung
pembangunan kesehatan.
Informasi Kesehatan
bergrgununa untutuk
meningngkakatkan
pengngetetahahuauan
dalalam mendukukunung
pembangunan kesehatan.
Peranan manajemen
kesehatan adalah
koordinasi, integrasi,
transparan dalam
penyelenggaraan SKN
Norma, Standar,
pengawasan; pemantauan
6.Pemberdayaan
masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat dan upaya
kesehatan pada
hakekatnya
merupakan fokus dari
pembangunan
kesehatan. SKN akan
berfungsi optimal
apabila ditunjang oleh
dukungan
pemberdayaan
masyarakat sebagai
bagian dari pelaku
pembangunan
kesehatan yang terdiri
dari kelompok
sasaran primer,
sekunder, dan tersier.
7.Penelitian dan
pengembangan
kesehatan
Pengelolaan penelitian
dan pengembangan
penelitian dan
pengembangan biomedis
kesehatan, teknologi
epidemiologi klinik,
teknologi intervensi
kesehatan
masysyararakakatat,
humaniora,
kebibijajakakan
kesesehahatan, dan
pemberdadayayaan
masyarakat. Sebagai
dilakukan pengkajian
pembiayaan kesehatan.
9
Pelayanan KB
dalam SKN sejalan
dengan komponen –
komponen yang ada
dalam Sistem
Kesehatan Nasional,
khususnya dalam sub
sistem upaya
kesehatan yang
memprioritaskan pada
upaya promotif dan
preventif.
B. Pelayanan Keluarga
Berencana
Pelayanan KB
merupakan salah satu
strategi untuk
mendukung percepatan
penurunan Angka
Kematian Ibu melalui:
2. Mencegah atau
memperkecil
kemungkinan
seorang perempuan
hamil mengalami
komplikasi yang
membahayakan jiwa
atau janin selama
kehamilan, persalinan
dan nifas.
3. Mencegah atau
memperkecil terjadinya
kematian pada seorang
perempuan
yang mengalami
komplikasi
selama
kehamilan,
persalinan dan
nifas. Peranan
KB sangat
dipeerlukan
untuk mencegah
kehamilan yang
Kesehatan Masyarakat,
upaya yang
diselengggarakan di
upaya kesehatatan
upayaya kesehatatan
masyarakat pengembangan.
Pelayanan Keluarga
pelayanan promosi
kesehatan; pelayanan
kesehatan lingkungan;
berencana;pelayanan gizi;
10
Rumah Sakit, pelayanan
KB merupakan
pelayanan medik umum
yang harus ada di RS.
Dapat disimpulkan,
pelayanan KB
merupakan:
1. Upayaya
kesesehahatatan
masysyararakat
esensial
Puskskesmas dan
pelayanan medidik
umum di Rumah Sakit
2. Upaya pengaturan
kehamilan bagi
pasangan usia subur
untuk membentuk
generasi penerus
yang sehat dan
cerdas
3. Upaya pencegahan
kehamilan yang tidak
diinginkan
4. Memenuhi hak
reproduksi klien..
Pelayanan
keberlanjutan (Continuum
promosi KB pasca
persalinan, pelayanan KB
pelayanan KB interval.
strateginya adalah
peningkatan ketersediaan,
keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan KB
melalui pelayanan
konseling secara
adalah memastikan
menjangkau dan
mendapatkan pelayanan
KB.
Komunikasi,
komunikasi adalah
langsung/tidak langsung
mempengaruhi perilaku
menggunakan komunikasi
individu maupun
komunikasi massa.
keterangan, gagasan
yang positif.
1
1
Proses yang
Melalui konseling
pemberian pelayanan
menggunakan cara
klien-petugas untuk
kebutuhannya, memilih
dihadapi. Pelayanan
konseling KB memegang
untuk meningkatkan
keberhasilan konseling KB
Pengambilalan
Kepututusasan (ABPK) -
KB. Konsnselelining KB
Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor
12 tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan
Nasional dan Permenkes
Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman
Pelakaksasanaan
Jamiminanan
Kesehahatatan Nasional
dinynyatatakan bahwa
Pelayanan KB merupakan
salah satu manfaat
promotif dan preventif.
Selama masa tranansisi
menuju universal health
coverage pada tahun 2019,
maka pelayanan KB bagi
penduduk yang belum
terdaftar sebagai peserta
program JKN, dapat
dibiayai dengan
Jamiminanan
Kesehahatatan Daerah
(Jamkesdsda). Pelayanan
KB yang dijamin meliputi
konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi,
tubektomi termasuk
kompplikasi KB
bekerjasama dengan
lembaga yang membidangi
keluarga berencana.
12
BAB III
METODE
KB PASCA
PERSALIN
AN
Penyampaian
dihadapi sehingga
diperlukan pengarahan
meemmbbaannttu klliieen
daallaam
meenngggguunnaakkaan
koonnttrraasseeppssi
serrtta
meenniinnggkkaattkkaan
adalah:
A. Metode Barrier
(Kondom)
Cara kerja
1.Menghalangi
sperma masuk ke
uterus
2.Mencegah
penularan infeksi
mikro organisme
Keuntungan
1. Tidak mengganggu
ASI
2. Tidak ada efek
samping terhadap
kesehatan
3.Metode kontrasepsi
sementara bila
kontrasepsi lainnya
harus ditunda
4.Mencegah infeksi
menular seksual
Keterbatasan
1. Efektivitas tidak
tinggi : 15
kehamilan per 100
ibu (15%)
2. Cara pemasangan
yang tidak benar
mempengaruhi
keberhasilan
kontrasepsi
3. Agak menganggu
hubungan seksual
1. Dipasang saat
penis ereksi
2. Dilepas sebelum
penis melembek
1
3
3. Cari ukuran yang
sesuai dengan
ukuran penis
4. Hanya bisa
digunakan sekali
saja
B. Metode
Amenorelaktasi (MAL)
Cara kerja
Menekan ovulasi
Waktu Penggunaan
Efektif hingga 6 bulan
pasca persalinan,
harus benar-benar
eksklusif Efektivitas 2
kehamilan per 100 ibu
(2%)
Keuntungan
1. Segera efektif
2. Tidak mengganggu
senggama
3. Tidak ada efek
samping
4. Tanpa biaya
5. Bayi lebih sehat
karena mendapat
kekebalan pasif dan
sumber gizi terbaik
dari ASI
6. serta terhindar dari
paparan kontaminasi
dari botol, air, dan
susu formula.
Keterbatasan
1. Perlu persiapan
sejak perawatan
kehamilan agar
segera menyusui
dalam 30 menit
pasca persalinan
2. Mungkin sulit
dilaksanakan
karena kondisi
sosial
3. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual
4. Efektivitas tinggi
bila dilakukan
dengan baik dan
benar (ASI
eksklusif) dan
hanya selama 6
bulan
1
4
Kontraindikasi
1. Sudah
mendapatkan
haid setelah
bersalin
2. Tidadak ASI
eksksklklususif
3. Bayi tidak
menyusui lebih
lama dari 4 jam
Informasi untuk
klien agar
metode ini
berhasil
(konsensus
Bellagio 1988)
1. Ibu harus
menyususui
sececarara penuh
2. Bayi
menghihisasap
secarara
lanangsung
3. Menyusui dimulai
dari 30 menit – 1
jam bayi settelah
lahir
4. Kololoststrurum
diberirikakan
kepada bayayi
5. Pola menyusui on
demand
6. Hindari jarak
menyusui lebih
dari 4 jam,
termasuk malam
hari
7. Perdarahan
sebelum hari ke
56 pasca
persalinan belum
dianggap sebagai
haid
C. Metode Pil
a. Pil Progestin (mini
pil)
Cara kerja:
1.. Meennccegegaah
ovuullaassi
2. Mempengaruhi
transformasi
endometrium
sehingga
implantasi sulit
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga
menghambat
penetrasi sperma
4. Mengubah
motillitas tuba
sehingga
transportasi
sperma
terganggu
15
5. Efektivvitas:
secara umum
10 kehamilan
per 100 ibu
(10%) , untuk
ibu menyusui 1
kehamilan per
100 ibu (1%)
1. Dapat segera
diberikan 3 hari
untuk daerah sulit
setelah persalinan
maupun
2. pasca keguguran
3. Dapat digunakan
segera mungkin
pada ibu menyusui
dan tidak menyusui
4. Setelah abortus,
segera dimulai
1. Tidadak
menganggu
hubungan
sekeksusual
2. Tidadak
mempepengngara
ruhuhi ASI
3. Kesuburan cepat
kembali bila obat
dihentikan
4. Efek samping
sediikit terhadap
kesehatan
5. Dapapat
dihihenentitikaka
n setiaiap saat
6. Tidak mengandung
estrogen (tidak
meningkatkan
gangguan
pembekuan
darah,kurang
meningkatkan
7. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid
8. Mencegah kanker
endomettrium
dan ovarium
9. Dapat dibeerikan
pada pasien
endometriosis
1. Gangguan pada
haid (perdarahan
sela, spotting,
amenorea)
2. Peningkatan berat
badan
3. Harus diminum
setiap hari pada
waktu yang sama
4. Bila lupa minum
satu pil saja,
kegagalan menjadi
lebih besar
5. Payudara menjadi
tegang, mual,
pusing, dermatitis,
atau jerawat
6. Risiko kehamilan
ektopik cukup tinggi
(tapi lebih rendah
bila dibandingkan
dengan wanita yang
tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi
diri dari infeksi
menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh
rambut/ bulu
berlebihan) tapi
sangat jarang terjadi
16
Kontraindikasi:
1.Hamil atau dicurigai
hamil
2.Perdarahan
pervaginam yang
belum diketahui
penyebabnya
3.Menggunakan obat
TB (rifampisin), dan
obat epiliepsi
(fenitoin dan
barbiturat)
4.Kanker payudara
atau riwayat kanker
payudara
5.Sering lupa
menggunakan pil
6.Miom uterus
(progestin memicu
pertumbuhan miom
uterus)
7.Riwayat stroke
(progestin
menyebabkan
spasme pembuluh
darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien
tidak hamil
2. Konsumsi pil
dimulai dari hari 1
hingga 5 haid
b.Pil Kombinasi
1.Mencegah ovulasi
2.Mencegah
implantasi
3.Mengentalkan
lendir serviks
sehingga sulit
dilewati sperma
4.Mengganggu
pergerakan tuba,
sehingga
mengganggu
transportasi sel
telur
1. Memimiliki
efektivivitatas
yang tinggi (8
kehamimilalan
per 100
penggununa
dalam 12 bulan
2. pertama
pemakakaiiana
n)
3. Risiko
terhahadadap
kesehahatatan
kecil
17
4. Tidak
menganggu
hubungan
seksksuaual
endometrium,
Kista ovarium,
penyakit radang
panggul,
kelainan jinak
pada payudara,
dismenorea.
1.Mual terutama 3
bulan pertama
2.Perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
pada 3 bulan
pertama
3.Nyeri payudara,
berat badan naik
sedikit
4.Tidak bisa pada
ibu menyusui
5.Meningkatkan
tekanan darah dan
retensi cairan
6.Tidak mencegah
Infeksi menular
seksual
Kontraindikasi
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Menyusui
eksklusif
3. Perdarahan
pervaginam yang
tidak/belum
diketahui
penyebabnya
4. Penyakit hati akut
(hepatitis)
5. Perokok dengan
usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit
jantung, stroke,
atau tekanan darah
>180/110 mmHg
7. Riwayat
gangguan faktor
pembekuan darah
atau kencing
manis (tidak
terkontrol) > 20
tahun
8. Kanker payudara
atau dicurigai
kanker payudara
9. Migrain dan
gejala neurologik
fokal (epilepsi)
1
8
10. Tidak dapat
menggunakan pil
setiap hari (pelupa)
Cara pakai
1. Paststikan klien
tidak hamil
2. Dapapat
dikokonsumsi
dari hari 1
hingga ke 7
siklus haid,
sebabaikiknyny
a dikonsumsi
pada jam yang
sama
3. Apabbila
dipergunakan dari
haid, gunakan
kontrasepsi lain
seperti kondom
atau tidak
berhubungan
selama 7 hari
4. Bila muntatah
dalalam 2 jam
setetelalah
minunum pil,
segera minum
pil berikutnya
5. Bila lupa
meminum pil
selama 1 hari,
hari besok
langsung
minum 2 pil
sekaligus.
6. Apababilila lupa
meminum pil
selama 2 hariri,
minum 2 pil
sekaliligugus
setiap hari
selama 2 hari
berturut-turut,
lalu lanjutkan
minum pil
seperti biasa
7. Apabbila lupa
minum pil
selama 3 hari,
lanjutkan pil
seperti biasa
atau memulai
dari
8. strip KB baru,
dan gunakan
kontrasepsi
kondom/ tidak
berhubungan
selama 7 hari.
9. Untutuk pil
yang 21 tablet,
selangi 1
minggu
sebelum
menggunakan
tablet
berikutnya
D. Metode Suntikan
a. Suntikan Progesttin
Preparat
1. Depo
Medroksiprogestero
n Asetat
(Depoprovera),
mengandung 150 mg
DMPA disuntik 3
Bulan sekali, secara
intramuscular
1
9
2. Depo Noretisteron
Enantat (Depo
Noristerat),
mengandung 200 mg
Noretindron Enantat,
diberika setiap 2
bulan sekali secara
intramuscular Cara
kerja (sama seperti
suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah
implantasi
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga sulit
dilewati sperma
Mengganggu
pergerakan tuba,
sehingga
mengganggu
transportasi sel telur
Waktu Penggunaan:
1.Dapat segera
diberikan dalam 7
hari pertama
setelah persalinan
maupun pasca
keguguran (MEC
2015)
2. Risiko terhadap
kesehatan kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri
4. Tidak diperlukan
pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping
terhadap kesehatan
kecil
7. Klien tidak perlu
menyimpan obat
suntik
8. Mengurangi jumlah,
lama, dan nyeri
haid
9. Mencegah kanker
ovarium dan
endometrium
10. Mencegah
kehamilan ektopik
Keterbatasan
2
0
1. Perubahan pola
haid, perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
sampai 10 hari
7. gangguan
pembekuan darah,
timbulnya tumor
hati
8. Tidak melindungi
dari infeksi menular
seksual
9. Kesuburan kembali
lama
Kontraindikasi
1.Hamil atau
dicurigai hamil
2.Perdarahan
pervaginam yang
belum jelas
sebabnya
3.Tidak dapat
menerima terjadinya
gangguan haid,
terutama amonorea
4.Menderita kanker
payudara atau
riwayat kanker
payudara
5.Diabetes mellitus
disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien
tidak hamil
2. Suntikan
diberikan dari
hari haid 1 hingga
7
3. Bila disuntikan
diluar masa haid,
gunakan
kontrasepsi lain
atau tidak
berhubungan
selama 7 hari
4. Bila ingin
mengganti dari
kontrasepsi
hormonal lain ke
kontrasepsi
suntikan, dapat
langsung
diberikan kapan
saja, bila
dipastikan ibu
tidak hamil
5. Bila ingin
mengganti
kontrasepsi
suntik lain
dengan
kontrasepsi
suntik yang lain
21
6. lagi, jadwal
penyuntikan
adalah sesuai
dengan jadwal
penyuntikan
kontrasepsi
suntik
sebelumnya. \
7. Untuk suntikan
depo
medroksiprogest
eron asetat
disuntik setiap 12
minggu, intra
muscular
8. Untuk suntikan
noretisteron enantat
untuk 4 kali
suntikan pertama
diseling 8 minggu,
suntikan ke 5 setiap
12 minggu, intra
muscular
b. Suntikan Kombinasi
• Cyclofem mengandung
Depo
medroksiprogesteron
asetat 25 mg dan
secara intramuscular.
• 50 mg noretindron
enantat dan 5 mg
estradiol valerat,
suntikan sebulan
sekali
Keuntungan
1. Efekktiffitas
tinggi, 3
kehamilan per 100
pengguna selama
12 bulan pertama
pe makaian
2. Risiko terhadap
kesehatan kecil
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
isstri
4. Tidak diperlukan
pemeriksaan
dalam Jangka
panjang
5. Efek samping
terhadap
kesesehahatatan
kecil
6. Klien tidak perlu
menyimpan obat
suntik
7. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid
22
8. Mencegah kanker
ovarium dan
endomettrium
9. Mencncegah
kehamimilalan
ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola
haid, perdarahan
bercak atau
perdarahan sela
sampai 10 hari
4. Efektivitas
berkurang bila
dipergunakan
bersama obat
tuberkulosis dan
epilepsi
5. Penambahan berat
badan
Kontraindikasi
1.Hamil atau diduga
hamil
2.Menyusui
3.Perdarahan
pervaginam yang
tidak/belum diketahui
penyebabnya
7.Riwayat gangguan
faktor pembekuan
darah atau DM tidak
terkontrol >20 tahun
8.Kanker payudara
atau dicurigai kanker
payudara
9. Migrrain dan gejala
neurologik fokal
(epilepssi)
23
Cara pakai
1. Ibu menyusui
hanya bisa
digunakan saat bayi
berusia 6 bulan
atau lebih
2. Pastikan pasien
tidak hamil
3. Suntikan
diberikan dari
hari haid 1
hingga 7
4. Bila disuntikan
diluar masa haid,
gunakan
kontrasepsi lain
atau tidak
berhubungan
selama 7 hari
5. Bila ingin
mengganti dari
kontrasepsi
hormonal lain ke
kontrasepsi
suntikan, dapat
langsung
diberikan kapan
saja, bila
dipastikan ibu
tidak hamil
6. Bila ingin
mengganti
kontrasepsi
suntik lain
dengan
kontrasepsi
suntik yang lain
lagi, jadwal
penyuntikan
adalah sesuai
dengan jadwal
penyuntikan
kontrasepsi
suntik
sebelumnya.
7. Suntikan
dilakukan 1 bulan
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi
transformasi
endometrium
sehingga
implantasi sulit
3. Mengentalkan
lendir serviks
sehingga
menghambat
penetrasi sperma
4. Mengubah
motilitas tuba
sehingga
transportasi
sperma terganggu
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera
diberikan setelah
persalinan maupun
pasca keguguran
dan pada klien
yang menyusui
maupun tidak
menyusui (MEC
2015)
2. Setelah abortus,
segera dimulai
Keuntungan
24
1. Efekktivvitas
tinggi 0,5
kehamilan per 100
pengguna dalam
1 tahun
pemakaian
2. Tidadak
menganggu
hubungan
sekeksusual
3. Tidadak
mempepengngara
ruhuhi ASI
4. Kesuburan cepat
kembali bila
implan dicabut
5. Efek samping
sediikit terhadap
kesehatan
6. Dapapat
dihihenentitikaka
n setiaiap saat
7. Tidak
mengandung
estrogen (tidak
meningkatkan
gangguan
pembekuan
darah,
8. kurang
meningkatkan
tekanan darah,
nyeri kepala, dan
depressi)
9. Mengngururangi
jumlahah, lama,
dan nyeri haid
10. Mencegah kanker
endometrium dan
ovarium
11. Dapat diberikan
pada pasien
endometriosis
1. Gangguan pada
haid (perdarahan
sela, spotting,
amenorea)
2. Peningkatan berat
badan
3. Payudara menjadi
tegang, mual,
pusing, dermatitis,
atau jerawat
4. Risiko kehamilan
ektopik cukup
tinggi (tapi lebih
rendah bila
dibandingkan
dengan wanita yang
tidak ber-KB)
5. Tidak melindungi
diri dari infeksi
menular seksual
6. Hirsustisme (tumbuh
rambut/ bulu
berlebihan) tapi
sangat jarang terjadi
7. Memerlukan
prosedur medis
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Perdarahan
pervaginam yang
belum diketahui
penyebabnya
3. Menggunakan obat
TB (rifampisin), dan
obat epiliepsi
(fenitoin dan
barbiturat)
25
4. Kanker payudara
atau riwayat
kanker payudara
5. Miom uterus
(progestin memicu
pertumbuhan
miom uterus)
6. Riwayat stroke
(progestin
menyebabkan
spasme pembuluh
darah) Cara Pakai
1. Pasien tidak hamil
2. Dipasang saat
siklus haid ke 2
hingga 7, bila
dipasang setelah
siklus haid ke-7,
menggunakan
metode
kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja
1. Setelah 48 jam
pertama
pemasangan,
daerah
pemasangan
harus tetap
dibiarkan
2. kering agar tidak
infeksi
3. Perlindungan
sampai 4 tahun
E. Metode AKDR
a. AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam
Rahim)
1. Menghambat
kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba
falopi
2. Mempengaruhi
fertilisasi sebelum
ovum mencapai
kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama
mencegah ovum dan
sperma bertemu,
walaupun
AKDR
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48
jam setelah plasenta
lahir atau setelah 4
minggu pasca
persalinan
2. Pada abortus, dapat
langsung dipasang,
selama dipastikan tidak
ada infeksi
26
Keuntungan
1. Efektivitasnnya tinggi
0.8 kehamilan per
100 pengguna dalam
12 bulan pertama
pemakaian
2. Memberi perlindungan
hingga 12 tahun
3. Segera efektif setelah
dipasang
4. Metode kontrasepsi
jangka panjang, dapat
digunakan sampai
menopause
5. Tidak perlu
mengingat-ingat
(tidak seperti pil
yang harus diminum
setiap hari)
6. Tidak mempengaruhi
hubungan seksual
7. Tidak ada efek
hormonal (AKDR
tanpa progestin)
8. Tidak mengganggu
produksi ASI
9. Tidak ada interaksi
dengan obat-obat
10. Membantu mencegah
kehamilan ektopik
11. Kembalinya
kesuburan dalam waktu
singkat setelah AKDR
dilepaskan Keterbatasan
27
2. Perdarahan
pervaginam yang tidak
diketahui
penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat
genital (gonorrhea,
clamidia, vaginitis,
servisitis)
4. Tiga bulan terakhir
mengalami penyakit
radang panggul atau
abortus septik
5. Kelainan bawaan
uterus abnormal
(bentuk dan ukuran
abnormal) atau
menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas
ganas
7. Menderita TBC
pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim
kurang dari 5 cm
Cara Pakai
1. Dapat dipasang
kapan saja selama
dipastikan tidak
hamil
2. Sebagai
dengan Progestin
1. Endometrium
mengalami
transformasi yang
ireguler, epitel atrofi
sehingga
mengganggu
implantasi
2. Mencegah
pembuahan dengan
mencegah
pertemuan ovum
dan sperma
3. Mengurangi
jumlah sperma
yang mencapai
tuba falopii
4. Menginaktifkan
sperma
1. Dipasang dalam 48
jam setelah plasenta
lahir atau setelah 4
minggu pasca
persalinan.
2. Pada abortus,
dapat langsung
dipasang, selama
dipastikan tidak ada
infeksi
Keuntungan
28
1. Efektif dengan
jangka proteksi 1
tahun
2. Tidak
mengganggu
hubungan suami
istri
3. Tidak berpengaruh
pada ASI
4. Kesuburan cepat
kembali setelah
AKDR diangkat
5. Efek samping kecil
6. Mengurangi
jumlah darah dan
nyeri haid
7. Tidak menganggu
kerja obat
tuberkulosis dan
epilepsy
Keterbatasan
1. Memerlukan
prosedur medis
2. Mahal
3. Perforasi dinding
uterus apabila
salah pemasangan
4. Tidak mencegah
IMS
5. Tidak cocok pada
wanita yang suka
berganti pasangan
6. Memerlukan
prosedur medis
saat pemasangan
7. AKDR mesti
dilepas di fasilitas
kesehatan
9. Efek samping
progestin: risiko
trombosis,
menurunkan kadar
HDL pada pemberian
jangka panjang,
memicu
pertumbuhan miom
Kontraindikasi
1. Hamil atau
dicurigai hamil
2. Perdarahan
pervaginam yang
tidak diketahui
penyebabnya
3. Menderita Infeksi
alat genital
(vaginitis,
servisitis)
29
5. Kelainan bawaan
uterus abnormal
(bentuk dan ukuran
abnormal) atau
menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas
ganas
7. Menderita TBC
pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim
kurang dari 5 cm
C. Metode Tubektomi
Cara kerja:
Menghambat ovum
dengan cara
mengoklusi tuba
falopii sehingga
sperma tidak dapat
bertemu dengan
ovum
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera
diberikan dalam 7
hari pertama setelah
persalinan maupun
pasca
keguguran (WHO
Mec 2015)
2. Tidak
mengganggu
produksi ASI
3. Tidak
mempengaruhi
hubungan suami
istri
4. Tidak ada efek
samping hormonal
Keterbatasan
1. Harus melalui
prosedur medis
2. Tidak melindungi
dari infeksi
menular seksual
30
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin dengan
jumlah kehamilan
yang diinginkan
4. Kehamilan
berikutnya agan
memberikan risiko
kesehatan yang
serius
5. Pasca persalinan
dan pasca
keguguran
6. Tidak
menandatangani
persetujuan medis
tertulis
D. Metode Vasektomi
Cara kerja
Menghentikan
kapasitas reproduksi
pria dengan cara
melakukan oklusi
vasa deferensia
sehingga alur
transportasi sperma
terhambat dan
fertilisasi
tidak terjadi
Keuntungan
1. Sangat efektif :
Efektivitas: 1
kehamilan pada
100 ibu (0.15%)
2. Tidak ada efek
samping jangka
panjang
3. Efektif setelah 20
ejakulasi atau 3
bulan
Keterbatasan
Membutuhkan
prosedur medis
31
Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada
lapang operasi
2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan
varikokel yang
besar
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis
6. Undesensus
testikularis
7. Massa
intraskrotalis
8. Anemia berat,
gangguan
pembekuan darah
Informasi bagi klien
1. Pertahankan band
aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam
penyembuhan
jangan ditarik atau
digaruh
20
ejakulasi atau 3
bulan
7. Lakukan
pemeriksaan
semen setelah 3
bulan pasca
vasektomi
E.KONDAR ( Kontrasepsi
Darurat )
Kontrasepsi darurat
(Kondar) adalah cara
untuk mencegah
kehamilan setelah
pengaman. Kondar
bisa berupa PIL atau
AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam
melakukan hubungan
seks tanpa pengama
yakin
32
bahwa dia menyusui
dapat
mempertimbangkan
untuk menggunakan
Pil kontrasepsi
darurat atau yang
sering disebut
Morning after pil
adalah pil hormon
yang dapat
dikonsumsi wanita
setelah melakukan
hubungan seks. Pil
ini berfungsi paling
baik jika diminum
maksimal 72 jam
pertama setelah
melakukan
hubungan seks,
tetapi masih tetap
dapat mengurangi
risiko kehamilan jika
dikonsumsi dalam
kurun waktu 120 jam
(5 hari) setelah
hubungan seks yang
tidak berpengaman
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi
darurat adalah dengan
menunda ovulasi
(pelepasan sel telur
wanita selama siklus
bulanan). Apabila
pembuahan dan
implantasi
Levonorgestrel
progesterone
tinggi untuk
mencegah kehamilan.
dikonsumsi
digunakan. Jenis
efektif ketika
dikonsumsi secepat
mungkin setelah
berhubungan,
dapat mengurangi
risiko kehamilan
ketika dikonsumsi
setelah berhubungan.
Tipe terbaru dari
kontrasepsi darurat
yang bernama ulipristal
acetate adalah
jenis pengobatan
yang berbeda. Pil ini
menunda ovulasi dan
mungkin
membantu mencegah
implan. Jenis ini masih
efektif bila dikonsumsi
hingga
5 hari setelah
berhubungan.
Kontrasepsi darurat
tidak akan mencegah
kehamilan jika
hubungan seks yang
tidak berpengaman
dilakukan setelah
meminum
kontrasepsi darurat.
Efektivitas :
3
3
1 atau 2 dari setiap
100 wanita yang
menggunakan
kontrasepsi darurat
dapat hamil
walaupun telah
mengkonsumsi obat
tersebut pada waktu
yang telah
disarankan
BAB VII
PENUTUP
Mananajemen
Pelayanan KB
dilalaksanakan melalalului
serangkaian kegiatan
berkesinambungan mulai
dari pengorganisasian,
perencanaan, pelaksanaan
teriintegrasi di setiap
tingkatan admiinistrasi di
maupun di tingkat
manajemen.
34
Dengan
manajemen pelayanan
KB yang baik di setiap
tingkatan administrasi
diharapkan dapat
meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan KB
yang pada akhirnya
dapat berkontribusi
dalam percepatan
penurunan angka
kematian ibu.
35