Anda di halaman 1dari 18

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

Disusun oleh : KELOMPOK 4 ( PSIK 4A)

1) Akhmad Agung Sanjaya (2019012162)


2) Aolgya Meisin Rahma Sari (2019012164)
3) Dwi Anggraeni Putri (2019012170)
4) Fuadatul Maghfiroh (2019012174)
5) Jumita Sari (2019012181)
6) Linda Nur Maulinda Azahro (2019012184)
DEFINISI BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

BPH ( Begigna Prostal Hiperplasia ) adalah suatu


keadaan dimana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung
kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup
orifisium uretra (Smeltzer dan Bare 2013).
Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan
ikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH merupakan
suatu kondisi patologis yang paling umum di derita
oleh laki-laki dengan usia dengan usia rata-rata 50
tahun.
ETIOLOGI BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH, namun
beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat
telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan
terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya
sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekitar
100%.
PATOFISIOLOGI BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana terjadi
perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone menurun,
produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan
adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel-sel
kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan
enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam
sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga mengakibatkan kelenjar prostat
mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit
saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine
MANIFESTASI KLINIS BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah


a. Gejala obstruksi
b. Gejala iritasi
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
3. Gejala diluar saluran kemih
TANDA & GEJALA BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Gejala Obruktif :
1) Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan mengejan
2) Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh ketidak
mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya
miksi.
3) Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
4) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan
waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

Gejala Iritasi :
6) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
7) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi pada malam
dan siang hari.
8) Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
KOMPLIKASI BPH ( BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

1) Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi


2) Infeksi saluran kemih
3) Involusi kontraksi kandung kemih
4) Refluk kandung kemih
5) Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka pada
suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan tekanan
intravesika meningkat.
6) Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7) Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan
dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan
sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
8) Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi pasien
harus mengedan.
PENATALAKSANAAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

Terapi medikamentosa
• Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin,
afluzosin.
• Penghambat enzim, misalnya finasteride.
• Fitoterapi, misalnya eviprostat

Terapi bedah
• ProstatektomiInsisi prostat transurethral (TUIP)
• Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS BPH
PENGKAJIAN

• IDENTITAS PASIEN
• PENANGGUNG JAWAB
• RIWAYAT KEPERAWATAN
• PEMERIKSAAN FISIK
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• TERAPI YANG DIBERIKAN
ANALISA DATA
Data Subyektif : Data Subyektif :
• Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil • Klien mengatakan tidak nafsu makan
• Klien mengatakan nyeri dirasakan saat melakukan • Klien mengatakan hanya makan ½ porsi yang
gerakan-gerakan miring kiri dan kanan disediakan
• Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah
Data Obyektif :
Data Obyektif : • Porsi makan ½ porsi dihabiskan
• Skala nyeri 7 • Muntah
• Nyeri seperti ditusuk-tusuk • Tampak lemas
• Nyeri dirasakan di pagi hari
• Tekanan darah klien 130/80 mmHg Diagnosa Keperawatan :
• N : 82x/menit  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
• RR : 20x/menit tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
• S : 36,2 C intake output.

Diagnosa Keperawatan :
 Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot
spinter
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot spinter


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake output.
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan 3x24 jam, rasa nyeri berurang dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
dengan • Tanda-Tanda vital dalam rentang normal (nadi 2. Observasi reaksi nonverbal dari
spasme otot 100-160 x/mnit, pernafasan 30-60 x/menit), dan Ketidaknyamanan
spinter 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
spo2 96-100% mencari dan menemukan
• Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
• Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menggunakan manajemen nyeri menentukan intervensi
Lanjutan Intervensi…

No Diagnosa Tujuan Intervensi

2. Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji adanya alergi makanan
ngan nutrisi 3x24 jam, kebutuhan nutrisi kembali normal 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari dengan kriteria hasil : 3. menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan • Keadaan umum baik nutrisi yang dibutuhkan pasien
tubuh • Tonus otot aktif 4. Yakinkan diet yang dimakan
berhubungan • Gerak aktif mengandung tinggi serat untuk
dengan tidak • Adanya peningkatan berat badan sesuai mencegah konstipasi
adekuatnya dengan tujuan 5. Ajarkan pasien bagaimana
intake output. • Menunjukkan peningkatan fungsi membuat catatan makanan
• pengecapan dari menelan harian.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Jum,at Nyeri akut 08.00
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi = skala 6
12-10- berhubungan 2. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien =
2019 dengan spasme otot klien paham tentang menangani nyeri
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (tarik nafas dalam) = gangguan rasa nyeri
spinter berkurang

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


Sabtu Nyeri akut 08.00 frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi = skala 6
13-10- berhubungan 2. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien =
2019 dengan spasme otot klien paham tentang menangani nyeri
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (tarik nafas dalam) = gangguan rasa nyeri
spinter berkurang

Minggu Nyeri akut 08.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi = skala 6
14-10- berhubungan 2. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien =
2019 dengan spasme otot klien paham tentang menangani nyeri
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (tarik nafas dalam) = gangguan rasa nyeri
spinter berkurang
Lanjutan Implementasi…
Hari/Tg Diagnosa Jam Implementasi
l
Jum,at Ketidakseimbangan 12.00 1. Kaji Kaji adanya alergi makanan = Klien mampu makan sesuai dengan diet
12-10- nutrisi kurang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2019 kebutuhan tubuh dibutuhkan pasien = kalori yang cukup akan membantu proses asupan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pasien.
tidak adekuatnya
intake output.

Sabtu Ketidakseimbangan 12.00 1. Kaji Kaji adanya alergi makanan = Klien mampu makan sesuai dengan diet
13-10- nutrisi kurang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2019 kebutuhan tubuh dibutuhkan pasien = kalori yang cukup akan membantu proses asupan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pasien.
tidak adekuatnya
intake output.

Minggu Ketidakseimbangan 12.00 1. Kaji Kaji adanya alergi makanan = Klien mampu makan sesuai dengan diet
14-10- nutrisi kurang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2019 kebutuhan tubuh dibutuhkan pasien = kalori yang cukup akan membantu proses asupan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pasien.
tidak adekuatnya
intake output.
EVALUASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot spinter
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake output.
Evaluasi :
S:
Evaluasi :
Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil
S:
Klien mengatakan pusing
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah
Klien mengatakan hanya makan ½ porsi yang disediakan
O:
O:
Skala nyeri 7
Porsi makan ½ porsi dihabiskan
Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Muntah
Nyeri dirasakan di pagi hari
Kurang nafsu makan
N : 82 x/i
Tampak lemas
RR : 20 x/I
A:
A:
Masalah belum teratasi.
Masalah belum teratasi.
 
 
P:
P:
Intervensi dilanjutkan 1,2,3,
Intervensi dilanjutkan 1, 2, 3
T H A N K Y O U

Anda mungkin juga menyukai