Disusun oleh:
Jonathan Febianto (01073200147)
Yohanes Marcellino Armiento (01073200151)
Pembimbing:
dr. Nana Novia Jayadi, Sp.KK
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 4
LAPORAN KASUS .......................................................................................................... 4
A. Identitas Pasien ..................................................................................................... 4
B. Anamnesis .............................................................................................................. 4
Keluhan Utama ......................................................................................................... 4
Riwayat Penyakit Sekarang ..................................................................................... 4
Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................................... 5
Riwayat Penyakit Keluarga ..................................................................................... 5
Riwayat Alergi ........................................................................................................... 5
C. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 6
Tanda-tanda Vital ..................................................................................................... 6
Status Generalis ........................................................................................................ 6
D. Status Dermatologis .......................................................................................... 7
E. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 9
F. Resume ................................................................................................................... 9
G. Diagnosis ............................................................................................................ 9
H. Tatalaksana ....................................................................................................... 9
I. Prognosis .............................................................................................................. 10
BAB II .............................................................................................................................. 11
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 11
2.1 Definisi ............................................................................................................. 11
2.2 Epidemiologi .................................................................................................... 11
2.3 Etiologi ............................................................................................................. 12
2.4 Patofisiologi ..................................................................................................... 12
2.5 Manifestasi Klinis............................................................................................ 13
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 14
2.7 Diagnosis Banding ........................................................................................... 15
2.8 Komplikasi ....................................................................................................... 18
2.9 Tatalaksana ..................................................................................................... 18
2.10 Prognosis .......................................................................................................... 19
2
BAB III............................................................................................................................. 20
ANALISA KASUS .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22
3
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
● Nama : Ny. W
● Usia : 46 tahun
● Alamat : Tangerang
● Agama : Islam
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Poliklinik Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Siloam Lippo Village pada tanggal 29 Januari
Keluhan Utama
Bercak kemerahan disertai gatal dan panas pada kedua kaki sejak 1 minggu
yang lalu
minggu yang lalu disertai dengan rasa gatal dan panas. Awalnya pasien mengaku
4
bahwa bercak bermula pada kaki sebelah kanan berukuran kecil dan kemudian
bertambah besar dan bertambah banyak hingga menyebar ke kaki kiri. Pasien
mengeluhkan bercak tersebut terasa gatal dan panas sehingga seringkali digaruk.
Pasien mengatakan bahwa rasa gatal dan panas bertambah parah pada malam hari.
alergi, asma, hipertensi, pengobatan tertentu dan diabetes mellitus disangkal oleh
pasien.
cucu nya. Kegiatan sehari-hari pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien memiliki
kebiasaan menggaruk kaki kiri karena gatal. Pasien biasa mandi 2x sehari. Pasien
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi dan asma.
5
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
GCS : E4M6V5
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36.8 C
SpO2 : 99%
Status Generalis
Kepala : Simetris, Tidak ada bekas luka ataupun jahitan.
Mulut : Mukosa tidak kering, bibir sianosis (-), faring hiperemis (-),
T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-)
Thorax
a. Cor
6
- Inspeksi: Bekas luka (-), pectus excavatum (-), pectus carinatum
b. Pulmo
Abdomen
- Palpasi: massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), ROM aktif/tidak terbatas,
edema (-)
D. Status Dermatologis
Ad regio: Cruris sinistra, sura sinistra, dan popliteal dextra
7
Deskripsi lesi: Makula eritematosa multipel berbatas tegas dengan ukuran
8
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
F. Resume
Pasien Ny. W, 46 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelammin di Rumah
Sakit Umum Siloam Lippo Village dengan keluhan bercak kemerahan pada regio
cruris dextra sejak 1 minggu yang lalu. Bercak awalnya bermula pada cruris dextra,
berukuran kecil dan gatal kemudian bertambah besar dan bertambah banyak serta
ada penyebaran ke regio cruris dextra, sura dextra serta popliteal sinistra dan terasa
gatal dan panas yang bertambah parah pada malam hari. Kebiasaan menggaruk
kaki karena gatal, pasien sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pada regio cruris dextra, sura dextra, dan
G. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Dermatitis Numularis
H. Tatalaksana
Non Medikamentosa:
9
- Meminimalisir penggunaan kain bahan wol
Medikamentosa:
I. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad kosmetikam : bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis numularis merupakan salah satu klasifikasi dermatitis
berdasarkan bentuk, dermatitis atau yang biasa dikenal dengan eksim adalah
peradangan pada lapisan kulit epidermis dan dermis sebagai respons terhadap
pengaruh faktor dari luar maupun dalam tubuh. Faktor pengaruh dari luar/
suatu manifestasi proses peradangan pada kulit yang bersifat kronis, ditandai
dengan sensasi gatal dan lesi multipel yang khas berbentuk koin atau
ekstremitas terutama tungkai bawah, namun juga bisa muncul di tempat lain
seperti tubuh, telapak tangan, atau telapak kaki. Patofisiologi dari penyakit ini
2.2 Epidemiologi
Dermatitis numularis secara epidemiologi lebih sering ditemukan pada
orang dewasa, dimana lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
Biasanya, puncak insiden pada kedua jenis kelamin tersebut terjadi pada antara
50 - 65 tahun. Pada perempuan, terjadi yang disebut dengan usia puncak kedua,
yaitu berkisar antara umur 15 - 25 tahun. Penyakit ini sangat jarang ditemui
11
pada bayi maupun anak-anak. Jika ditemukan, biasanya terjadi pada usia 5
tahun.
2.3 Etiologi
Etiologi pasti dari dermatitis numularis sampai sekarang masih belum
diketahui, namun beberapa faktor seperti xerosis/ kulit kering, alergi, infeksi
2.4 Patofisiologi
Faktor-faktor yang dikaitkan sebagai penyebab dari dermatitis numular
disebutkan dapat merusak lipid barrier pada kulit yang fungsi utamanya adalah
pembentukan lesi pada kulit. Pada lesi dermatitis numularis dapat ditemukan
sel mast, dan peningkatan neuropeptide substance p (SP), serta calcitonin gene-
berasal dari dalam tubuh (endogen) maupun luar tubuh (eksogen) yang
12
menyebabkan terjadinya kerusakan pada protein filaggrin. Protein filaggrin
memiliki peran penting dalam fungsi skin barrier dengan cara mengikat
kulit sehingga terjadi penguapan air yang menjelaskan kulit menjadi kering.
Kulit yang kering akan menjadi lebih sensitif dan memudahkan alergen untuk
masuk kedalam kulit dan menyebabkan inflamasi. Proses inflamasi oleh sel-
sel imun akan semakin merusak sistem pertahanan kulit sehingga dapat terjadi
gatal dan muncul lesi/ kelainan pada kulit. Lesi yang muncul pada kulit dapat
berupa plak eritematosa yang berbentuk seperti koin dengan batas tegas yang
terbentuk dari papul dan papulovesikel yang menyatu. Papul dan papulovesikel
yang berkonfluens tersebut lama kelamaan akan pecah dan terjadi eksudasi
yang berbentuk pin point yang akan mengering dan menjadi krusta berwarna
kekuningan. Pada tepi plak dapat ditemukan papulovesikel kecil yang menyatu
dengan plak sehingga lesi menjadi semakin besar. Kulit di sekitar lesi biasanya
normal namun juga bisa kering. Penyembuhan pada lesi ini dimulai dari tengah
13
Pola penyebaran lesi bisa hanya soliter atau multipel dan simetris pada
epidermis.3
14
b. Pemeriksaan Laboratorium
kontak. Pada suatu penelitian di India, kira-kira 50% pasien hasil patch
sulfate, dan nikel sulfate. Jika dilakukan pengecekan hasil Serum IgE,
hasilnya dalam batas normal3. Kultur bakteri juga bisa dilakukan untuk
dermatofitosis.1
kulit yang disebabkan oleh bahan alergen tertentu sebagai contoh bahan
DKA akut didominasi oleh lesi eritema dan edema, sedangkan pada
fisur yang berbatas tidak tegas. Gejala klinis yang dirasakan pasien
15
b. Dermatitis stasis
Septic arthritis atau infeksi pada sendi yang biasanya melibatkan sendi
c. Neurodermatitis sirkumskripta
batasnya tidak tegas. Gejala klinisnya adalah rasa gatal yang sangat
hebat, sehingga mengganggu tidur malam hari. Rasa gatal tidak setiap
saat, hanya saat tidak sibuk. Penderita merasa enak jika digaruk, dan
16
d. Psoriasis
ini adalah berupa plak eritematosa diliputi skuama putih yang disertai
e. Impetigo
Kelainan kulit pada impetigo krustosa antara lain eritema dan vesikel
yang mudah pecah, pasien biasa datang dengan penampilan krusta tebal
17
datang ketika vesikel dan bula yang sudah pecah sehingga terlihat
f. Tinea Corporis
dengan vesikel dan papul di tepi. Juga bisa terlihat erosi dan krusta
terpisah satu dengan yang lain, juga bisa terlihat sebagai polisiklik
dikarenakan beberapa lesi menjadi satu. Ciri khas dari Tinea adalah tepi
aktif (tepi lesi tampak eritematosa) dan central healing (tengah lesi
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari dermatitis numularis adalah infeksi sekunder dari
2.9 Tatalaksana
2.9.1 Medikamentosa
- Lini Pertama : Kortikosteroid topikal potensi menengah - kuat
18
- Infeksi bakteri : Antibiotik sistemik
2.10 Prognosis
Dermatitis numularis bisa bertahan dan menetap selama berbulan-
muncul pada tempat yang sama. Secara general dari hasil suatu penelitian
pernah sembuh untuk beberapa minggu - tahun, dan 53% tidak pernah bebas
19
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien Ny. W, 46 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin di
Rumah Sakit Umum Siloam Lippo Village dengan keluhan bercak
kemerahan pada regio cruris dextra sejak 1 minggu yang lalu. Bercak
awalnya bermula pada cruris dextra, berukuran kecil dan gatal kemudian
bertambah besar dan bertambah banyak serta ada penyebaran ke regio cruris
dextra, sura dextra serta popliteal sinistra dan terasa gatal dan panas yang
bertambah parah pada malam hari. Kebiasaan menggaruk kaki karena gatal,
pasien sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan pada regio cruris dextra, sura dextra, dan poplitea sinistra
terdapat makula eritematosa multipel, berbatas tegas, berukuran numular
dengan krusta, erosi, dan ekskoriasi.
Keluhan gatal pada pasien merupakan keluhan utama yang muncul
pada kasus dermatitis numular. Jika dilihat dari lesi kulit yang ada,
penyebaran lesi ditemukan pada bagian kaki kanan dan belakang lutut kaki
kiri sesuai dengan karakteristik penyebaran lesi pada dermatitis numularis
yaitu pada tungkai bawah dan simetris/bilateral. Bentuk efloresensi yang
ditemukan berbentuk seperti koin dengan krusta diatas lesi sesuai dengan
gambaran efloresensi pada dermatitis numularis.
Diagnosis banding dermatitis stasis bisa disingkirkan karena pasien
menyangkal menggunakan celana yang ketat. Neurodermatitis
sirkumskripta juga bisa disingkirkan karena lesi neurodermatitis tampak
bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi, daerah sekitar
hiperpigmentasi, batas tidak tegas, dan lesinya soliter sedangkan pada
pasien ini tidak demikian. Dermatitis kontak memiliki predileksi lesi di
sela-sela jari, sedangkan pasien tidak mengeluhkan gatal dan tidak tampak
lesi pada sela-sela jari tangan dan kaki. Diagnosis impetigo juga bisa
disingkirkan karena lokasi predileksi lesi terdapat di wajah sedangkan
pasien ini tidak ada lesi pada wajahnya dan tidak tampak adanya ciri khas
20
impetigo yaitu honey colored-crust. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat penyakit kulit pada keluarga maupun paparan kimia sehingga
diagnosis Psoriasis bisa disingkirkan. Untuk diagnosis Tinea corporis, ciri
khasnya yaitu tepi aktif central healing, tepi lesinya tampak polisiklik
dikarenakan beberapa lesi terpisah yang menyatu sedangkan pada pasien ini
tidak ditemukan adanya lesi spesifik dermatofita seperti diatas, sehingga
diagnosis Tinea corporis bisa juga disingkirkan.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien yaitu methylprednisolone
4mg tablet 2x1 sesudah makan, loratadine 10mg tablet 1x1 sesudah makan,
desoximetasone 0.25% 15g cream 2x1 oles, dan bactoderm 10g oint 2x1
oles. Pemberian desoximetasone 0.25% cream untuk dioles merupakan lini
pertama dalam pengobatan dermatitis numularis. Selain itu pemberian
loratadine 10 mg tablet juga diberikan untuk keluhan gatal yang timbul.
Sedangkan bactoderm 10g oint untuk dioles juga diberikan untuk mengatasi
infeksi bakteri. Edukasi juga diberikan pada pasien untuk menjaga
kelembaban kulit dengan menggunakan moisturizer, menjaga kebersihan,
serta menghindari kontak dengan bahan kimia yang dapat memperparah
penyakitnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Makes, Wresti I.B., Sri L.S.M. Editor, and Kusmarinah B. Editor. Ilmu
3. Goldsmith L.A., & Katz S.I., & Gilchrest B.A., & Paller A.S., & Leffell D.J.,
McGraw-Hill, 2012
4. Wolff K, & Johnson R, & Saavedra A.P., & Roh E.K.(Eds.), Fitzpatrick's
5. Hardin CA, Love LW, Farci F. Nummular Dermatitis. [Updated 2020 Dec
6. Elias, P. M., & Wakefield, J. S. Skin barrier function. Nutrition for Healthy
22