Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

CASE BASED DISCUSSION


“HIPERTIROID”

Oleh :

Ariznah Rudiya Wibowo

017.06.0024

Pembimbing :

dr. Putu Janu Eka Saputra, Sp.PD, FINASIM

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI


SMF INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya lpenulis dapat menyelsaikan Case Based Discussion mengenai
Sinusitis Maksilaris. Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik dibagian SMF ilmu THT.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing klinik dan


semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan hingga
terselesaikannya laporan ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Penulis mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun sehingga dapat membantu saya untuk dapat lebih baik
lagi kedepannya.

Bangli, 28 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

LAPORAN..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................38

BAB IV KESIMPULAN..................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................49

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertiroid adalah respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik


hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroid ditemukan pada 0,8 – 1,3% pada
populasi di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi hipertiroid mencapai 6,9%.
Hipertiroid bisa disebabkan oleh stimulasi reseptor Thyroid-Stimulating Hormone
(TSH) yang berlebihan, sekresi otonom hormon tiroid, kerusakan folikel tiroid
dengan pelepasan hormon tiroid, dan sekresi hormon tiroid dari sumber
ekstratiroidal

Sedangkan tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis akibat sirkulasi


yang berlebihan dari hormone tiroid.1,2 Penyebab paling umum dari
hipertioroidisme adalah penyakit Graves, toksik gondok multinodular, dan
adenoma toksik. Penyebab lain yang juga agak sering dijumpai adalah tiroiditis,
kemudian sebab yang jarang antara lain penyakit trofoblastik, pemakaian
berlebihan yodium ataupun obat hormon tiroid, obat amiodaron dan hiperskresi
Thyroid Stimulating Hormone (TSH ).

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

 Nama : NWK
 Tanggal Lahir : 26-07-1977
 Umur : 44 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Hindu
 Alamat : Tembuku
 Tanggal MRS : 9 Agustus 2021
 Ruang : Cempaka

2.2 Anamnesa

a. Keluhan Utama : Badan lemas


b. Riwayat penyakit sekrang :
Pasien datang diantar keluarga ke IGD RSU Bangli pada pukul 12.00
siang dengan keluhan badan lemas sejak 3 hari SMRS. Keluhan dirasakan 1
bulan yang lalu hilang timbul namun memberat 3 hari terahir. Keluhan lemas
disertai dengan penurunan nafsu makan dan mual. Keluhan lemas tidak
berkurang walaupun saat pasien istirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya
ruam kemerahan di kedua tangan namun tidak terasa gatal. Ruam timbul
secara tiba tiba 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan dada berdebar sejak
mengkonsumsi obat tiroid 6 bulan yang lalu. demam(-), batuk (-), sesak (-),
BAB (+), BAK (+),

5
c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat keluhan yang sama : (+) hipertiroid

- Riwayat hipertensi : (-)

- Riwayat kencing manis : (-)

- Riwayat penyakit jantung : (-)

- Riwayat Asma: (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat hipertensi : (-)

- Riwayat kencing manis : (-)

- Riwayat penyakit jantung : (-)

- Riwayat penyakit asma : (-)

e. Riwayat Sosial :

- Merokok (-)

- Minum alkohol (-)

f. Riwayat alergi : (-)

g. Riwayat pengobatan :

- Mengonsumsi obat anti tiroid Propyltiouracil 3x100mg + propanolol


3x10mg.

6
2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

GCS : E4V5M6

Tanda-tanda vital :

o Tekanan darah : 130/70 mmhg


o Denyut nadi : 85 x/menit
o Respirasi Rate : 20 x/menit
o Suhu (aksila ) :36,5oC
o SpO2 : 98% (didalam ruangan)
o BB : 40 kg
o TB : 150 cm
o IMT : kg/m2

2.4 Pemeriksaan status Generalis

Kepala : normocephali

Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)

isokor,

Telinga : Serumen (-/-), discharge (-/-)

Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-/-), deviasi septum nasi (-/-),


nafas cuping hidung (-), mukosa hiperemis (-/-)

Tenggorokan : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), tonsil dan faring

7
hiperemis (-), T1/T1

Leher : asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-)

Thoraks :

 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-),
gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi dinding
dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri tekan
(-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -
8
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

9
- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

 CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah Lengkap (09-08-2021)

Hematologi Nilai Satuan Nilai Rujukan Keterangan


WBC 1.4(L) 109/l 3,5 – 10,0 Low
LYM% 83.2 % (H) % 20,0 – 50,0 High
LYM 1.1 109/l 0,5 – 5,0 Normal
MID% 0.2 % 2,0 – 15,0 Normal

MID 3.9% 109/l 0,1 – 1,5 Normal

GRA% 0.1 (L) % 35,0 – 80,0 Low

GRA 12.9% (L) 109/l 1,2 – 8,0 Low

RBC 3.55 1012/l 3,50 – 5,50 Normal

HGB 9.4 (L) g/dl 11,5 – 16,5 Low

HCT 28.0% (L) % 35,0 – 55,0 Low

MCV 78.9 Fl 75,0 – 100,0 Normal

MCH 26.5 pg Pg 25,0 – 35,0 Normal

MCHC 33.6 g/Dl g/dl 31,0 – 38 Normal

RDW% 12.0% % 11,9 – 16,0 Normal


RDWa F1 30,0 – 150,0 Normal
PLT 57.2 fl 109/l 100 – 400 Normal

10
MPV 117(L) Fl 8,0 – 11,0 Low

PDWa 7.9% Fl 0,1 – 99,9 Normal

PCT 10.9 fl % 0,01 – 9,99 Normal


b. Pemeriksaan Analisa Elektrolit (09-08-2021)

Refrensi
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rentang Nilai

Kalium (K) 3.81 3,5 – 5,5 mmol/L Normal

Natrium (Na) 129.4 136 – 145 mmol/L Normal

Chlorida (Cl) 96.7 96-108 mmol/L Normal

Normalized Ionezed Calcium (nCa) 1.23 1,05 – 1,35 mmol/L Normal

Total Calcium (TCa)


2.47 2,10 – 2,70 mmol/L Normal

c. Pemeriksaan Kimia Darah (09-08-2021)

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan

Creatinine 0.6 0.6-1.1 mg/dL Normal

Glucose 109 75-115 mg/Dl Normal

Urea UV 18 10-50 mg/dL Normal

d. Pemeriksaan immunoserologi (09-08-2021)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Antigen SARS CoV-2 (Covid 19) Negatif Negatif

11
Pemeriksaan EKG (09-08-2021)

Interpretasi :

 Irama : Sinus, Reguler

 Heart Rate : 83x menit (1500/18)

 Axis : Normoaxis (Lead 1 +, Lead avF +)

 Gelombang P : durasi 0,08 detik, amplitude 0,1 mV (Normal)

 Interval P-R : 0,20 detik (Normal)

 Kompleks QRS: durasi 0,04 detik, RVH (-), LVH (-), RBBB (-), LBBB
(-)

 Segmen ST : Isoeletrik (Normal)

 QT Interval : 0,32 detik (Normal)

 Gelombang T : amplitude 0,2 mV (Normal)

 Gelombang U : Tidak ada

Kesan : Normal Sinus Rythm

12
Pemeriksaan Foto Thorax AP (09-08-2021)

Interpretasi :
- Corakan bronkovaskular kesan normal

- Tidak tampak bercak berawan

- Cor ratio kesan normal ; CTR = 52%

- Aorta tidak dilatasi

- Kedua sinus lancip dan diagfragma kesan baik

- Tulang kesan intak

Kesan : Tidak tampak kelainan


Assesment
1. Hipertiroid on treatment

2. Anemia ringan
3. Grave’ Disease
4. Lupus eritematosus sistemik

13
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan Lanjutan (ruang Cempaka)
- IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm - IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
- Omeprazole 2x40 mg (IV) - Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
- Ondancentron 3x8 mg (IV) - Omeprazole 2x40 mg (IV)
- Paracetamol 3x1 gr (IV) klp - Ondancentron 3x8 mg (IV)
- Paracetamol 3x1gr klp
- Propanolol 3 x 10mg (PO)
- Tyrozole 1x20mg (PO)
- Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
-

Edukasi
 Diet 1800 kkal/hari, rendah lemak

 Edukasi mengenai penyakit ke pasien dan keluarga

 Hindari aktifitas berlebihan

Monitoring
 Keluhan
 Tanda-tanda vital

Planning Diagnostik
 Immunoassay TSH, FT4

Follow Up Ruangan

Rabu, 11 Agustus 2021

S lemas (+), mual (+), lemas ngilu lutut (+)

14
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 110/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O  Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)


 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid

.
 Pemeriksaan Thorax
 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra

15
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

16
+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

CRT < 2 detik

17
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan immunoasay (11-08-2021)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


TSH < 0.05 (L) IU/L Hipertiroid <0.15
Hipotiroid > 7
Eutiroid 0.25-5
Free T4 29,69 (H) pmol/L 10,6 – 19,4

A  Hipertiroid on treatment

 Anemia ringan
 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 1x20mg (PO)
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, cek Darah lengkap

 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum

18
- Cek Vital Sign
Kamis, 12 Agustus 2021

S lemas (+), mual (+), lemas ngilu lutut (+), demam (+)

Kondisi Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O  Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)


 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid
 Pemeriksaan Thorax
 Cor :

19
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

20
+ + +
+ + +
- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

CRT < 2 detik

21
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan darah lengkap (12-08-2021)

Hematologi Nilai Satuan Nilai Rujukan Keterangan


WBC 2.4(L) 109/l 3,5 – 10,0 Low
LYM% 83.2 % (H) % 20,0 – 50,0 High
LYM 1.1 10 /l
9
0,5 – 5,0 Normal
MID% 0.2 % 2,0 – 15,0 Normal

MID 3.9% 109/l 0,1 – 1,5 Normal

GRA% 0.1 (L) % 35,0 – 80,0 Low

GRA 12.9% (L) 109/l 1,2 – 8,0 Low

RBC 3.55 1012/l 3,50 – 5,50 Normal

HGB 10.4 (L) g/dl 11,5 – 16,5 Low

HCT 31.0% (L) % 35,0 – 55,0 Low

MCV 78.9 Fl 75,0 – 100,0 Normal

MCH 26.5 pg Pg 25,0 – 35,0 Normal

MCHC 33.6 g/Dl g/dl 31,0 – 38 Normal

RDW% 12.0% % 11,9 – 16,0 Normal


RDWa F1 30,0 – 150,0 Normal
PLT 57.2 fl 109/l 100 – 400 Normal

MPV 136(L) Fl 8,0 – 11,0 Low

PDWa 7.9% Fl 0,1 – 99,9 Normal

PCT 10.9 fl % 0,01 – 9,99 Normal

22
A  Hipertiroid on treatment

 Anemia ringan
 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 1x20mg (PO)
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF

 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign

Jum’at, 13 Agustus 2021

S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), demam hilang timbul (+)

Kondisi Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :

23
 TD : 110/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
O
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
 Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)


 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid
 Pemeriksaan Thorax
 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra

24
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

25
- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

CRT < 2 detik

A  Hipertiroid on treatment

 Anemia ringan
 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

26
P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 3x20mg (PO)
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF

 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign

Senin, 16 Agustus 2021

S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), nyeri perut (+), diare (+), sariawan dalam mulut
(+)
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)

27
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O
 Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)


 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid
 Pemeriksaan Thorax
 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi

28
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -
+ + - - - -

+ + - - - -
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat (17x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- + -

- + +

- - -

Ekstremitas

29
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

CRT < 2 detik

A  Hipertiroid on treatment

 Anemia ringan
 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)

30
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 3x20mg (PO)
 New diatab 3x1 (PO)
 Nystatin drop 3x2cc
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, pemeriksaan urinalisis, VCT

 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign

Selasa, 17 Agustus 2021

S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), nyeri perut (_), diare (+), sariawan dalam mulut
(+)
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O  Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

31
ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)
 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid

 Pemeriksaan Thorax
 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).

32
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -
Abdomen :
+ + - - - -
- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit
+ + - - - -
merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

33
- -

- -

 Eritema (ruam malar )

+ +

- -

CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan urinalisis (17-08-2021)

Parameter Hasil Nilai Rujukan

Kejernihan Agak keruh Jernih

Warna Kuning Kuning

Berat jenis 1.015 1.010-1.020

pH 5 5.0-6.5

Keton - Negatif

Protein - Negatif

Gula reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

34
Leukosit +1 Negatif

Eritrosit +1 Negatif

Sedimen
0-2
 Eritrosit 5-8 0-4
 Leukosit 2-4
 Epitel skuamos Banyak
Negative
 bakteri +

A  Hipertiroid on treatment

 Anemia ringan
 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 3x20mg (PO)
 New diatab 3x1 (PO)
 Nystatin drop 3x2cc
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, darah lengkap, `creatinine, urea UV

35
 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign

Kamis, 19 Agustus 2021

S lemas (+), lemas ngilu lutut (+)

Kondisi Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
 TD : 120/70 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 19x/mnt
 T : 36,7°C (axilla)
 SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
 Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O  Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)


 Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
 Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
 Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.

36
 Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa

toksik (+), pembesaran KGB (-), JVP normal (5+2 cmH2O),


dan auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid
 Pemeriksaan Thorax
 Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :

Vesikuler Rhonki Wheezing


+ + - - - -

+ + - - - -

+ + - - - -

37
Abdomen :

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), warna kulit


merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

+ + +

- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

- - -

- - -

- - -

Ekstremitas
- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -
- -

 Eritema (ruam malar )

38
+ +

- -

CRT < 2 detik

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Kimia Darah (19-08-2021)

Hematologi Nilai Satuan Nilai Rujukan Keterangan


WBC 3.0 109/l 3,5 – 10,0 Low
LYM% 22.0 % 20,0 – 50,0 Normal
LYM 2.4 109/l 0,5 – 5,0 Normal
MID% 5.4 % 2,0 – 15,0 Normal
MID 0.6 109/l 0,1 – 1,5 Normal

GRA% 72.6 % 35,0 – 80,0 Normal

GRA 8.0 109/l 1,2 – 8,0 Normal

RBC 4.9 1012/l 3,50 – 5,50 Normal

HGB 12.6 g/dl 11,5 – 16,5 Normal

HCT 40.9 % 35,0 – 55,0 Normal

MCV 83.4 Fl 75,0 – 100,0 Normal

MCH 27.7 Pg 25,0 – 35,0 Normal

MCHC 33.2 g/dl 31,0 – 38 Normal

39
RDW% 12.5 % 11,9 – 16,0 Normal
RDWa 65.0 F1 30,0 – 150,0 Normal
PLT 167 109/l 100 – 400 Normal

MPV 9.3 Fl 8,0 – 11,0 Normal

PDWa 12.3 Fl 0,1 – 99,9 Normal

PCT 0.15 % 0,01 – 9,99 Normal

Pemeriksaan Kimia Darah (19-08-2021)

Parameter Hasil Nilai Satuan Keterangan


Rujukan
Creatinine 0.6 0.6-1.1 mg/dL Normal

Urea UV 18 10-50 mg/dL Normal

Pemeriksaan ANA test (19-08-2021)

 1 : 1000

A  Hipertiroid on treatment

 Grave’ Disease
 Lupus eritematosus sistemik

P  Planning Terapi :
 IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
 Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
 Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
 Ondansentron 3x4 mg (IV)

40
 Omeprazol 2x40 mg (IV)
 Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
 Propanolol 3 x 10mg (PO)
 Tyrozole 3x20mg (PO)
 New diatab 3x1 (PO)
 Nystatin drop 3x2cc
 Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
 Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF

 Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Hipertiroid
A. Definisi

Hipertiroidisme adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh peningkatan


konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan akibat peningkatan sintesis hormon
oleh kelenjar tiroid berupa peningkatan pelepasan hormon tiroid endogenous
atau sumber ekstratiroidal eksogen (Barret, et all, 2014).

B. Faktor Risiko

Faktor risiko hipertiroidisme umur, jenis kelamin (perempuan lebih

41
beresiko terjadi gangguan tiroid), genetik, merokok, stress, riwayat penyakit
keluarga, zat kontras yang mengandung iodium, dan obat-obatan tertentu
(Kemenkes RI, 2015).

C. Epidemiologi

Prevalensi kasus hipertiroidisme di Indonesia berkisar 6.9% (Indonesian


Basic Health Research Data, 2007) dan di Amerika Serikat, prevalensi
keseluruhan hipertiroidisme adalah 1,2%.1 dan 0,8% di Eropa.2,3
Hipertiroidisme meningkat berdasarkan umur dan lebih sering mengenai
wanita. Perbandingan rasion antara wanita dan laki-laki adalah 8:1 manifestasi
muncul pada dekade ketiga dan keempat dalam kehidupan (Kravets, 2016).
D. Etiologi
Etiologi hipertiroid dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyebab utama dan
penyebab lainnya (Naga,2013).

1) Penyebab Utama Hipertiroid

Penyebab utama munculnya hipertiroid ada tiga , yaitu


penyakit graves, toxic multinodular goiter, dan hipertiroid sekunder
bisa disebabkan oleh tumor hipofisis.

2) Penyebab Lain Hipertiroid

Tiroiditis, Pemakaian Yodium secara Berlebihan , Pengaruh


Obat-obatan,ambilan Hormon Tiroid secara Berlebih Abnormalitas
Pengeluaran TSH

E. Gejala Klinis

Gejala-gejala hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme dan


aktivitas simpatis yang berlebihan (Price & Wilson, 2005). Pada umumnya,
gejala hipertiroid dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala mayor dan minor.

42
Gejala-gejala mayor, antara lain strauma, takikardi, tekanan nadi melebar,
eksoftalmus, dan nervositas. Sedangkan gejala-gejala minor, antara lain tremor,
intoleransi aktivitas, dan berat badan menurun.
Gejala-gejala lain dari hipertiroid seperti nafsu makan meningkat, banyak
berkeringat, kulit panas, emosi labil, dan sering buang air besar (diare) (Naga,
2013). Perempuan pramenopause yang menderita hipertiroid cenderung
mengalami oligomenore dan amenore. Secara umum, gejala neurologic
mendominasi gambaran klinis pada individu yang lebih muda, sementara gejala
kardiovaskuler dan miopati menonjol pada pasien yang lebih tua (Isselbacher
dkk, 2012).

F. Patofisiologi

Patofisiologi hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung


penyakit dasarnya. Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang
menghasilkan autoantibodi terhadap thyroid stimulating hormone receptor
(TSHR-Ab). Autoantibodi ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi hormon
tiroid secara berlebihan.  Mekanisme ini terjadi pada Grave’s disease.
Autoantibodi juga akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di mata
dan menyebabkan reaksi inflamasi dan penumpukan cairan sehingga terjadi
eksoftalmus ( Blick C, et all, 2021).

Hipertiroid juga bisa terjadi melalui mediasi thyroid stimulating


hormone (TSH) yang berlebihan misalnya pada TSH-secreting pituitary
adenoma atau melalui human chorionic gonadotropin pada kasus penyakit
trofoblastik dan germ cell tumors. TSH yang berlebihan ini akan menstimulasi
sintesis dan sekresi hormon tiroid secara berlebihan.

43
Mekanisme lain adalah autonomously hyperfunctioning nodules di
kelenjar tiroid. Nodul kelenjar tiroid secara otonom akan mensintesis hormon
tiroid tanpa dipengaruhi oleh feedback TSH. Mekanisme ini ditemui pada kasus
toksik adenoma dan toksik multinodular goitre ( Doubleday, 2020)

G. Tatalaksana
Pengobatan hipertiroidime harus diarahkan pada penurunan sekresi
hormon tiroid dan jika memungkinkan mengumpulkan efek toksis yang
dihasilkan oleh kadar yang tinggi dalam sirkulasi.
1. Pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan antitiroid seperti
propiltiourasil atau metimazol. Obat-obatan ini menyekat sintesis dan
pelepasan tiroksi (Hall, 2014). Gejala klinis biasanya berkurang setelah 1-
2 minggu dan kelainan laboratatorium menjadi normal setelah 4-6
minggu. Perlu pemantauan , , TSH dan BMR. Bila rendah, perlu diperiksa
TSH untuk menilai adanya pengobatan yang (over treatment). Dosis PTU
diturunkan sesuai dengan hasil pemantauan klinis dan laboratorium. Pada
30%-40% penderita, terjadi remisi setelah 2-3 tahun. Bila pengobatan
dihentikan, tidak terjadi hipertiroid (Naga, 2013).

2. Penyekatan beta seperti propanolol diberikan bersamaan dengan obat-


obatan antitiroid. Manifestasi klinis hipertiroid adalah akibat dari
pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka
manifestasi klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat
beta. Penyekat beta menurunkan takikardia, kegelisahan, dan keringat
yang berlebihan. Propanolol juga menghambat perubahan tiroksin perifer
menjadi triyodotironin (Chandrasoma & Clive, 2005).

3. Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi.

4. Pengobatan dengan yodium radioaktif (RAI). Pengobatan dengan RAI


dilakukan pada kebanyakan pasien dewasa dengan penyakit Graves tapi

44
biasanya merupakan kontraindikasi pembedahan, maka harus
dipertimbangkan untuk anak-anak dan wanita hamil ( Price & Wilson,
2005).

F. Prognosis

Prognosis hipertiroid dipengaruhi oleh etiologi dan komplikasi yang


menyertai pada kondisi medis pasien. Penelitian yang dilakukan oleh
Zhyzhneuskaya et al pada pasien subklinis hipertiroid yang disebabkan oleh
Grave’s disease menemukan bahwa kira-kira sepertiga akan menjadi
hipertiroid nyata (overt hyperthyroidism), sepertiga lagi bisa normal, dan
sisanya tetap berada dalam kondisi subklinis.

Grave’s disease
A. Definisi
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme yang disebabkan oleh
autoimun dimana terbentuknya IgG yang mengikat dan mengaktifkan
reseptor tirotropin disebut thyroid-stimulating antibody (TSAb) yang
menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia folikuler yang berakibat
membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormone tiroid.

B. Faktor Risiko
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Grave, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan
hormon berlebihan (Chandrasoma & Taylor, 2005). Insidensi penyakit Graves
paling tinggi pada wanita berusia antara 30 dan 60 tahun, khususnya wanita
dengan riwayat kelainan tiroid dalam keluarga . Beberapa faktor yang berkaitan
dengan meningkatnya kejadian penyakit grave’s antara lain adanya faktor
stress dalam kehidupan, infeksi, riwayat melahirkan, serta pada pasien dengan

45
riwayat merokok

C. Patogenesis

Penyakit ini disebabkan karena adanya antibodi yang kerjanya menyerupai


Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang beredar dalam sirkulasi. Antibodi
tersebut kemudian merangsang Reseptor TSH yang berada di kelenjar tiroid,
sehingga terjadi peningkatan produksi hormon tiroid. Grave's disease
dimediasi oleh antibodi terhadap reseptor tirotropin yang terdapat di sel epitel
folikuler kelenjar tiroid. Antibodi ini dikenal dengan thyroid stimulating
immunoglobulin (TSI).

TSI akan berikatan dengan reseptor tirotropin dan menimbulkan efek yang
menyerupai efek tirotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis, yaitu
menstimulasi sel epitel folikular memproduksi hormon tiroksin (Kahaly,
2018).

Efek antibodi ini diperankan oleh isotop IgG1 dan berikatan dengan epitop
reseptor TSH ekstraseluler yang terdiri dari leusin. Reseptor TSH ini juga
berinteraksi dengan reseptor IGF1 pada permukaan sel tiroid dan fibroblast
orbita. Stimulus TSI yang berikatan dengan reseptor tirotropin atau reseptor
TSH akan meningkatkan produksi siklik AMP intraseluler yang
mengakibatkan pertumbuhan sel tiroid dan produksi hormon tiroksin
berlebih.
D. Manifestasi Klinis
Penderita penyakit graves memiliki tiga gejala-gejala khas, yaitu seluruh
kelenjar terangsang, sehingga akan membesar menyebabkan suatu benjolan di
leher (gondok/goiter), terjadinya eksoftalmus (mata menonjol) sebagai akibat dari
penimbunan zat di dalam orbit mata, dan adanya penonjolan kulit di atas tulang
kering (Naga, 2013). Bola mata dapat menonjol sedemikian jauh sehingga kelopak
mata tidak dapat menutup sempurna kemudian dapat menyebabkan mata kering,

46
teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea (Sherwood,2011).

Lupus Eritematosus Sistemik


A. Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang

kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan

banyak sistem organ dalam tubuh termasuk kulit, sendi, ginjal, hingga otak.

B. Epidemiologi
Prevalensi LES di berbagai negara bervariasi antara 2,9/100.000-
400/100.000 dalam 30 tahun terakhir. LES merupakan salah satu penyakit
reumatik utama di dunia. LES lebih sering ditemukan pada ras tertentu
contohnya bangsa Negro, Cina dan mungkin juga Filipina. Faktor ekonomi dan
geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit. LES dapat ditemukan pada
semua usia, namun paling banyak pada usia 15-40 tahun. Frekuensi pasien
wanita dibandingkan dengan pria berkisar 5,5-9 : 1.

C. Etiopatologi
Etiopatologi LES diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan
multifaktorial antara variasi genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
diduga berperan penting dalam predisposisi penyakit ini. Pada kasus LES
yang terjadi secara sporadis tanpa identifikasi faktor genetik, berbagai faktor
lingkungan diduga terlibat.
Interaksi antara jenis kelamin, status hormonal, dan aksis
hipotalamushipofisis-adrenal (HPA) mempengaruhi kepekaan dan ekspresi
klinis LES. Adanya gangguan dalam mekanisme pengaturan imun seperti
gangguan proses apoptosis dan kompleks imun merupakan kontributor yang

47
penting dalam perkembangan penyakit ini. Hilangnya toleransi imun,
meningkatnya beban antigenik (antigenic load), sel T-helper yang berlebihan,
gangguan supresi sel B dan peralihan respons imun dari T-helper 1 (Th1) ke
Th2 menyebabkan hiperaktivitas sel B dalam memproduksi autoantibodi
patogenik. Respons imun yang terpapar factor eksternal/lingkungan seperti
radiasi ultraviolet (UV) atau infeksi virus dalam periode yang cukup lama bisa
juga menyebabkan disregulasi sistem imun..
D. Manifestasi Klinis
Kecurigaan akan penyakit SLE perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua)
atau lebih gejala sebagai berikut :
1. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan.
3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis
4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati,
10. splenomegali, hepatomegali)
11. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
12. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis
transverses
E. Pemeriksaan Penunjang

48
a) Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED)*
b) Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan bila
diperlukan kreatinin urin.
c) Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, proil lipid)*
d) PT, aPTT pada sindroma antifosfolipid
e) Serologi ANA§, anti-dsDNA†, komplemen †(C3,C4))
f) Foto polos thorax

F. Tatalaksana
Pilar Pengobatan Lupus Eritematosus Sistemik

1. Edukasi dan konseling


2. Program rehabilitasi
3. Pengobatan medikamentosa
 OAINS
 Anti malaria
 Steroid
 Imunosupresan / Sitotoksik
 Terapi lain

49
50
51
BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu NWK usia 44 tahun
masuk rumah sakit pada tanggal 9 Agustus 2021 dengan badan lemas. Setelah
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan immunoassay TSH dan FT4 serta ANA test mengarahkan
diagnosis pasien mengalami hipertiroid dengan Lupus Eritematosus Sistemik,
yang ditandai juga pada pemeriksaan fisik adanya ruam malar, butterfly rush,
penurunan berat badan kemudian pasien memiliki riwayat hipertiroid dalam
pengobatan. Tatalaksana pasien bersifat simptomatis yaitu diberikan cairan
NaCl 0,9% 20 tpm, kemudian diberikan obat untuk menghilangkan mual dan
muntah, diberikan obat antitiroid untuk menurunkan kadar hipertiroid,
pemebrian antiinflamasi sebagai terapi rumatoid serta diberikan antibiotic
golongan sefalosporin generasi ketiga untuk kondisinya. Pasien dipulangkan
setelah kondis umum pasien sudah mulai stabil atau membaik, nafsu makan
pasien juga membaik, ketika sudah dirumah, pasien harus mengubah gaya hidup
nya, rutin menkonsumsi obat obatan anti tiroid dan obat SLE untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.

52
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2015). Riset Kesehatan


Dasar RISKESDAS. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Bahn, R. S., Burch, H. B., Cooper, D. S., Garber, J. R., Greenlee, M. C.,
Klein, I., & Ross, D. S. (2011). Hyperthyroidism and other causes of
thyrotoxicosis: Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinologists.
Thyroid, 21(6), 593-646.

Blick C, Nguyen M, Jialal I. Thyrotoxicosis. [Updated 2021 Jul 10]. In:


StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482216/.
Barrett, E.J. 2014.The thyroid gland.In Boron WF, Boulpaep EL. Medical
physiology. A cellular and molecular approach. Ist Edition. Saunders.
Philadelphia : 1035- 1048.
Bartalena, L. (2011). Antithyroid drugs. Thyroid International (2), 3–15.
Chandrasoma Parakrama and Taylor R. Clive. 2005. Ringkasan Patologi
Anatomi, ed. 2. Jakarta EGC.
Doubleday AR, Sippel RS.2020. Hyperthyroidism. Gland Surg. 9(1):124-135.
doi:10.21037/gs.2019.11.01.
Guyton, AC., Hall, JE. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih
bahasa. Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC.
Jasalim U.2011. Struma difusa toksik. Samarinda. [refarat]: Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman. hlm. 36-9.

53
Kahaly, George J. Bartalena, Luigi. Hegedüs Lazlo. Leenhardt Laurence.
Poppe Kris. Pearce Simon H.2018. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves’ Hyperthyroidism. Europian
Thyroid Journal, 2018: 167-186.
Kravets. 2016. Hipertiroidisme: Diagnosis and Treatment. Stony Brook
University School of Medicine, Stony Brook, New York. Volume 93,
Number 5.
Marina Y.2011. Peran propiltiourasil sebagai terapi inisial terhadap T3, T4,
TSH dan IL- 4 pada penyakit graves. [tesis] Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Meconu F, Marcocci C, Marino M.2014. Diagnosis and classification of
Graves' disease. Autoimmunity Reviews. 2014;13:398–402.
Naga, Sholeh. S. 2013. Buku Panduan lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Jogjakarta: DIVA Press.
Price, A Sylvia, Lorraine M. Wilson.2013. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta : EGC
Simone De Leo, Sun Y Lee, and Lewis E Braverman. . 2016. Hipertiroidism.
Published in final edited form as: LancetAugust 27; 388(10047): 906–
918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-6.
The Indonesian Society of Endocrinology Task Force on Thyroid
Diseases.2014. Indonesian Clinical Practice Guidelines for
Hipertiroidisme. Vol. 27 No. 2012. ISSN 0857-1074
Thompson, Lester D. R.2007. Diffuse hyperplasia of the thyroid gland
(Graves' disease). Ear, Nose and throat Journal, 2007: 666-7.
.

54
55

Anda mungkin juga menyukai