Oleh :
017.06.0024
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya lpenulis dapat menyelsaikan Case Based Discussion mengenai
Sinusitis Maksilaris. Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik dibagian SMF ilmu THT.
Penulis mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun sehingga dapat membantu saya untuk dapat lebih baik
lagi kedepannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
LAPORAN..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................49
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : NWK
Tanggal Lahir : 26-07-1977
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Tembuku
Tanggal MRS : 9 Agustus 2021
Ruang : Cempaka
2.2 Anamnesa
5
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
e. Riwayat Sosial :
- Merokok (-)
g. Riwayat pengobatan :
6
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda-tanda vital :
Kepala : normocephali
isokor,
Tenggorokan : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), tonsil dan faring
7
hiperemis (-), T1/T1
Thoraks :
Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi dinding
dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri tekan
(-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
8
Abdomen :
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
9
- -
+ +
- -
Pemeriksaan Penunjang
10
MPV 117(L) Fl 8,0 – 11,0 Low
Refrensi
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rentang Nilai
11
Pemeriksaan EKG (09-08-2021)
Interpretasi :
Kompleks QRS: durasi 0,04 detik, RVH (-), LVH (-), RBBB (-), LBBB
(-)
12
Pemeriksaan Foto Thorax AP (09-08-2021)
Interpretasi :
- Corakan bronkovaskular kesan normal
2. Anemia ringan
3. Grave’ Disease
4. Lupus eritematosus sistemik
13
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan Lanjutan (ruang Cempaka)
- IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm - IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
- Omeprazole 2x40 mg (IV) - Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
- Ondancentron 3x8 mg (IV) - Omeprazole 2x40 mg (IV)
- Paracetamol 3x1 gr (IV) klp - Ondancentron 3x8 mg (IV)
- Paracetamol 3x1gr klp
- Propanolol 3 x 10mg (PO)
- Tyrozole 1x20mg (PO)
- Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
-
Edukasi
Diet 1800 kkal/hari, rendah lemak
Monitoring
Keluhan
Tanda-tanda vital
Planning Diagnostik
Immunoassay TSH, FT4
Follow Up Ruangan
14
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 83x/menit
RR : 19x/mnt
T : 36,7°C (axilla)
SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera
.
Pemeriksaan Thorax
Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
15
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen :
+ + +
+ + +
16
+ + +
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
+ +
- -
17
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan immunoasay (11-08-2021)
A Hipertiroid on treatment
Anemia ringan
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 1x20mg (PO)
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, cek Darah lengkap
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
18
- Cek Vital Sign
Kamis, 12 Agustus 2021
S lemas (+), mual (+), lemas ngilu lutut (+), demam (+)
19
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen :
+ + +
20
+ + +
+ + +
- Palpasi : Nyeri Tekan , pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
+ +
- -
21
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan darah lengkap (12-08-2021)
22
A Hipertiroid on treatment
Anemia ringan
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 1x20mg (PO)
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign
S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), demam hilang timbul (+)
23
TD : 110/70 mmHg
N : 83x/menit
RR : 19x/mnt
T : 36,7°C (axilla)
SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
O
Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera
24
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen :
+ + +
+ + +
+ + +
25
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
+ +
- -
A Hipertiroid on treatment
Anemia ringan
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
26
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 3x20mg (PO)
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign
S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), nyeri perut (+), diare (+), sariawan dalam mulut
(+)
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 83x/menit
RR : 19x/mnt
T : 36,7°C (axilla)
27
SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O
Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera
28
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + - - - -
Abdomen :
+ + +
+ + +
+ + +
- + -
- + +
- - -
Ekstremitas
29
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
+ +
- -
A Hipertiroid on treatment
Anemia ringan
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
30
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 3x20mg (PO)
New diatab 3x1 (PO)
Nystatin drop 3x2cc
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, pemeriksaan urinalisis, VCT
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign
S lemas (+), lemas ngilu lutut (+), nyeri perut (_), diare (+), sariawan dalam mulut
(+)
Kondisi Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 83x/menit
RR : 19x/mnt
T : 36,7°C (axilla)
SpO2 : 98% (udara ruang)
Pemeriksaan Fisik (Status Generalis & Lokalis)
Kepala : Normochepali, Rambut rontok (-)
O Mata : konjungtiva hiperemi (+) konjungtiva anemis (-/-), sklera
31
ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)
Hidung : Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), deformitas (-)
Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis (-), lidah kotor (-), carries (-), mukosa
hiperemis (-), tonsil T0-T0
Telinga: Normal, simetris, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital.
Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa
Pemeriksaan Thorax
Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea
midclavicular sinistra
- Perkusi:
o Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
o Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
o Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
o Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
- Auskultas : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-).
- Palpasi : Fremitus vocal normal sama kuat antara kanan dan
kiri, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-).
32
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi :
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
33
- -
- -
+ +
- -
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan urinalisis (17-08-2021)
pH 5 5.0-6.5
Keton - Negatif
Protein - Negatif
34
Leukosit +1 Negatif
Eritrosit +1 Negatif
Sedimen
0-2
Eritrosit 5-8 0-4
Leukosit 2-4
Epitel skuamos Banyak
Negative
bakteri +
A Hipertiroid on treatment
Anemia ringan
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 3x20mg (PO)
New diatab 3x1 (PO)
Nystatin drop 3x2cc
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF, darah lengkap, `creatinine, urea UV
35
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign
36
Leher: asimetris, pembesaran kelenjar tiroid (+), struma nodusa
+ + - - - -
+ + - - - -
37
Abdomen :
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
38
+ +
- -
Pemeriksaan penunjang
39
RDW% 12.5 % 11,9 – 16,0 Normal
RDWa 65.0 F1 30,0 – 150,0 Normal
PLT 167 109/l 100 – 400 Normal
1 : 1000
A Hipertiroid on treatment
Grave’ Disease
Lupus eritematosus sistemik
P Planning Terapi :
IVFD NaCl 0,9 % 20tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (IV)
Paracetamol 1 x 1 gr (IV)
Ondansentron 3x4 mg (IV)
40
Omeprazol 2x40 mg (IV)
Methylprednisolon 2x62,5 mg (IV)
Propanolol 3 x 10mg (PO)
Tyrozole 3x20mg (PO)
New diatab 3x1 (PO)
Nystatin drop 3x2cc
Gentamycin 3x2 gtt (ODS)
Planning Diagnostik :
Pemeriksaan ANA IF
Monitoring :
- Keluhan
- Keadaan umum
- Cek Vital Sign
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertiroid
A. Definisi
B. Faktor Risiko
41
beresiko terjadi gangguan tiroid), genetik, merokok, stress, riwayat penyakit
keluarga, zat kontras yang mengandung iodium, dan obat-obatan tertentu
(Kemenkes RI, 2015).
C. Epidemiologi
E. Gejala Klinis
42
Gejala-gejala mayor, antara lain strauma, takikardi, tekanan nadi melebar,
eksoftalmus, dan nervositas. Sedangkan gejala-gejala minor, antara lain tremor,
intoleransi aktivitas, dan berat badan menurun.
Gejala-gejala lain dari hipertiroid seperti nafsu makan meningkat, banyak
berkeringat, kulit panas, emosi labil, dan sering buang air besar (diare) (Naga,
2013). Perempuan pramenopause yang menderita hipertiroid cenderung
mengalami oligomenore dan amenore. Secara umum, gejala neurologic
mendominasi gambaran klinis pada individu yang lebih muda, sementara gejala
kardiovaskuler dan miopati menonjol pada pasien yang lebih tua (Isselbacher
dkk, 2012).
F. Patofisiologi
43
Mekanisme lain adalah autonomously hyperfunctioning nodules di
kelenjar tiroid. Nodul kelenjar tiroid secara otonom akan mensintesis hormon
tiroid tanpa dipengaruhi oleh feedback TSH. Mekanisme ini ditemui pada kasus
toksik adenoma dan toksik multinodular goitre ( Doubleday, 2020)
G. Tatalaksana
Pengobatan hipertiroidime harus diarahkan pada penurunan sekresi
hormon tiroid dan jika memungkinkan mengumpulkan efek toksis yang
dihasilkan oleh kadar yang tinggi dalam sirkulasi.
1. Pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan antitiroid seperti
propiltiourasil atau metimazol. Obat-obatan ini menyekat sintesis dan
pelepasan tiroksi (Hall, 2014). Gejala klinis biasanya berkurang setelah 1-
2 minggu dan kelainan laboratatorium menjadi normal setelah 4-6
minggu. Perlu pemantauan , , TSH dan BMR. Bila rendah, perlu diperiksa
TSH untuk menilai adanya pengobatan yang (over treatment). Dosis PTU
diturunkan sesuai dengan hasil pemantauan klinis dan laboratorium. Pada
30%-40% penderita, terjadi remisi setelah 2-3 tahun. Bila pengobatan
dihentikan, tidak terjadi hipertiroid (Naga, 2013).
44
biasanya merupakan kontraindikasi pembedahan, maka harus
dipertimbangkan untuk anak-anak dan wanita hamil ( Price & Wilson,
2005).
F. Prognosis
Grave’s disease
A. Definisi
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme yang disebabkan oleh
autoimun dimana terbentuknya IgG yang mengikat dan mengaktifkan
reseptor tirotropin disebut thyroid-stimulating antibody (TSAb) yang
menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia folikuler yang berakibat
membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormone tiroid.
B. Faktor Risiko
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Grave, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan
hormon berlebihan (Chandrasoma & Taylor, 2005). Insidensi penyakit Graves
paling tinggi pada wanita berusia antara 30 dan 60 tahun, khususnya wanita
dengan riwayat kelainan tiroid dalam keluarga . Beberapa faktor yang berkaitan
dengan meningkatnya kejadian penyakit grave’s antara lain adanya faktor
stress dalam kehidupan, infeksi, riwayat melahirkan, serta pada pasien dengan
45
riwayat merokok
C. Patogenesis
TSI akan berikatan dengan reseptor tirotropin dan menimbulkan efek yang
menyerupai efek tirotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis, yaitu
menstimulasi sel epitel folikular memproduksi hormon tiroksin (Kahaly,
2018).
Efek antibodi ini diperankan oleh isotop IgG1 dan berikatan dengan epitop
reseptor TSH ekstraseluler yang terdiri dari leusin. Reseptor TSH ini juga
berinteraksi dengan reseptor IGF1 pada permukaan sel tiroid dan fibroblast
orbita. Stimulus TSI yang berikatan dengan reseptor tirotropin atau reseptor
TSH akan meningkatkan produksi siklik AMP intraseluler yang
mengakibatkan pertumbuhan sel tiroid dan produksi hormon tiroksin
berlebih.
D. Manifestasi Klinis
Penderita penyakit graves memiliki tiga gejala-gejala khas, yaitu seluruh
kelenjar terangsang, sehingga akan membesar menyebabkan suatu benjolan di
leher (gondok/goiter), terjadinya eksoftalmus (mata menonjol) sebagai akibat dari
penimbunan zat di dalam orbit mata, dan adanya penonjolan kulit di atas tulang
kering (Naga, 2013). Bola mata dapat menonjol sedemikian jauh sehingga kelopak
mata tidak dapat menutup sempurna kemudian dapat menyebabkan mata kering,
46
teriritasi, dan rentan mengalami ulkus kornea (Sherwood,2011).
kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan
banyak sistem organ dalam tubuh termasuk kulit, sendi, ginjal, hingga otak.
B. Epidemiologi
Prevalensi LES di berbagai negara bervariasi antara 2,9/100.000-
400/100.000 dalam 30 tahun terakhir. LES merupakan salah satu penyakit
reumatik utama di dunia. LES lebih sering ditemukan pada ras tertentu
contohnya bangsa Negro, Cina dan mungkin juga Filipina. Faktor ekonomi dan
geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit. LES dapat ditemukan pada
semua usia, namun paling banyak pada usia 15-40 tahun. Frekuensi pasien
wanita dibandingkan dengan pria berkisar 5,5-9 : 1.
C. Etiopatologi
Etiopatologi LES diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan
multifaktorial antara variasi genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
diduga berperan penting dalam predisposisi penyakit ini. Pada kasus LES
yang terjadi secara sporadis tanpa identifikasi faktor genetik, berbagai faktor
lingkungan diduga terlibat.
Interaksi antara jenis kelamin, status hormonal, dan aksis
hipotalamushipofisis-adrenal (HPA) mempengaruhi kepekaan dan ekspresi
klinis LES. Adanya gangguan dalam mekanisme pengaturan imun seperti
gangguan proses apoptosis dan kompleks imun merupakan kontributor yang
47
penting dalam perkembangan penyakit ini. Hilangnya toleransi imun,
meningkatnya beban antigenik (antigenic load), sel T-helper yang berlebihan,
gangguan supresi sel B dan peralihan respons imun dari T-helper 1 (Th1) ke
Th2 menyebabkan hiperaktivitas sel B dalam memproduksi autoantibodi
patogenik. Respons imun yang terpapar factor eksternal/lingkungan seperti
radiasi ultraviolet (UV) atau infeksi virus dalam periode yang cukup lama bisa
juga menyebabkan disregulasi sistem imun..
D. Manifestasi Klinis
Kecurigaan akan penyakit SLE perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua)
atau lebih gejala sebagai berikut :
1. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan.
3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis
4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
7. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati,
10. splenomegali, hepatomegali)
11. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
12. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis
transverses
E. Pemeriksaan Penunjang
48
a) Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED)*
b) Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan bila
diperlukan kreatinin urin.
c) Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, proil lipid)*
d) PT, aPTT pada sindroma antifosfolipid
e) Serologi ANA§, anti-dsDNA†, komplemen †(C3,C4))
f) Foto polos thorax
F. Tatalaksana
Pilar Pengobatan Lupus Eritematosus Sistemik
49
50
51
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu NWK usia 44 tahun
masuk rumah sakit pada tanggal 9 Agustus 2021 dengan badan lemas. Setelah
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan immunoassay TSH dan FT4 serta ANA test mengarahkan
diagnosis pasien mengalami hipertiroid dengan Lupus Eritematosus Sistemik,
yang ditandai juga pada pemeriksaan fisik adanya ruam malar, butterfly rush,
penurunan berat badan kemudian pasien memiliki riwayat hipertiroid dalam
pengobatan. Tatalaksana pasien bersifat simptomatis yaitu diberikan cairan
NaCl 0,9% 20 tpm, kemudian diberikan obat untuk menghilangkan mual dan
muntah, diberikan obat antitiroid untuk menurunkan kadar hipertiroid,
pemebrian antiinflamasi sebagai terapi rumatoid serta diberikan antibiotic
golongan sefalosporin generasi ketiga untuk kondisinya. Pasien dipulangkan
setelah kondis umum pasien sudah mulai stabil atau membaik, nafsu makan
pasien juga membaik, ketika sudah dirumah, pasien harus mengubah gaya hidup
nya, rutin menkonsumsi obat obatan anti tiroid dan obat SLE untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Kahaly, George J. Bartalena, Luigi. Hegedüs Lazlo. Leenhardt Laurence.
Poppe Kris. Pearce Simon H.2018. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves’ Hyperthyroidism. Europian
Thyroid Journal, 2018: 167-186.
Kravets. 2016. Hipertiroidisme: Diagnosis and Treatment. Stony Brook
University School of Medicine, Stony Brook, New York. Volume 93,
Number 5.
Marina Y.2011. Peran propiltiourasil sebagai terapi inisial terhadap T3, T4,
TSH dan IL- 4 pada penyakit graves. [tesis] Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Meconu F, Marcocci C, Marino M.2014. Diagnosis and classification of
Graves' disease. Autoimmunity Reviews. 2014;13:398–402.
Naga, Sholeh. S. 2013. Buku Panduan lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Jogjakarta: DIVA Press.
Price, A Sylvia, Lorraine M. Wilson.2013. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta : EGC
Simone De Leo, Sun Y Lee, and Lewis E Braverman. . 2016. Hipertiroidism.
Published in final edited form as: LancetAugust 27; 388(10047): 906–
918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-6.
The Indonesian Society of Endocrinology Task Force on Thyroid
Diseases.2014. Indonesian Clinical Practice Guidelines for
Hipertiroidisme. Vol. 27 No. 2012. ISSN 0857-1074
Thompson, Lester D. R.2007. Diffuse hyperplasia of the thyroid gland
(Graves' disease). Ear, Nose and throat Journal, 2007: 666-7.
.
54
55