Disusun oleh:
Ahmad Nurhadi Hidayat
1102016011
Pembimbing:
dr. Ahmad Widiatmoko, Sp.P
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Ahmad Nurhadi Hidayat
1102016011
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Pekerja Swasta
Agama : Islam
Alamat : Tambun, Bekasi
Tanggal dan Jam Masuk RS : 26 September 2021
Tanggal Pemeriksaan : 28 September 2021
No. Rekam Medis : 1710xx
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 September 2021 pukul
08.00 di Ruang Rawat Gardenia RSUD Kabupaten Bekasi.
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 2 hari SMRS.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, hepatitis, tuberkulosis, serta keganasan disangkal.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal.
2
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, jaringan parut (-)
Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
Leher : Trakea di medial, pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-),
JVP: 5 + 2 cm H2O
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 3 mm
Telinga : Normotia, terpasang alat bantu dengar +/+
Hidung : Tidak ada kelainan, deviasi septum (-), sekret -/-
Mulut : Mukosa lembab, deviasi (-), atrofi (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1,
faring
tidak hiperemis
THORAX
Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada asimetris, dada kanan tertinggal
Palpasi : Fremitus vokal dan fremitus taktil paru dextra menurun
Perkusi : Hipersonor pada lapang paru dextra
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+), rhonki basah kasar (+) pada lapang atas
paru dextra dan sinistra.
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis terlihat di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5 linea midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dextra
Batas jantung kiri pada ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, massa (-), pelebaran vena (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), pembesaran hepar dan lien (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
3
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (26 September 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,6 g/dL 13,0 – 18,0
Hematokrit 42 % 40,0 – 54,0
Eritrosit 6.75 H 10^6 /µL 4,60 – 6,20
MCV 62 L fL 80 – 96
MCH 20 L Pg/mL 28 – 33
MCHC 33 g/dL 33 – 36
Trombosit 561 H 10^3 /µL 150 – 450
Leukosit 18.8 H 10^3/µL 5,0 – 10,0
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 1 % 1,0 – 6,0
Neutrofil 86 H % 50 – 70
Limfosit 6L % 20 – 40
NLR 17.20 H <= 5,80
Monosit 8 % 2–9
Laju Endap Darah 5 Mm/jam < 10
(LED)
KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 16 U/L < 38
SGPT (ALT) 19 U/L < 41
Ureum 11 Mg/dL 13 – 43
Kreatinin 1,0 Mg/dL 0,67 – 1,17
eGFR 102.7 mL/min/1,73 m2 > 60 mL/min/1,73 m2
Glukosa sewaktu 102 Mg/dL 80 – 170
ELEKTROLIT
Natrium 146 Mmol/L 136 – 146
Kalium 3.8 Mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 103 Mmol/L 98 – 106
2. Imunologi
o 26 September 2021
SARS-CoV-2 metode PCR Coyote, Gen deteksi ORF1ab dan Gen N
4
Hasil : (-) Negatif
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks (26 September 2021)
5
VI. RESUME
Tn. R usia 27 tahun datang ke IGD RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan sesak
nafas dan nyeri dada sejak 2 hari SMRS, keluhan disertai demam, keringat malam hari
dan nafsu makan menurun sejak 1,5 tahun SMRS. 2 tahun yang lalu pasien pernah
terdiagnosis TB dan sempat menjalani pengobatan OAT selama -+ 6 bulan, lalu putus
obat. 3 minggu kemudian keluhan demam dan batuk muncul tanpa disertai sesak nafas.
Keluhan sesak pertama kali muncul 3 sejak bulan SMRS.
Pada PF didapatkan adanya inspeksi : pergerakan dinding dada asimetris,
dada kanan tertinggal. Palpasi : fremitus vokal dan fremitus taktil paru dextra
menurun. Perkus : Hipersonor pada lapang paru dextra. Auskultasi : suara nafas
vesikuler (+), rhonki basah kasar (+) pada lapang atas paru dextra dan sinistra.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan eritrosit
(6.75), trombosit (561), leukosit (18.8), netrofil (18) dan NLR (17.20), dan adanya
penurunan MCV (62), MCH (20) dan limfosit (6).
VII. DIAGNOSIS
§ Pneumothorax spontan sekunder ec. TB paru
B. Medikamentosa
Paracetamol 3 x 1 P.O
6
Ambroxol 3 x 1P.O
Ranitidine 3 x 1 P.O
Combivent dan Pulmicort / 8 jam
Dexametason 2 x 1 Inj
4 FDC 1 x 3
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
XI. EDUKASI
Menjelaskan tentang penyakit pasien serta rencana pemeriksaan dan
tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
Rutin mengonsumsi obat.
7
BAB II
ANALISIS KASUS
14
Kasus dengan riwayat pengobatan : pasien yang pernah mendapatkan OAT 1
bulan atau lebih (>28 dosis bila memakai obat program). Kasus ini
diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai berikut
:
Kasus kambuh : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini
ditegakkan diagnosis TB episode kembali (karena reaktivasi atau episode baru
yang disebabkan reinfeksi).
Kasus pengobatan setelah gagal : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
Kasus setelah loss to follow up : pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau
lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-turut dan
dinyatakan loss to follow up sebagai hasil pengobatan.
Kasus lain-lain : pasien sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil akhir
pengobatannya tidak diketahui atau tidak didokumentasikan.
Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui : pasien yang tidak diketahui
riwayat pengobatan sebelumnya sehingga tidak dapat dimasukkan dalam salah
satu kategori di atas.
Penting diidentifikasi adanya riwayat pengobatan sebelumnya karena terdapat
risiko resistensi obat. Sebelum dimulai pengobatan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan obat menggunakan tercepat yang telah disetujui WHO (TCM
TB MTB/Rif atau LPA (Hain test dan genoscholar) untuk semua pasien dengan
riwayat pemakaian OAT.
3. Hasil bakteriologik dan uji resistensi obat anti TB
o Apusan dahak (sputum) BTA positif
Pada laboratorium dengan jaminan mutu eksternal, sedikitnya BTA positif pada 1
spesimen, sedangkan yang tanpa mutu jaminan eksternal sedikitnya BTA positif
pada 2 spesimen.
o Apusan dahak negatif :
Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negative, tetap biakannya positif untuk
M. tuberculosis
Memenuhi kriteria secara klinik perlu diobati dengan anti TB lengkap dan :
15
o Temuan radiologis sesuai dengan TB paru aktif dan
o Terdapat bukti kuat berdasarkan laboratorium atau
o Bila HIV negative, tidak respons dengan antibiotik spektrum luas (diluar
quinolone)
2. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Monoresisten: resistensi terhadap salah satu jenis OAT lini pertama.
Poliresisten: resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
Multidrug resistant (TB MDR) : minimal resistan terhadap isoniazid (H) dan
rifampisin (R) secara bersamaan.
Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR yang juga resistan terhadap salah
satu OAT golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan amikasin).
Rifampicin resistant (TB RR) : terbukti resistan terhadap Rifampisin baik
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional),
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi. Termasuk dalam
kelompok TB RR adalah semua bentuk TB MR, TB PR, TB MDR dan TB XDR
yang terbukti resistan terhadap rifampisin.
Diagnosis1
16
Gambar 1. Alur Diagnosis TB di Indonesia.
Keterangan alur:
1. Prinsip penegakan diagnosis TB:
17
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
• Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan
kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
• Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan
kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi over diagnosis ataupun under diagnosis.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.
Kasus
Pada pasien ini ditemukan:
Gejala sistemik TB demam, malaise, penurunan nafsu makan, sakit kepala,
menggigil, keringat malam, penurunan BB.
Gambaran foto toraks sugestif TB tampak infiltrate dan fibrosiss pada
kedua paru.
18
• Adanya gambaran lusen avaskular (Clear Space)
• Adanya Pleural Line
Kasus
Pada pasien ini ditemukan :
Gejala nyeri dada seperti ditusuk pada bagian paru yang terkena dan sesak
Gambaran foto toraks pneumothorax tampak gambaran lusen avascular pada
hemithorax dextra serta gambaran pleural line.
19
Gambar 1. Patogenesis terjadinya TB9
*Catatan:
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic
spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi dikemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari; (1) fokus primer, (2) limfangitis, (3) limfadenitis
regional.
3. TB primer adalah kompleks primer dan komplikasi-komplikasinya.
4. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau
reinfeksi (infeki sekunder) oleh kuman TB dari luar (eksogen), yang disebut sebagai
TB tipe dewasa (adult type TB)
20
3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat?
Ya, penatalaksanaan pada pasien (Tn. T) sudah adekuat. Pasien mendapatkan
terapi antara lain:
A. Non-Medikamentosa
1. Oksigen melalui nasal canule 5 lpm high flow nasal oxygen untuk
pengembangan paru (mengatasi pneumothorax).
2. Induksi sputum upaya mengeluarkan sputum agar kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan BTA.
B. Medikamentosa
Paracetamol 3 x 1 P.O Antipiretik
Ambroxol 3 x 1P.O Untuk batuk
Combivent dan Pulmicort / 8 jam Bronkodilator
Dexametason 2 x 1 Inj mengurangin inflamasi
4 FDC 1 x 3 P.O Pengobatan TB
WSD Mengeluarkan Udara di paru
21
DAFTAR PUSTAKA
22