Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

POMFOLIKS

Oleh:
Rati Permata Sari, S.Ked.
712018008

Dokter Pembimbing:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus yang Berjudul:


“Pomfoliks”

Oleh
Rati Permata Sari, S.Ked.
712018008

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang periode Juni-Juli 2019.

Palembang, 21 Juni 2019


Pembimbing,

dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
Pomfoliks sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK selaku pembimbing Laporan
Kasus.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
Laporan Kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 21 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ....................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi .............................................................................. 3
2.3 Etiologi dan faktor resiko .......................................................... 4
2.4 Patogenesis.................................................................................. 4
2.5 Gambaran Klinis ......................................................................... 5
2.6 Diagnosis .................................................................................... 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 6
2.8 Diagnosis banding ...................................................................... 7
2.9 Tatalaksana ................................................................................. 8

BAB III. LAPORAN KASUS ......................................................................... 12


BAB IV. ANALISIS KASUS .......................................................................... 17
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 25


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eksema vesikular palmoplantar adalah istilah yang biasa digunakan
pada sekelompok penyakit dengan karakteristik berupa vesikobulosa yang
pruritus yang biasanya terjadi pada tangan dan kaki.1
Eksema vesikular palmoplantar dapat dibagi dalam empat kategori,
yaitu pompholyx, chronic vesiculobullous hand dermatitis, hyperkeratotic
hand dermatitis, dan id reactions. Kondisi ini dapat dikelompokkan dalam
kategori dermatitis endogen pada tangan, yang secara jelas dapat disebabkan
oleh faktor eksogen, seperti alergi kontak atau iritan.2
Pomfoliks (blister atau bubble) dapat dibagi menjadi bentuk vesikular
dan bulosa, yang biasanya pasien akan mengeluhkan lepuh pada tangan dan
kakinya.1
Pomfoliks adalah erupsi pruritus vesikular yang khas pada bagian
lateral jari-jari, telapak tangan, dan kadang-kadang di telapak kaki yang
berhubungan dengan hiperhidrosis. Pomfoliks biasanya dapat timbul secara
mendadak dan berulang (intermitten explosive outbreak), sering terjadi pada
musim semi dan panas, dapat berhubungan juga dengan stress, dan
menunjukkan insidens yang tinggi dengan atopi dan kontak dermatitis serta
faktor penyebab lainnya masih belum diketahui dengan pasti.2,3,4
Pomfoliks ditandai dengan adanya pruritus, papulovesikel yang
berkelompok yang dapat mengering dan selanjutnya mengalami
deskuamasi. Pomfoliks biasanya ditemukan pada usia dewasa muda.
Diperkirakan 2-10% populasi cenderung mengalami Pomfoliks selama masa
hidupnya. Kelainan ini biasanya dihubungkan dengan penyakit kulit akibat
kerja, yang terdiri dari 9-35% pada penyakit akibat kerja, hingga 80% atau
lebih pada dermatitis kontak iritan akibat kerja.2,4
Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dan bahan pembelajaran pada
stase kulit kelamin di Rumah Sakit Daerah Palembang Bari karena menurut
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012, pomfoliks merupakan salah

1
satu penyakit kulit dengan tingkat kemampuan 4A, yaitu lulusan dokter
dapat mendiagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Dermatitis dishidrotik adalah bentuk dermatitis tangan dan kaki yang
ditandai dengan akumulasi cairan berupa vesikel atau bula. Keadaan ini
dapat akut, kronik, atau rekuren di telapak tangan (palmar) dan telapak kaki
(plantar), berupa mendadak timbul vesikelvesikel “tapioca-like” yang gatal
selanjutnya membentuk fisura dan likenifikasi. Sinonim penyakit ini
meliputi dyshidrotic eczema, pompholyx, vesicular palmar eczema.Istilah
dyshidrotic karena awalnya diduga akibat gangguan kelenjar keringat, tetapi
saat ini beberapa sumber menyatakan tidak ada hubungan kausatif. Kata
pompholyx diambil dari istilah Yunani yang berarti “bubble” sesuai
gambaran klinis.5,6
Pomfoliks adalah erupsi pruritus vesikular ditandai adanya vesikel
yang kecil hingga besar dan bula yang khas pada bagian lateral jari-jari,
telapak tangan, dan kadang-kadang di telapak kaki yang dapat berhubungan
dengan hiperhidrosis, kulit kering, adanya celah pada kulit serta rasa nyeri.
Hal ini dapat timbul secara mendadak, berulang bahkan kronik.3, 4

2.2. Epidemiologi
Kelainan ini terjadi sekitar 5-20% dari seluruh kasus dermatitis
pada tangan. Dapat dijumpai di hampir seluruh dunia, lebih banyak pada ras
Asia, lebih banyak pada wanita. Biasanya lebih sering di iklim panas,
selama musim semi dan musim panas. Penyakit ini dapat terjadi pada semua
usia, umumnya pada usia sebelum 40 tahun, jarang pada usia di bawah 10
tahun.5,6
Diperkirakan 2-10% populasi cenderung mengalami Pomfoliks selama
masa hidupnya. Kelainan ini biasanya dihubungkan dengan penyakit kulit
akibat kerja, yang terdiri dari 9-35% pada penyakit akibat kerja, hingga 80%
atau lebih pada dermatitis kontak iritan akibat kerja.7,8

2.3. Etiologi dan Faktor Resiko

3
Penyebab dermatitis dishidrotik belum diketahui pasti. Diduga
multifaktorial melibatkan faktor eksogen dan endogen. Sekitar 50% pasien
dermatitis dishidrotik memiliki riwayat atopi; sering dikaitkan dengan alergi
bahan nikel, infeksi jamur atau bakteri. Kelainan ini dijumpai pula pada
individu dengan HIV. Stres emosional, kontak bahan iritan (detergen, bahan
pelarut), faktor lingkungan (perubahan musim/suhu/ kelembapan) dapat
memperburuk gejala. Guillet, dkk. (2007) meneliti berbagai faktor yang
diduga menimbulkan dermatitis dishidrotik. Dari 120 pasien dermatitis
dishidrotik, didapatkan alergi kontak (67,5%) terutama akibat kosmetik
(lanolin alcohol, cocamidopropyl betaine, lauryl sulfate, thimerosal,
propylene glycol, dan octyl gallate), produk higiene (sabun, shower gel,
sampo, krim cukur), ataupun bahan metal; reaksi internal terhadap obat,
makanan, atau hapten nikel (6,7%); mikosis (10,8%); dan idiopatik
(15,0%).6,9
Penyebab kondisi umum pada pomfoliks ini jarang diketahui.
Pomfoliks dapat disebabkan oleh faktor eksogen seperti dermatitis atopi,
kontak alergi atau iritan seperti bahan pelarut, deterjen, produk kosmetik,
dapat terjadi karena stres psikologi, serta cuaca panas. Penyebab pomfoliks
juga pernah dilaporkan setelah menelan piroksikam, setelah menelan
beberapa bahan metal seperti nikel, kobal, krom serta setelah melakukan
terapi intravena dengan imunoglobulin. Pomfoliks dapat pula dihubungkan
dengan infeksi dermatofit, logam dan reaktivasi internal dari obat-obatan,
makanan.1,2

2.4. Patofisiologi
Terdapat beberapa hipotesis patogenesis, hipotesis paling awal
menyebutkan bahwa vesikel-vesikel dermatitis dishidrotik disebabkan oleh
disfungsi kelenjar keringat. Namun, ternyata pada pemeriksaan histologi
saluran kelenjar keringat tidak abnormal. Walaupun demikian, hiperhidrosis
(keringat berlebihan) didapatkan pada hampir sepertiga penderita dermatitis
dishidrosis. Pompholyx banyak dijumpai pada ras Asia, dikaitkan dengan
faktor genetik. Pompholyx dapat berkaitan dengan dermatitis atopik,

4
dermatitis kontak, ataupun reaksi terhadap obat sistemik (anti-retroviral,
imunoglobulin intravena mycophenolate-mofetil/imunosupresan).10
Faktor eksogen seperti kontak terhadap nikel/balsem/kobalt, sensitif
terhadap bahan metal, atau infeksi jamur/bakteri dapat menjadi pemicu.
Antigen-antigen tersebut dapat bertindak sebagai hapten dengan afinitas
spesifik terhadap protein di stratum lusidum daerah palmar dan plantar.
Selanjutnya dapat menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta
mengaktivasi limfosit T. Pengikatan hapten pada reseptor jaringan akan
menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar.10

2.5. Gambaran Klinis


Pada anamnesis, pasien mengeluhkan gatal pada tangan dan kaki
dengan vesikel yang muncul tiba-tiba. Nyeri dan rasa terbakar kadang
dialami oleh pasien sebelum vesikel muncul. Biasanya, tangan dan kaki
bewarna skemerahan, basah, serta berkeringat. Vesikel yang muncul
biasanya bertahan selama 3-4 minggu.1
Frekuensi munculnya pomfolix ini bervariasi. Terkadang pasien
mengeluh timbul vesikel setiap bulannya hingga sekali pertahun. Biasanya
munculnya pomfolix ini dipengaruhi oleh stres emosional, riwayat penyakit
atopik pada pasien dan keluarga, terpapar bahan seperti kobalt.1
Pada pemeriksaan fisik, episode akut eksem biasanya ditandai oleh
munculnya vesikel-vesikel kecil yang disertai dengan rasa yang sangat gatal.
Vesikel dapat bergabung atau berkonfluens menjadi bulla besar. Vesikel dan
bula tersebut kemudian akan mengering dan menghilang. Pada sebagian
besar individu, deskuamasi terjadi 2-3 minggu setelah onset timbulnya
vesikel dan bula. Pada sebagian pasien, dapat diikuti dengan infeksi
sekunder seperti impetigo, selulitis, atau limfangitis. Selain itu, terkadang
juga dapat menimbulkan fisura pada telapak tangan ataupun telapak kaki.1
Pada pomfoliks akut, dapat ditemukan berupa deep seated vesicle
pada telapak tangan, sisi jari bagian lateral, dan terkadang ditemukan pada
telapak kaki. Pada 80% pasien, hanya terjadi di tangan, sedangkan pada
10% pasien, penyakit hanya terjadi di kaki, dan pada 10% pasien lainnya,

5
dapat terjadi pada tangan dan kaki. Ketidaknyamanan dan rasa gatal
biasanya mendahului perkembangan vesikel tampak seperti “tapioca”.
Vesikel dapat menyatu tanpa pecah menjadi bula, dapat pula bula pecah
secara spontan. Bula dapat mengering, selanjutnya mengalami deskuamasi,
serta dapat terlihat adanya celah pada kulit dan dapat menimbulkan rasa
nyeri.3,4,8
Pomfoliks dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu, meskipun
kejadian ini akan berulang. Infeksi sekunder yang sering terjadi ialah pustul,
krusta, selulitis, limfangitis dan limfadenopati yang nyeri.3

Gambar 2.1. Pomfoliks1

2.5. Diagnosis
Diagnosis pada pomfoliks biasanya dari gambaran klinis, riwayat
sebelumnya, dan terkadang dari pemeriksaan histologi. Pemeriksaan uji
tempel dapat membantu membedakan penyakit ini dari kelainan
palmoplantar atau menyingkirkan faktor eksaserbasi lainnya seperti pajanan
iritan dan kontak alergi.3

2.6. Pemeriksaan Penunjang1


Diagnosis pomfolix pada dasarnya dapat ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun, pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dapat untuk menyingkirkan diagnosis banding pomfolix.

6
1. Pewarnaan KOH dari kerokan kulit untuk menyingkirkan infeksi jamur,
terutama dalam bentuk penyakit hiperkeratotik
2. kultur pada lesi dapat menyingkirkan penyebab dari infeksi bakteri.
3. Biopsi untuk membedakan eksim dari psoriasis atau beberapa bentuk
hiperkeratosis palmoplantar
4. Uji tempel dapat menyingkirkan diagnosis banding berupa dermatitis
kontak iritan.
5. Tes alergi mungkin menunjukkan kecenderungan atopik
6. Pemeriksaan Histologi
Hasil pemeriksaan histologi bervariasi sesuai dengan onset timbulnya
pomfolix tersebut. Biasanya, bukti menunjukkan edema atau spongiosis
intraseluler, infiltrasi limfositik epidermis, dan vesikel atau bula
intraepidermal pada fase akut. Sedangkan Pada pada fase kronik,
spongiosis hadir dan sering dikaitkan dengan proliferasi epitel dan /
atau hiperkeratosis atau hiperplasia epidermal psoriasiformis. Dermis
sering edematosa, dengan infiltrat sel inflamasi perivaskular campuran.

2.7. Diagnosis Banding


Diagnosis banding pomfoliks antara lain ialah dermatitis kontak iritan
dan Tinea Manum.3,4
a. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Iritan merupakan reaksi peradangan kulit non
imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
pengenalan/sensitasi. DKI dapat terjadi pada semua orang terutama pada
usia anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi, biasanya
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja). Insiden DKI lebih
banyak pada perempuan. Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan
bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, alkali, dan serbuk kayu. Deterjen jarang menyebabkan terjadinya
DKI, sejauh ini penyebab tersering dermatitis pada tangan ialah paparan
kerja.1,2 Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lama kontak,
serta reaksi terbatas hanya pada tempat kontak. Kulit terasa pedih, panas,
rasa terbakar, kelainan kulit terlihat berupa skuamasi, eritema, vesikel

7
hingga bula, mungkin juga nekrosis. reaksi iritan biasanya berlokasi di
punggung tangan dan jari-jari tangan serta terjadi pada orang-orang yang
bekerja sering terkena air.2,11

Gambar 2.2 Dermatitis Kontak Iritan3


b. Tinea Manum
Tinea Manum adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum di telapak tangan dan kuku pada satu
tangan yang disebabkan oleh Tricophyton rubrum. Penyakit ini jarang
ditemukan pada anak-anak. Tinea Manum biasanya dihubungkan dengan
infeksi di kedua kaki dan kuku kaki, sehingga sering kali disebut dengan
Tinea Pedis et Manum. Insiden lebih tinggi pada orang yang menggunakan
fasilitas umum seperti tempat pemandian umum dan kolam renang, sering
menggunakan sepatu yang tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan
para pekerja dengan kaki yang sering basah atau berkeringat. Pada bentuk
subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul, dan kadang-kadang bula. Kelainan
kulit berupa gatal, kulit kering, dan terdapat skuama halus berwarna putih
pada lipatan telapak tangan.2,4

Gambar 2.3 Tinea Manum3

2.8. Tatalaksana

8
1. Terapi topical
Terapi topikal lini pertama untuk pomfolix meliputi glukokortikoid
potensi tinggi diikuti oleh pilihan terapi topikal lini kedua seperti
inhibitor kalsineurin topikal, keratolitik, kalsipotrien, dan / atau retinoid.
Glukokortikoid potensi tinggi topikal, seperti betametason. Namun,
perlu diperhatikan adanya efek samping dari penggunaan kortikosteroid
seperti dapat menyebabkan infeksi sekunder. Oleh karena itu,
penggunaan kortikosteroid tidak dapat diberikan dalam waktu yang
lama.1
2. Terapi Sistemik
Terapi sistemik termasuk steroid, agen imunosupresif (misalnya,
azathioprine, cyclosporine), retinoid (misalnya, acitretin, alitretinoin),
dan PUVA.
Pertimbangkan penggunaan glukokortikoid sistemik atau steroid
intralesi pada episode akut pomfolix adalah ketika terapi topikal gagal.
Agen ini tidak membantu untuk pengobatan jangka panjang karena dapat
menyebabkan efek samping. Siklosporin, mikofenolat mofetil, dan
metotreksat dapat digunakan tunggal maupun kombinasi.1
Untuk pomfolix hiperkeratotik, pertimbangkan penggunaan
retinoid, seperti acitretin, dapat membantu mengendalikan hiperkeratosis.
Agen ini paling baik digunakan dalam dosis yang relatif rendah karena
dapat menimbulkan efek samping.

Terapi dilakukan berdasarkan kondisi keparahan penyakit,


perubahan vesikel yang kronik, serta riwayat kemungkinan terdapat ko-
faktor. Pada terapi topikal dapat diberikan steroid topikal potensi tinggi,
lini pertama berupa kortikosteroid. Pada bentuk akut dapat diberikan
kompres dengan domeboro, solusio burowi, atau solusio potassium
permanganat. Pada non steroid topikal seperti takrolimus dan
pimekrolimus, dapat digunakan pada individu dengan dermatitis tangan
kronik yang sedang hingga berat. Solusio burowi (5% aluminium asetat)
dapat diberikan 5-10 menit dipakai 1-2x/hari. 1,3 Untuk steroid topikal

9
potensi tinggi dapat diberikan salap Triamcinolone acetonide 1%,
pemakaian salap 2-3 x/hari. Pemilihan kortikostreroid topikal
biasanya yang sesuai, aman, efek samping sedikit, dan harga murah;
disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu jenis
penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. KT poten
sangat berguna untuk penyakit kronik dan pada kulit yang lebih tebal
seperti di telapak tangan dan telapak kaki. KT dengan potensi kuat belum
tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. Harus selalu
diingat bahwa KT bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit
dan bukan merupakan pengobatan kausal. Perlu di pertimbangkan adanya
gejala takifilaksis. Takifilaksis adalah menurunnya respon kulit terhadap
glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang: berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan hilang setelah
diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan
akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.2,12 Dapat
diberikan juga antihistamin oral untuk gejala pruritusnya. Cetirizine
adalah antihistamin golongan Antagonis Reseptor H 1 (AH1) generasi
II. AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH 1 bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
penglepasan histamin endogen berlebihan, sehingga mencegah
timbul rasa gatal. Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan
penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya
kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Namun, antihistamin
generasi II tidak atau sangat sedikit menembus sawar darah otak
sehingga kebanyakan pasien biasanya tidak menimbulkan kantuk.3,9
Pada terapi sistemik, jika ditemukan pompholyx yang berulang dan
dermatitis vesikular kronis, dapat diberikan prednison 30mg/hari, dosis
dapat diturunkan 5 mg setiap 4 hari. Suntikan intralesi dan
intramuskular steroid juga dapat dipertimbangkan untuk penggunaan
jangka pendek apabila terapi topikal intensif gagal. Injeksi intralesi dapat

10
diberikan Triamcinolone 3 mg/ml, sangat efektif pada lesi yang kecil.
PUVA dapat diberikan pada kasus yang berat yaitu chronic vesicular
hand eczema.3,4

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. Z
Tempat tanggal lahir : Palembang, 5 Agustus 1958 (56 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : jl. RS. Sudarso
Agama : Islam

11
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2019

3.2. Anamnesis
Alloanamnesis (21 Maret 2019, pukul 10.00 WIB)
3.2.1. Keluhan Utama
Kulit jari pada kedua tangan kanan dan kiri terkelupas

3.2.2. Keluhan Tambahan


Gatal pada jari-jari tangan kiri dan kanan

3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 2 bulan lalu, pasien mengeluh merah yang dirasakan pada
ujung-ujung jari kedua tangannya. Keluhan dirasakan pada tangan
kanan terlebih dahulu. Keluhan merah ini juga disertai dengan keluhan
bintik-bintik merah kecil dan benjol-benjol kecil. Selain itu, pasien
juga merasakan gatal pada jari-jari kedua tangannya. Gatal yang
pasien rasakan terus menerus sepanjang hari dan semakin gatal pada
malam hari. Keluhan lain seperti nyeri dan kesemutan disangkal.
Selain itu, keluhan mati rasa juga disangkal.
Menurut pasien, benjolan dan bintik-bintik tersebut lama-kelamaan
menjadi terkelupas, kasar, dan bersisik. Keluhan gatal masih dirasakan
oleh pasien.
Pasien merupakan seorang pensiunan PNS. Sehari-hari kebanyakan
pasien berada dirumah. Pasien juga mengatakan bahwa kegiatannya
dirumah sering berkebun dan tidak memakai sarung tangan.
Pasien pernah mengobati keluhannya ke puskesmas dan diberikan
obat amoksisilin, prednison, vitamin C dan salep 24. Setelah berobat
kedokter, keluhan masih tetap dirasakan sehingga pasien datang ke
RSUD Palembang BARI.

12
3.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama tidak ada
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat alergi tidak ada

3.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat alergi dikeluarga tidak ada
- Riwayat asma pada keluarga tidak ada

3.3. Pemeriksaan Fisik


3.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 60 kg
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 37,5 oC
Pernapasan : 24x/menit
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocepali
Leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Thoraks posterior : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Ekstremitas : Lihat status dermatologikus

3.3.2. Status Dermatologikus

13
Ekskoriasi

Ekskoriasi

- Pada regio digitalis I-V manus dextra, terdapat patch eritematosa,


multipel, difuse, dengan ukuran numularis-plakat, diskret dengan
sebagian ditutupi oleh skuama halus
- Pada regio digitalis I-V manus sinistra, terdapat patch eritematosa,
multiple, difuse dengan ukuran numularis-plakat, diskret, dengan
sebagian ditutupi oleh skuama halus dan terdapat krusta coklat
soliter ukuran milier.

14
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

3.5 Diagnosa Banding


1. Pomfoliks
2. Dermatitis Kontak Iritan
3. Tinea Manum

3.6 Diagnosis Kerja


Pomfoliks

3.7 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
a. Memberitahu pasien agar tidak menggaruk berlebihan karena dapat
memperburuk penyakitnya.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif,
sehingga menghindari faktor pencetus berupa deterjen, hal tersebut dapat
meminta pasien untuk mengganti deterjennya.

Medikamentosa
a. Cetirizine tab 10mg 1x sehari diberikan selama 7 hari.
b. Triamcinolone acetonide 1%, pemakaian salap 2-3 x/hari.
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad comestica : dubia ad bonam

15
BAB IV
ANALISA KASUS

Diagnosa pada kasus dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada laporan kasus ini membahas
mengenai pasien atas nama Tn. Z usia 56 tahun mengeluhkan pada jari tangan dan
kiri terkelupas dan disertai rasa gatal.
Dari anamnesis yang dilakukan, didapatkan bahwa sejak ± 2 bulan lalu,
pasien mengeluh merah yang dirasakan pada ujung-ujung jari kedua tangannya.
Keluhan dirasakan pada tangan kanan terlebih dahulu. Keluhan merah ini juga

16
disertai dengan keluhan bintik-bintik merah kecil dan benjol-benjol kecil. Selain
itu, pasien juga merasakan gatal pada jari-jari kedua tangannya. Gatal yang pasien
rasakan terus menerus sepanjang hari dan semakin gatal pada malam hari.
Semakin lama, kulit tangan pasien menjadi terkelupas.
Selain itu, pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya patch eritematosa
pada jari tangan kanan dan kiri yang disertai dengan adanya skuama halus dan
krusta diatasnya.
Berdasarkan teori, pomfolix dapat ditandai dengan keluhan pasien berupa
gatal pada tangan dan kaki dengan vesikel yang muncul tiba-tiba. Nyeri dan rasa
terbakar kadang dialami oleh pasien sebelum vesikel muncul. Biasanya, tangan
dan kaki bewarna kemerahan, basah, serta berkeringat. Vesikel yang muncul
biasanya bertahan selama 3-4 minggu. Frekuensi munculnya pomfolix ini
bervariasi. Terkadang pasien mengeluh timbul vesikel setiap bulannya hingga
sekali pertahun. Biasanya munculnya pomfolix ini dipengaruhi oleh stres
emosional, riwayat penyakit atopik pada pasien dan keluarga, terpapar bahan
seperti kobalt.
Pada pemeriksaan fisik, episode akut eksem biasanya ditandai oleh
munculnya vesikel-vesikel kecil yang disertai dengan rasa yang sangat gatal.
Vesikel dapat bergabung atau berkonfluens menjadi bulla besar. Vesikel dan bula
tersebut kemudian akan mengering dan menghilang. Pada sebagian besar
individu, deskuamasi terjadi 2-3 minggu setelah onset timbulnya vesikel dan bula.

Tabel 4.1. Perbandingan tinjauan pustaka pomfoliks dengan kasus


Kasus Pomfoliks
Epidemiologi  Pasien berjenis kelamin  Jenis kelamin perempuan lebih banyak
laki-laki daripada laki-laki
 Berusia 56 tahun  Umumnya terjadi pada usia 20-40
tahun, tersering menyerang usia
dewasa dan dewasa muda
Etiologi  Gatal dirasakan  Gejala pomfoliks yaitu gatal dapat
sepanjang hari dan pada hilang timbul namun sering
malam hari, gatal  Kelainan ini biasanya dihubungkan
dirasakan semakin

17
memberat. Selain itu juga, dengan penyakit kulit akibat kerja,
sehari-hari, pasien yang terdiri dari 9-35% pada penyakit
biasanya berkebun tanpa akibat kerja, hingga 80% atau lebih
menggunakan sarung pada dermatitis kontak iritan akibat
tangan. kerja.
 Pomfoliks dapat disebabkan oleh
faktor eksogen seperti dermatitis atopi,
kontak alergi atau iritan seperti bahan
pelarut, deterjen, kemudian bisa karena
stres psikologi, serta cuaca panas
 Pomfoliks dapat sembuh sendiri dalam
2-3 minggu, meskipun kejadian ini
akan berulang.
Predileksi  Keluhan timbul pada jari  Lesi pada pomfoliks terdapat di
tangan kanan dan kiri telapak tangan, dan terkadang
ditemukan pada telapak kaki.
Efloresensi  Pada regio digitalis I-  Vesikel dapat menyatu tanpa pecah
V manus dextra, menjadi bula, dapat pula bula pecah

terdapat patch secara spontan. Bula dapat mengering,


selanjutnya mengalami deskuamasi,
eritematosa, multipel,
serta dapat terlihat adanya celah pada
difuse, dengan ukuran
kulit dan dapat menimbulkan rasa
numularis-plakat,
nyeri.
diskret dengan
sebagian ditutupi oleh
skuama halus

Pembahasan Diagnosis Banding


Pada kasus ini, diagnosis bandingnya yaitu pomfoliks, dermatitis kontak
iritan, dan tinea manum.
Jika ditinjau dari etiologi dan gambaran klinis, pada kasus didapatkan
bahwa penyebab gatal dirasakan adalah kemungkinan karena sehari-harinya
pasien sering berkebun dan tidak menggunakan sarung tangan. Berdasarkan teori,

18
Kelainan ini biasanya dihubungkan dengan penyakit kulit akibat kerja, yang
terdiri dari 9-35% pada penyakit akibat kerja, hingga 80% atau lebih pada
dermatitis kontak iritan akibat kerja.
Berdasarkan daerah predileksi, pada kasus keluhan timbul pada jari tangan
kanan dan kiri. Berdasarkan teori, daerah predileksi pada pomfoliks ialah bagian
lateral jari-jari, telapak tangan, dan kadang-kadang di telapak kaki.1 Pada DKI
terdapat pada punggung tangan dan jari-jari tangan.6 Sedangkan pada tinea
manum, dijumpai pada telapak tangan dan kuku dan dapat dihubungkan dengan
infeksi di kedua kaki dan kuku kaki.2
Berdasarkan efloresensinya, pada regio digitalis I-V manus sinistra,
terdapat patch eritematosa, multiple, difuse dengan ukuran numularis-plakat,
diskret, dengan sebagian ditutupi oleh skuama halus dan terdapat krusta coklat
soliter ukuran milier.
Pada pomfoliks, awalnya ditemukan vesikel, vesikel dapat menyatu tanpa
pecah menjadi bula, dapat pula bula pecah secara spontan. Bula dapat mengering,
selanjutnya mengalami deskuamasi, serta dapat terlihat adanya celah pada kulit
dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Pada DKI, terdapat skuamasi, eritema, vesikel
hingga bula, mungkin juga nekrosis. Serta pada tinea manum terdapat vesikel,
vesiko-pustul, dan kadang-kadang bula, serta terdapat skuama halus berwarna
putih pada lipatan telapak tangan.
Berdasarkan epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, predileksi dan
efloresensi, diagnosis kerja pada pasien adalah pomfoliks.

Tabel 4.2. Diagnosis Banding Berdasarkan Epidemiologi


Kasus Pomfoliks DKI Tinea Manum
Epidemiologi Pasien berjenis Perempuan Perempuan lebih Dapat mengenai semua
kelamin laki- lebih banyak banyak dari pria umur, frekuensi yang
laki dengan dari pria dan dan terjadi pada sama terjadi pada pria
usia 56 tahun. umumnya usia anak di dan wanita
terjadi pada bawah 8 tahun dan
usia 20-40 usia lanjut lebih
tahun. mudah teriritasi

19
Tabel 4.3. Diagnosis Banding Berdasarkan Etiologi dan Gambaran Klinis
Kasus Pomfoliks DKI Tinea Manum
Etiologi  Gatal  Gejala  Penderita  Kelainan kulit
dan dirasakan pomfoliks yaitu mengeluhkan berupa gatal, kulit
Gambaran terus-menerus gatal dapat kulit terasa kering, dan terdapat
Klinis dan semakin hilang timbul pedih, panas, skuama halus
berat pada namun sering dan rasa berwarna putih
malam hari.  Kelainan ini terbakar. pada lipatan telapak
Sehari-harinya, biasanya  Penyebab tangan.
pasien dihubungkan dermatitis  disebabkan oleh
berkebun dan dengan jenis ini ialah Tricophyton
tidak penyakit kulit pajanan rubrum
menggunakan akibat kerja, dengan bahan  Penderita yang
sarung tangan. yang terdiri dari yang bersifat sering
9-35% pada iritan, menggunakan
penyakit akibat misalnya sepatu yang tertutup
kerja, hingga bahan pelarut, disertai perawatan
80% atau lebih deterjen, kaki yang buruk
pada dermatitis minyak dan para pekerja
kontak iritan pelumas, dengan kaki yang
akibat kerja. alkali, dan sering basah atau
serbuk kayu. berkeringat,
biasanya tinea
manum dapat
dihubungkan
dengan infeksi di
kedua kaki dan
kuku kaki.

Tabel 4.4. Diagnosis Banding Berdasarkan Tempat Predileksi


Kasus Pomfoliks DKI Tinea Manum

Predileksi Pada jari tangan bagian lateral Punggung Telapak tangan dan
kanan dan kiri. jari-jari, telapak tangan dan jari- kuku dan dapat
tangan, dan jari tangan dihubungkan

20
kadang-kadang di dengan infeksi di
telapak kaki. kedua kaki dan
kuku kaki

Tabel 4.5. Diagnosis Banding Berdasarkan Efloresensi


Kasus Pomfoliks DKI Tinea Manum
Efloresensi Pada regio Vesikel dapat Skuamasi, eritema, Vesikel, vesiko-pustul,
digitalis I-V menyatu tanpa vesikel hingga dan kadang-kadang bula,
manus sinistra, pecah menjadi bula, mungkin juga serta terdapat skuama
terdapat patch bula, dapat pula nekrosis. halus berwarna putih
eritematosa, bula pecah secara pada lipatan telapak
multiple, difuse spontan. Bula tangan.
dengan ukuran dapat mengering,
numularis-plakat, selanjutnya
diskret, dengan mengalami
sebagian ditutupi deskuamasi, serta
oleh skuama dapat terlihat
halus dan adanya celah
terdapat krusta pada kulit dan
coklat soliter dapat
ukuran milier. menimbulkan
rasa nyeri.

Tatalaksana pada pasien ini meliputi penatalaksanaaan non-


medikamentosa, dan medikamentosa. Tatalaksana non-medikamentosa berupa:
 Memberitahu pasien agar tidak menggaruk berlebihan karena dapat
memperburuk penyakitnya.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif,
sehingga menghindari faktor pencetus berupa deterjen, hal tersebut dapat
meminta pasien untuk mengganti deterjennya.
Tatalaksana medikamentosa pada pasien berupa:
Pemberian Triamcinolone acetonide 1%, pemakaian salap 2-3 x/hari.
Terapi dilakukan berdasarkan kondisi keparahan penyakit, perubahan vesikel,
serta riwayat kemungkinan terdapat ko-faktor. Pada terapi topikal dapat
diberikan steroid topikal potensi tinggi, lini pertama berupa kortikosteroid.

21
Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, diantaranya
berdasarkan antiinflamasi dan antimitotik. Golongan I yang paling kuat daya
anti-inflamasi dan anti-mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang
terlemah (potensi lemah). KT potensi rendah adalah agen paling aman untuk
penggunaan jangka panjang, pada area permukaan besar, pada wajah, atau
daerah kulit tipis. KT lebih kuat sangat berguna untuk penyakit kronik dan pada
kulit yang lebih tebal seperti di telapak tangan dan telapak kaki. KT dengan
potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit.
Harus selalu diingat bahwa KT bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit
kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Dipilih KT yang sesuai, aman,
efek samping sedikit, dan harga murah; disamping itu ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi
penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan
lokalisasi lesi.
Pada penatalaksanaan medikamentosa sistemik, dapat diberikan
Cetirizine tab 10mg 1x sehari diberikan selama 7 hari. Cetrizine termasuk
kedalam antihistamin golongan H1 generasi II sebagai tatalaksana dari gejala
gatal (pruritus). Golongan antihistamin H1 dapat efek histamin pada pembuluh
darah, bronkus dan otot polos. Pemberian cetirizine relatif aman diberikan
dalam jangka panjang, dan efektif sebagai antihistamin karena tidak
menimbulkan efek mengantuk dan sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
aktivitas pasien.
Prognosis quo ad vitam, quo ad functionam dan quo ad cosmetica adalah
bonam karena pada kasus penyakit tidak mengacam nyawa dan tidak
menyebabkan gangguan organ tubuh. Sedangkan untuk quo ad sanationam
adalah dubia ad bonam karena pomfoliks dapat kambuh kembali sehingga harus
dihindari faktor pencetusnya.

22
BAB V
KESIMPULAN

1. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu pomfoliks. Diagnosis pomfolix dapat
ditegakkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis
didapatkan keluhan kulit tangan kanan dan kiri mengelupas. Sebelumnya,
pasien mengeluh adanya bintil-bintil berair yang dirasakan. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan adanya patch eritematosa
2. Tatalaksana pomfoliks non farmakologi adalah menjelaskan kepada pasien
bahwa penyakit ini bersifat kambuhan/residif, sehingga menghindari faktor
pencetus berupa ketika pasien berkebun, dimintakan untuk memakai sarung
tangan.
3. Tatalaksana farmakologi dapat diberikan Cetirizine tab 10mg 1x sehari
diberikan selama 7 hari dan Triamcinolone acetonide 1%, pemakaian salap 2-
3 x/hari.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Jessica, 2017. Vasicular Palmoplantar Eczema. Department of


Dermatology, University of British Columbia Faculty of Medicine,
Canada. Medscape.
2. Djuanda A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-7. Jakarta:
Balai Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017
3. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, dan Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine. 8th ed. New York: Mc-
Graw Hill. 2012.
4. Du vivier, A. Atlas of Clinical Dermatology. Edisi keempat. UK. 2013.
5. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Eczema. Rook’s textbook of
dermatology. 8th Ed. USA: Wiley Blackwel; 2010.
6. Kedrowski DA, Warshaw EM. Hand dermatitis: A review of clinical
features, diagnosis, and management. Dermatology Nursing 2008;20:1.
7. Agarwal US, Besarwal SK, Gupta R, Agarwal P dan Napalia S. Hand
Eczema. Indian Journal of Dermatology. Mei-Juni 2014; 59(3): 213–224.
8. Amini, S. Dyshidrotic Eczema. Medscape. 29 Juni 2018.
9. Guillet MH, Wierzbick E, Gutllet S, Dagregorio G, Guillet G. A 3-year
causative study of pompholyx in 120 patients. Arch Dermatol.
2007;143(12):1504-8.
10. Wollina U. Pompholyx: A review of clinical features, differential
diagnosis, and management. Am J Clin Dermatol. 2010;11(5):305-14.
11. Kartowigno, S. 10 Besar kelompok penyakit kulit. Edisi Pertama.
Palembang: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unsri.
2011.
12. Johan, R.. Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. Cermin Dunia
Kedokteran. 2015; 42(4): 308-312.

25

Anda mungkin juga menyukai