I. Informasi Jurnal
Penulis : Robert A. Scwartz, M.D, M.P.H, dan
Stephen J. Nervi, M.D
Judul : Erythema Nodosum: A sign of Systemic
Disease
Penerbit/Tahun : University of Medicine and Dentistry of
New Jersey, (2007)
Institusi : New Jersey Medical School, Newark, New
Jersey
1
C-reakti, atau keduanya, uji infeksi streptokokus (misal. Biakan
tenggorokan, tes antigen cepat, titer antistreptoly-sin-O, dan uji reaksi
berantai polimerase), dan biopsi. Pasien harus dikelompokkan
berdasarkan risiko tuberkulosis. Evaluasi lebih lanjut (misal. Tes
turunan protein murni, radiografi thoraks, kultur tinja) bervariasi
berdasarkan individu. Eritema nodosum cenderung sembuh sendiri.
Setiap penyebab yang mendasarinya harus diobati dan disediakan
perawatan suportif. Nyeri dapat dikelola dengan obat antiiflamasi
nonsteroid.
b. Latar Belakang
Eritema nodosum adalah bentuk paling umum dari panniculitis,
yaitu peradangan lapisan lemak subkutan, biasanya ditandai sebagai
tonjolan dari nodul eritematosa yang sangat sensitif terhadap sentuhan.
Sebagian besar nodul terletak simetris pada aspek ventral ekstremitas
bawah. Meskipun eritema nodosun tidak memiliki penyebab spesifik,
penting untuk mengetahui kemungkinan pemicu. Infeksi streptokokus
adalah penyebab tersering yang teridentifikasi, terutama pada anak-
anak. Reaksi obat dan hormonal, penyakit radang usus, dan sarcoidosis
penyebab umum lainnya yang terjadi pada orang dewasa. Seringkali,
eritema nodosum merupakan tanda penyakit serius yang berpotensi
diobati, manajemen penyebab yang mendasari merupakan cara yang
pasti untuk mengurangi eritema nodosum.
Secara keseluruhan, eritema nodosum terjadi pada 1 hingga 5
per 100.000 orang. Pada orang dewasa, sering terjadi pada perempuan,
dengan rasio laki-laki : perempuan yaitu 1:6. Pada anak-anak, rasio
jenis kelamin 1:1. Puncak insiden terjadi pada usia 20 – 30 tahun,
meskipun eritema nodosum dapat terjadi pada semua usia.
c. Manifestasi Klinis
2
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian prospektif yang
dilakukan di Departemen Ortopedi, SMIMER, Surat, Gujarat, India
pada 65 pasien yang terdaftar dalam penelitian ini, di mana 47 pasien
bersedia untuk ditindaklanjuti hingga tahap akhir. Kriteria inklusi
pada peneltian ini adalah semua pasien CTEV dengan usia hingga 2
tahun, dan terdapat beberapa kriteria eksklusi yaitu usia lebih dari 2
tahun, pasien yang menolak, kasus operasi dan sindrom clubfoot.
Dilakukan penilaian pra-operasi menggunakan penilaian Pirani dan
pemeriksaan fisik yang mendetail dan riwayat sindrom clubfoot.
Dilakukan juga pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi kelainan
radiologi yang terlihat.
Diameter nodul eritema nodosum berukuran skitar 0,4-4 inci (1-
10 cm) dan berbatas tegas, mencerminkan lokasi subkutan.
Keterlibatan pretibial paling sering terjadi, meskipun permukaan
ekstensr lengan bawah, paha, dan batang tubuh mungkin juga
terpengaruh. Awalnya, nodul eritema terasa keras, tetapi biasanya
lebih fluktuatif selama evolusi klinis.
3
hingga dua tahun setelah resolusi eritema nodosum. Hal itu
seronegatif untuk faktor rheumatoid dan menyebabkan perubahan
sendi destruktif yang tidak spesifik. Temuan laboratorium abnormal
dapat mencakup leukositosis lebih dari 10.000 per mm'dan
peningkatan sedimentasi eritrosit dan kadar protein C-reaktif.
Erythema nodosum migrans, panniculitis migrasi nodular
subakut, dan eritema nodosum kronis, yang secara klasik dianggap
berbeda dari eritema nodosum, sekarang dianggap sebagai varian
dalam spektrum penyakit. Erythema nodosum migrans, walaupun
persisten, bersifat simptomatis minimal dan biasanya pertama kali
terbukti sebagai nodul unilateral yang cenderung bermigrasi secara
sentrifugal. Panniculitis migran nodular subakut ditandai dengan
nodul pada kaki yang dapat bergabung menjadi plak dengan diameter
hingga 20 cm. Erythema nodosum kronis dapat berkumpul
membentuk plak yang lebih besar juga, meskipun kurang meradang
dibandingkan dengan mereka yang memiliki eritema nodosum yang
khas. Varian ini juga sama dengan sebagian kecil kasus eritema
nodosum.
4
lesai yang dapat menyebabkan perdarahan. Aktinik (Miescher’s)
radial granuloma kecil, agregasi noduler dari histiosit kecil di sekitar
5
f. Faringitis Streptokokus
Infeksi Streptococcus Beta Hemolitycus yang paling sering
teridentifikasi sebagai penyebab eritema nodosum. Infeksi
streptokokus tercatat 44% pada orang dewasa dan 48% pada anak-
anak. Erupsi eritema nodosum mungkin terjadi 2-3 minggu setelah
faringitis steptokokus. Oleh karena itu pasien dengan eritema
nodosum harus dilakukan evaluasi kultur tenggorokan untuk
Streptokokus grup A, serta titer antistreptolysin-O (ASO)
streptokokus, atau tes reaksi ranta polimerase (PCR) atau keduanya.
Titer ASO harus diambil saat diagnosis dan sekali lagi setelah 4
minggu untuk menilai infeksi streptokokus. Pemeriksaan PCR yang
nyata, menjadi pilihan untuk evaluasi infeksi tenggorokan oleh
streptokokus grup A.
Tabel 2. Penyebab Eritema Nodosum
Penyebab Tersering
Idiopatik (55%)
Infeksi faringitis streptokokus (28% - 48%), yersinia spp.,
(Eropa), mikoplasma, clamidia, histoplamosis,
coccidioidomycosis, mycobactria.
Sarcoidosis (11% - 25%) dengan adnopati bilateral
Obat-obatan (3% - 10%), antibiotik (misal. Sulfonamid,
amoksicilin), kontrasepsi oral.
Kehamilan (2% - 5%)
Enteropati (1% - 4%), enteritis regional, kolitis ulserasi
Penyebab Lainnya (<1%)
Infeksi
Virus : herpes simpleks, Epstain Barr, hepatitis B dan C,
HIV
Bakteri : campylobacter spp., riketsia, salmonela spp.,
psitaccosis, bartonella spp., sifilis.
Parasit : amoebiasis, giardiasis
6
Keganasan : lifoma dan lainnya.
7
histologi: septum panniculitis, infiltrat limfositik dengan
neutrofil, aktinik (Miescher) radial granuloma, vaskulitis
tidak ada, tidak ada organisme.
Kecurigaan klinis pada penyakit kronis (misal sarcoidosis,
tuberkulosis), tes turunan protein, radiografi thoraks
Kultur tinja dan evaluasi parasit pada pasien dengan diare atau
gejala gastrointestinal, evaluasi penyakit radang usus
Informasi sumber dari 1 sampai 4, 6, dan 8
h. Mikosis Sistemik
Lokasi geografis dan riwayat perjalanan pasien harus
dipertimbangkan. Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidis,
Paracoccidioides brasiliensis, dan Coccidioides immitis telah terlibat
dalam perkembangan eritema nodosum. Di daerah barat dan barat
daya Amerika Serikat, eritema nodosum umumnya disebabkan oleh
coccidioasomosis, juga dikenal dengan asidemaidosis, San Joaquin
Valley fever. Insiden eritema nodosum pada pasien dengan gejala
coccidioido-mycosis sekitar 5%. Dalam kasus ini, eritema nodosum
didahului oleh gejala pernapasan atas, dan onsetnya cenderung terjadi
sebelum serologi antibodi imunoglobulin M untuk Coccidioides
menjadi positif. Pasien yang menderita coccidioidomycosis saat hamil
lebih sering mengalami penyebaran penyakit yang mengancam jiwa
daripada pasien lainnya.
8
Cytophagic histiocytic panniculitis (a lymphoma)
Lupus erythematosus profundus (lupus panniculitis)
Nodular fat necrosis
Necrobiosis lipoidica
Necrobiotic xanthogranuloma
Scleroderma
Subcutaneous granuloma
Cold panniculitis
Infectious panniculitis
Leukemic fat infiltrates
Lipodystrophies
Poststeroid panniculitis
Povidone panniculitis
Scleroderma neonatorum
Sclerosing panniculitis
Subcutaneous fat necrosis pada kelahiran
Informasi sumber dari 1, 3, 4, dan 6
i. Infeksi Lainnya
Infeks lain eritema nodosu dapat dilihat pada Tabel 2.
Penyebab infeksi eritema nodosum kadang-kadang melibatkan saluran
gastrointestinal, dan laporan menunjukkan bahwa kejadian infeksi
gastrointestinal dapat meningkat. Oleh karena itu, evaluasi pasien
yang menyeluruh, termasuk kultur tinja, harus dipertimbangkan pada
pasien dengan erythema nodosum dan diare
j. Pengobatan
Reaksi hipersensitivitas terhadap obat telah dikenali sebagai
penyebab 3 hingga 10 persen dari kasus eritema nodosum.
Kontrasepsi oral dan banyak antibiotik, termasuk amoksisilin dan
terutama sulfonamid, telah dikaitkan dengan eritema nodosum.
9
Penghambat pompa proton dan pengubah leukotrien juga telah
terlibat dan banyak bukti terbatas pada laporan kasus dihentikan
setelah eritema nodosum didiagnosis.
k. Sarcoidosis
Sarkoidosis menyebabkan hingga seperempat dari kasus eritema
nodosum. Pencitraan radiografi sering mengungkapkan adenopati
hilar bilateral, dengan satu penelitian yang melaporkan radiografi
thoraks pada temuan tomografi terkomputasi dari adenopati hilar
bilateral atau limfadenopati mediastinum pada semua pasien dengan
eritema nodosum yang disebabkan oleh sarkoidosis. Secara
tradisional, eritema nodosum telah dianggap sebagai indikator
prognosis yang baik pada pasien dengan sarkoidosis, meskipun ini
mungkin benar hanya untuk pasien keturunan Eropa utara.
Sarkoidosis dengan adenopati hilar, poliartritis, dan eritema
nodosum disebut sindrom Löfgren dan memiliki prognosis yang baik.
Sindrom Löfgren cenderung akut dan terbatas, sembuh sendiri dalam
enam hingga delapan minggu, sedangkan sarkoidosis dapat menjadi
kronis dan progresif.
l. Hormon Endokrin
Erythema nodosum terjadi pada hingga 4,6 persen wanita yang sedang
hamil, kemungkinan karena produksi estrogen atau tingkat relatif
estrogen dan progesteron. Estrogen juga telah diusulkan sebagai
faktor yang terlibat di balik rasio kejadian pria-wanita dewasa 1: 6,4.
Kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progesteron sering dikaitkan
dengan eritema nodosum pada beberapa dekade. Sejak
diperkenalkannya kontrasepsi oral dosis rendah pada 1980-an, jumlah
kasus kontrasepsi oral eritema nodosum yang terkait telah menurun.
Penurunan ini mungkin disebabkan oleh kadar fisiologis 20 atau 50
mcg etril estradiol atau di bawah, walaupun hubungan yang jelas
antara estrogen dan eritema nodosum belum ditemukan. Selain itu,
10
belum ada kasus yang dilaporkan keganasan obstetri estrogen yang
mensekresi yang menyebabkan eritema nodosum. Konsentrasi relatif
estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi oral dan terapi hormon
selama kehamilan mungkin lebih terkait langsung dengan eritema
nodosum daripada kadar estrogen saja.
n. Keganasan
Erythema nodosum dapat menjadi penanda kulit malignancy,
paling sering limfoma atau leukemia. Jarang keganasan lain dapat
dikaitkan dengan eritema nodosum, termasuk kanker karsinoid dan
kolorektal dan kanker pankreas. Eritema nodosum juga dapat
menunjukkan perkembangan penyakit. Sebagai contoh, pada pasien
dengan riwayat penyakit Hodgkin, perkembangan eritema nodosum
dapat mencerminkan kekambuhan. Pertimbangkan terutama ketika
eritema nodosum disertai dengan kecurigaan klinis untuk keganasan.
o. Tatalaksana
Meskipun eritema nodosum dapat menjadi sangat lunak, namun
cenderung terbatas. Pendekatan yang paling umum adalah pengobatan
segala kelainan yang mendasarinya dan terapi suportif, termasuk tirah
baring dan penghindaran kontak dengan iritasi pada area yang terkena.
11
Nyeri dapat dikelola secara konservatif dengan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID). Manajemen nyeri yang lebih agresif
dicadangkan untuk situasi klinis yang berulang atau tidak lama.
Terapi kalium iodida lebih efektif dalam memberikan bantuan
simptomatik jika dimulai pada permulaan eritema nodosum. Perhatian
harus diambil untuk menghindari hipertiroidisme, risiko dengan
penggunaan jangka panjang.
Steroid sistemik telah dianjurkan sebagai pilihan terapi yang
relatif aman jika infeksi yang mendasarinya, risiko penyebaran bakteri
atau sepsis, dan keganasan telah dikeluarkan dengan evaluasi
menyeluruh. Prednison oral dengan dosis 60 mg setiap pagi sudah
khas. Aturan umum adalah 1 mg per kg berat badan per hari.
Pengobatan juga dapat disesuaikan dengan rejimen spesifik
penyakit: steroid yang digunakan dalam kombinasi dengan hidroksi-
klorokuin (Plaquenil), cyclosporin A (Sandimmune), atau thalidomide
(Thalomid) telah digunakan untuk mengobati penyakit radang usus
terkait dengan eritema nodosum. NSAID harus dihindari dalam
mengobati eritema nodosum sekunder pada penyakit Crohn karena
dapat memperburuk serangan akut yang sedang berlangsung.colistin
dapat digunakan pada pasien eritema nodosum dengan sindrom
Behçet dengan hasil yang beragam.
12
DAFTAR PUSTAKA