Anda di halaman 1dari 41

Respon Jaringan Muskuloskletal

Terhadap Trauma
Pembimbing: dr. Rizal Daulay, Sp.OT. MARS
Oleh:
Mentari Alisha, S.Ked
712018006
PENDAHULUAN
Latar Belakang Proporsi cedera di Indonesia
Trauma pada jaringan dapat terjadi akibat 1. Luka lecet/memar 70,9 %
makrotrauma seperti cedera akibat 2. Terkilir 27,5 %
kecelakaan dan sprain ataupun strain akibat
fraktur dan overuse syndrome. 3. Luka Robek 23, 2%
Fraktur akibat cedera traumatis merupakan 4. Lain-lain (patah tulang, ang. Tubuh terputus,
penyumbang utama masalah kecacatan dan cedera mata , geger otak)
kehilangan beban pekerjaan yang dapat Fraktur terjadi dikarenakan adanya tekanan/
mempengaruhi beban ekonomi masyarakat. strain lokal > kekuatan max tulang, tendon /
ligamen.

Karena sistem muskolskeletal manusia a/ organ hidup dengan sebagian besar peran mekanik ,
prinsip fisiologis & teknik sangat penting untuk studi pemahamannya sehingga referat ini akan
memberikan gambaran umum respon jaringan muskuloskletal terhadap trauma.
2
Tujuan penulisan
Menjelaskan tentang reaksi tulang terhadap trauma
Menjelaskan konsep fraktur dan penyembuhan tulang
Menjelaskan tentang reaksi sendi & kartilago akibat gangguan dan trauma
Menjelaskan tentang reaksi otot akibat trauma

3
Tinjauan Pustaka
Gambaran umum sistem muskuloskeletal

✢ Sistem muskuloskeletal manusia adalah sistem hidup yang di dominasi oleh peran mekanik, baik
fisiologi dan prinsip-prinsip teknik sangat penting untuk studi dan pemahaman.

✢ Fitur penting dari setiap desain struktural adalah mempertimbangkan struktur yang menopang
dan menyesuaikan keseluruhan geometri dan bahan yang digunakan untuk mencapai fungsi yang
diinginkan. Hal ini juga berlaku dalam sistem muskuloskeletal

5
• Fungsi utama a/ mendukung dan melindungi jaringan lunak serta membantu
pergerakan.

Tulang, otot, tendon, ligamen & sendi berfungsi untuk menghasilkan dan mentrasfer
kekuatan sehingga anggota tubuh dapat bergerak.

Peran lainnya yaitu peran metabolisme, serta hematopoiesis dan mengelola beban yang
diterapkan.

6
Cedera Akut & Inflamasi
• Cedera terjadi dikarenakan adanya stress/tegangan yg melebihi kekuatan tulang/jar.lunak.
• Tidak seperti benda mati, jaringan hidup menanggapi peristiwa traumatis, tidak hanya dengan
kegagalan mekanis, tetapi dengan akut respon inflamasi.
Respon peradangan terjadi scr tiba-tiba dan melepaskan melepaskan mediator inflamasi, sitokin,
dan faktor-faktor lain.
Dalam pengaturan trauma, mediator radang terkait erat dengan proses penyembuhan. Mereka
akan menarik prekursor untuk sel pertumbuhan, dan mereka memodulasi mekanisme perbaikan.
• Peradangan juga merangsang dan meningkat sensitivitas reseptor rasa sakit, yang melayani
tujuan perlindungan, menyebabkan pasien trauma untuk membatasi gerakan di sekitar
jaringan yang rusak.
• Peradangan terutama diwakili oleh empat peristiwa besar: vasodilatasi, peningkatan mikro
permeabilitas vaskular, aktivasi seluler dan adhesi sel-sel imun, dan pembekuan

7
Reaksi Tulang Terhadap Gangguan dan Trauma

Tulang terdiri dari 4 jenis sel:


• Osteoblas
Osteoblas: membangun tulang & membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai
matriks tulang / jaringan osteosid melaluo proses yang disebut osifikasi.
• Osteosit
Osteosit: sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan pertukaran kimiawi
melalui tulang yg padat.
• Osteoklas
Osteoklas: sel-sel besar berinti banyak yg memungkinkan mineral dan matriks tulang di
absorbsi.

8
• Jaringan tulang dapat mengubah strukturnya dengan 2 proses: pemodelan dan
remodeling
• Selama pertumbuhan hingga dewasa, pemodelan luas terjadi di mana fase pembentukan
tulang terjadi reabsorpsi dan resorpsi yang akan mengubah ukuran dan bentuk tulang
yang di bawah kendali faktor genetik dan mekanik.
• Remodelling adalah proses di mana jaringan tulang diganti dengan tulang baru melalui
unit multiseluler tulang (BMU) dan merupakan sebuah proses terkoordinasi, terkoordinasi
ketat yang melibatkan osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Kombinasi pemodelan dan
remodeling tulang memungkinkan tulang beradaptasi dengan cedera dan kekuatan
mekanik.

9
✢ Kekuatan Mekanik dan Adaptasi Tulang
Hukum Eponymous Wolff memberikan dasar untuk pemahaman efek kekuatan mekanik
pada adaptasi tulang. Hubungan yang diungkapkan oleh Wolff menyatakan bahwa
“Setiap perubahan dalam bentuk dan fungsi tulang atau fungsinya selalu diikuti oleh
perubahan tertentu dalam arsitektur internal tulang, dan juga terjadi perubahan dalam
konfigurasi eksternal tulang, sesuai dengan hukum matematika”

• Hukum ini diilustrasikan oleh peningkatan resorpsi tulang yang terkait dengan
imobilisasi atau gaya berat mikro, dan peningkatan pembentukan tulang terlihat
sebagai respons terhadap peningkatan beban mekanik.
• Jumlah tulang baru yang terbentuk tampaknya berkorelasi dengan besarnya dan
tingkat regangan.

10
✢ Osteosit dan Transduksi Mekanik Jaringan
• Osteosit mempunyai fumgsi sebagai mechanosensors yg mempunyai peran
penting dalam jaringan transduksi mekanik dari tulang, serta peran penting
dalam metabolisme mineral, pembentukan tulang, dan resorpsi tulang.
• Mekanisme mechanosensing (respon terhadap stimuli mekanis, terutama
pada tingkat seluler) utama dalam osteosit adalah tidak jelas, tetapi saluran
ion osteosit, gap junction, hemichannels, dan silia primer semuanya dapat
berperan dalam mekanosensing dan mekanotrasduksi. Gap junction
memungkinkan komunikasi langsung antara osteosit dan osteoblas.
Sedangkan silia primer terlibat dalam perkembangan tulang, diferensiasi
sel, dan proliferasi.

11
✢ Bone Fatigue
• Resistensi tulang terhadap deformasi tidak terganggu oleh microdamage, tetapi sebagai beban dan
jumlah siklus regangan meningkat, ambang microdamage operasional tulang terlampaui, sehingga
akumulasi microdamage akan mengarah ke bukti kegagalan geser di cement line osteon dan
kolagen, serta diikuti oleh pembentukan microcracks.
• Microcracks yang disebabkan oleh bone fatigue, akan membuat osteosit menjadi apoptosis di daerah
yang kemudian diserap oleh osteoklas. Hal ini menunjukkan bahwa apoptosis osteositik erat terlibat
dalam memulai remodeling yang ditargetkan dari tulang yang rusak.
• Kerusakan mikro tidak terbatas pada tulang karena, dalam banyak kasus, bukti pertama kerusakan
adalah adanya respons kartilago terkalsifikasi di tempat predisposisi fraktur, yang terdiri dari
penebalan, retensi atau hipermineralisasi, dan peningkatan vaskularisasi.

12
Konsep Fraktur
dan Penyembuhan Tulang

13
Fraktur
✢ Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yg bersifat
total ataupun sebagian
✢ Secara ringkas dan umum dari penggunaan kata fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut serta tenaga
tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di
sekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

14
✢ Proses fraktur terjadi karena kegagalan tulang
menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar, dan tarikan.
✢ Trauma muskuloskeletal yang bisa menjadikan
fraktur, dapat dibagi menjadi trauma langsung dan
trauma tidak langsung

15
Klasifikasi Fraktur
 Menurut pola garis fraktur
Setiap fraktur perlu diperhatikan garis fraktur. Pada fraktur
hairline yang sukar dilihat pada radiograph dan biasanya akibat
trauma ringan sehingga tidak terjadi pergeseran pada ujung-ujung
fragmen. Pada keadaan ini memerlukan pemotretan tambahan
dengan proyeksi oblik atau pemotretan diulangi setelah hari ke 7 -
10. Garis fraktur akan terlihat setelah terjadi dekalsifikasi pada
fraktur tersebut

16
17
✢ Fraktur greenstick Sering terjadi pada anak-anak walaupun
tidak semua anak
✢ Fraktur simpel Fraktur dengan garis fraktur transversal, oblik
atau spiral
✢ Fraktur transversal Bila sudut garis fraktur terhadap aksis
panjang tulang tersebut kurang dari 30°, bila sudut tersebut
30° atau lebih disebut garis fraktur oblik.
✢ Fraktur spiral Garis fraktur yang melingkar pada tulang
tersebut sebagai akibat gaya memutar

18
Menurut Bentuk Fraktur
✢ Fraktur kominutif (comminuted multifragmented) adalah
fraktur dengan jumlah fragmen lebih dari dua
✢ Fraktur Kompresi sering terjadi pada korpus vertebra akibat
gaya trauma fleksi atau pada kalkaneus akibat jatuh dan
ketinggian serta fraktur ini terjadi pada daerah tulang kanselous.
✢ Fraktur avulsi dapat diakibatkan oleh kontraksi otot yang
mendadak sehingga tempat perlekatan otot tersebut tertepas dan
membawa fragmen tulang daerah tersebut. Kejadian ini sering
pada daerah basis metatarsal V

19
✢ Fraktur - disiokasi adalah fraktur yang terjadi pada salah
satu tulang yang menyusun sendi dengan disertai dislokasi
sendi tersebut sehingga dapat menimbulkan masalah
reposisi, stabilitas, kekakuan sendi dan nekrosis avaskular.

20
Fraktur Terbuka & Tertutup
✢ Open fracture (compound fracture) adalah suatu
fraktur yg tidak mempunyai hubungan dgn dunia
luar
✢ Close fracture (simple fracture) adalah fraktur yg
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak

21
Berdasarkan kerusakan jaringan Iunak disekitar fraktur terbuka
maka fraktur tersebut menurut Gustilo dibagi menjadi:

22
Fraktur Patologis
✢ Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang.
✢ Fraktur patologis terjadi pada daerah yg telah menjadi
lemah karena tumor atau proses patologis lainnya .
✢ Tulang sering menunjukkan densitas.
✢ Penyebab tersering adalah tumor, baik primer maupun
metastasis

23
Penyembuhan Tulang
✢ Ada lima stadium dalam proses penyembuhan fraktur
yaitu:
1. stadium hematoma dan inflamasi,
2. stadium angiogenesis dan pembentukan tulang rawan
(kartilago),
3. stadium kalsifikasi kartilago,
4. stadium pembentukan tulang
5. stadium remodeling.

24
✢ Pada fraktur akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga
terjadi hematoma.
✢ Daerah tersebut banyak terdapat sel-sel aktif dalam
pembentukan kalus (angiogenesis).
✢ Pada hematoma segera terjadi infiltrasi vascular sehingga
daerah tersebut diganti dengan jaringan fibrovascular, serabut
kolagen masuk dan mendeposit mineral.
✢ Proses kalsifikasi jaringan kartilago sampai terjadi kalus yang
menjembatani fragmen maka diikuti proses remodeling.

25
 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses


Penyambungan Fraktur
✢ Umur penderita.
✢ Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
✢ Pergeseran awal fraktur.
✢ Vaskularisasi pada kedua fragmen.
✢ Reduksi serta imobilisasi.
✢ Waktu imobilisasi.
✢ Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
✢ Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.
✢ Cairan sinovia.
✢ Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak.
✢ Nutrisi.
✢ Vitamin D.
26
Reaksi sendi terhadap trauma

27
Kerangka tubuh manusia pada dasarnya terdiri dari serangkaian
tulang yang berartikulasi pada sendi dan digerakkan oleh otot

✢ Meskipun ada beberapa macam sendi, karena sendi sinovial


paling sering ditemukan, maka akan dibahas mengenai jenis
artikulasi ini.

28
✢ Sendi sinovial dibangun untuk memungkinkan gerakan dalam
satu atau lebih arah.
✢ Komponen penting dari sendi synovial adalah: membran
sinovial, cairan sinovial, tulang rawan artikular, kapsul sendi,
dan dalam beberapa kasus, struktur intraarticular (seperti
menisci di sendi lutut).
✢ Sendi memiliki tipe cidera berdasarkan derajat keparahannya.
Cidera teringan dari sendi adalah sprain.
✢ Cedera yang lebih parah, semua perubahan artikular akan terjadi
pemindahan dari posisi normalnya (luksasi / subluksasi)

29
✢ Ketika sel berdegenerasi, mereka melepaskan zat yang mampu
menginduksi perubahan vaskular. Salah satu zat ini, histamin,
meningkatkan permeabilitas kapiler.
✢ Sel-sel endotel dalam dinding pembuluh tampaknya
berkontraksi sehingga menarik diri dari satu sama lain dan
meninggalkan celah dimana cairan dan sel darah bisa lepas.
✢ Peningkatan permeabilitas memungkinkan sejumlah besar
protein plasma, koloid, dan air mengalir ke ruang interstitial.
✢ Karena kekuatan utama untuk menyebabkan reabsorpsi cairan
ke kapiler disediakan oleh koloid, efeknya sekarang terbalik;
tambahan cairan ditarik keluar dari pembuluh dan menghasilkan
edema.

30
✢ Tujuan dari kejadian vaskular postinjury adalah untuk memobilisasi dan
mengangkut komponen pertahanan dari darah ke situs cedera dan untuk
mengamankannya melewati dinding pembuluh ke jaringan.
✢ Setelah debris radang telah dihancurkan atau dihilangkan, perbaikan dapat
dimulai,
✢ Jumlah eksudat tersebut berhubungan langsung dengan total waktu
penyembuhan. Jika ukuran dan jumlah eksudat diminimalkan (seperti
dalam penggunaan hipotermia), penyembuhan dapat dimulai lebih awal
dan waktu penyembuhan total lebih cepat.

31
Reaksi kartilago terhadap trauma

32
Tulang rawan kartilago yang tidak berisikan
pembuluh darah, limfatik, atau jaringan
saraf bisa bereaksi abnormal terhadap
berbagai kondisi gangguan muskuloskeletal
dengan tiga cara:
1. destruksi,
2. degenerasi,
3. proliferasi perifer.

33
Destruksi
• Kekuatan regenerasi tulang rawan kartilago yang terbatas dari kerusakan yang
muncul dari tulang rawan kartilago
Degenerasi
• Perubahan tulang rawan kartilago yang lambat dan progresif merupakan respons dari
tipe degenerasi yang sering berhubungan dengan proses penuaan.
• Perubahan pada kartilago ini bisa berupa penipisan/erosi permukaan membran,
penurunan viskositas
Proliferasi perifer
• Bagian perifer kartilago tidak sama seperti bagian sentral, di mana berlapiskan
perikondrium dan berhubungan dengan cairan sendi.
• Degenerasi kartilago pada bagian sentral akan direspons dengan pembentukan
kartilago tipis seperti cincin yang merupakan formasi dari kondrosit yang mempunyai
tujuan awal untuk mempermudah pergerakan sendi

34
Reaksi otot terhadap trauma

35
• Penyembuhan otot rangka yang terluka mengikuti pola yang cukup konstan terlepas
dari yang mendasari penyebabnya (memar, ketegangan, atau laserasi). Tiga fase
telah diidentifikasi dalam proses ini:
1. Fase destruksi, ditandai dengan pecah dan nekrosis yang terjadi pada miofibers,
pembentukan hematoma di antara otot yang pecah dan reaksi sel inflamasi;
2. Fase perbaikan (repair), terdiri dari fagositosis jaringan nekrotik, regenerasi serat
myofibers, dan produksi bersamaan dari bekas luka jaringan ikat, serta kapiler
masuk ke area yang terluka; dan
3. Fase remodeling, periode di mana pematangan regenerasi myofibers, kontraksi dan
reorganisasi jaringan parut, dan pemulihan kapasitas fungsional otot terjadi.

36
Kpmpleksitas reaksi dari struktur otot rangka akibat
berbagai macam gangguan dan injuri akan memberikan
manifestasi berupa:
1. Atrofi,
2. Hipertrofi kerja,
3. Nekrosis iskemia,
4. Kontraktur,
5. Regenerasi.

37
KESIMPULAN

38
1. Reaksi tulang terhadap trauma yaitu jaringan tulang dapat mengubah strukturnya dengan 2
proses pemodelan dan remodeling dengan bantuan sel-sel pada tulang.
2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang artinya terjadi pemutusan tulang
maupun jaringan kartilago.
3. Proses penyembuhan pada fraktur yaitu stadium hematoma dan inflamasi, stadium
angiogenesis dan pembentukan tulang rawan (kartilago), stadium kalsifikasi kartilago, stadium
pembentukan tulang dan terakhir stadium remodeling.

39
4. Reaksi sendi terhadap trauma dapar menyebabkan sprain yang ringan hingga berat
dengan respon penyembuhan berupa inflamasi dan pembersihan debris inflamasi.
5. Reaksi kartilago terhadap trauma dibagi menjadi 3 tingkat kerusakan jaringan, yaitu
disrupsi atau perubahan kerangka makromolekul, hilangnya matriks makromolekul
atau cedera sel tanpa jaringan yang terlihat gangguan, disrupsi tulang rawan artikular
saja (mis., fraktur chondral) dan 3) disrupsi mekanis tulang rawan dan tulang
subkondral.
6. Reaksi otot terhadap trauma memiliki 3 fase, yaitu fase destruksi, fase repair, dan
fase remodeling.

40
Terimakasih

41

Anda mungkin juga menyukai