Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

UNSTABLE ANGINA PECTORIS, HYPERTENSION HEART DISEASE,


BRONKITIS

Disusun Oleh :
Bianca Naila Najah (1102018278)

Pembimbing :
dr. Rinaldi Batubara, Sp. PD-KKV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
PERIODE 22 AGUSTUS-29 OKTOBER 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS UNSTABLE ANGINA PECTORIS, HYPERTENSION HEART


DISEASE, BRONKITIS

Disusun Oleh :
Bianca Naila Najah (1102018278)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi
Periode 22 Agustus-29 Oktober 2022

Telah dibimbing dan disahkan pada

Pembimbing :

dr. Rinaldi Batubara, Sp. PD-KKV

i
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Kp. Selang cau Rt. 02/13 Desa Wanasari Kec. Cibitung
Tanggal Masuk RS : 09 Oktober 2022
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2022
No Rekam Medis : 056***
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada pasien tanggal 10
Oktober 2022 di bangsal tulip 2 RSUD Kabupaten Bekasi di kamar 8.
a. Keluhan Utama
Sesak napas sejak 3 minggu SMRS
b. Keluhan Tambahan
Nyeri dada sebelah kiri, Pusing berputar, Cepat Lelah, jantung berdebar-debar,
Batuk berdahak, dan mual – muntah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. T usia 60 tahun datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi tanggal 09
oktober 2022 jam 13.50 dengan keluhan sesak napas sejak 3 minggu SMRS.
Sesak dirasakan terus menerus, termasuk saat istirahat. Sesak diperberat dengan
aktivitas ringan seperti berjalan, sesak masih terasa saat istirahat. Sesak juga
memberat pada malam hari hingga tidak dapat tidur sejak 1 minggu smrs. Pasien
merasa nyaman saat posisi setengah duduk. Keluhan sesak disertai nyeri dada
sebelah kiri seperti tertusuk tusuk, menjalar ke daerah punggung selama 10-15

1
menit, pusing berputar , jantung berdebar-debar sejak 3 minggu SMRS lalu diikuti
mual dan muntah berupa makanan pada saat 1 hari SMRS, batuk berdahak sejak 3
minggu SMRS dengan dahak warna putih dan tidak ada darah setiap saat
dirasakan oleh pasien, demam disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat sakit serupa : Pasien mengeluhkan keluhan serupa sudah 2x
sebelumnya dan dirawat di RS Cibitung Medika
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat Kolesterol : Pasien menderita kolesterol sejak 3 tahun lalu, rutin
kontrol 2 minggu sekali dan minum obat tetapi lupa nama obatnya
 Riwayat penyakit paru : Pasien didiagnosis asma oleh dokter spesialis paru
di cibitung medika pada 3 minggu SMRS, pasien lupa nama obat yang
diberikan dan pasien tidak memiliki Riwayat asma saat kecil
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat sakit serupa : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : Ibu pasien memiliki penyakit jantung diusia 60
tahun
 Riwayat penyakit paru : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal
f. Riwayat Pengobatan
3 minggu lalu pasien dirawat di RS Cibitung Medika selama 1 minggu dengan
keluhan sesak napas setelah rawat jalan dan kontrol, beberapa minggu berikutnya
pasien mengeluhkan hal yang sama dan dirawat kembali selama seminggu.
g. Riwayat Alergi
Disangkal
h. Riwayat kebiasaan

2
Pasien mengaku mengkonsumsi jamu-jamuan untuk pegel linu (+), merokok (-)
dan minum alkohol (-).

III. STATUS GENERALIS


1. Kesadaran : Kompos mentis (E4 M6 V5) GCS : 15
2. Keadaan sakit umum : Sakit sedang
3. Tanda vital
 Tekanan darah : 157/98 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Respirasi : 33 x/menit
 Suhu : 36.5 derajat celcius
 SpO2 : 99 % dengan Nasal Canule 4 Lpm
4. Status gizi :
BB : 75 Kg
Tb : 155 Cm
IMT : 31.2 (Obesitas tingkat 2)

IV. Pemeriksaan Fisik


 Kulit : Kuning langsat, Ikterik (-)
 Kepala : Normocephal, rambut warna hitam putih serta tidak mudah dicabut
 Mata :
- Konjungtiva anemis (+/+)
- Sklera ikterik (-/-)
- Refleks cahaya langsung (+/+)
- Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
- Pupil isokor 3mm
 Hidung : Deformitas (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), deviasi lidah (-)
 Telinga : Serumen (-), nyeri tekan tragus (-)

3
 Leher : Bentuk normal, deviasi (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
jugular venous pressure : (5+2)
 Thorax :
a. Pulmo
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris pada Gerakan statis dan dinamis,
sikatrik (-), diameter AP : T (1:2)
- Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris normal pada kedua lapang
paru, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Redup pada seluruh lapang paru, peranjakan paru hepar (+) ICS
6
- Auskultasi : wheezing (+), ronkhi (-)
b. Cor
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kanan : linea parasternalis dextra ICS VI
Batas jantung kiri : line midclavicularis sinistra ICS V
Batas pinggang jantung : linea midclavicularis sinistra ICS IV
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
 Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, sikatrik (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal 12 s/menit
- Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium (+), lumbar sinistra (+) dan
hipokondrium sinistra (+), undulasi (-) hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/-
Capillary Refill Time <2dtk/<2dtk <2dtk/<2dtk

4
V. Pemeriksaan Penunjang
5. Pemeriksaan Laboratorium Darah ( 09/10/2022 )
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah Lengkap
Hb 14.7 g/dL 12.0-16.0
Ht 45 % 38.0-47.0
Eritrosit 6.00 1 06 μ L 4.20-5.40
Trombosit 229 1 03 μ L 150-450
Leukosit 9.9 3
10 μ L 5.0-10.0
MCV L 75 FL 80-96
MCH L 25 Pg/mL 28-33
MCHC 33 g/dL 33-36
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0.0-1.0
Eosinofil 1 % 1.0-6.0
Neutrofil H 73 % 50-70
Limfosit L 17 % 20-40
NLR 4.29 ≤ 5.80
Monosit 9 % 2-9
Laju Endap 5 mm/jam <15
Darah
Kimia Klinik
Glukosa 160 mg/dL 80-170
sewaktu stik
SGOT 28 U/L < 32
SGPT 34 U/L < 31
Ureum Kreatinin
Ureum H 54 mg/dL 15-40
Kreatinin H 1.4 mg/dL 0.51-0.95
eGFR L 54.2 mL/min/1.73 m2 >60 mL/min/1.73 m2

5
Paket Elektrolit
Natrium L 135 mmol/L 136-146
Kalium L 3.2 mmol/L 3.5-5.0
Klorida 98 mmol/L 98-106

6. Pemeriksaan Rontgen Thorax

Finding
Thoraks AP
- Cor: kesan membesar
- Corakan bronkovaskuler kedua paru meningkat kasar .
- Tampak infiltrat di suprahiler kiri serta lapangan bawah paru kiri
- Kedua hemidiafragma licin, sudut costofrenikus lancip.

6
- Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik.
Conclusion
- Kardiomegali
- Bronkitis

VI. EKG

Irama. : sinus
Frekuensi nadi : 300/2,5 = 115 x / menit
Axis : normoaxis
Gel p : 0,08 ms & 0,2 mv
Interval pr : 0,16
Qrs : 0,08 ms
segmen st : segmen st depresi di lead v4 - v6
Gelombang t : t depresi lead II,III, avf
Sokolow lyon : 9+6 = 15 < 35
Cornell : 16+2 : 18 < 20
Premature Atrial Contraction : lead II
Kesann: tanda iskemi lead II,III, avf dan premature atrial contraction (PAC) pada lead II

VII. RESUME
Ny. T usia 60 tahun datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi tanggal 09 oktober
2022 jam 13.50 dengan keluhan sesak napas sejak 3 minggu SMRS. Sesak dirasakan terus
menerus, termasuk saat istirahat. Sesak diperberat dengan aktivitas ringan seperti berjalan,
sesak masih terasa saat istirahat, Sesak juga memberat pada malam hari hingga tidak dapat
tidur sejak 1 minggu smrs.. Pasien merasa nyaman saat posisi setengah duduk. Keluhan sesak
disertai nyeri dada sebelah kiri seperti tertusuk tusuk, menjalar ke daerah punggung selama
10-15 menit, pusing berputar , jantung berdebar-debar sejak 3 minggu SMRS lalu diikuti

7
mual dan muntah berupa makanan pada saat 1 hari SMRS, batuk berdahak sejak 3 minggu
SMRS dengan dahak warna putih dan tidak ada darah setiap saat dirasakan oleh pasien,
demam disangkal oleh pasien.
Pasien dirawat di RS Cibitung Medika saat 3 minggu smrs selama 1 minggu dengan
keluhan sesak napas setelah rawat jalan dan kontrol, beberapa minggu berikutnya pasien
mengeluhkan hal yang sama dan dirawat kembali selama seminggu.
Pasien memiliki penyakit kolesterol sejak 3 tahun lalu, rutin kontrol dan minum obat
tetapi pasien lupa nama obatnya, pasien juga memiliki penyakit asam lambung yang diderita
sejak 5 tahun lalu, selain itu pasien juga telah didiagnosis memiliki asma 2 minggu lalu oleh
dokter paru di RS Cibitung Medika, pasien mengaku tidak memiliki riwayat asma
sebelumnya dan lupa dengan obat yang diberikan oleh dokter paru.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 82 x/m ,
respirasi 33 x /m, suhu 36.5 , SpO2 99%. Pada paru untuk perkusi terdengar redup dan
auskultasi didapatkan wheezing saat ekspirasi, Nyeri tekan pada regio epigastrium (+),
lumbar sinistra (+) dan hipokondrium sinistra (+).Pemeriksaan laboratorium didapatkan
adanya peningkatan ureum (54) dan kreatinin (1.4), serta penurunan eGFR (54.2), natrium
(135), dan kalium ( 3.2).
Foto rontgen thorax didapatkan adanya kardiomegali dan bronchitis serta kesan Ekg
menunjukan tanda iskemi pada lead II, III, avf dan premature atrial contraction (PAC) pada
lead II.

VIII. DIAGNOSIS KLINIS


- Unstable Angina Pectoris
- Hypertensive Heart Disease
- Bronkitis
DIAGNOSIS BANDING
- Infark Miokard Non-ST Elevasi
- Pneumonia
IX. RENCANA PEMERIKSAAN
- Cek LDL
- Cek troponin
- Cek LDL
- EKG per hari
- Kontrol tekanan darah per hari
- Cek sputum

X. RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Non-Medikamentosa

8
- Pengaturan asupan kalori
- IVFD Nacl 0.9 % 500 cc/24 jam
b. Medikamentosa
1. Arixtra 2,5 mg 1x1 IV
2. Isosorbide dinitrate 0.5 mg/ 1 jam IV
3. Ceftriaxone 2 gr 1x1 IV
4. Lansoprazol 30 mg 1x1 IV
5. Acetylcysteine 12.5 mg 2x IV
6. Tanapress 5 mg 1x Per Oral
8. Atorvastatin 20 mg 1x Per oral
9. Clopidogrel 75 mg 1 x Per oral
10. Inhalasi Ventolin dan Pulmicort 1L / 8 jam

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam

ANALISA
1) Apakah penegakkan akhir pada pasien ini sudah benar?
a. Unstable Angina Pectoris
o Definisi
Angina tidak stabil termasuk dalam spektrum presentasi klinis yang
disebut secara kolektif sebagai sindrom koroner akut (ACS), yang juga
mencakup infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) dan non-
STEMI (NSTEMI). Angina tidak stabil dianggap sebagai ACS di mana
tidak ada peningkatan bermaksa enzim nekrosis miokard (yaitu, biomarker
jantung nekrosis miokard - seperti isozim creatine kinase MB, troponin,
myoglobin ).1
o Etiologi

9
Angina pektoris tidak stabil dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :2
1. Ruptur plak aterosklerotik
Ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet yang
menyebabkan aktivasi terbentuknya thrombus. Thrombus yang
menyumbat pembuluh darah tidak 100 % maka menimbulkan stenosis
yang berat akan terjadi terjadi angina tak stabil.
2. Trombosis dan agregasi trombosit
3. Vasospasme
Diperkiran adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus
pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Spasme seringkali terjadi
pada plak tak stabil dan mempunya peran dalam pembentukan
thrombus
4. Erosi pada plak tanpa ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya
proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap
kerusakan endotel.
o Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya acute coronary syndrome dapat dibedakan atas 2
13
:
1. Non modifiable Risk Factors
- Bertambahnya umur
80 % pasien dengan penyakit jantung terjadi pada usia
diatas 65 tahun
- Jenis Kelamin
Pria lebih rentan terkena serangan jantung di usia muda
dibandingkan wanita. Meskipun tingkat serangan jantung
untuk wanita naik setelah menopause, itu masih lebih
rendah daripada tingkat pria. Tapi penyakit jantung terus
menjadi penyebab utama kematian manusia.
- Riwayat Keluarga

10
Kemungkinan terkena penyakit jantung tinggi jika ada
peningkatan risiko jika ayah atau ibu pernah menderita
penyakit jantung koroner atau stroke pada ayah sebelum
usia 55 tahun dan ibu 65 tahun
2. Modifiable Risk Factors
- Merokok
Nikotin meningkatkan pelepasan epinefrin dan
norepinefrin, yang meningkatkan vasokonstriksi perifer dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung sehingga konsumsi oksigen lebih besar dan
peningkatan kemungkinan terjadinya disritmia. Selain itu
nikotin merangsang trombosit dan menginduksi proliferasi
sel otot polos di arteri koroner
- Alkohol
mengkonsumsi terlalu banyak alkohol menyebabkan
aterosklerotik. Ini dapat menyebabkan detak jantung tidak
teratur dengan kerusakan langsung pada otot jantung
- Hipertensi
Tekanan darah sistolik menjadi prediktor yang lebih
penting dari risiko penyakit kardiovaskular.
- Diabetes Melitus
Pasien dengan diabetes tipe 2 juga memiliki tingkat tekanan
darah, masalah lipid, dan obesitas yang lebih tinggi, yang
berkontribusi pada tingkat cardiovascular disiease yang
tinggi.
- Kolesterol
Deposit kolesterol pada dinding arteri koroner
menyebabkan kerusakan dan penyumbatan arteri yang
mengakibatkan iskemia miokard.
- Obesitas

11
Orang yang mengalami obesitas lebih cenderung memiliki
tekanan darah tinggi, diabetes, dan lemak darah tinggi
o Manifestasi Klinis
Presentasi klinik angina pektoris tidak stabil pada umunya berupa angina
tipikal (rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri,
leher, rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium) Keluhan angina
tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/muntah,
nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop. Gejala muncul saat istirahat
biasanya berlangsung > 10 menit, gejala berat dan baru pertama kali
timbul dan muncul dengan pola crescendo (lebih berat, Panjang dan sering
daripada sebelumnya) .3
o Diagnosis
Diagnosis ACS dapat ditegakkan dari 3 komponen utama, yaitu dari
anamnesis, EKG, dan pengukuran enzim-enzim jantung (cardiac marker)
:2,3
 Anamnesis :
 Lokasi: substernal, retrosternal, atau precordial
 Sifat nyeri: sakit, seperti ditekan, ditindih benda berat, seperti
diperas/dipelintir, rasa terbakar, atau seperti ditusuk.
 Penjalaran: ke lengan kiri, leher, rahang bawah,
punggung/interskapula, perut, atau lengan kanan.
 Nyeri membaik/hilang dengan istirahat atau nitrat.
 Gejala penyerta: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
cemas, lemah.
 Faktor resiko: laki-laki usia >40 tahun, wanita menopause, DM,
hipertensi, dislipidemia, perokok, obesitas.
 Pemeriksaan Penunjang
 Elektrokardiografi : depresi segmen ST, peningkatan transien
segmen ST, inversi gelombang T

12
 Cardiac biomarker : kreatinin-kinase (CK) MB dan troponin T
atau I tidak meningkat untuk UAP tetapi meningkat kearah
NSTEMI
 Rontgen dada
Sangat berperan untuk mengidentifikasi adanya kongesti
pulmonal atau oedem yang biasanya terjadi pada pasien
UA/NSTEMI luas yang melibatkan ventrikel kiri sehingga
terjadi disfungsi ventrikel kiri

b. Hypertensive Heart Disease


Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umunya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik maka biasanya disebabkan oleh :2
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa
melayang
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat Lelah, sesak napas,
sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut
Untuk mendiagnosis Hypertensive Heart Disease dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang awal meliputi :
 Elektrokardiografi menunjukkan Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
pada sekitar 20%-50% (kurang sensitive) tetapi masih menjadi metode
standar
 Foto torax
 Ekokardiografi-doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolic
dan bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya
insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung,
menandakan prognosis kurang baik. Ekokardiografi stress juga dapat
membantu menegakkan adanya iskemia miokard.
c. Bronkitis
o Definisi
Bronkitis adalah istilah umum untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan
iritasi dan peradangan pada area bronkus di paru-paru. Bronkus itu sendiri

13
merupakan pipa tabung pernapasan yang merupakan cabang dari trakea
(batang tenggorok) yang membawa oksigen ke paru-paru baik kanan
maupun kiri. Dalam hal ini, dinding bronkus memproduksi lendir sebagai
mekanisme pertahanan tubuh untuk menangkap debu atau partikel lain
yang dapat menyebabkan iritasi. Ketika terjadi bronkitis, iritasi dan
peradangan membuat dinding bronkus memproduksi lebih banyak lendir.
Tubuh kemudian akan berusaha mengeluarkan kelebihan lendir ini melalui
mekanisme batuk .4
o Etiologi
Bronkitis akut paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang
paling sering diidentifikasi adalah rhinovirus, enterovirus, influenza A dan
B, parainfluenza, coronavirus, human metapneumovirus, dan virus
syncytial pernapasan. Bakteri terdeteksi di 1% sampai 10% kasus bronkitis
akut. Bakteri atipikal, seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydophila
pneumoniae, dan Bordetella pertussis, jarang menyebabkan bronkitis akut
4
.
o Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkitis adalah batuk yang terus menerus dan produktif
yang lendirnya berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan. Gejala
lainnya mirip dengan flu biasa atau sinusitis. Gejala berikut juga mungkin
timbul.4
 sakit tenggorokan
 sakit kepala
 hidung berair atau tersumbat
 sakit dan nyeri dada atau perut karena batuk terus-menerus
 kelelahan
 demam yang tidak terlalu tinggi
 meriang dan menggigil.
 pada bronkitis kronis, sering terjadi penderita akan mengalami sesak
napas atau mengi karena saluran udara yang meradang.
o Pemeriksaan Penunjang

14
Rontgen Thorax :
Pada pasien dengan gejala bronkitis akut, pencitraan terutama digunakan
untuk menyingkirkan pneumonia. Pedoman berbasis bukti dari American
College of Chest Physicians menyatakan bahwa pencitraan tidak
diperlukan pada pasien dengan gejala bronkitis akut yang memiliki tanda
vital normal dan temuan pemeriksaan paru normal. Pasien dengan
pneumonia biasanya mengalami takipnea, takikardia, atau
dispnea.Pengecualian untuk aturan ini adalah pasien yang lebih tua dari 75
tahun, yang mungkin hadir dengan tanda-tanda pneumonia yang lebih
halus dan cenderung tidak mengalami demam atau takikardia:6

2) Apakah penyebab keluhan pada pasien ini?

Penyebab utama Unstable Angina Pectoris umumnya atherosclerosis.


Dimulai dengan adanyan ruptur plak arteri koroner, setelah plak mengalami
rupture maka faktor jaringan dikeluarkan dan bersama faktor VIIa membentuk
tissue factor VIIa complex mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa sebagai
penyebab terjadinya produksi trombin yang banyak. Adanya adesi platelet,
aktivasi, dan agregasi, menyebabkan pembentukan trombus arteri koroner.
Adanya thrombus arteri koroner menyebabkan suplai darah ke otot jantung
(miokard) menurun dan menurunkan kebutuhan oksigen miokard hal tersebut
menyebabkan Iskemia miokard yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara
suplai darah dan kebutuhan oksigen sehingga menyebabkan unstable angina
pectoris. Unstable Angina Pectoris. Iskemia miokard menyebabkan sel beralih
dari metabolisme aerobik ke anaerobik dan terjadi relaksasi gangguan miokard
sehingga terjadi peningkatan tekanan diastolic akhir dan paru yang
mengakibatkan dyspneu. Selain itu Serat sensorik jantung bercampur dengan
serat sensorik somatik dan memasuki sumsum tulang belakang melalui akar saraf

15
T1-T4 yang menimbulkan ketidaknyamanan pada retrosternal seperti rasa sakit,
berat, tekanan, atau meremas ( Nyeri dada ). Pada iskemi miokard tidak terjadi
nekrosis miosit sehingga troponin serum normal. Iskemia menyebabkan system
saraf simpatik meningkat dan epinefrin/norepinefrin ter sekresi, mengikat reseptor
Beta 1 jantung dan terjadi takikardi. Epinefrin/norepinefrin yang tersekresi juga
Mengikat reseptor alpha 1 otot polos arteri menyebabkan vasokonstriksi dan
tekanan darah meningkat atau hipertensi. Sistem saraf parasimpatik dapat
meningkat oleh karena iskemia sehingga menyebabkan mual, bradikardi dan
sinkop.
Kardiomegali, Kardiomegali merupakan salah satu bentuk kompensasi
akibat jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh. Karena kadar
oksigen dalam tubuh menurun, jantung mengompensasi dengan meningkatkan
curah jantung. Peningkatkan curah jantung yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri dan hipertrofi ventrikel kiri. Pada pasien
didapatkan dada berdebar yang dapat disebabkan oleh peningkatan curah jantung
ini.5
3) Apakah Penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat?

Penatalaksanaan Unstable Angina Pectoris dapat diberikan


a. Pengobatan Anti iskemik untuk mencegah dan mengurangi nyeri dada, pengobatan
awal perlu diberikan nitrat dan beta blocker .7
 Beta Blocker
Beta blocker direkomendasikan bagi pasien UAP atau NSTEMI, terutama jika
terdapat hipertensi dan/atau takikardia, dan selama tidak terdapat kontra
indikasi, hendaknya diberikan dalam 24 jam pertama. Beta blocker juga
diindikasikan untuk semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak
ada kontra indikasi.

 Nitrat
Nitrat memberikan efek dilatasi vena yang mengakibatkan berkurangnya
preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen
miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah
koroner baik yang normal maupun yang mengalami aterosklerosis.

- Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase


akut dari episode angina
16
- Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut
sebaiknyamendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3
kali pemberian,
- Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal
jantung, atau hipertensi dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI.
- Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90
mmHg atau >30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50
kali permenit), takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark
ventrikel kanan

 Calcium Channel Blocker


- CCB dihidropiridin direkomendasikan untuk mengurangi gejala bagi
pasien yang telah mendapatkan nitrat dan penyekat beta
- CCB nondihidropiridin (long-acting) dapat dipertimbangkan sebagai
pengganti terapi penyekat beta

b. Antiplatelet

- Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra


dengan dosis laoding 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg
setiap harinya untuk jangka Panjang.
- Clopidogrel diberikan dengan dosis loading 600 mg

c. Penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa


d. Antikoagulan

17
- Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang
mendapatkanterapi antiplatelet
- Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan
berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5
mg setiap hari secara subkutan

e. Statin

- Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa


mempertimbangkan modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-
coenzyme A reductase (statin) harus diberikan pada semua penderita
UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang telah menjalani terapi
revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra

f. Kombinasi antiplatelet dan antikoagulan

- Penggunaan warfarin bersama aspirin dan/atau clopidogrel


meningkatkan risiko perdarahan dan oleh karena itu harus dipantau
ketat
- Kombinasi aspirin, clopidogrel dan antagonis vitamin K jika terdapat
indikasi dapat diberikan bersama-sama dalam waktu sesingkat
mungkin dan dipilih targen INR terendah yang masih efektif.
- Jika antikoagulan diberikan bersama aspirin dan clopidogrel, terutama
pada penderita tua atau yang risiko tinggi perdarahan, target INR 2- 2,5
lebih terpilih

g. Inhibitor ACE dan Penghambat reseptor angiotensin

- Inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) berguna dalam


mengurangi remodeling dan menurunkan angka kematian penderita
pascainfark-miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung,
dengan atau tanpa gagal jantung klinis. Penggunaannya terbatas pada
pasien dengan karakteristik tersebut, walaupun pada penderita dengan
faktor risiko PJK atau yang telah terbukti menderita PJK, beberapa
penelitian memperkirakan adanya efek antiaterogenik
-
c. Obat Antitrombotik

18
1. Arixtra 2,5 mg 1x1 IV
Arixtra adalah merek dagang dari fondaparinux. Fondaparinux dikenal
sebagai antikoagulan untuk mengobati atau mencegah pembekuan darah yang
serius di kaki dan/atau paru-paru. Ini adalah obat yang mirip dengan heparin
yang bekerja dengan memblokir zat alami tertentu dalam darah yang
menyebabkan pembekuan. Dosis dewasa dengan BB >50 kg yaitu 2,5 mg sekali
sehari selama 5-9 hari.8
2. Isosorobid dinitrate 0.5 mg 1 jam IV
Obat anti angina golongan nitrat, obat ini bekerja untuk menurunkan kebutuhan dan
meningkatkan suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vascular. Obat ini
digunakan untuk mengatasi nyeri dada yang disebabkan penyakit jantung
3. Ceftriaxone 2 gr 1x1 IV
Ceftriaxone merupakan antibiotic golongan sefalosporin generasi ketiga yang
digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri. Pada individu dengan
riwayat katup prostetik, katup yang mengalami degenerasi, dan pemakaian obat-obat
intravena berkaitan dengan peningkatan resiko bakteremia. Dosis dewasa yang dapat
diberikan yaitu 1–2 gram per hari.9
4. Lansoprazol 30 mg 1x1 IV
Merupakan obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) yang digunakan untuk
menghambat sekresi asam lambung, penghambatan berlangsung lama antara 24-48

19
jam. Lansoprazol memiliki waktu paruh 1-2 jam dan dapat mencapai puncaknya
pada 1.7 jam (102 menit). Sediaannya dapat berupa kapsul 15 mg dan 30 mg.
6. Acetylcysteine 12.5 mg 2x IV
Merupakan turunan dari asam amino alami L-sistein. Mukus merupakan campuran
dari protein, lemak, air dan elektrolit yang diproduksi oleh sel goblet dan
dipengaruhi oleh sel makrofag, neutrofil dan sel epitel. Acetylcysteine bekerja
sebagai mukolitik pada situasi basa yaitu pH 7-9. Hipersekresi mukus dan
pengentalan mukus dapat menyebabkan sumbatan pada saluran napas.
Absorbsi
Obat Acetylcysteine diabsorbsi dengan cepat melalui saluran pencernaan.
Bioavaibilitas Acetylcysteine secara oral adalah 4-10%. Waktu yang diperlukan
untuk mencapai konsentrasi puncak pada plasma pada penggunaan Acetylcysteine
secara oral adalah 0,5 – 1 jam.
Distribusi
Volume distribusi acetylcysteine adalah 0,47 L/kgBB. Obat Acetylcysteine
berikatan dengan protein plasma (protein binding plasma) sebanyak 83%.
Metabolisme
Obat Acetylcysteine dimetabolisme di hati dan dinding saluran cerna.
Acetylcysteine dapat dimetabolisasi menjadi sistein, disulfida, dan konjugat lainnya
seperti N,N-diacetylcysteine, N-acetylcysteine, N-acetylcysteine-glutation, dan N-
acetylcysteine-protein. 
Ekskresi
Obat Acetylcysteine diekskresi melalui urin. Waktu paruh obat Acetylcysteine yang
dikonsumsi secara oral adalah 6,25 jam. Sedangkan waktu paruh obat
Acetylcysteine yang digunakan secara intravena adalah 5,58 jam. Waktu
pengeluaran rata-rata (mean clearance/CR) Acetylcysteine 0,11 liter/kgBB/jam.
7. Tanapress 5 mg 1x Per Oral
Tanapress merupakan obat antihipertensi golongan ACE-Inhibitor.
ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi
ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas
hidup dan meningkatkan angka kelangsungan hidup. ACEI kadang-kadang

20
menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi simtomatik,
batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada
pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal.10
Dosis awal yang dapat diberikan 5 mg per hari. Dosis pertama sebaiknya
diberikan sebelum tidur untuk menghindari penurunan tajam pada tekanan
darah. Untuk dosis pemeliharaan yaitu 10 mg per hari dengan dosis maksimal
20 mg per hari.
8. Atorvastatin 20 mg 1x Per oral
statin (atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, rosuvastatin dan simvastatin)
menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-metilglutaril (HMG CoA)
reduktase, yakni enzim yang berperan pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati.
Obat-obat ini lebih efektif dibandingkan obat-obat hipolipidemia lainnya dalam
menurunkan kolesterol-LDL tetapi kurang efektif dibanding fibrat dalam
menurunkan trigliserida. Statin dapat mengurangi serangan penyakit kardiovaskular
dan angka kematian pada orang dewasa, berapapun kadar kolesterol awal. Statin
harus dipertimbangkan untuk semua pasien, termasuk untuk orangtua, dengan gejala
penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (termasuk riwayat angina
atau infark miokard akut), penyakit arteri oklusif (termasuk penyakit vaskuler
perifer, stroke tanpa perdarahan, atau serangan iskemik transien).
Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg sehari, tingkatkan dengan
interval 4 minggu sampai 40 mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut
sampai maksimal 80 mg sekali sehari (atau dikombinasi dengan resin penukar anion
pada hiperkolesterolemia turunan heterozigot). Anak 10-17 tahun hingga 20 mg
sekali sehari (pengalaman terbatas dengan dosis lebih besar) .10
9. Clopidogrel 75 mg 1 x Per oral
Clopidogrel secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP)
pada reseptor ADP di platelet, dengan demikian menghambat aktivasi kompleks
glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi ADP, yang menimbulkan penghambatan
terhadap agregasi platelet. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas fosfodiesterase.
Serangan infark miokard, serangan stroke atau penyakit pembuluh darah perifer:
Dewasa dan usia lanjut: dosis yang direkomendasikan adalah 75 mg satu kali sehari.

21
Pasien dengan non-ST segment elevation acute coronary syndrome: Angina tidak
stabil atau infark miokard non-Q-wave, dosis awal: 300 mg sekali pemberian dan
dilanjutkan dengan 75 mg satu kali sehari dengan asetosal (75 mg - 325 mg satu kali
sehari).
10. Inhalasi Ventolin dan Pulmicort
o Ventolin mengandung salbutamol yang berfungsi untuk mengobati penyakit
pada saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik.
Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta 2
adrenergik terutama pada otot bronkus, hal ini menyebabkan terjadinya
bronkodilatasi karena otot bronkus mengalami relaksasi.11
o Pulmicort merupakan obat yang mengandung budesonide untuk mengurangi
dan mencegah gejala serangan asma, seperti sesak napas dan mengi. Obat ini
bekerja langsung pada saluran pernapasan dengan mengurangi peradangan
dan pembengkakan saluran napas, saat serangan asma terjadi.12

Pengobatan yang diberikan kepada pasien ini sudah sesuai dengan pedoman tatalaksana
untuk pasien unstable angina pectoris. Seperti yang sudah disebutkan diatas obat-obatan
apa saja yang digunakan bagi pasien unstable angina pectori, pasien ini sudah diberikan
sesuai dengan guideline.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Walter Tan, MD, MS et al. (2020). Unstable Angina. The heart.org Medscape.
2. Siti Setiati, I. a. (2014). Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Interna Publishing.
3. Alwi, I (2015). Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2018, 9 13). Ayo Kenali Penyakit Bronkitis dan
Cara Pencegahannya. Retrieved from http://klikpdpi.com/index.php?
mod=article&sel=8596
5. Calgary Guide. (2015, oktober 18). UNSTABLE ANGINA: PATHOGENESIS AND
CLINICAL FINDINGS. Retrieved from https://calgaryguide.ucalgary.ca/unstable-angina-
pathogenesis-and-clinical-findings/
6. Kinkade, s and Long, N (2016). Acute Bronchitis. American Family Physician, 560-565.
7. Loscalzo, J. (2013). Harrisons Cardiovascular Medicine. Mc Graw Hill Education, 407.
8. Arixtra (fondaparinux) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more.

23
Accessed October 12, 2022. https://reference.medscape.com/drug/arixtra-fondaparinux-
342172#0
9. Ghufron M, Airlangga MP. ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PENYAKIT
JANTUNG.

10. Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,
diakses 12 Oktober 2022. https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-
0/210-hipolipidemik/2104-statin

11. Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,
diakses 12 Oktober 2022. https://pionas.pom.go.id/monografi/salbutamol

12. Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,
diakses 12 Oktober 2022. https://pionas.pom.go.id/monografi/budesonid

13. Varghese TP, K. A. (2019). Predisposing Risk Factors of Acute Coronary Syndrome
(ACS): A Mini Review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 1999-2002.

24

Anda mungkin juga menyukai