Disusun oleh:
Anggi Indra Kusuma
1102016024
Pembimbing:
dr. Asyraf, Sp.PD
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Anggi Indra Kusuma
1102016024
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pabrik, Bekasi
Tanggal Masuk RS : 11 Juni 2021
Tanggal Pemeriksaan : 12 Juni 2021
No. Rekam Medis : 206xxx
II. ANAMNESIS
3
dan semakin hari semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan BAB cair dengan
frekuensi 3-5x dalam sehari. BAB berdarah dan berlendir disangkal.
Pada tanggal 9 Juni 2021 pasien pergi ke klinik terdekat dan diberi 5 macam
obat. Keluhan membaik namun nyeri dan mual belum hilang. BAB pasien juga
masih cair dan nafsu makan menurun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa: (+) , pasien mengaku pernah mengalami keluhan nyeri
ulu hati dan mual sebelumnya.
Pasien pernah dirawat di RS selama 5 hari dengan diagnosis DHF.
Diabetes melitus (-)
Hipertensi (-)
Penyakit keganasan (-)
4
2. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
3. Tekanan Darah : 110/60 mmHg
4. Nadi :
- Frekuensi : 88 x/menit
- Irama denyut nadi : Reguler
- Kualitas nadi : Kuat
5. Suhu : 36,6 oC
6. Pernapasan : 18 x/menit
7. SpO2 : 99%
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, ikterik (-), pucat (-)
Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
Leher : Trakea di medial, pembesaran tiroid (-), JVP 5 – 1cm
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 3 mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga : Normotia, otorrhea -/-, serumen -/-
Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, deviasi septum (-), sekret (-/-), rhinorrhea
(-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-), atrofi (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis
KGB : Tidak ada pembesaran
THORAX
Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, diameter
AP:T (1:2)
Palpasi : Fremitus vokal dan fremitus taktil simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru, peranjakan paru hati (+)
Auskultasi : Vesikuler +/+ diseluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, satu jari lebih dari linea midclavikularis
sinistra. Tidak ada vibrasi thrill
5
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dextra Batas
jantung kiri pada ICS V linea aksilaris anterior sin
Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sin
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, sikatrik (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shiffting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium. Tidak teraba hepar
dan limfa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema +/-, CRT < 2 detik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 11 juni 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.1 L g/dL 13.0 – 16.0
Hematokrit 31 L % 40.0 – 54.0
Eritrosit 4.20 L 10^6/L 4.60 – 6.20
MCV 73 L fL 80 – 96
MCH 29 pg/mL 28 – 33
MCHC 39 g/dL 33 – 36
Trombosit 322 10^3/L 150 – 450
6
Monosit 5 % 2–9
Laju Endap 57 H mm/jam < 15
Darah (LED)
Kimia Klinik
Ureum kreatinin
Ureum 96 HH mg/dL 13 – 43
Pemeriksaan penunjang
7
VI. RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemah pada kedua kaki sejak 1 hari SMRS.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah sejak 5 hari SMRS.
Keluhan ini timbul setelah pasien memakan makanan yang pedas. Beberapa saat
kemudian pasien mengeluhkan nyeri ulu hati dan mual. Terdapat BAB cair dengan
frekuensi 3-5x dalam sehari. Pasien kerap memakan makanan pedas, telat makan dan
meminum kopi.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri pada nyeri tekan pada regio
epigastrium. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan penurunan Hb12.1 g/dL, Ht
31%, Eritrosit 4.20 10^6/L, MCV 73 fL, leukositosis 18.6 10^3/L, neutrofilia 89%,
limfositopeni 6%, peningkatan NLR 14.83%, LED 57 mm/jam, ureum 96 mg/dL,
Kreatinin 54.6 mg/dL, eGFR 15,9 mL/min/1.73 m^2, hiponatremi 107 mmol/L,
Kalium 1.1 mmol/L, Cl 69 mmol/L.
8
Susp. Gastritis Kronis
VIII. DIAGNOSIS
Paralisis Periodik Et Causa Hipokalemia
Hiponatremi
AKI stage III
Anemia Mikrositik Hipokrom ec Susp. Defisiensi Besi
Susp Gastritis Kronis
X. RENCANA PEMERIKSAAN
USG Abdomen
AGD
Endoskopi
b) Tatalaksana farmakologis
1. Omeprazole 2 x 40 mg
2. Metoclopramide 3 x 10 mg
3. Inj. Amoksisilin 2 x 1 gr
4. Prorenal 3 x 1tab
5. KSR 3 x 2 tab
XII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
9
BAB II
ANALISIS KASUS
1. Apakah penegakkan diagnosis akhir pada pasien ini sudah benar?
a. Hipokalemi
Disebut hipokalemi bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5 meq/L.
Penyebab hipokalemi dapat dibagi sebagai berikut:
Asupan kalium yang kurang
Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau
keringat
Kalium masuk ke dalam sel
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain muntah,
selang nasogastric, diare atau pemakaian pencahar. Pada keadaan muntah atau
pemakaian selang nasogastric, pengeluaran kalium bukan melalui saluran cerna
atas karena kadar kalium dalam cairan lambung hanya sedikit (5-10 meq/L), akan
tetapi kalium banyak keluar melalui ginjal. Akibat muntah terjadi alkalosis
metabolic sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi diglomelurus yang akan
mengikat kalium di tubulus distal (ductus koligentes) yang dibantu dengan adanya
hiperaldosterone sekunder dan hypovolemia akibat muntah. Kesemuanya ini akan
meningkatkan ekskresi kalium urin dan terjadi hipokalemi.
Pada pasien ini terdapat keluhan muntah 4-5x sehari sejak 5 hari SMRS dan
BAB cair dengan frekuensi 3-5x dalam sehari sejak 3 hari SMRS yang memicu
alkalosis metabolik dan hipokalemia.
b. Hiponatremi
Hiponatremia didefinisikan sebagai konsentrasi Na+ plasma <135 mmol/L.
Hiponatremia adalah suatu keadaan dimana dijumpai kelebihan cairan relatif. Hal
ini terjadi bila (1) jumlah asupan air melebihi kemampuan ekskresi dan (2)
ketidakmampuan menekan sekresi ADH, misalnya pada kehilangan air melalui
saluran cerna, gagal jantung dan sirosis hati atau pada SIADH (Syndrome of
Inappropriate ADH– secretion).
10
Sekresi ADH meningkat akibat deplesi volume sirkulasi efektif seperti pada
muntah, diare, perdarahan, jumlah urin meningkat, gagal jantung, sirosis hati,
SIADH, insufisiensi adrenal, dan hipotiroid. Pada polidipsia primer dan gagal ginjal
terjadi ekskresi cairan lebih rendah dibanding asupan cairan sehingga menimbulkan
respons fisiologik yang menekan sekresi ADH. Respons fisiologik dari
hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus sehingga
ekskresi urin meningkat karena saluran–air di bagian apikal duktus koligentes
berkurang (osmolaritas urin rendah).
c. AKI
Akut kidney injury (AKI) ditandai dengan penurunan mendadak fungsi ginjal yang
terjadi dalam beberapa jam sampai hari. Menurut KDIGO 2012, gagal ginjal akut
didefinisikan ketika salah satu dari kriteria berikut terpenuhi :
Serum kreatinin naik sebesar ≥ 0,3 mg/dL atau ≥ 26μmol /L dalam waktu 48
jam atau
Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang
diketahui atau dianggap telah terjadi dalam waktu satu minggu atau
Output urine <0.5 ml/kg/hr >6 jam berturut-turut
11
Cukup penuhi salah 1 kriteria (peningkatan kreatinin serum atau penurunan
produksi urin) untuk menegakkan diagnosis GgGA. Pada kriteria AKIN peningkatan
kreatinin serum harus terjadi <48 jam. Pada kriteria RIFLE, penurunan fungsi ginjal
harus bersifat akut (dalam 1-7 hari) dan bertahan selama >24 jam.
Pada pasien terdapat hasil laboratorium didapatkan kadar kreatinin meningkat
54.6 mg/dL yang berarti terdapat AKI stadium 3 pada pasien ini dikarenakan
adanya kenaikan nilai kreatinin >3x nilai dasar.
d. Gastritis Kronis
12
Gastritis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri
seperti H.pylori (paling sering) atau bahan iritan lain, makanan dan minuman yang
bersifat iritan (makanan berbumbu, minuman dengan kandungan kafein dan
alcohol) merupakan agen-agen penyebab iritasi lambung. Proses inflamasi dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local.
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang dihubungkan dengan
gastritis adalah nyeri panas dan pedih diulu hati disertai mual kadang sampai
muntah.
Pada pasien ini terdapat kebiasaan memakan makanan pedas dan meminum
kopi yang merupakan bahan iritan penyebab iritasi lambung. Pasien juga
mengalami gejala nyeri ulu hati yang terus menerus, mual dan muntah sejak 5 hari
SMRS.
e. Anemia Mikrositik Hipokrom ec Penyakit Kronis
Anemia dapat didefinisikan sebagai penurunan hemoglobin (kurang dari 13,5 g/dL
pada pria; kurang dari 12,0 g/dL pada wanita) atau hematokrit (kurang dari 41,0%
pada pria; kurang dari 36,0% pada wanita) atau hitung sel darah merah. Etiologi
anemia kronis didasarkan pada mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah
ukuran rata-rata sel darah merah. Anemia mikrositik (MCV kurang dari 80
femtoliter [fL]) adalah anemia defisiensi besi, talasemia, anemia penyakit kronis,
anemia sideroblastik. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun. Kehilangan
besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari : Saluran cerna (akibat dari
tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker colon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.) Faktor nutrisi (akibat
kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas)
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
14
kelumpuhan otot pernapasan, KCl dapat diberikan dengan kecepatan 40–100 mEq/
jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 mL NaCl isotonik.
Metoclopramide memperkuat tonus sfingter esophagus distal dan meningkatkan
amplitudo konstraksi esofagus. Pada gaster, Metoclopramide memperkuat konstraksi
terutama pada bagian antrum, memperkuat koordinasi kontraktilitas antrum dan
duodenum sehingga mempercepat pengosongan lambung. Secara sentral,
Metoclopramide mempertinggi ambang rangsang muntah di Chemoreseptor Trigger
Zone (CTZ), sedangkan secara perifer obat ini menurunkan kepekaan saraf viseral
yang menghantarkan impuls aferen dari saluran cerna ke pusat muntah
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta, I Made. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo, Aru W, dkk. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2014 Jul: 2575-2581
2. Samy A. Azer; Hossein Akhondi. Gastritis. Statpearls. 2021
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544250/
3. Parlindungan Siregar. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit dalam Sudoyo,
Aru W, et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014 Jul: 2575-2581
4. Indriana Triastuti. ACUTE KIDNEY INJURY (AKI). 2017. https://simdos.unud.ac.id/
5. WHO. 2013. Potassium intake for Adults and Children.
https://www.who.int/elena/titles/guidance_summaries/potassium_intake/en/. Diakses
pada 12 juni 2021
6. Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Fauci A., Longo, D. L., dan Loscalzo, J.,
2015, Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Ed., The Mc Grawhill
Companies,United Statesof America. Page 295-312
16