Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PARALISIS PERIODIK ET CAUSA HIPOKALEMIA + AKI + GASTRITIS KRONIS

Disusun oleh:
Anggi Indra Kusuma
1102016024

Pembimbing:
dr. Asyraf, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 7 JUNI – 17 JULI 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS YARSI
RSUD KABUPATEN BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Anggi Indra Kusuma
1102016024

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik


di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Bekasi

Telah dibimbing dan disahkan pada


Bekasi,
Pembimbing

dr. Asyraf, Sp.PD

2
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pabrik, Bekasi
Tanggal Masuk RS : 11 Juni 2021
Tanggal Pemeriksaan : 12 Juni 2021
No. Rekam Medis : 206xxx

II. ANAMNESIS

Anamnesis menggunakan teknik Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal


12 Juni 2021 di bangsal Anggrek RSUD Kab. Bekasi
Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak bagian bawah sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri ulu hati, mual, muntah sejak 5 hari SMRS. BAB cair 3-5x sehari sejak 3
hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemah pada kedua kaki sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengaku sudah 3x terjatuh saat sedang beraktivitas ringan dirumahnya
karna merasakan kedua kakinya lemas tiba-tiba. Saat terjatuh pasien kesulitan
untuk bangun dan harus dibantu oleh keluarganya dirumah.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah sejak 5 hari SMRS.
Pasien kerap muntah setelah makan. Pasien muntah 4-5x dalam sehari. Keluhan
ini timbul setelah pasien memakan makanan yang pedas. Beberapa saat kemudian
pasien mengeluhkan nyeri ulu hati dan mual. Pasien lalu membeli obat antasida
diwarung, keluhan sedikit membaik namun nyeri ulu hati dan mual masih terasa

3
dan semakin hari semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan BAB cair dengan
frekuensi 3-5x dalam sehari. BAB berdarah dan berlendir disangkal.
Pada tanggal 9 Juni 2021 pasien pergi ke klinik terdekat dan diberi 5 macam
obat. Keluhan membaik namun nyeri dan mual belum hilang. BAB pasien juga
masih cair dan nafsu makan menurun.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan serupa: (+) , pasien mengaku pernah mengalami keluhan nyeri
ulu hati dan mual sebelumnya.
 Pasien pernah dirawat di RS selama 5 hari dengan diagnosis DHF.
 Diabetes melitus (-)
 Hipertensi (-)
 Penyakit keganasan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

 Keluarga pasien tidak pernah mengalami hal serupa


 Diabetes melitus (-)
 Hipertensi (-)
 Penyakit keganasan (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke klinik terdekat 2 hari SMRS dan diberi 5 macam obat.
Setelah minum obat keluhan pasien sedikit membaik namun masih dirasakan.
Sebelumnya pasien hanya meminum obat antasid yang dibeli diwarung apabila
pasien merasakan gejala mual dan nyeri ulu hati.
Riwayat Pribadi dan Sosial
 Pasien mempunyai kebiasaan telat makan dan suka makan makanan yang
pedas dan ibu pasien selalu memasak masakan yang pedas.
 Pasien merokok sejak 15 tahun yang lalu. Saat ini pasien menghabiskan 5-6
batang rokok dalam sehari.
 Pasien kerap meminum kopi, hampir setiap hari dipagi dan malam hari.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi.
III. STATUS GENERALIS
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang

4
2. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
3. Tekanan Darah : 110/60 mmHg
4. Nadi :
- Frekuensi : 88 x/menit
- Irama denyut nadi : Reguler
- Kualitas nadi : Kuat
5. Suhu : 36,6 oC
6. Pernapasan : 18 x/menit
7. SpO2 : 99%
IV. PEMERIKSAAN FISIK
 Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, ikterik (-), pucat (-)
 Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
 Leher : Trakea di medial, pembesaran tiroid (-), JVP 5 – 1cm
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 3 mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
 Telinga : Normotia, otorrhea -/-, serumen -/-
 Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, deviasi septum (-), sekret (-/-), rhinorrhea
(-/-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : sianosis (-), kering (-), atrofi (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis
 KGB : Tidak ada pembesaran

 THORAX
Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, diameter
AP:T (1:2)
Palpasi : Fremitus vokal dan fremitus taktil simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru, peranjakan paru hati (+)
Auskultasi : Vesikuler +/+ diseluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, satu jari lebih dari linea midclavikularis
sinistra. Tidak ada vibrasi thrill

5
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dextra Batas
jantung kiri pada ICS V linea aksilaris anterior sin
Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sin
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, sikatrik (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shiffting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium. Tidak teraba hepar
dan limfa
 Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema +/-, CRT < 2 detik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 11 juni 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.1 L g/dL 13.0 – 16.0
Hematokrit 31 L % 40.0 – 54.0
Eritrosit 4.20 L 10^6/L 4.60 – 6.20

MCV 73 L fL 80 – 96
MCH 29 pg/mL 28 – 33
MCHC 39 g/dL 33 – 36
Trombosit 322 10^3/L 150 – 450

Leukosit 18,6 H 10^3/L 5.0 – 10.0


Hitung jenis
Basophil 0 % 0.0 – 1.0
Eosinophil 0 % 1.0 – 6.0
Neutrophil 89 H % 50 – 70
Limfosit 6L % 20 – 40
NLR 14.83 H   < = 5.80

6
Monosit 5 % 2–9
Laju Endap 57 H mm/jam < 15
Darah (LED)

Kimia Klinik

SGOT (AST) 30 U/L < 38


SGPT (ALT) 38 U/L < 41

Ureum kreatinin

Ureum 96 HH mg/dL 13 – 43

Kreatinin 54.6 HH mg/dL 0.51 – 1.17

eGFR 15.9 L mL/min/1.73 > 60 mL/min/1.73


m^2 m^2

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Glukosa 136 H mg/dL 80 – 170
Sewaktu
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Paket Elektrolit

Natrium 107 LL mmol/L 136 – 146


Kalium 1.1 LL mmol/L 3.5 – 5.0
Klorida (Cl) 69 LL mmol/L 98 – 106

Pemeriksaan penunjang

7
VI. RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemah pada kedua kaki sejak 1 hari SMRS.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah sejak 5 hari SMRS.
Keluhan ini timbul setelah pasien memakan makanan yang pedas. Beberapa saat
kemudian pasien mengeluhkan nyeri ulu hati dan mual. Terdapat BAB cair dengan
frekuensi 3-5x dalam sehari. Pasien kerap memakan makanan pedas, telat makan dan
meminum kopi.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri pada nyeri tekan pada regio
epigastrium. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan penurunan Hb12.1 g/dL, Ht
31%, Eritrosit 4.20 10^6/L, MCV 73 fL, leukositosis 18.6 10^3/L, neutrofilia 89%,
limfositopeni 6%, peningkatan NLR 14.83%, LED 57 mm/jam, ureum 96 mg/dL,
Kreatinin 54.6 mg/dL, eGFR 15,9 mL/min/1.73 m^2, hiponatremi 107 mmol/L,
Kalium 1.1 mmol/L, Cl 69 mmol/L.

VII. DAFTAR MASALAH


 Hiponatremi
 Paralisis Periodik Et Causa Hipokalemia
 Anemia Mikrositik Hipokrom
 AKI

8
 Susp. Gastritis Kronis
VIII. DIAGNOSIS
 Paralisis Periodik Et Causa Hipokalemia
 Hiponatremi
 AKI stage III
 Anemia Mikrositik Hipokrom ec Susp. Defisiensi Besi
 Susp Gastritis Kronis

IX. DIAGNOSIS BANDING


 CKD
 Anemia Mikrositik Hipokrom ec Susp. Penyakit Kronis
 Ulkus Peptikum

X. RENCANA PEMERIKSAAN
 USG Abdomen
 AGD
 Endoskopi

X1. RENCANA PENATALAKSANAAN


a) Tatalaksana non-medikamentosa
1. KCl 20 mEq dalam 500 cc NaCl 0,9%
2. Diet tinggi kalium
3. Diet makanan lunak dan tinggi kalori

b) Tatalaksana farmakologis
1. Omeprazole 2 x 40 mg
2. Metoclopramide 3 x 10 mg
3. Inj. Amoksisilin 2 x 1 gr
4. Prorenal 3 x 1tab
5. KSR 3 x 2 tab

XII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam

9
BAB II

ANALISIS KASUS
1. Apakah penegakkan diagnosis akhir pada pasien ini sudah benar?
a. Hipokalemi
Disebut hipokalemi bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5 meq/L.
Penyebab hipokalemi dapat dibagi sebagai berikut:
 Asupan kalium yang kurang
 Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau
keringat
 Kalium masuk ke dalam sel
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain muntah,
selang nasogastric, diare atau pemakaian pencahar. Pada keadaan muntah atau
pemakaian selang nasogastric, pengeluaran kalium bukan melalui saluran cerna
atas karena kadar kalium dalam cairan lambung hanya sedikit (5-10 meq/L), akan
tetapi kalium banyak keluar melalui ginjal. Akibat muntah terjadi alkalosis
metabolic sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi diglomelurus yang akan
mengikat kalium di tubulus distal (ductus koligentes) yang dibantu dengan adanya
hiperaldosterone sekunder dan hypovolemia akibat muntah. Kesemuanya ini akan
meningkatkan ekskresi kalium urin dan terjadi hipokalemi.
Pada pasien ini terdapat keluhan muntah 4-5x sehari sejak 5 hari SMRS dan
BAB cair dengan frekuensi 3-5x dalam sehari sejak 3 hari SMRS yang memicu
alkalosis metabolik dan hipokalemia.
b. Hiponatremi
Hiponatremia didefinisikan sebagai konsentrasi Na+ plasma <135 mmol/L.
Hiponatremia adalah suatu keadaan dimana dijumpai kelebihan cairan relatif. Hal
ini terjadi bila (1) jumlah asupan air melebihi kemampuan ekskresi dan (2)
ketidakmampuan menekan sekresi ADH, misalnya pada kehilangan air melalui
saluran cerna, gagal jantung dan sirosis hati atau pada SIADH (Syndrome of
Inappropriate ADH– secretion).

10
Sekresi ADH meningkat akibat deplesi volume sirkulasi efektif seperti pada
muntah, diare, perdarahan, jumlah urin meningkat, gagal jantung, sirosis hati,
SIADH, insufisiensi adrenal, dan hipotiroid. Pada polidipsia primer dan gagal ginjal
terjadi ekskresi cairan lebih rendah dibanding asupan cairan sehingga menimbulkan
respons fisiologik yang menekan sekresi ADH. Respons fisiologik dari
hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus sehingga
ekskresi urin meningkat karena saluran–air di bagian apikal duktus koligentes
berkurang (osmolaritas urin rendah).

c. AKI
Akut kidney injury (AKI) ditandai dengan penurunan mendadak fungsi ginjal yang
terjadi dalam beberapa jam sampai hari. Menurut KDIGO 2012, gagal ginjal akut
didefinisikan ketika salah satu dari kriteria berikut terpenuhi :
 Serum kreatinin naik sebesar ≥ 0,3 mg/dL atau ≥ 26μmol /L dalam waktu 48
jam atau
 Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang
diketahui atau dianggap telah terjadi dalam waktu satu minggu atau
 Output urine <0.5 ml/kg/hr >6 jam berturut-turut

11
Cukup penuhi salah 1 kriteria (peningkatan kreatinin serum atau penurunan
produksi urin) untuk menegakkan diagnosis GgGA. Pada kriteria AKIN peningkatan
kreatinin serum harus terjadi <48 jam. Pada kriteria RIFLE, penurunan fungsi ginjal
harus bersifat akut (dalam 1-7 hari) dan bertahan selama >24 jam.
Pada pasien terdapat hasil laboratorium didapatkan kadar kreatinin meningkat
 54.6 mg/dL yang berarti terdapat AKI stadium 3 pada pasien ini dikarenakan
adanya kenaikan nilai kreatinin >3x nilai dasar.
d. Gastritis Kronis

12
Gastritis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri
seperti H.pylori (paling sering) atau bahan iritan lain, makanan dan minuman yang
bersifat iritan (makanan berbumbu, minuman dengan kandungan kafein dan
alcohol) merupakan agen-agen penyebab iritasi lambung. Proses inflamasi dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local.
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang dihubungkan dengan
gastritis adalah nyeri panas dan pedih diulu hati disertai mual kadang sampai
muntah.
Pada pasien ini terdapat kebiasaan memakan makanan pedas dan meminum
kopi yang merupakan bahan iritan penyebab iritasi lambung. Pasien juga
mengalami gejala nyeri ulu hati yang terus menerus, mual dan muntah sejak 5 hari
SMRS.
e. Anemia Mikrositik Hipokrom ec Penyakit Kronis
Anemia dapat didefinisikan sebagai penurunan hemoglobin (kurang dari 13,5 g/dL
pada pria; kurang dari 12,0 g/dL pada wanita) atau hematokrit (kurang dari 41,0%
pada pria; kurang dari 36,0% pada wanita) atau hitung sel darah merah. Etiologi
anemia kronis didasarkan pada mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah
ukuran rata-rata sel darah merah. Anemia mikrositik (MCV kurang dari 80
femtoliter [fL]) adalah anemia defisiensi besi, talasemia, anemia penyakit kronis,
anemia sideroblastik. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun. Kehilangan
besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari : Saluran cerna (akibat dari
tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker colon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.) Faktor nutrisi (akibat
kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas)
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).

2. Apakah penyebab keluhan pada pasien ini?


A. Terdapat kelemahan anggota gerak bawah karena:
- Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf,
pengeluaran hormon, transport cairan, perkembangan janin.
13
- Pada anamnesis akan ditemukan gejala kelemahan otot, kram kaki otot lembek
atau kendur, mual, muntah, parestesi, poliuria karena penurunan konsentrasi
urin, gangguan irama jantung (aritmia).
- Pada pemeriksaan fisisk akan ditemukan bising usus, nadi lemah dan tak teratur,
penurunan reflex, penurunan tonus otot.
- Pemeriksaan penunjang ditemukan nilai kalium serum <3,5 meq/L, analisa gas
darah, alkalosis metabolik. EKG: depresi segmen-ST, gelombang T datar,
adanya gelombang U, disritmia ventrikel.
B. Keluhan nyeri ulu hati, mual, muntah karena:
Mukosa barrier lambung umumnya melindungi lambung dari oencernaan
terhadap lambung itu sendiri yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin
yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barrier ini rusak maka akan
timbul gastritis. Setelah barrier rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk
oleh histamin dan stimulasi saraf kolinergik. Kemudian HCl dapat berdifusi balik
kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil yang
mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan dan erosi lambung.

3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat?


Pasien mendapat medikamentosa antara lain :
 Injeksi Omeprazole 2 x 40 mg digunakan untuk mengatasi gangguan lambung
dengan cara menghambat secara spesifik enzim lambung pompa proton H+/K+-
ATPase dalam sel parietal.
 Amoksisilin  turunan ampisilin dan memiliki spektrum antibakteri yang sama. Aktif
terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif tertentu.
 Prorenal 3 x 1 tab  digunakan untuk terapi gangguan ginjal kronik bersama dengan
diet tinggi kalori dan rendah protein. Prorenal membantu memenuhi kebutuhan asam
amino dan membantu pembentukan protein.
 KCL  Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada
keadaan (1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis, (2) pasien dengan ketoasidosis
diabetik, (3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan, dan (4) pasien dengan
hipokalemia berat (K< 2 mEq/L). Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kalium
intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan
kecepatan 10–20 mEq/jam. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya

14
kelumpuhan otot pernapasan, KCl dapat diberikan dengan kecepatan 40–100 mEq/
jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 mL NaCl isotonik.
 Metoclopramide  memperkuat tonus sfingter esophagus distal dan meningkatkan
amplitudo konstraksi esofagus. Pada gaster, Metoclopramide memperkuat konstraksi
terutama pada bagian antrum, memperkuat koordinasi kontraktilitas antrum dan
duodenum sehingga mempercepat pengosongan lambung. Secara sentral,
Metoclopramide mempertinggi ambang rangsang muntah di Chemoreseptor Trigger
Zone (CTZ), sedangkan secara perifer obat ini menurunkan kepekaan saraf viseral
yang menghantarkan impuls aferen dari saluran cerna ke pusat muntah

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bakta, I Made. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo, Aru W, dkk. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2014 Jul: 2575-2581
2. Samy A. Azer; Hossein Akhondi. Gastritis. Statpearls. 2021
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544250/
3. Parlindungan Siregar. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit dalam Sudoyo,
Aru W, et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014 Jul: 2575-2581
4. Indriana Triastuti. ACUTE KIDNEY INJURY (AKI). 2017. https://simdos.unud.ac.id/
5. WHO. 2013. Potassium intake for Adults and Children.
https://www.who.int/elena/titles/guidance_summaries/potassium_intake/en/. Diakses
pada 12 juni 2021
6. Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Fauci A., Longo, D. L., dan Loscalzo, J.,
2015, Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Ed., The Mc Grawhill
Companies,United Statesof America. Page 295-312

16

Anda mungkin juga menyukai