Disusun oleh :
dr. Anggi Novita E
Pendamping :
dr. Farah Heniyati
dr. Lucky Mirafra
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Anggi Novita E.
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi:
Wanita 55 tahun: Pasien dengan muntah berwarna hitam disertai BAB hitam
Tujuan:
Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen Hematemesis Melena
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
DATA PASIEN
Nama : Ny. T
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pagentan RT 2 / RW 7
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
No. RM : 657141
Tanggal Masuk : 10 Januari 2017 pukul 22.20 WIB
Tanggal Keluar : 14 Januari 2017 pukul 14.00 WIB
1
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Keluhan Utama : muntah berwarna hitam disertai BAB hitam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSUD Hj. Annah Lasmanah dengan keluhan
muntah berwarna hitam yang dialami sejak 1 hari lalu. Muntah berwarna hitam
timbul sekitar 3 kali/hari, dengan jumlah sebanyak 1 gelas kecil (500ml).
Keluhan disertai dengan BAB warna hitam timbul 2 kali/hari, dengan konsistensi
lembek dengan jumlah sebanyak gelas kecil. Pasien juga mengeluhkan nyeri
ulu hati, nyeri kepala dan mual. BAK pada pasien normal. Pasien diketahui sering
mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri karena merasa badannya pegal linu, namun
pasien lupa nama obatnya. Pasien membeli obat-obatan tersebut dari warung dekat
rumahnya. Nafsu makan menurun tetapi tidak disertai dengan keluhan penurunan
berat badan pasien. Riwayat demam lama, sesak napas, dan perut membuncit
disangkal. Riwayat konsumsi obat-obat pegal linu dari warung dalam jangka waktu
lama.
3. Riwayat Keluarga:
Riwayat keluhan serupa (disangkal)
4. Riwayat Pekerjaan:
Ibu rumah tangga
5. Riwayat Pribadi:
- Riwayat minum alcohol : Disangkal
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis hematemesis melena melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Tatalaksana hematemesis melena
2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif
Keluhan Utama : muntah berwarna hitam.
Keluhan Tambahan : disertai BAB berwarna hitam.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dating ke UGD RSUD Hj. Annah Lasmanah dengan keluhan muntah
berwarna hitam yang dialami sejak 1 hari lalu. Muntah berwarna hitam timbul
sekitar 3 kali/hari, dengan jumlah sebanyak 1 gelas kecil (500ml). Keluhan
disertai dengan BAB warna hitam timbul 2 kali/hari, dengan konsistensi lembek
dengan jumlah sebanyak gelas kecil. Keluhan nyeri ulu hati(+), nyeri kepala(+)
dan mual(+). BAK normal. Pasien diketahui sering mengkonsumsi obat-obatan
anti nyeri karena merasa badannya pegal linu, namun pasien lupa nama obatnya.
Pasien membeli obat-obatan tersebut dari warung dekat rumahnya. Nafsu makan
menurun, keluhan penurunan berat badan pasien(-). Riwayat demam lama(-), sesak
napas(-), dan perut membuncit(-). Riwayat konsumsi obat-obat pegal linu dari
warung dalam jangka waktu lama.
Riwayat Pribadi:
Riwayat minum alcohol (-)
2. Obyektif
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah dan pucat
Kesadaran : Compos mentis
3
Tanda Vital
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 20 x/menit, reguler,
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala : Nyeri tekan kepala -, rambut tidak mudah dicabut, alopecia -.
Wajah : Nyeri tekan sinus -.
Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+,
diameter pupil 3mm/3mm.
Telinga :Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+,
sekret -/-, membran timpani intak/intak.
Hidung :Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -.
Mulut : Higiene buruk, karies dentis +, tonsil T1/T1, mukosa hiperemis -,
uvula di tengah, arkus faring simetris.
Leher : KGB Tidak teraba, tiroid tidak terdapat pembesaran., JVP tidak
meningkat.
Dada :
Paru :
I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-), spider
nevi (-), sikatriks (-).
P : Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P : Sonor pada seluruh lapang paru.
A : Sd vesikuler +/+, Rbh-/-, Rbk -/-, Wh-/-
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di SIC 5 2jari medial linea midklavikula kiri
P : Batas jantung kiri di SIC 5 2jari medial linea midklavikula kiri,
batas jantung kanan di ICS 5 linea sternalis kanan.
A : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
4
Abdomen:
I : Abdomen datar, caput medusa -, sikatriks -
A : Bising usus +
P : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, nyeri tekan + regio epigastrium, nyeri
tekan McBurney -, hepar dan lien tidak teraba, ballotement -/-, nyeri
ketok CVA -/-
Ekstremitas: CRT <2, Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik, tidak
ada gangguan gerak pada ekstrimitas superior dan inferior.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium di IGD
20/01/2017 Nilai normal
Hematokrit 37 35 47 %
MCV 85 80 100 fL
MCH 29 26 34 pg
MCHC 34 32 36 g/dL
PCT 0.24 %
PDW 12.6 fL
DIFF COUNT
Limfosit (%) 25 25 40 %
5
HBsAg : non reaktif
3. Assessment
Hematemesis melena ec. suspek gastritis erosif
DD/ hematemesis melena ec. tukak lambung
4. Plan:
UGD
IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Inj As. Traneksamat 250 mg/8jam (iv)
Inj. Omeprazole 40 mg/24 jam (iv)
Inj. Ondancentron 4mg/8 jam (iv)
Sukralfat syrup 3x1 cth
Paracetamol 3x1 tablet
Ruang Bougenville
Follow Up Assessment & Plan
S : Muntah kehitaman(+) berkurang 11 / 01 / 2017 A:
BAB hitam(+) berkurang, mual (+), Pukul 07.10 Hematemesis melena ec. suspek
nyeri perut(+) gastritis erosif
6
Ext: akral hangat, edema (-) -USG Abdomen
*Hasil USG:
Kesan:
-Tak tampak kelainan pada hepar,
VF, lien, rend extra sinistra, dan
aorta.
-Tak tampak ascites hematoma,
periappendicular infiltrate maupun
7
massa pelvis/abdomen.
8
Banjarnegara, 10 Januari 2017
Mengetahui,
9
ANALISA KASUS
HEMATEMESIS MELENA EC. SUSPEK GASTRITIS EROSIF
Dari anamnesis diperoleh data bahwa sejak 1 hari lalu pasien mengeluh muntah
berwarna hitam. Muntah berwarna hitam sekitar 3 kali/hari dengan jumlah
sebanyak 1 gelas kecil. Dan 2 hari sebelumnya pasien mengalami keluhan BAB
berwarna hitam 2 kali/hari dengan konsistensi lembek dengan jumlah sebanyak
gelas kecil. Keluhan juga disertai nyeri ulu hati, dan pasien diketahui sering
mengkonsumsi obat anti nyeri untuk pegal linu yang dirasakannya. Keluhan seperti
ini diketahui belum pernah terjadi sebelumnya pada pasien, namun pasien
memiliki riwayat gastritis (maag) sejak 1 tahun. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
adanya nyeri tekan pada epigastrium dan konjungtiva terlihat pucat.
Muntah darah yang berwarna hitam pekat seperti kopi diakibatkan oleh
perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian atas yaitu lambung,
yang telah tercampur dengan asam lambung.
Warna darah terganung pada jumlah asam lambung yang ada dan
lamanya kontak dengan darah. Darah dapat berwarna merah segar bila
tidak tercampur dengan asam lambung atau merah gelap, coklat,
ataupun hitam bila telah bercampur dengan asam lambung atau enzim
pencernaan sehingga hemoglobin mengalami proses oksidasi menjadi
hematin.
BAB yang berwarna hitam seperti ter juga diakibatkan oleh
tercampurnya darah dengan asam lambung. BAB hitam (melena) baru
dijumpai apabila terjadi paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100
mL. Perdarahan saluran cerna bagian atas juga dapat bermanifestasi
10
sebagai hematokesia bila perdarahan banyak dan aktif serta waktu
transit saluran cerna yang cepat.
Efek samping NSAIDs pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung.
Efek samping pada lambung memang yang paling sering terjadi.
NSAIDs merusak mukosa lambung malalui 2 mekanisme yakni :
tropikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena
NSAIDs bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping
ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan.
Efek sistemik NSAIDs tampaknya lebih penting yaitu kerusakan
mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun, NSAIDs secara
bermakna menekan prostaglandin.
Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitiprotektif yang
amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitiproteksi itu dilakukan
dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi
mukus, dan ion bikarbonat dan meningkatkan epithelial defense. Aliran
darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi neutrofil pada
endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses
imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses
11
imunologis tersebut akan merusak mukosa lambung.
Menentukan status hemodinamik pada saat pasien datang sangatlah penting karena
hal ini akan mempengaruhi prognosis. Di samping itu, tanda-tanda gangguan
sirkulasi perifer juga harus diwaspadai. Pada saat pemeriksaan , tidak didaparkan
tanda-tanda hipovolemik sampai syok, yaitu tekanan darah masih dalam batas
normal, nadi dan napas juga dalam batas normal serta akral tidak dingin. Hanya
ditemukan konjungtiva pucat. Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah darah
yang hilang tidak terlalu banyak.
Terdapat riwayat penyakit atau kelainan hati sebelumnya, dan umumnya darah
yang dimuntahkan berwarna merah segar karena berasal dari pembuluh darah
esofagus yang pecah walaupun terdapat juga warna muntahan darah berwarna
hitam karena ada darah yang mengalir ke lambung dan bercampur dengan asam
lambung. Untuk ,mengetahui apakah terdapat kelainan pada hati dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi hati seperti SGPT, SGOT dan apabila diperlukan
dapat dilakukan USG hati.
Berdasarkan USG pasien, Kesan: Tak tampak kelainan pada hepar, VF, lien, rend
extra sinistra, dan aorta. Tak tampak ascites hematoma, periappendicular
infiltrate maupun massa pelvis/abdomen.
12
Hematemesis melena et causa tukak peptikum:
Terapi
13
Terapi kausal yang diberikan pada pasien ini adalah golongan obat penghambat
pompa proton seperti Lansoprazole atau Omeprazole. Mekanisme kerja PPI
+ + + +
adalah memblokir enzim K H ATP ase yang akan memecah K H ATP
menghasilkan energi yang akan digunakan untu mengeluarkan enzim HCL
dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
Selain itu diberikan juga obat-obatan antasida yang mempunyai kemampuan untuk
menetralkan asam lambung atau mengikatnya, seperti Magnesium hidroksida atau
Alumunium hidroksida.Pemberian vitamin K pada kasus-kasus perdarahan
saluran cerna bagian atas diperbolahkan, dengan peetimbangan pemberian tersebut
tidak merugikan dan relatif murah. Vitamin K bermanfaat dalam proses
pembekuan darah dan dapat mengembalikan masa protrombin menjadi normal.
TINJAUAN PUSTAKA
14
HEMATEMESIS MELENA EC. SUSPEK. GASTRITIS EROSIF
1.1 Definisi
Hematemesis adalah muntah darah yang berwarna hitam yang berasal dari saluran
cerna bagian atas. Melena yaitu buang air besar berwarna hitam ter yang berasal dari
saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah
saluran cerna di atas (proksimal) dari ligamentum Treitz, mulai dari jejenum
proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.
Kelainan Esofagus
a. Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya
sifat perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna
kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita
muntah darah dan itupun tidak masif. Pada pemeriksaan endoskopi jelas terlihat
gmabaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan mudah berdaharah yang
terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntahmuntah hebat yang pada akhirnya
baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda.
Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus
menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh karsinoma
esofagus.
d. Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras
tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat korosif untuk
mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah penderita juga
mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.
15
e. Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermittem
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hematemesis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan
yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu
hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat
rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan
makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan
semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang.
Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih,
nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi
lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
1.2. Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Perdarahan dapat terjadi antara lain karena pecahnya varises esofagus,
gastritis erosif, atau ulkus peptikum. Delapan puluh persen dari angka kematian
akibat perdarahan SCBA di bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM berasal dari
pecahnya varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan
hepatoma.Berdasarkan laporan di SMF Penyakit Dalam RSU dr. Sutomo
Surabaya, dari 1673 kasus perdarahan SCBA, penyebab terbanyak adalah 76,9%
pecahnya varises esofagus, 19,2% gastritis erosif, 1,0% tukak peptikum, 0,6%
16
kanker lambung dan 2,6% karena sebab-sebab lain. Laporan dari RS Pemerintah di
Jakarta, Bandung dan Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan SCBA
sama dengan di RSU dr. Sutomo. Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di Ujung
Pandang menyebutkan tukak peptikum menempati urutan pertama penyebab
SCBA. Laporan kasus di RS Swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena
tukak peptikum 51,2%, gastritis erosif 11,7%, varises esofagus 10,9%, keganasan
9,8%, esofagitis 5,3%, sindrom Mallori-Weiss 1,4%, tidak diketahui 7%, dan
penyebab-penyebab lain 2,7%. Di negara barat tukak peptikum menempati
urutan pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi sekitar 50%.
1.3. Diagnosis
1). Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang keluar,
17
1.3. Sarana Diagnostik
Sarana diagnostik yang biasa digunakan pada kasus perdarahan saluran cerna
ialah endoskopi gastrointestinal, radiografi dengan barium, radionuklid, dan
anguografi. Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan saluran cerna
bagian atas atau yang asal perdarahannya masih meragukan pemeriksaan
endoskopi SCBA merupakan prosedur pilihan. Dengan pemeriksan ini sebagian
besar kasus diagnosis penyebab perdarahan bisa ditegakkan. Selain itu dengan
endoskopi bisa juga dilakukan upaya terapeutik. Bila perdarahan masih tetap
berlanjut atau asal perdarahan sulit dididentifikasi perlu pertimbangan pemeriksaan
dengan radionuklid atau angiografi yang sekaligus bisa digunakan untuk
menghentikan perdarahan.Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan
penyebab serta asal perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan.
1.4. Penatalaksanaan
Bilas lambung juga dapat dilakukan dengan menggunakan air suhu kamar.
Berdasarkan percobaan pada hewan, kumbah lambung dengan air es kurang
menguntungkan, waktu perdarahan jadi memanjang, perfusi dinding lambung
menurun, dan bisa timbul ulserasi pada mukosa lambung.Pada perdarahan
saluran cerna ini dianggap terdapat gangguan hemostasis berupa defisiensi
kompleks protrombin sehingga diberikan vitamin K parenteral dan bila diduga
terdapat fibrinolisis sekunder dapat diberikan asam traneksmat
parenteral.Produksi asam lambung yang meningkat karena stress fisik maupun
psikis ditekan dengan pemberian antasida dan antagonis reseptor H2 (ranitidine,
famotidine, atau roksatidine). Antasid diharapkan bermanfaat untuk menekan asam
lambung yang sudah berada di lambung sedangkan antagonis reseptor H 2 untuk
menekan produksi asam lambung. Selain itu dengan pertimbangan bahwa proses
koagulasi atau pembentukan fibrin akan terganggu oleh suasana asam, maka
diberikan antisekresi asam lambung, mulai dari antagonis reseptor H2 sampai
penghambat pompa proton (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole). Di samping
itu terdapat obat-obatan yang bersifat meningkatkan defense mukosa (sukralfat)
yang dapat dipakai sebagai regimen alternatif.
19
menekan langsung pembuluh darah varises yang robek dan berdarah. Balon SB
tube memiliki 3 lumen, yaitu untuk balon lambung, balon esifagus, dn untuk
memasukkan obat-obatan atau makann ke dalam lambung atau untuk membilas
lambung dengan air es. Komplikasi yang dapt terjadi adalah pneumonis aspirasi,
kerusakan esofagus, dan obstruksi jalan napas.
DAFTAR PUSTAKA
20
Adi, P., 2006., Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV., Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia., Jakarta., hal.289-292
Mubin, AH., 2006., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2 : Diagnosis
dan Terapi, EGC : Jakarta
21
22