Data
Nama : Ny. A 60 tahun No. Registrasi : 15.69.33
Pasien :
Nama Klinik : RSUD H. Abdul Manap Telp : Terdaftar sejak : 28 Juli 2017
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Gastritis Erosif. Buang air besar bercampur darah, warna hitam,
konsistensi lembek, nyeri ulu hati, mual (+), muntah ±6x, muntah setiap makan.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien pernah berobat ke puskesmas dan diberi obat tapi pasien tidak
tahu nama obatnya, keluhan tidak berkurang.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Keluarga/ Lingkungan : Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai IRT
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Riwayat mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa
sakit atau nyeri sendi disangkal, Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tradisional atau jamu-
jamuan ada sejak + 8 bulan yang lalu.
1
7. Lain-lain :
Hematokrit : 24 %
Hemoglobin : 7,9 gr/dl
Leukosit : 15.400 /mm3
Trombosit : 303.000 /mm3
Daftar Pustaka :
o Astera, I W.M. & I D.N. Wibawa. Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas :
dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. 1999 : 53 – 62.
o Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi
Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
o Davey, P. Hematemesis & Melena : dalam At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga. 2006 : 36
– 7.
o Adi, P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas : Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta : FKUI. 2006 : 289 – 97
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis gastritis erosif
2. Tata laksana pasien gastritis erosif
3. Komplikasi gastritis erosif
4. Prognosis gastritis erosive
2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Autoanamnesis (Pasien)
Keluhan Utama
Buang air besar warna hitam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
3
2. Objektif
Dari hasil anamnesis pada pasien yang mengarah ke Gastritis Erosif, lalu dilakukan pemeriksaan fisik
lengkap dan pemeriksaan penunjang pada pasien.
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 86 kali/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Berat badan : 64 kg
Panjang badan : 155 cm
Keadaan Spesifik :
Kulit : turgor kulit normal, anemis (+), jaundice (-), sianosis (-)
Kepala : normocephali, simetris, UUB rata, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : edema palpebra (-/-), cekung (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil bulat, isokor, ᴓ 3mm/3mm
Hidung : sekret (-), NCH (-), septum deviasi (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), sianosis (-)
Tenggorok : dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax :
o Cor :
Inspeksi : pulsasi, ictus cordis dan voussour cardiaque tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis dan thrill tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR = 86 kali/menit, reguler, bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
o Pulmo :
Inspeksi : simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, retraksi IC dan SC (-)
Palpasi : simetris kanan dan kiri, stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, rhonki (-), wheezing (-)
4
Abdomen :
o Inspeksi : datar, spider nevi (-)
o Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Ekstremitas inferior : edema (-/-), deformitas (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), anemis (+/+),
CRT < 2’
Ekstremitas superior : edema pretibial (-/-), deformitas (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Fungsi motorik : dbn
Fungsi sensorik : dbn
Fungsi nervi kraniales : dbn
Gerakan rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I dan II (-), Kernig sign (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
o Hematologi
Eritrosit : 2,97 juta/mm3
Hematokrit : 24 %
Hemoglobin : 7,9 gr/dl
Leukosit : 15.400 /mm3
Trombosit : 303.000 /mm3
Diff.count : 0/1/2/62/36/2
MCV : 67,0 fl
MCH : 20 pg
MCHC : 29 g/dl
3. Assessment
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difus, atau lokal. Pada gastritis akan didapatkan mukosa memerah, edema, dan ditutupi oleh
mukus yang melekat serta sering terjadi erosi kecil dan perdarahan. Derajat perdarahan yang ada sangat
bervariasi. Manifestasi klinis gastritis erosif ini dapat bervariasi dari keluhan abodmen yang tidak jelas,
seperti anoreksia, bersendawa, atau mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
perdarahan, dan hematemesis. Pada beberapa kasus tertentu, bila gejala – gejala tersebut menetap dan
5
adanya resistensi terhadap pengobatan, maka akan diperlukan tindakan diagnostik tambahan seperti
endoskopi, biopsi mukosa, dan analisis cairan lambung untuk memperjelas penegakan diagnosis.
6
Algoritma Penatalaksanaan Penderita Perdarahan SCBA
4. Plan
Penatalaksanaan :
Non Farmakologi :
Istirahat
Diet lambung III
Farmakologi :
IVFD RL gtt xx/m (makro) Rencana pemeriksaan : feses rutin, darah samar,
Injeksi asam tranexamat 3x1 amp IV endoskopi
Injeksi vitamin K 3x1 amp IV Prognosis
Injeksi Omeprazole 2x40 mg IV o Quo ad vitam : bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal.Gastritis erosif bila terjadi kerusakan
mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel.Gastritis merupakan penyakit yang sering
ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan
lokal.Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan
pencetus yang lazim.Infeksi Helicobacter pylori lebih sering diangap penyebab gastritis
akut.Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS), sulfonamid, steroid juga
diketahui menggangu sawar mukosa lambung.
Gambaran Klinis
Secara umum pasien gastritis erosif mengeluh dyspepsia.Dyspepsia adalah suatu
sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi
menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat gangguan motilitas, dyspepsia
akibat refluks dan dyspepsia tidak spesifik. Pada dyspepsia gangguan motilitas, keluhan yang
paling menonjol adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa
kenyang disertai sendawa.Pada dyspepsia akibat refluks, keluhan yang menonjol berupa nyeri
ulu hati dan rasa seperti terbakar, harus disingkirkan adanya pasien kardiologis.Pasien tukak
memberikan ciri seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah.Rasa sakit gastritis
erosif timbul setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah
makan.Walaupun demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan gastritis erosif, selain itu
dapat terjadi juga perdarahan atau perforasi.
Diagnosis
Diagnosis gastritiserosif ditegakkan berdasarkan pengamatan klinis, pemeriksaan
penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan kuman H.
pylory.Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosif.Dengan endoskopi
memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran, bentuk dan
lokasinya dan dapat menjadi dasar referensi untuk penilaian penyembuhan.Pada pemeriksaan
9
radiologi didapatkan gambaran niche atau crater.Pemeriksaan tes CLO/PA untuk
menunjukkan apakah ada infeksi H. pylori dalam rangka eradikasi kuman.
Terapi
Terapi pada gastritis erosif terdiri dari terapi non-medikamentosa, medikamentosa dan
operasi.Tujuan dari terapi adalah menghilangkan keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki
erosi, mencegah kekambuhan dan mencegah komplikasi.
a. Non-medikamentosa
1. Istirahat
Stres dan kecemasan memegang peran dalam peningkatan asam lambung.Sebaiknya
pasien hidup tenang dan memerima stres dengan wajar.
2. Diet
Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang mengandung susu tidak lebih baik
dari makanan biasa, karena makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam lambung.
Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit.
b. Medikamentosa
1. Antasida
Pada saat ini sudah jarang digunakan, sering untuk menghilangkan rasa sakit. Dosis 3x1
tablet.
3. Koloid Bismuth
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama
protein pada dasar ulkus dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin.Dosis
2x2 sehari.Efek samping tinja kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan
perdarahan.
4. Sukralfat
Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan kutup alumunium hidroksida yang
berkaitan dengan kutub positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada
dasar ulkus, yang melindungi dari asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesis
prostaglandin dan menambah sekresi bikarbonat dan mukus , meningkatkan daya
pertahanan dan perbaikan mukosa.
5. Prostaglandin
Mekanisme kerja dengan mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus,
bikarbonat dan menambah aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan
10
mukosa.Biasanya digunakan sebagai penangkal ulkus gaster pada pasien yang
menggunakan OAINS.
6. Antagonis Reseptor H2/ ARH2
Struktur homolog dengan histamin.Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel
parietal untuk tidak memproduksi asam lambung. Dosis: Simetidin (2x400 mg), Ranitidin
300 mg/hari, Nizatidin 1x300 mg, Famotidin (1x40 mg), Roksatidin (2x75 mg).
7. Proton Pump Inhibitor/ PPI
Mekanisme kerja memblokir enzim K+H+- ATP ase yang akan memecah K+H+- ATP
menjadi energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam lambung. Penggunaan jangka
panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah.PPI mencegah pengeluaran asam
lambung, menyebabkan pengurangan rasa sakit, mengurangi faktor agresif pepsin dengan
PH>4.
Omeprazol 2x20 mg
Lanzoprazol/ Pantoprazol 2x40 mg
8. Penatalaksanaan Infeksi H. Pylori
Terapi tripel
- PPI 2x1 + Amoksisislin 2x1000 + Klaritromisin 2x500
- PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Klaritromisin 2x500
- PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Amoksisilin 2x1000
- PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500
Terapi Kuadrupel, jika gagal dengan terapi tripel. Regimen terapinya yaitu:
PPI 2x1, Bismuth 4x2, metronidazol 4x250, tetrasiklin 4x500.
c. Tindakan invasif
Tindakan invasif saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi
medikamentosa.Prosedur invasif yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus refrakter,
darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangkaan keganasan. Tindakan
invasif terdiri dari prosedur berikut:
1) Terapi endoskopi
a) Injeksi : penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan adrenalin
(1:10000) sebanyak 0,5–1 ml/suntik dengan batas 10 ml atau alcohol absolute
(98%) tidak melebihi 1 ml.
b) Termal : koagulasi, heatprobe, laser.
c) Mekanik : hemoklip, stapler.
2) Terapi bedah
11
Algoritma Penatalaksanaan Penderita Perdarahan SCBA
12