Objektif Presentasi :
Deskripsi :
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah berwarna merah kehitaman sejak 2 hari SMRS, muntah darah yang
keluar 1 gelas kecil, frekuensi 2-3 kali/hari, Riw. muntah tanpa darah sebelumnya disangkal. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam sejak 5
hari yang lalu, konsistensi lunak. Badan pasien terasa lemah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri ulu hati (+) sejak 1 tahun terakhir, nyeri hilang
timbul, dirasakan memberat sejak 1 hari yang lalu. Mual (+), perut kembung (+). Susah menelan dan suara serak disangkal. Pasien meminum
obat penghilang rasa sakit untuk nyeri sendi yang dideritanya. Riw. konsumsi jamu (+), Riw. minum alkohol (-). Riw. Hipertensi (+), Riw.
kolestrol tinggi (+), Riw. asam urat tinggi (+).Riwayat menderita sakit kuning disangkal.
Tujuan :
Laboratorium:
Hb : 5,5 g/dL Cholestrol Total : 163 mg/dL Na : 148.1 mmol/L
Leukosit : 11.540/uL Ureum : 42 mg/dL K : 4.03 mmol/L
Ht : 17,5 % Creatinin : 0.52 mg/dL Cl : 106 mmol/L
Trombosit : 268.000/uL GDS : 255 mg/dL Asam urat : 4.8 mg/dL
Daftar Pustaka :
1. Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I, Ed.IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006:289-97
2. Kahan S and Smith EG. Sign and symptoms. In: Gastrointestinal hematemesis. 2004.
3. Laine L. Gastrointestinal bleding. In: Harrisons Principle of Internal Medicine 16 th Ed, Volume II, Part VIII. Newyork: Mc Graw-Hill
Companies, Inc. 2004, Chapter 226:235-38
Hasil Pembelajaran :
1. Identifikasi etiologi, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan laboratorium Hematemesis Melena ec Gastritis Erosif
2. Mekanisme perjalanan penyakit Hematemesis Melena ec Gastritis Erosif
3. Diagnosis Hematemesis Melena ec Gastritis Erosif
4. Penatalaksanaan Hematemesis Melena ec Gastritis Erosif
1. Subjektif
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan muntah darah berwarna merah kehitaman sejak 2 hari SMRS, muntah darah yang
keluar 1 gelas kecil, frekuensi 2-3 kali/hari, Riw. muntah tanpa darah sebelumnya disangkal. Pasien juga mengeluhkan BAB hitam sejak 5
hari yang lalu, konsistensi lunak. Badan pasien terasa lemah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri ulu hati (+) sejak 1 tahun terakhir, nyeri hilang
timbul, dirasakan memberat sejak 1 hari yang lalu. Mual (+), perut kembung (+). Susah menelan dan suara serak disangkal. Pasien meminum
obat penghilang rasa sakit untuk nyeri sendi yang dideritanya. Riw. konsumsi jamu (+), Riw. minum alkohol (-). Riw. Hipertensi (+), Riw.
kolestrol tinggi (+), Riw. asam urat tinggi (+).Riwayat menderita sakit kuning disangkal.
2. Objektif
KU : tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD: 130/90 mmHg, Nadi: 96 x/menit ; RR: 28 x/menit ; S: 36,1oC
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Thoraks : Gerakan simetris kiri = kanan
Jantung : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara pernafasan: vesikuler (+/+), Suara tambahan: ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : tampak datar, soepel (+),nyeri tekan epigastrium (+), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, CRT <2 detik, telapak tangan pucat (+)
Laboratorium:
Hb : 5,5 g/dL Cholestrol Total : 163 mg/dL Na : 148.1 mmol/L
Leukosit : 11.540/uL Ureum : 42 mg/dL K : 4.03 mmol/L
Ht : 17,5 % Creatinin : 0.52 mg/dL Cl : 106 mmol/L
Trombosit : 268.000/uL GDS : 255 mg/dL Asam urat : 4.8 mg/dL
3. Assessment
Hematemesis Melena ec Susp. Gastritis Erosif + Anemia Gravis + DM Tipe II
4. Plan
- O2 3 L/i
- Pasang NGT terbuka pasien dipuasakan
- IVFD NaCL 0,9% 10 gtt/I (micro)
- Transfusi PRC 4 bag (dengan premedikasi 1 amp dexamethasone & 1 amp difenhidramin)
- Inj. Pantoprazol 1 amp/24 jam
- Inj. Transamin 1 amp/8jam
- Inj. Vit. K 1 amp/8 jam
- Novorapid 3x4 IU
- Sucralfat tab 3x2
- Rencana rujuk untuk tindakan endoskopi jika Hb sudah normal
TINJAUAN PUSTAKA
HEMATEMESIS MELENA
Hematemesis adalah muntah darah berwarna merah kehitaman menyerupai endapan
bubuk air kopi. Melena adalah buang air besar dengan kotoran seperti ter atau aspal, lengket
bercampur dengan darah. Keduanya ini sebagai akibat perdarahan saluran cerna bagian atas.
Lokasi hematemesis dimulai dari faring sampai intestine di tempat pelekatan ligamentum
treitz.
1. Kelainan Esofagus
a. Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya
sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif. Pada pemeriksaan
endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan
mudah berdarah yang terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntahmuntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil
muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan
terus menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh
karsinoma esofagus.
d. Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras. Dari hasil analisis air keras tersebut ternyata
mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut,
esofagus dan lambung. Disamping muntah darah penderita juga mengeluh rasa nyeri
dan panas seperti terbakar di mulut, dada dan epigastrum.
e. Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermiten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
daripada hematemesis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan
jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh
nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau sering
menggunakan obat rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum alkohol atau
jamu-jamuan.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang
berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa
nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih
berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari
hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih,
nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi
lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Lapisan lambung menahan iritasi
dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi
dan peradangan karena beberapa penyebab, diantaranya:
1. Gastritis bakterialis
Biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang
tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya
yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika
lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini
bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
2. Gastritis karena stres akut
Merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat
atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak
mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang
menyebabkan perdarahan hebat.
3. Gastritis erosif kronis
Bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan
obat anti peradangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn dan infeksi virus dan bakteri.
Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai dengan
perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka). Paling sering terjadi pada
alkoholik.
4. Gastritis karena virus atau jamur
Bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita yang mengalami
gangguan sistem kekebalan.
5. Gastritis eosinofilik
Bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang.
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
6. Gastritis atrofik
Terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan lambung
menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan
asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut. Gastritis ini juga
cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat
(menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia
pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.
Diagnosis Hematemesis Melena dan Gastritis Erosif
Anamnesis
- BAB kehitaman
- Muntah kehitaman
- Nyeri/perih ulu hati
- Mual, lemas dan pucat
- Sering mengkonsumsi jamu/NSAID/steroid/alkohol dalam jangka waktu lama
Pemeriksaan fisik
- Konjungtiva anemis
- Nyeri tekan epigastrium
- Akral dingin dan pucat
- Bila dugaan penyebab perdarahan SCBA adalah pecahnya varises esofagus, perlu
dicari tanda-tanda sirosis hati dengan hipertensi portal seperti: hepatosplenomegali,
ikterus, asites, edema tungkai dan sakral, spider nevi, eritema palmarum, ginekomasti,
venektasi dinding perut.
- Bila pada palpasi ditemukan massa yang padat di daerah epigastrium, perlu dipikirkan
kemungkinan keganasan lambung atau keganasan hati lobus kiri.
Pemeriksaan penunjang diagnosis
- Pemeriksaan laboratorik
Disarankan pemeriksaan-pemeriksaan seperti golongan darah, Hb, hematokrit, jumlah
eritrosit, lekosit, trombosit, MCV, MCH, MCHC
Pemeriksaan tes faal hati bilirubin, SGOT, SGPT, fosfatase alkali, gama GT
kolinesterase, protein total, albumin, globulin, HBSAg, AntiHBs.
- Pemeriksaan radiologik
pemeriksaan esofagus dengan menelan bubur barium, diikuti dengan pemeriksaan
lambung dan doudenum, sebaiknya dengan kontras ganda. Pemeriksaan dilakukan
dalam berbagai posisi dan diteliti ada tidaknya varises di daerah 1/3 distal esofagus,
atau apakah terdapat ulkus, polip atau tumor di esofagus, lambung, doudenum.
- Pemeriksaan endoskopik
Pemeriksaan endoskopik sangat penting untuk menentukan dengan tepat sumber
perdarahan SCBA. Endoskopi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan darurat sewaktu
perdarahan atau segera setelah hematemesis berhenti. Pada endoskopik darurat dapat
ditentukan sifat dari perdarahan yang sedang berlangsung. Beberapa ahli langsung
melakukan terapi sklerosis pada varises esofagus yang pecah, sedangkan ahli-ahli lain
melakukan terapi dengan laser endoskopik pada perdarahan lambung dan esofagus.
Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan
foto slide, film atau video untuk dokumentasi, juga dapat dilakukan aspirasi serta
biopsi untuk pemeriksaan sitologi.
Tindakan khusus
MEDIK INTENSIF
Lavas air es dan vasopresor/trombin intragastrik
Bila perdarahan tetap berlangsung, dicoba lavas lambung dengan air es ditambah 2
ampul Noradrenalin atau Aramine 2-4 mg dalam 50 cc air. Dapat pula diberikan bubuk
trombin (Topostasin) misalnya 1 bungkus tiap 2 jam melalui pipa nasogastrik. Ada ahli yang
menyemprotkan larutan trombin melalui saluran endoskop tepat di daerah perdarahan di
lambung, sehingga di bawah pengawasan endoskopik dapat mengikuti langsung apakah
perdarahannya berhenti dan apakah terbentuk gumpalan darah yang agak besar yang perlu
aspirasi dengan endoskop.
Sterilisasi usus dan lavement usus
Terutama pada penderita sirosis hati dengan perdarahan varises esofagus perlu
dilakukan tindakan pencegahan terjadinya koma hepatikum/ensefalopati hepatik yang
disebabkan antara lain oleh peningkatan produksi amoniak pada pemecahan protein darah
oleh bakteri usus. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan :
- Sterilisasi usus dengan antibiotika yang tidak dapat diserap misalnya Neomisin 4 x 1
gram atau Kanamycin 4 x 1 gram/hari, sehingga pembuatan amoniak oleh bakteri usus
berkurang.
- Dapat diberikan pula laktulosa atau sorbitol 200 gram/hari dalam bentuk larutan 400 cc
yang bersifat laksansia ringan atau magnesiumsulfat 15g/400cc melalui pipa nasogastrik.
Selain itu perlu dilakukan lavement usus dengan air biasa setiap 12-24 jam. Untuk
pencegahan ensefalopati hepatik dapat diberi infus Aminofusin Hepar 1000-1500 cc per hari.
Bila penderita telah berada dalam keadaan prekoma atau koma hepatikum, dianjurkan
pemberian infus Comafusin Hepar 1000-1500 cc per hari.
Beta Bloker
Pemberian obat-obat golongan beta bloker non selektif seperti propanolol,
oksprenolol, alprenolol ternyata dapat menurunkan tekanan vena porta pada penderita sirosis
hati, akibat penurunan curah jantung sehingga aliran darah ke hati dan gastrointestinal akan
berkurang. Obat golongan beta bloker ini tidak dapat diberikan pada penderita syok atau
payah jantung, juga pada penderita asma dan penderita gangguan irama jantung seperti
bradikardi/AV Blok.
Infus Vasopresin
Vasopresin mempunyai efek kontraksi pada otot polos seluruh sistem vaskuler
sehingga terjadi penurunan aliran darah di daerah splanknik, yang selanjutnya menyebabkan
penurunan tekanan portal. Karena pembuluh darah arteri gastrika dan mesenterika ikut
mengalami kontraksi, maka selain di esofagus, perdarahan dalam lambung dan doudenum
juga ikut berhenti. Vasopresin terutama diberikan pada penderita perdarahan varises esofagus
yang perdarahannya tetap berlangsung setelah lavas lambung dengan air es. Cara pemberian
vasopresin ialah 20 unit dilarutkan dalam 100-200 cc Dextrose 5%, diberikan dalam 10-20
menit intravena. Efek samping pada pemberian secara cepat ini yang pernah dilaporkan
adalah angina pektoris, infark miokard, fibrilasi ventrikel dan kardiak arest pada penderita-
penderita jantung koroner dan usia lanjut, karena efek vaso kontriksi dari vasopresin pada
arteri koroner.
Selain itu juga ada penderita yang mengeluh tentang kolik abdomen, rasa mual, diare.
Beberapa ahli lain menganjurkan pemberian infus vasopresin dengan dosis rendah, yaitu 0,2
unit vasopresin per menit untuk 16 jam pertama dan bila perdarahan berhenti setelah itu,
dosis diturunkan 0,1 unit per menit untuk 8 jam berikutnya. Pada cara pemberian infus
vasopresin dosis rendah lebih sedikit efek samping yang ditemukan. Efek vasopresin dalam
menghentikan perdarahan SCBA berkisar antara 35-100%, perdarahan ulang timbul pada 21-
100% dan mortalitas berkisar pada 21-80%.
Balon tamponade
Tamponade dengan balon jenis Sengstaken Blakemore Tube atau Linton Nachlas
Tube diperlukan pada penderita-penderita varises esofagus yang perdarahannya tetap
berlangsung setelah lavas lambung dan pemberian infus vasopresin. Tindakan pemasangan
balon ini merupakan pilihan pertama pada penderita jantung koroner dan usia lanjut, yang
tidak dapat diberikan infus vasopresin. Prinsip bekerjanya SB atau LN Tube adalah
mengembangkan balon di daerah kardia dan esofagus yang akan menekan, dan dengan
demikian menghentikan perdarahan di esofagus dan kardia. SB Tube terdiri dari 2 balon,
masing-masing untuk lambung dan esofagus, sedangkan LN Tube terdiri hanya dari 1 balon
yang mengkompresi daerah distal esofagus dan kardia.
Sklerosis varises endoskopik
Sejak 1970 ahli-ahli mencoba menghentikan perdarahan varises esofagus dengan
penyuntikan bahan-bahan sklerotik seperti etanolamin, polidokanol, sodium morrhuate
melalui esofagoskop kaku atau serat optik. Karena pemakaian esofagoskop kaku
membutuhkan anestesi umum, dan sebagai komplikasi dapat terjadi ruptur esofagus, maka
metoda ini telah ditinggalkan. Sekarang lebih banyak digunakan endoskop serat optik baik
yang umum maupun yang khusus dengan 2 saluran, sehingga sewaktu penyuntikan dilakukan
melalui saluran pertama, penghisapan perdarahan yang mungkin terjadi dapat dilakukan
melalui saluran kedua. Teknik penyuntikan dapat paravasal atau intravasal. Terapi ini dapat
dilakukan segera setelah hematemesis berhenti, tetapi tergantung dari keahlian dokternya
dapat dilakukan juga pada penderita yang sedang mengalami perdarahan akut, bila tindakan
medik intensif lainnya tidak berhasil. Di sini perdarahan dapat dihentikan pada 80-100%,
perdarahan ulang terjadi pada 10-40% sedangkan mortalitas selama dirawat mencapai 30%.
Bila perdarahan dapat dihentikan dengan SB Tube atau infus vasopresin, terapi sklerosis ini
dilakukan beberapa hari kemudian. Varises yang luas umumnya membutuhkan 2-3 x terapi
dengan jangka waktu 7-10 hari. Mortalitas penderita yang diterapi dalam stadium interval ini
lebih rendah 4-14%. Komplikasi metoda ini yang pernah dilaporkan adalah nyeri retrosternal,
ulserasi, nekrosis, striktur dan stenosis dari esofagus, effusi pleura, mediastinitis.
Koagulasi laser endoskopik
Bila pemberian vasopresin, pemasangan SB Tube dan sklerosis varises endiskopik
gagal dalam menghentikan perdarahan varises esofagus, mungkin dapat diterapkan terapi
koagulasi dengan Argon/Neodym Yag Laser secara endoskopik. Ada ahli yang melaporkan
keberhasilan sampai 91,3% (116 dari 127 penderita). Hanya alat ini sangat mahal. Demikian
juga perdarahan SCBA lainnya seperti pada ulkus peptikum dan keganasan ternyata dapat
dihentikan dengan koagulasi laser endoskopik.
Embolisasi varises transhepatik
Caranya, dengan tuntunan ultrasonografi dimasukkan jarum ke dalam hati sampai
mencapai vena porta yang melebar, kemudian disorong kateter melalui mandrin tersebut
sepanjang vena porta sampai mencapai vena koronaria gastrika dan disuntikkan kontras
angiografin. Pada transhepatik portal-venografi ini akan terlihat vena-vena kolateral utama
termasuk varises esofagus. Selanjutnya sebanyak 30-50 cc Dextrose 50% disuntikkan melalui
kateter diikuti dengan suntikan trombin, ditambah gel foam atau otolein. Perdarahan varises
esofagus umumnya segera berhenti. Metoda ini belum banyak laporannya dalam
kepustakaan, karena tekniknya sukar dan sering mengalami kegagalan yang disebabkan
trombosis vena porta atau adanya asites. Komplikasi yang membahayakan adalah perdarahan
intraperitoneal dari bekas tusukan jarum tersebut. Seorang peneliti melaporkan bahwa 5 bulan
sesudah embolisasi timbul varises esofagus yang baru.
TINDAKAN BEDAH
Setelah usaha-usaha medik intensif di atas mengalami kegagalan dan perdarahan
masih berlangsung, maka perlu dilakukan tindakan bedah darurat, seperti pintasan
portosistemik atau transeksi esofagus untuk perdarahan varises esofagus. Perdarahan dari
ulkus peptikum ventrikuli atau duodeni serta keganasan SCBA yang tidak berhenti dalam 48
jam juga memerlukan tindakan bedah. Bila tidak diperlukan tindakan bedah darurat, setelah
keadaan umum penderita membaik dan pemeriksaan diagnostik telah selesai dilakukan, dapat
dilakukan tindakan bedah elektif setelah 6 minggu.