Disusun Oleh :
dr. Nisrina
dr. Sely Rohmaniah
dr. Ade Yurga Tonara
dr. Muhammad Rezza Vahlephy
DINAS KESEHATAN
KOTA MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN
MINI PROJECT
Oleh :
dr. Nisrina
dr. Sely Rohmaniah
dr. Ade Yurga Tonara
dr. Muhammad Rezza Vahlephy
i
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa mini project ini asli hasil karya kami tidak menjiplak
dari karya tulis penulis lain dan bukan karya orang lain sebagai pemenuhan persyaratan untuk
Semua informasi yang dimuat dalam mini project ini yang berasal dari penulis lain telah
diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari
dr. Nisrina
dr. Sely Rohmaniah
dr. Ade Yurga Tonara
dr. Muhammad Rezza Vahlephy
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunianya, sehingga mini
keterbatasan dalam penyusunan mini project ini. Akan tetapi, dengan dukungan
langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan mini
2. dr. Fatimah selaku dokter pendamping Puskesmas Dasan Agung yang telah
memberikan bimbingan.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dari mini project ini. Kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi mini project yang lebih baik. Semoga mini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... i
PERNYATAAN ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 4
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
1
3.3.2 Sampel................................................................................................. 36
3.4 Kriteria dan Besaran Sampel ................................................................... 36
3.4.1 Kriteria Inklusi.................................................................................... 36
3.4.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................. 37
3.4.3 Besaran Sampel .................................................................................. 37
3.5 Definisi Operasional ................................................................................. 38
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data .................................................. 40
3.7 Alur Penelitian .......................................................................................... 41
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Death Rate Kasus Covid 19 Global Berdasarkan Komorbid ............................ 28
4
DAFTAR GRAFIK
5
BAB I
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 (Severe Acute
masyarakat secara umum dan telah menarik perhatian dunia.1 Pada tanggal 31 Desember
Tahun 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia misterius yang
tidak diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Dalam 3 hari, pasien
pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya ini berjumlah 44 pasien dan terus bertambah
hingga saat ini berjumlah jutaan kasus.2 Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Sampel isolat dari pasien
diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus jenis betacoronavirus tipe
baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020,
World Health Organization memberi nama virus baru tersebut SARS-CoV-2 dan nama
penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus corona ini menjadi
pandemi di dunia. Penambahan dan penyebaran kasus Covid-19 secara global berlangsung
cukup cepat. Pada tanggal 28 Maret 2020 WHO risk assessment memasukkannya dalam
kategori Very High dimana pada saat itu telah dilaporkan total temuan kasus infeksi sebesar
Kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 atau
sekitar 4 bulan setelah kasus pertama di Cina. Kasus pertama di Indonesia pada bulan Maret
6
2020 sebanyak 2 kasus dan setelahnya pada tanggal 6 Maret ditemukan kembali 2 kasus.
Kasus COVID-19 hingga kini terus bertambah. Saat awal penambahan kasus
sebanyak ratusan dan hingga kini penambahan kasus menjadi ribuan. 5 Kasus Dunia sampai
pertanggal 15 Juni 2021 kasus terkonfirmasi 177.097.788 dan kasus meninggal 3.829.206
kasus, kasus sembuh 161.306.049 kasus. 3 Negara COVID19 terbanyak adalah Amerika
Serikat, India, dan Brazil. Kasus Asia sampai pertanggal 15 juni 2021 kasus terkonfirmasi
53.711.562 kasus, kasus meninggal 749.653 kasus, kasus sembuh 50.875.330 kasus. 6
meninggal 53.280 kasus, dan sembuh 1.757.641. 5 Provinsi COVID19 terbanyak adalah
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kalimantan Timur. 7 Kasus di
Provinsi Nusa Tenggara Barat di update pertanggal tanpa ada akumulasi jumlah dari awal
pandemi. Berikut kasus pertanggal 14 Juni 2021, kasus terkonfirmasi 504 orang
(penambahan 3,16% dari tanggal 13 juni 2021), sembuh 12.843 kasus, dan kasus meninggal
617 kasus.8
bahaya Covid 19 selain melaksanakan program 5M yakni memakai masker, menjaga jarak
1-2 meter, mencuci tangan dengan sabun, dan menjauhi kerumunan, serta mengurangi
mobilitas, dikembangkan juga penggunaan vaksinasi yang telah lulus uji klinis tahap 3 dan
sudah disuntikkan pertama kali pada tanggal 13 Januari 2021 dan orang pertama yang
Data dunia dengan jumlah cakupan vaksinasi pertanggal 15 Juni 2021 2,26 M,
Divaksinasi lengkap 480 JUTA, dan persentase populasi yang divaksin lengkap 6,2%. 9 3
Negara dengan cakupan vaksinasi terbanyak adalah Canada dengan 65.07%, Israel dengan
63,34%, dan United Kingdom dengan 61.42%. 9 Cakupan vaksinasi Indonesia pertangal 15
7
Juni 2021 32,6 JUTA, divaksinasi lengkap 11,7 JUTA, persentase populasi yang
divaksinasi lengkap 4,3 %.9 Cakupan Vaksinasi Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai
dengan 14 Juni 2021 237.887 dosis I dengan sisa sasaran 125.644 dan 177.798 dosis II
dengan sisa sasaran 65.555.10 Cakupan vaksinasi kota Mataram tidak didapatkan data.
Cakupan Vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Dasan, bulan Januari Februari untuk tenaga
Kesehatan yang sudah menerima dosis pertama 114 orang dan dosis kedua 90 orang (78%).
Terjadi penurunan penerimaan dosis kedua. Bulan Maret dari sasaran 2.293 orang yang
menerima 1.931 orang (84%) untuk dosis pertama, dan hanya 303 orang (15%) yang
kembali menerima vaksin kedua dari total 1.931 sasaran. Dilihat dari data diatas terjadi
selisih antara jumlah sasarn dengan penerima dan penurunan angka penerima vaksin kedua
yang sangat signifikan. Sedangkan pada bulan April jumlah sasaran 2.392 yang menerima
vaksin dosis pertama sebanyak 851 orang (35%). Sedangkan penerima vaksin dosis kedua
sebanyak 1540 orang yang sudah diakumulasikan dengan sisa penerima vaksin dosis kedua
pada bulan Maret.11 Berdasarkan data cakupan vaksinasi di provinsi Nusa Tenggara Barat,
Mataram, dan Wilayah Kerja Dasan Agung diatas dapat disimpulkan jumlah cakupan
Berdasarkan teori Lawrence Green dalam buku Notoatmodjo (2014) motivasi atau
keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan dipengaruhi oleh 3 faktor,
yakni faktor pendorong, faktor pemungkin, dan gabungan dari kedua faktor tersebut. Faktor
pendorong yakni pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, persepsi, tradisi, dan
termasuk di dalamnya karakteristik individu itu sendiri, yakni usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan lan sebagainya. Faktor pemungkin meliputi sarana dan prasarana atau
didapatkan hasil pengetahuan yang buruk dari ibu didapatkan cakupan imunisasi lengkap
8
yang rendah, begitu juga dengan tingkat pendidikan ibu yang hanya sampai Sekolah Dasar
(SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) didapatkan cakupan imunisasi yang rendah.
13
Dasan Agung”.
1.3.3. Mengetahui sikap masyarakat terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi covid 19 di
Puskesmas Dasan Agung
1.3.4. Mengetahui komorbid, masyarakat terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi covid
19 di Puskesmas Dasan Agung
9
1.4. Manfaat Penelitian
dasan agung dan Dinas Kesehatan Kota Mataram mengenai gambaran tingkat
telah didapat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Terhitung pada tanggal 6 Juni 2021, dilaporkan sebanyak 173 juta penduduk di
dunia terinfeksi corona virus dengan angka kematian mencapai 3.73 juta kasus. Hampir
seluruh negara di dunia melaporkan adanya kasus covid-19, kecuali Antartika. Dari kasus
yang dilaporkan tidak ada perbedaan signifikan antara penderita dengan jenis kelamin
perempuan maupun laki-laki(15)
2.1.3. Transmisi
Virus ini ditransmisikan melalui droplet pernapasan saat berbicara, batuk, ataupun
bersin yang selanjutnya dapat masuk langsung ke saluran napas atau melalui membrane
mukosa. Meski demikian droplet tidak bisa ditransmisikan pada jarak >1.8-2 meter.
Corona virus dapat bertahan hingga suhu 70°C dan dapat bertahan hingga 72 jam di
permukaan benda pada beberapa studi ditemukan mampu bertahan hingga 4 jam di atas
besi dan 24 jam di atas kardus. Studi lain menyatakan bahwa corona virus yang masih
mampu menginfeksi ditemukan pada permukaan luar masker bedah (masker medis)
hingga hari ke-7(14)
Banyak orang yang terinfeksi Covid-19 hanya mengalami gejala ringan terutama
pada tahap-tahap awal. Karena itu, Covid-19 dapat menular dari orang yang hanya
bergejala ringan, seperti batuk ringan, tetapi merasa sehat, bahkan pada orang tanpa
gejala(14)
11
2.1.4. Virologi
SARS-CoV-2 adalah grup 2b beta-corona virus yang memiliki setidaknya 70%
kesamaan dalam urutan genetik dengan SARS-CoV, seperti MERS-CoV dan SARS-
CoV, SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar. Pada awal Mei 2020, Korber et al melaporkan
munculnya mutasi SARS-CoV-2 (Spike D614G). Infeksi SARS-CoV2 dengan mutasi ini
telah menjadi garis keturunan virus yang dominan di Amerika Utara, Eropa, dan Australia.
Signifikansi mutasi D614G dalam hal faktor-faktor seperti penularan, virulensi,
antigenisitas, dan resistensi pengobatan potensial kurang dipahami (14)
12
2.2. Kondisi Covid-19 di Indonesia, Nusa Tenggara Barat, dan Kota Mataram
2.2.1. Indonesia
Pada 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan Jawa Timur, DKI
Jakarta, dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling terpapar. Presiden Republik
Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada
tanggal 17 Maret 2020. Presiden juga telah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 7
Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona yang diketuai oleh
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Gugus Tugas ini bertujuan
untuk meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan; mempercepat penanganan
Covid-19 melalui sinergi antar kementrian/lembaga dan pemerintah daerah;
meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran Covid-19; meningkatkan
sinergi pengambilan kebijakan operasional; dan meningkatkan kesiapan dan kemampuan
dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap Covid-19(17)
13
- ≥3 gejala akut atau tanda berikut: Demam, batuk, lemah, sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, pilek, dyspnoea, anoreksia/nausea/muntah, diare, gangguan kesadaran,
dan
Kriteria epidemiologis:
- Tinggal atau bekerja di daerah dengan tingkat resiko transmisi virus yang tinggi
sepereti: lingkungan padat penduduk, pondok, atau tempat pengungsian, dalam kurun
waktu 14 hari sebelum munculnya gejala, atau
- Tinggal atau bepergian ke daerah dengan transmisi komunitas dalam kurun waktu 14
hari sebelum munculnya gejala, atau
- Bekerja di pusat pelayanan kesehatan, termasuk di tempat fasilitas kesehatan ataupun
di suatu komunitas kesehatan, dalam kurun waktu 14 hari sebelum munculnya gejala.
b. Pasien dengan gangguan pernapasan akut yang berat (Severe acute respiratory illness) :
- (SARI: infeksi pernapasan akut dengan riwayat demam ≥38 oC serta batuk, dengan
onset dalam 10 hari terakhir, dan dirawat di rumah sakit).
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria epidemiologis, tetapi
menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan SARS-CoV-2 Antigen-RDT.
14
b. Seseorang dengan hasil positif pada pemeriksaan SARS-CoV-2 Antigen-RDT dan
memenuhi kriteria kasus probable atau memenuhi kriteria kasus suspek (poin a atau b).
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil positif pada pemeriksaan SARS- CoV-
2 Antigen-RDT yang berkontak dengan kasus probable atau kasus terkonfirmasi.
15
2.2.2. Nusa Tenggara Barat dan Kota Mataram(8)
Per tanggal 6 Juni 2021, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Nusa
Tenggara Barat mencapai 13.715 kasus, dengan 12.589 (91.79%) kasus dinyatakan
sembuh, 518 (3.78%) kasus dalam perawatan dan 608 (4.43%) kasus dinyatakan
meninggal. Di Kota Mataram jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 3.833 kasus
yang diantaranya sejumlah 203 kasus sedang dalam perawatan, 3.465 kasus telah
dinyatakan sembuh, dan 165 kasus dinyatakan meninggal. Sejauh ini, jumlah kasus di
Kota Mataram juga mengalami peningkatan untuk kasus terkonfirmasi Covid-19.
Keseragaman gejala pun ditemui pada pasien terkonfirmasi positif, dengan hasil
yg mirip seperti skala nasional, dimulai dari gejala gangguan sistem respirasi yang
menduduki peringkat atas untuk gejala yang paling sering ditemui dan gangguan sistem
pencernaan untuk gejala yang paling jarang ditemui.
Puskesmas Dasan Agung adalah salah satu dari 11 (sebelas) puskesmas yang ada di Kota
Mataram. Puskesmas ini berada di wilayah Kecamatan Selaparang, Kelurahan Dasan Agung
Baru, Lingkungan Pelita, Jln Gunung Lawu No 288 Dasan Agung Baru Mataram. Secara
administratif batas wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung adalah :
➢ Utara : Kelurahan Kebon Sari dan Pejeruk
Wilayah kerja Puskesmas pejeruk Kecamatan Selaparang.
➢ Timur : Kelurahan Monjok dan Mataram Barat
Wilayah kerja Puskesmas Mataram Kecamatan Mataram.
➢ Selatan : Kelurahan Punia Kekalik Jaya
Wilayah kerja Puskesmas Pagesangan Kecamatan Mataram
➢ Barat : Kelurahan Taman Sari Banjar
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Kecamatan SekarBela
Luas Wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung 302 Ha dengan rincian masing-masing Kelurahan:
- Kelurahan Dasan Agung : 91 Ha
- Kelurahan Dasan Agung Baru : 102 Ha
- Kelurahan Gomong : 129 Ha
16
PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS DASAN AGUNG
Wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung terdiri dari 3 (Tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Dasan Agung,
Kelurahan Dasan Agung Baru, dan Kelurahan Gomong. Ketiga Kelurahan ini berada dalam 1
Kecamatan yaitu Kecamatan Selaparang.
Ketiga kelurahan tersebut terdiri atas lingkungan. Berikut adalah jumlah beserta nama lingkungan
berdasarkan kelurahan wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung tahun 2019
Data Jumlah dan Nama Lingkungan Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
tahun 2019
Data Jumlah dan Nama Lingkungan Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
tahun 2019
17
Tabel 2.1 Jumlah dan Nama Lingkungan Berdasarkan Kelurahan
Kelurahan/Jumlah
NO Linkungan Nama Lingkungan KET.
1 Dasan Agung/13 Bawak Bagik Utara
Bawak Bagik Selatan
Otak Desa
Muhajirin
Arong-arong Timur
Arong-arong Barat
Perigi
Pejeruk Timur
Pejeruk Barat
Gapuk Utara
Gapuk Tengah
Gapuk Selatan
Darul Hikmah
2 Dasan Agung Baru / 4 Pelita
Banjar
Pemuda
Pendidikan
3 Gomong / 3 Gomong Lama
Gomong Sakura
Gomong Barat
Data demografi Puskesmas Dasan Agung mencakup jumlah penduduk, jumlah kepala
keluarga, dan jumlah rumah berdasarkan kelurahan. Adapun data demografi wilayah kerja Puskesmas
Dasan Agung tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan Jumlah Rumah Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Agung tahun 2019.
18
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan Jumlah Rumah Berdasarkan Kelurahan
Rata-
Luas Jumlah rata Kepadatan
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Wilayah Rumah Jiwa / Penduduk
Lingkungan Penduduk
(km2) Tangga Rumah /km2
tangga
Dasan 2.928 4,96 1.320.410
1 91 Ha 13 14.510
Agung
Dasan 4.520 1.124 4,02 461.040
2. 102 Ha 4
Agung baru
4.116 1.372 3,00 502.152
3 Gomong 122 Ha 3
2.3.2 KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga merupakan beban dalam
pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Dasan Agung dengan jumlah penduduk 14.510
jiwa dan terendah adalah Kelurahan Gomong sebanyak 4116 jiwa.
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan
Agung Tahun 2019
19
Jumlah Rata rata
Total
No. Kelurahan Laki-Laki perempuan rumah jiwa/rumah
tangga Tangga
14.51 2.928 4,96
2 Dasan Agung 6.990 7.520
3. Jumlah Keluarga Miskin Per Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung Tahun 2019
20
4. Data Sarana Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung Tahun 2019
Sarana Pendidikan
No. Kelurahan MT
TK SD, MI SLTP SLTA MA PT
S
1 Dasan Agung 4 4 - - - - - -
2 Dasan Agung Baru 9 3 2 2 1 11 - 3
3. Gomong 3 1 1 1 1 1 1 1
5. Data Sarana Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung Tahun 2019
21
2.3.3 DATA EKONOMI, SOSIAL, DAN AGAMA
a. Data Ekonomi
Berikut adalah gambaran penduduk di wilayah Puskesmas Dasan Agung berdasarkan mata
pencaharian tahun 2015 :
Data Jenis Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan
Agung tahun 2019
Tabel 2.8 Data Jenis Mata Pencaharian
Berikut adalah data jumlah sarana ibadah di wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung tahun 2019:
Data Jumlah Sarana Ibadah Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung tahun
2019
Tabel 2.9 Data Sarana Ibadah
JUMLAH SARANA IBADAH
No. KELURAHAN
MASJID PURA GEREJA WIHARA
1 Dasan Agung 9 - - -
2 Dasan Agung Baru 4 - - -
3 Gomong 3 1 1 -
Sumber: Data Kelurahan
2. Data Sarana Kesehatan
22
Berikut adalah data sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung tahun 2019
Data Jumlah Sarana Kesehatan Berdasarkan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
tahun 2019
Tabel 2.10 Data Sarana Kesehatan
B
No KELURAHAN D
PUSK PUSTU RS POLINDES POSYANDU P
P
S
S
1 Dasan Agung - 1 - - 12 1 1
2 Dasan Agung 1 - - 1 4 - -
Baru
3 Gomong - - - - 3 - 2
Selain itu, terdapat pula program yang berkaitan dengan pelayanan Puskesmas Dasan Agung
yaitu:
1. Promosi Kesehatan
2. TB/Kusta
3. Diare
4. ISPA
5. Mata
6. Kesehatan Jiwa
7. Usaha Kesehatan Sekolah
8. Penyehatan Lingkungan
9. Surveilans dan Epidemiologi
10. LKB IMS dan HIV AIDS
11. Gizi
12. DBD/Malaria
2.4 Penanganan Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kota Mataram
Sejak pandemi Covid 19, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani
pandemi. Diawali dengan pembentukan Satuan tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang
dipimpin langsung oleh gubernur, sesuai surat edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
No.440/5184/SJ. Satgas tersebut bertugas untuk melaksanakan dan mengendalikan
implementasi kebijakan strategis yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 di daerah.
Kemudian menyelesaikan permasalahan pelaksanaan kebijakan strategis yang berkaitan
dengan penanganan Covid-19 di daerah. Komando dan kendali penanganan Covid-19 berada
di bawah Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Nasional/Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)(20)
24
Upaya penanganan Covid-19 dilakukan Pemprov NTB bahkan sebelum ditetapkannya
NTB sebagai daerah terdampak Covid-19. Upaya tersebut diantaranya dengan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai pencegahan penularan virus corona yaitu mencuci
tangan, penerapan pembatasan sosial dan penggunaan masker. Kemudian melakukan
disinfektan di lokasi-lokasi yang rawan penyebaran Covid-19, meliburkan sekolah dan
perguruan tinggi di NTB, dan masih banyak upaya lainnya. Selain itu pendataan kasus Covid-
19 di NTB juga dapat diakses secara real time oleh siapapun melalui internet sebagai bentuk
transparansi pemerintah dalam pendataan kasus. Masyarakat juga dapat mengakses informasi-
informasi terkait infeksi Covid-19 mulai dari gejala, self check up, dan rumah sakit rujukan (21)
Pemerintah telah menyiapkan empat rumah sakit utama rujukan Covid-19 di Provinsi
Nusa Tenggara Barat, salah satunya RSUD Provinsi NTB yang bertempat di Kota Mataram.
Selain itu Kota Mataram sendiri juga memiliki tujuh rumah sakit sekunder rujukan Covid-19,
tiga laboratorium yang menunjang pemeriksaan PCR, dan dua laboratorium untuk TCM. Selain
itu untuk mencegah penularan dan deteksi dini penularan, petugas kesehatan di Kota Mataram
tetap melakukan Contact Tracing terhadap semua orang yang pernah kontak dengan yang
terkonfirmasi positif. Kemudian diharapkan juga untuk melakukan identifikasi epicentrum
penularan setempat untuk dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyebaran Covid-
19(21)
2.5 Pengetahuan (12,22)
25
informasi tentang suatu permasalahan
Pengetahuan adalah salah satu hal yang penting diperhatikan dalam penanganan kasus
COVID-19 di Indonesia ini. Pengetahuan pada masyarakat khususnya dalam
mencegah transmisi penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat berguna dalam menekan angka
penularan virus tersebut. Dengan memiliki pengetahuan yang baik terhadap suatu hal,
seseorang akan memiliki kemampuan untuk menentukan dan mengambil keputusan bagaimana
suatu individu dapat menghadapinya. Menurut Notoatmodjo (2007) semakin tinggi seseorang
menempuh pendidikan, semakin mudah seseorang mendapatkan informasi. Seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka semakin luas pengetahuannya dalam menerima informasi dalam hal
ini tentang COVID-19. Maka dari itu diharapkan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
dapat membantu menekan angka penyebaran virus ini.
2.6 Sikap(22,23)
Andrew E. Sikula menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
26
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Pendapat lain menurut Azyumardi
Azra menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan suatu kegiatan seseorang dalam
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah lakunya, baik untuk kehidupan masa kini
dan sekaligus persiapan bagi kehidupan masa yang akan datang dimana melalui organisasi tertentu
Dalam kamus besar bahasa indonesia tingkat pendidikan adalah tahap yang berkelanjutan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembagan para peserta didik, keluasaan bahan pengajaran,
Jadi dapat simpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses peserta didik dalam
meningkatkan pendidikan sesuai dengan jenjang yang akan di tempuhnya dalam melanjutkan
pendidikan yang ditempuh. Tingkat pendidikan ditempuh secara manajerial atau terorganisir
2.8 Komorbid
Penyakit penyerta (komorbid) yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain
yang dialami selain dari penyakit utamanya (misal; penyakit diabetes, hipertensi, kanker).
Dalam tingkatan nasional, keseragaman gejala yang dapat ditemukan pada kasus terkonfirmasi
di Indonesia paling tinggi diduduki oleh gejala gangguan sistem respirasi (batuk, demam, sesak
nafas, pilek, dan sakit tenggorokan), dan paling rendah diduduki oleh gejala gangguan sistem
pencernaan (sakit perut & diare).
27
Gambar 2.2 Death Rate Kasus COVID-19 Global berdasarkan Komorbiditas
Dari data tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa angka date rate kasus
COVID-19 berdasarkan komorbiditas atau penyakit penyerta yang dibagi menjadi 6 yaitu
penyakit kardiovaskuler, diabetes, penyakit pernapasan kronis, hipertensi, kanker, dan
tidak ada atau tanpa penyakit penyerta. Kelompok penyakit penyerta tersebut masing-
masing memiliki persentase death rate sebesar 10,5%, 7,3%, 6,0%, 5,6%, dan 0,9%. Dari
penjabaran tersebut, dapat dilihat bahwa angka rasio kematian berdasarkan komorbiditas
terbesar berada pada kelompok pasien dengan penyakit ardiovaskuler, sedangkan angka
rasio kematian terendah berada pada kelompok pasien tanpa penyakit penyerta. Kelompok
dengan penyakit penyerta diabetes, penyakit pernapasan kronis, hipertensi, dan kanker
memiliki angka rasio kematian yang cenderung sama, yaitu berada pada angka 5,6%
hingga 7,3%. Dengan ini, dapat dilihat bahwa kasus kematian karena COVID-19
cenderung terjadi pada pasien yang telah memiliki penyakit penyerta, atau yang telah
terkena penyakit berbahaya sebelum terinfeksi SARS-Cov-19 yang menyebabkan
penyakit COVID-19. Hal ini membuktikan bahwa COVID-19 cenderung lebih ganas
terhadap pasien yang telah memiliki penyakit penyerta, dan cenderung jinak pada pasien
yang tidak memiliki penyakit penyerta, meskipun memang terdapat pula kematian
terhadap kelompok yang tidak memiliki penyakit penyerta tersebut.
28
2.9 Vaksinasi Covid-19(25)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya
atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau terlindungi
dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan pemberian vaksin
Vaksin bukanlah obat, vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik tubuh agar
terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat. Selama belum ada obat yang defenitif
untuk COVID-19, maka vaksin COVID-19 yang aman dan efektif serta perilaku 3M (memakasi
masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak) adalah upaya perlindungan yang bisa
kita lakukan agar terhindar dari penyakit COVID-19
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu
penyakit tertentu sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Tentu, apabila seseorang tidak
menjalani vaksinasi maka ia tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut.
Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di suatu daerah maka akan terbentuk
kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan kelompok inilah yang menyebabkan
proteksi silang, dimana anak tetap sehat meskipun tidak diimunisasi karena anak-anak
lainnya di lingkungan tempat tinggalnya sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap,
sehingga anak yang tidak diimunisasi ini mendapatkan manfaat perlindungan melalui
kekebalan kelompok yang ditimbulkan dari cakupan imunisasi yan g tinggi tadi.
Anak yang tidak diimunisasi tersebut dilindungi oleh orang- orang disekitarnya
yang telah kebal terhadap penyakit tertentu sehingga risiko tertular penyakit dari orang
sekitarnya menjadi kecil. Hal ini menunjukan bahwa imunisasi dengan ca kupan yang
tinggi dan merata sangatlah penting. Namun, jika suatu saat anak tersebut keluar dari
wilayah dengan cakupan tinggi tadi, anak tersebut akan memiliki risiko untuk tertular
penyakit karena pada dasarnya ia belum memiliki kekebalan spesifik yang d idapat dari
imunisasi
29
Dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata melalui
peningkatan akses terhadap layanan vaksinasi yang berkualitas dan sesuai standar,
termasuk dalam rangka pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 dibutuhkan proses
perencanaan yang komprehensif. Proses penyusunan perencanaan pelaksanaan vaksinasi
dilakukan oleh masing- masing jenjang administrasi. Dengan perencanaan yang baik,
kegiatan pelayanan vaksinasi diharapkan dapat berjalan dengan baik pula.Dalam
melaksanakan kegiatan pemberian vaksinasi COVID-19, perencanaan disusun dengan
memperhitungkan data dasar (jumlah fasilitas pelayanan kesehatan/pos pelayanan
vaksinasi, tenaga pelaksana, daerah sulit, dll).
30
- Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap
3 adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi.
- Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran vaksinasi tahap 4 adalah
masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan
ketersediaan vaksin.
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dilakukan dengan
memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE)
serta kajian dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory
Group on Immunization).
Pendataan sasaran penerima vaksin dilakukan secara top-down melalui Sistem Informasi
Satu Data Vaksinasi COVID-19 yang bersumber dari Kementerian/Lembaga terkait atau sumber
lainnya meliputi nama, Nomor Induk Kependudukan, dan alamat tempat tinggal sasaran. Melalui
Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 dilakukan penyaringan data (filtering)
sehingga diperoleh sasaran kelompok penerima vaksin COVID-19 sesuai kriteria yang telah
ditetapkan. Penentuan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin dilakukan melalui
pertimbangan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Penetapan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin untuk tingkat provinsi dan
kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam penentuan alokasi serta distribusi vaksin dan logistik
vaksinasi dengan juga mempertimbangkan cadangan sesuai kebutuhan.
31
1. Puskesmas, puskesmas pembantu
2. Klinik
3. Rumah sakit; dan/atau
4. Unit pelayanan kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi pelaksana pelayanan vaksinasi
COVID-19 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. memiliki tenaga kesehatan pelaksana vaksinasi COVID-19
2. memiliki sarana rantai dingin sesuai dengan jenis Vaksin COVID-19 yang digunakan atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
3. memiliki izin operasional Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau penetapan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
33
2.9.4 REGISTRASI DAN VERIFIKASI SASARAN
Agar kegiatan vaksinasi COVID-19 berjalan dengan baik dan berkualitas, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas perlu menyusun rencana
advokasi, sosialisasi dan koordinasi kepada seluruh pihak baik lintas program maupun lintas
sektor terkait. Untuk meningkatkan kapasitas vaksinator dan tenaga kesehatan lainnya yang
terlibat dalam pelaksanaan pelayanan, serta pengelola program dan supervisor, diperlukan
pelatihan dengan melibatkan instansi pelatihan kesehatan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu menyusun rencana kegiatan pelatihan
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Metode pemilihan sampel pada
penelitian ini dengan Random Sampling.
36
3.4.2. Kriteria Ekslusi
1. Tidak bersedia menjadi responden.
2. Tidak tinggal di wilayah cakupan kerja Puskesmas Dasan Agung.
3. Tidak kooperatif atau terdapat gangguan jiwa.
37
3.5. Definisi Operasional
38
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Hasil Ukur
Pengukuran Pengukuran
Komorbid Penyakit komorbid Kuesioner Nominal Berdasarkan perhitungan
merupakan penyakit 1. YA pasien dikelompokkan
penyerta dari pasien yang 2. Tidak menjadi 2 bagian
sudah terbukti di derita kelompok besar yaitu:
oleh pasien dari hasil a. Komorbid
pemeriksaan uji b. Non-komorbid
laboratorium, pencitraan
dan dinilai secara klinis Selanjutnya 2 kelompok
oleh dokter seperti : besar diatas dikelompokan
hipertensi, diabetes menjadi :
militus, penyakit jantung, a. beranggapan pasien
penyakit paru. dengan komorbid boleh
divaksin covid-19.
b. beranggapan pasien
dengan komorbid tidak
boleh divaksin covid-19.
39
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Pengumpulan data diperoleh dari hasil kuesioner yang terdiri dari beberapa
pertanyaan terkait tingkat pendidikan, pengetahuan, perilaku dan komorbid responden
terkait keinginan untuk vaksin Covid-19 di Puskesmas Dasan Agung yang diisi oleh
responden sendiri. Item kuesioner didapatdari panduan WHO dalam melakukan survei
terkait Covid-19 dan hasil tinjauan pustaka studi sebelumnya mengenai Covid-19. Data
yang terkumpul selanjutnya diproses dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner, apakah diisi
dengan lengkap, jawaban cukup jelas, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
2. Coding
Pada tahap ini data yang telah diedit dilakukan pengkodean, yaitu data yang berbentuk
kalimat atau huruf akan diubah menjadi data angka atau bilangan sesuai kategori hasil
ukur variabel, dengan tujuan mempermudah peneliti pada saat analisis data dan
mempercepat dalam memasukkan data (data entry) di komputer.
3. Memasukkan data (data entry)
Pada tahap ini jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk kode
dimasukkan ke software komputer.
4. Cleaning
Pada tahap ini data yang dimasukan ke dalam komputer diperiksa guna menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Pada tahap ini data disimpan dan siap untuk dianalisis.
6. Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif. Data demografis, sikap, dan perilaku responden
terkait Covid-19 dianalisis menggunakan parameter frekuensi dan persentase. Data
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
40
3.7. Alur Penelitian
Penentuan Sampel
Pengunjung Puskesmas
Dasan Agung
Inklusi Eksklusi
Pengisian Kuesioner
Masukan ke Ms.
Excel/SPSS
Pengolahan Data
41
BAB IV
44
Tabel 4.2. Pengetahuan Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di
Wilayah Keja Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
Baik 131 83
Kurang 28 17
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat pengetahuan yang dimiliki responden lebih
dari setengah responden memiliki pengetahuan yang baik sebesar 131 responden (83%) dan
28 responden (17%) memiliki pengetahuan yang kurang.
BAIK KURANG
45
Berdasarkan hasil penelitian, dari 159 responden diketahui yang mempunyai tingkat
pengetahuan baik sebanyak 131 responden (83%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
27 responden (17%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugrawati (2019) yang
berjudul hubungan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap imunisasi lengkap didapatkan hasil
tingkat pengetahuan baik sebanyak 54 responden (67,5%), dan buruk 26 responden
(32,5%).26 Begitu juga dengan penelitian Budiman dan Wirakusuma (2014), didapatkan
hasil pengetahuan yang buruk dari ibu didapatkan cakupan imunisasi lengkap yang rendah,
begitu juga dengan tingkat pendidikan ibu yang hanya sampai Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) didapatkan cakupan imunisasi yang rendah . 27
46
4.1.3 Gambaran Sikap Responden
Tabel 4.3. Sikap Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di Wilayah Keja
Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
Baik 149 93
Kurang 10 7
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat sikap yang dimiliki responden lebih dari
setengah responden memiliki sikap yang baik yaitu sebesar 149 responden (93%) dan 10
responden (7%) memiliki sikap yang buruk.
47
Tingkat Sikap Responden
160 93%
140
120
100
80
60
40
20 7%
0
BAIK BURUK
Grafik 4.2. Sikap Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di Wilayah
Keja Puskesmas Dasan Agung
Berdasarkan hasil penelitian, dari 159 responden diketahui yang mempunyai tingkat
sikap baik sebanyak 149 responden (93%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10
responden (7%). Menurut teori Berkowitz dalam Azwar, 2013. Sikap adalah evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap sescorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Sikap
ibu berhubungan dengan status imunisasi bayi. Sikap ibu yang baik terhadap imunisasi
menyebabkan ibu membawa bayinya ke pusat pelayanan untuk mendapatkan kelengkapan
imunisasi.27
Angka diatas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat sikap yang
baik terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi COVID 19. Namun faktor tingkat sikap
tidak bisa berjalan sendiri karena dipengaruhi oleh pengetahuan, perilaku, dan faktor internal
serta faktor eksternal, Faktor internal seperti karakteristik responden seperti usia, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
sosial budaya, dan status ekonomi.28
Menurut peneliti responden sebagian besar memahami bahwa vaksinasi covid 19 memiliki
fungsi dan manfaat yang baik terutama untuk pencegahan Covid 19. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang paling mempengaruhi sikap responden sebagian besar karena usia dan tingkat
48
pendidikan responden). Berdasarkan hasil tabel 4.1 usia responden sebagian besar berusia 26-35
tahun sebanyak 44 responden (27.67%). Begitu juga dengan tingkat pendidikan, sebagian besar
responden tingkat pendidikan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni 73 responden (45.91%).
Menurut peneliti usia yang matang dan tingkat pendidikan yang cukup akan mempengaruhi
kemampuan dalam menganalisa dan membentuk pola pikir sehingga bisa mencari berbagai sumber
informasi baik dari internet, orang lain, maupun tenaga kesehatan.
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
Tingkat pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung dapat dilihat
pada grafik berikut.
49
Tingkat Pendidikan Responden
140
120
100
80
60
40
20
0
TINGKAT
PENDIDIKAN
RENDAH TINGGI
Grafik 4.3 Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
PENGETAHUAN
TINGKAT
PENDIDIKAN Kurang Baik
Rendah 12 25
Tinggi 17 105
50
Klasifikasi Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
120
100
80
60
40
20
0
TINGKAT PENDIDIKAN
DAN PENGETAHUAN
Grafik 4.4 Klasifikasi Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Dasan Agung
Dari hasil tersebut didapatkan gambaran bahwa dari 37 responden berpendidikan rendah, 12
orang (48%) di antaranya memiliki pengetahuan kurang tentang vaksin Covid-19. Dari 122
responden berpendidikan tinggi, hanya 17 orang (13,9%) yang memiliki pengetahuan kurang
tentang vaksin Covid-19.
Hal ini sejalan dengan penelitian Elise Paul et al yang menyebutkan bahwa orang berpendidikan
rendah memiliki pengetahuan yang lebih rendah mengenai Covid-19 daripada orang yang
berpendidikan tinggi.29 Gambaran ini juga ditemukan pada penelitian oleh Piotr Rzymski et al yang
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan berpendidikan tersier lebih memahami tentang jenis-jenis
vaksin daripada yang berpendidikan lebih rendah.30 Hal ini juga sejalan dengan penelitian Alenazi
et al mengenai tingkat pendidikan orang tua dan pengetahuan mengenai vaksin untuk anaknya.
Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa orang tua yang tamat perguruan tinggi 91,9% di
antaranya memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksin anak. Orang tua dengan pendidikan
primer atau sekunder hanya 72,6% di antaranya yang memiliki pengetahuan baik mengenai vaksin.
51
Sedangkan pada orang tua yang tidak sekolah, hanya 45,5% di antaranya yang memiliki
pengetahuan baik tentang vaksin anak.31
Dari tingkat pendidikan dan sikap responden, dapat dibagi 4 kelompok responden yaitu
responden dengan tingkat pendidikan rendah dan sikap buruk (RU), tingkat pendidikan rendah dan
sikap baik (RA), tingkat pendidikan tinggi dan sikap buruk (TU), serta tingkat pendidikan tinggi
dan sikap baik (TA). Dari 159 responden didapatkan bahwa kelompok RU sebanyak 5 orang,
kelompok RA sebanyak 32 orang, kelompok TU sebanyak 5 orang, dan kelompok TA sebanyak
117 orang. Gambaran tingkat pendidikan dan sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Klasifikasi Tingkat Pendidikan dan Sikap Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Agung
SIKAP
TINGKAT
PENDIDIKAN Buruk Baik
Rendah 5 32
Tinggi 5 117
52
Klasifikasi Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung
140
120
100
80
60
40
20
0
TINGKAT PENDIDIKAN
DAN PENGETAHUAN
Grafik 4.5 Klasifikasi Tingkat Pendidikan dan Sikap Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Agung
Dari grafik di atas tergambar bahwa dari 37 responden berpendidikan rendah, 5 orang (15,6%)
memiliki sikap buruk terkait vaksinasi Covid-19. Dari 122 responden berpendidikan tinggi, 5 orang
(4%) memiliki sikap buruk terkait vaksinasi Covid-19.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari University of Southern California yang menyebutkan
bahwa orang dewasa di Amerika Serikat yang berpendidikan sarjana cenderung lebih banyak
mengetahui seseorang yang sudah divaksin (69%) dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih
rendah (46%).32 Gambaran ini juga sesuai dengan penelitian dari Bridget J Kelly yang menyebutkan
bahwa orang dengan pendidikan lebih rendah di Amerika Serikat lebih tidak menginginkan untuk
mendapatkan vaksin Covid-19 daripada orang berpendidikan tinggi. 33
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Elise Paul et al yang menyebutkan bahwa orang
berpendidikan rendah lebih banyak menunjukkan sikap tidak percaya terhadap vaksinasi Covid-19
daripada orang berpendidikan tinggi. 29
53
4.1.5 Gambaran Status Kondisi Responden
Tabel 4.7. Status Kondisi Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di
Wilayah Keja Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
STATUS
(n) (%)
Komorbid 30 19
Non- 129 81
komorbid
Total 159 100
Dari tabel diatas dapat diketahui status kondisi yang dimiliki responden lebih dari
setengah responden tidak memiliki komorbid sebesar 129 responden (81%) dan 30
responden (19%) memiliki komorbid.
Tabel 4.8. Status Kondisi Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di
Wilayah Keja Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
TIDAK 14 47
Total 30 100
54
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki status komorbid
sebagian besar beranggapan bahwa seseorang yang memiliki penyakit penyerta/komobid
dapat diberikan vaksinasi covid-19 yaitu sebesar 16 responden (53%) dan 14 responden
(47%) menyatakan tidak.
Tabel 4.9. Status Kondisi Responden terhadap Motivasi untuk Melakukan Vaksinasi di
Wilayah Keja Puskesmas Dasan Agung
Jumlah Persentase
NON-
KOMORBID (n) (%)
YA 41 31
TIDAK 88 69
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak memiliki status
komorbid lebih dari setengah populasi beranggapan bahwa seseorang yang memiliki
penyakit penyerta/komobid tidak dapat diberikan vaksinasi covid-19 yaitu sebesar 88
responden (69%) dan 41 responden (31%) menyatakan vaksinasi covid-19 boleh diberikan.
Hasil status kondisi pasien dengan komorbid dan tanpa komorbid terhadap motivasi
untuk melakukan vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Dasan Agung juga ditampilkan
dalam bentuk grafik dibawah ini.
STATUS KONDISI
140 81%
120
100
80
60
40 19%
20
0
KOMORBID NON-KOMORBID
55
PASIEN DENGAN KOMORBID
16,5
53%
16
15,5
15
14,5
47%
14
13,5
13
YA TIDAK
NON-KOMORBID
100 69%
80
60
31%
40
20
0
YA TIDAK
Angka diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak memiliki
komorbid 129 (81%) responden mempunyai anggapan bahwa vaksin tidak boleh diberikan
kepada orang yang memiliki penyakit penyerta/ komorbid. Sebaliknya, responden yang
memiliki komorbid 30 responden (19%) responden mempunyai anggapan bahwa vaksin
boleh diberikan kepada orang yang memiliki penyakit penyerta/ komorbid, Namun faktor
tersebut tidak bisa berjalan sendiri karena dipengaruhi oleh faktor sikap, factor perilaku,
dan faktor internal serta faktor eksternal, Faktor internal seperti karakteristik responden
seperti usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, sosial budaya, dan status ekonomi. 1
Menurut peneliti responden dengan status memiliki penyakit penyerta/komorbid sebagian
56
besar memahami bahwa vaksinasi covid 19 memiliki fungsi dan manfaat yang baik terutama untuk
pencegahan Covid 19. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan pasien dengan komorbid lebih
mengerti dengan kondisinya sehingga responden dengan kategori ini akan mencari tahu kelayakan
vaksin pada orang yang memiliki komorbid. Namun hal ini sebaiknya diperkuat dengan teori-teori
penelitian sebelumnya. Saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang serupa.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1 Tingkat pendidikan masyarakat terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi covid 19 di
Puskesmas Dasan Agung sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tinggi
yakni 122 responden (76,8%) dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 37 responden
(23,2%). Dari 37 responden berpendidikan rendah,, 48 % memiliki pengetahuan yang
rendah mengenai vaksin covid 19 dan 15,6% memiliki sikap yang kurang terkait vaksin
Covid 19, keduanya lebih banyak dari 3 kali dibnding responden yang berpendidikan
tinggi.
5.1.2 Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi covid
19 di Puskesmas Dasan Agung sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan
baik yakni 131 responden (83%) sedangkan tingkat pengetahuan kurang yakni 28
responden (17%).
5.1.3 Sikap masyarakat terhadap motivasi untuk melakukan vaksinasi covid 19 di Puskesmas
Dasan Agung sebagian besar responden memiliki sikap yang baik yakni 149 responden
(93%) sedangkan sikap kurang yakni 10 responden (7%).
1. Didapatkan sebagian besar responden tidak memiliki komorbid yakni 129 responden
(81%) dan yang memiliki komorbid sebanyak 30 responden (19%).
3. Responden yang tidak memiliki komorbid lebih dari setengah populasi beranggapan
bahwa seseorang yang memiliki penyakit penyerta/komorbid tidak dapat diberikan
vaksinasi covid 19 yakni 88 responden (69%) dan 41 responden (31%) menyatakan
vaksinasi covid 19 boleh diberikan.
58
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat disarankan bahwa perlu
diberikan peningkatan edukasi serta pelatihan pada masyarakat terkait vaksinasi Covid-
19 dengan promosi kesehatan melalui penyuluhan. Pemantauan serta evaluasi motivasi
masyarakat untuk melakukan vaksinasi tersebut juga sebaiknya dipertimbangkan untuk
dilakukan, dengan cara pemantauan langsung ataupun pemberian pretest dan posttest
selama sesi penyuluhan berlangsung.
Pemerintah dan pemangku kebijakan diharapkan dapat menentukan intervensi
selanjutnya yang lebih tepat, serta peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
intervensi yang sesuai dilakukan di masyarakat untuk semakin meningkatkan
pengetahuan dan sikap serta membentuk pola pikir masyarakat terhadap responden yang
memiliki komorbid/penyakit penyerta layak divaksinasi dengan berbagai macam
pertimbangan dari komorbidnya masing-masing dalam pencegahan Covid-19 sehingga
angka kejadian Covid-19 di Kota Mataram khususnya wilayah kerja Puskesmas Dasan
Agung bisa dikendalikan.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Arshad Ali S, Baloch M, Ahmed N, Arshad Ali A, Iqbal A. The outbreak of Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Diakes dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. pada
tanggal 15 Juni 2021.
2. KemenkesRI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Diakses dari
https://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/KMK pada tanggal 15 Juni 2021.
3. RI KK. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi 5. 2020. Jakarta.
4. Cucinotta D, Vanelli M. WHO Declares COVID-19 a Pandemic, diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 15 Juni 2021.
5. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al. 2020.
PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19 Edisi 3 TIM EDITOR Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi. Jakarta. PDPI, PERKI,PAPDI,
PERDATIN, IDAI. Diakses dari https://www.papdi.or.id/ pada tanggal 15 Juni 2021.
6. Covid 19 CoronaVirus Pandemic, diakses dari
https://www.worldometers.info/coronavirus/ pada tanggal 15 Juni 2021.
7. Statistik Covid 19 di Indonesia, diakses dari https://covid19.go.id/ pada tanggal 15 Juni
2021.
8. Covid 19 NTB Tahun 2021, diakses dari https://corona.ntbprov.go.id/data-cakupan-
vaksinasi pada tanggal 15 Juni 2021.
9. Statistic and Research Covid 19 Vaccinations, diakses dari
https://ourworldindata.org/covid-vaccinations pada tanggal 15 juni 2021.
10. Cakupan Vaksinasi Covid 19 NTB Tahun 2021. diakses dari
https://corona.ntbprov.go.id/data-cakupan-vaksinasi pada tanggal 15 Juni 2021.
11. Rekapitulasi Pelaksaan Vaksinasi Covid 19 Puskesmas Dasan Agung tahun 2021.
12. Notoatmodjo, S .2014. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
13. Budiman dan Wirakusuma. 2014. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Berandem Tahun
60
2014. SKRIPSI. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan FK UNUD, diakses
dari https://ojs.unud.ac, diakses pada tanggal 15 Juni 2021.
14. WHO, 2020 https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019
15. World Health Organization (2021). Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). World Health Organization (diakses pada tanggal 6 Juni
2021)
16. Ratcliffe, Rebecca 2020. "First coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fears nation
is ill-prepared for an outbreak". The Guardia
17. Kemenkes,2020,https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/DOKUMEN_RESMI_Pe
doman_Kesia psiagaan_nCoV_Indonesia_28_Jan_2020.pdf
18. United Nations Geoscheme, 2020, Coronavirus global health emergency,
https://www.un.org/en/coronavirus
19. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, 2021, Data Sebaran Angka
Kejadian Covid-19 Indonesia, Jakarta
20. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2020, https://www.bnpb.go.id/
21. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 NTB, 2020, https://corona.ntbprov.go.id/
22. Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, W., Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D., Martani, N. S.,
&Nawan, N. (2020). Community Knowledge, Attitudes, and Behavior Towards Social
Distancing Policy As Prevention Transmission of Covid-19 in Indonesia. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(2), 4. https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020. 4- 14
23. Nurul, Nova Rini, YosiMardoni, Purnama Putra. 2012. The Analysis of Attitudes,
Subjectives Norms, and Behavioral Control on Muzakki’s Intention to Pay Zakah.
International Journal of Bussiness and Sosial Science, Vol III, No 22, hal. 271- 279.
24. Andrew E. Sikula, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Bandung
25. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
VAKSINASI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA
VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19), Jakarta
26. Budiman dan Wirakusuma. 2014. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Berandem Tahun
2014. SKRIPSI. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan FK UNUD, diakses
dari https://ojs.unud.ac, diakses pada tanggal 15 Juni 2021.
27. Nugrawati. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi Lengkap pada
61
Balita. SKRIPSI. Diakses dari https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/ pada tanggal 15 Juni
2021.
28. Notoatmodjo, S .2014. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
29. Paul E. Attitudes towards vaccines and intention to vaccinate against Covid-19: implications
for public health communications. The Lancet Regional Health Europe.2020; 1:1-2
30. Rzymski P, Zeyland J, Poniedzialek B, Malecka I, Wysocki J. The perception and attitudes
toward Covid-19 vaccines: a cross-sectional study in Poland. Vaccines.2021; 9(382):1-13
31. Alenazi I, Alruwaili F, Aljumayi A, Alqahtani A, Alghamedi A, Alsaad H, et al. The
educational level and vaccination knowledge among parents in Dawadmi-Saudi Arabia,
2014. 2014;5(2):86-95
32. USC Schaeffer. Education is now a bigger factor than race in desire for covid-19 vaccine
[Internet]. Los Angeles: USC Schaeffer; 2021 [Cited 2021 June 18]. Available from:
https://healthpolicy.usc.edu/evidence-base/education-is-now-a-bigger-factor-than-race-
in-desire-for-covid-19-vaccine/
33. Kelly BJ, Southwell BG, McCormack LA, Bann CM, MacDonald PDM, Frasier AM, et al.
Predictors of willingness to get a Covid-19 vaccine in the US. BMC Infectious Diseases.
2021; 21(338)
62
LAMPIRAN
LAMPIRAN KUESIONER
63
64
65