Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DI PUSKESMAS WISATA DAU

Disusun Oleh:
MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS
(Kelompok 1A)

Ayudya Siti Maisaroh


Ulfi Nurwidiyanti
Dhella Eviyanthi
Mohammad Ansyori
Yoel Bagus Giarto
Akhmad Arifinar Arrois
Muh. Busyairi Mandala P

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan masalah penting pada
kesehatan masyarakat di daerah tropis di dunia yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina). Satu nyamuk dapat menjangkiti beberapa orang dalam waktu
singkat dan lebih dari 1 kali. DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada
tahun 1958 dimana saat itu sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang di antaranya
meninggal dunia. Mulai saat itu, penyakit ini pun menyebar luas ke seluruh penjuru
Indonesia. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap
tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam
Berdarah tertinggi di Asia Tenggara.
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan
karena semakin baiknya transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya
perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk
hampir diseluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi
sepanjang tahun. faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue
antara lain faktor host, lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat serta faktor virusnya
sendiri. Faktor host yaitu kerentanan dan respon imun; faktor lingkungan yaitu kondisi
geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembapan, musim); kondisi
demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat) (Depkes RI, 2004).
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
(penyakit DBD), masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Dalam arti apa
yang dilakukan masyarakat dalam bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang
telah terjadi atau menimpanya. Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah
kesehatan sebenarnya adalah dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit dengan berperilaku hidup sehat, namun hal ini ternyata belum disadari
dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati, 2004).
Kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekstrenal seperti pengetahuan,
sikap, perilaku masyarakat dalam memahami dan melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan rumah dalam pencegahan kejadian DBD terulang kembali. Dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan, diperlukan suatu upaya nyata seperti
dengan memberikan pendidikan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai